Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN PERIOPERATIF

PASCA OPERASI WATER SEAL DRAINAGE ( WSD )

DISUSUN OLEH :
1. Rahma Ayu Fitria ( PO.71.20.4.16.025 )

2. Siffa Nur Auliana ( PO.71.20.4.16.0 )

3. Tri Wulandari ( PO.71.20.4.16.0 )

PEMBIMBING AKADEMIK :
NS. EVA SUSANTI, S.KEP., M.KEP

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pasca Operasi Water Seal Drainageb ( WSD )” dengan baik tanpa ada halangan
yang berarti.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi.
Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami selaku penyusun menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca.

Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat bagi kita semua.

Palembang, Agustus 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bernapas merupakan aktivitas yang penting bagi mahluk hidup terutama manusia. Tubuh
memerlukan oksigen yang cukup untuk proses metabolisme. Jika terjadi gangguan pada saluran
pernapasan maka pertukaran gas akan terganggu dan membutuhkan bantuan untuk
mengembalikan fungsi normal saluran pernapasan.

Mekanisme pernapasan normal bekerja dengan prinsip tekanan negatif. Tekanan di dalam
rongga paru lebih rendah daripada tekanan pada atmosfer, yang akan mendorong udara masuk ke
dalam paru selama inspirasi. Ketika rongga dada terbuka, untuk beberapa alasan akan
menyebabkan paru kehilangan tekanan negatif yang berakibat pada kolapsnya paru.
Pengumpulan udara, cairan atau substansi lain di dalam rongga paru dapat mengganggu fungsi
kardiopulmonal dan bahkan menyebabkan paru kolaps. Substansi patologik yang terkumpul
dalam rongga pleura dapat berupa fibrin, bekuan darah,cairan ( cairan serous, darah, dan pus ),
serta gas.

Tindakan pembedahan pada dada hampir selalu menyebabka pneumothoraks. Udara dan
cairan yang terkumpul dalam rongga intrapleura dapat membatasi ekspansi paru dan mengurangi
pertukaran gas. Setelah tindakan operasi, perlu mengevakuasi dan mempertahankan tekanan
negatif dalam ruangan pleura.

Water Seal Drainage ( WSD ) atau yang disebut dengan Chest-Tube atau pipa dada
adalah suatu usaha untuk memasukkan kateter ke dalam rongga pleura dengan tujuan untuk
mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam rongga pleura, seperti misalnya pus pada empisema
atau untuk mengeluarkan udara yang terdapat di dalam rongga pleura misalnya pneumotoraks.

Tindakan WSD berbeda dengan tindakan punksi atau thorakosintesis karena pemasangan
kateter atau selang pada WSD berlangsung lebih lama dan dihubungkan dengan suatu botol
penampung.
Kebutuhan pemasangan Water Seal Drainage ( WSD ) misalnya pada trauma ( luka tusuk
di dada ), biasanya disebabkan oleh benda tajam, bila tidak mengenai jantung biasanya dapat
menembus rongga paru-paru. Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun suatu
gerakan mendadak yang hebat. Akibatnya selain terjadi perdarahan dari rongga paru-paru, udara
juga akan masuk ke dalam ronga paru-paru. Oleh karena itu, paru-paru pada sisi yang luka akan
mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan
gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang ( Kartono, 1991 ).

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Water Seal Drainage ( WSD ) ?

2. Apa saja tujuan pemasangan Water Seal Drainage ( WSD ) ?

3. Apa saja Komplikasi Pemasangan Water Seal Drainage ( WSD ) ?

4. Bagaimana prosedur perawatan Water Seal Drainage ( WSD ) ?

5. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan pemasangan Water Seal


Drainage ( WSD ) ?

C. Tujuan

A. Tujuan Umum

Memahami asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien dengan pemasangan
WSD (Water Seal Drainage).

B. Tujuan Khusus

a) Mampu memahami definisi dari Water Seal Drainage ( WSD ).

b) Mampu memahami tujuan pemasangan Water Seal Drainage ( WSD ).

c) Mampu memahami Komplikasi Pemasangan Water Seal Drainage ( WSD ).

d) Mampu memahami prosedur perawatan Water Seal Drainage ( WSD ).


e) Mampu memahami Asuhan Keperawatan pada pasien dengan pemasangan Water
Seal Drainage ( WSD ).

D. Manfaat

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan


keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) serta mampu
mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Water Seal Drainage ( WSD ) merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengeluarkan
udara, cairan berupa darah atau pus dari rongga pleura , rongga thorax, dan mediastinum dengan
menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut ( Arif.
2008 ). Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit
cairan pleura.

WSD adalah sebuah kateter yang diinsersi melalui thoraks untuk mengeluarkan udara dan
cairan.( Potter& Perry, 2006 )

WSD adalah tindakan pemasangan kateter kedalam rongga thoraks dengan tujuan untuk
mengambil cairan dengan viskositas yang tinggi ataupun darah, nanah maupun udara pada
pneumothorak dan menghubungkannya dengan water seal drainage. (Prof. Dr. H. Tabrani Rab,
1998)

WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung.(http://www.scribd.com/doc/17350662/Water-Seal-Drainage)

Jadi kesimpulannya WSD adalah tindakan invasif yang dilakukan untuk mengeluarkan
udara, cairan (darah,pus) dari rongga thorak , rongga pleura, dan mediastinum dengan cara
memasukkan selang atau tube ( pipa penghubung ) melalui atau menembus muskulus
interkostalis ke dalam rongga thoraks dan menghubungkannya dengan water seal drainage.
B. Tujuan Pemasangan

Tujuan pemasangan Water Seal Drainage adalah sebagai berikut :

1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorax.

2. Mengembalikan tekanan negatif pada rongga pleura.

3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps.

4. Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura ( refluks drainage ) yang dapat
menyebabkan pneumothoraks.

5. Mengalirkan udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan
negatif rongga tersebut.

C. Komplikasi Pemasangan WSD

a. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial


aritmia
b. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema
c. Komplikasi lainnya : laserasi ( yang mencederai organ: hepar, lien), perdarahan,
empisema subkutis, tube terlepas, tube tersumbat.

D. Perawatan Water Seal Drainage

Monitoring dan Perawatan Pasien yang Terpasang Sistem Water Seal Drainage.

 Menurut Indriono ( 2011 ) perawatan pasca pemasangan WSD antara lain :

1. Monitoring tanda-tanda vital khususnya kecepatan, kedalaman dan pola nafas


setiap 2 jam atau sesuai kebutuhan, kaji kesimetrisan suara nafas.
2. Observasi selang water seal

Selama inspirasi, cairan dalam botol terhisap masuk ke selang water seal beberapa
sentimeter sebab adanya penurunan tekanan intrapleura. Sebaliknya selama ekspirasi
peningkatan tekanan intrapleura memaksa cairan balik ke selang. Fluktuasi atau pergerakan
cairan bolak balik ( tidalling ) dalam selang water seal menunjukkan pergerakan ventilasi
seseorang. Oleh karena itu saat tidalling terjadi, selang drainage dalam keadaan paten dan sisem
drainage berfungsi semestinya. Tidalling stop saat paru telah mengembang kembali atau jika
selang drainage terdapat obstruksi.

Jika tidalling tidak terjadi maka lakukan hal-hal berikut ini :

a. Cek untuk meyakinkan bahwa selang tidak tertekan.

b. Ubah posisi pasien.

c. Anjurkan pasien untuk nafas dalam dan batuk.

3. Observasi selang udara ( selang yang pendek )

Yakinkan bahwa selang ini tetap terbuka ke atmosfer untuk memungkinkan udara
intrapleura keluar dari botol. Jika selang udara tersumbat, udara intrapleura yang terperangkap
dalam botol penampung, meningkatkan tekanan dalam botol. Jika tekanan menjadi cukup besar,
ia mencegah drainage udara dan cairan dari rongga pleura, mempercepat terjadinya tension
pneumothoraks dan mengakibatkan pergeseran mediastinal.

4. Observasi cairan dalam botol water seal

Gelembung dalam botol water seal disebabkan oleh udara yang keluar dari rongga pleura
masuk ke dalam cairan dalam botol. Gelembung yang intermiten adalah normal. Ini
mengindikasikan bahwa sistem melakukan satu dari tujuannya seperti mengeluarkan udara dari
rongga pleura. Gelembung yang intermiten bisa terjadi saat ekspirasi normal seseorang karena
ekspirasi meningkatkan tekanan intrapleura dan mendorong udara melalui selang.

Gelembung yang terus menerus selama inspirasi dan ekspirasi mengindikasikan bahwa
udara bocor masuk ke dalam sistem drainage atau rongga pleura. Situasi ini dapat dikoreksi yaitu
dengan mencari lokasi kebocoran udara dan lakukan perbaikan jika dapat dilakukan. Gelembung
yang terjadi cepat pada kondisi tidak terdapat kebocoran udara mengindikasikan kehilangan
udara yang bermakna seperti dari insisi atau sobekan pada pleura.

5. Cek patensi selang setiap 2 sampai 4 jam, karena adanya obstruksi pada selang
dada, mempengaruhi re ekspansi paru.

6. Monitor jumlah dan tipe dari drainage pada selang dada.

Kehilangan volume yang besar dapat menyebabkan hipovolemi. Penurunan atau tidak
adanya drainage dengan kondisi distress respiratory mengindikasikan adanya sumbatan.
Penurunan atau tidak adanya drainage tanpa distress respiratory mengindikasikan paru sudah
mengembang kembali.

7. Beri tanda atau batas drainage pada sisi luar tabung pengumpul setiap jam,
sebagai acuan untuk pengukuran selanjutnya.

Drainage secara bertahap berubah dari warna darah ke warna pink kemudian warna
merah kecoklatan. Aliran yang tiba-tiba dan warna darah merah pekat terjadi karena perubahan
posisi yang sering berupa darah yang lama yang dapat keluar ke selang dada. Laporkan drainase
lebih dari 200 ml/jam, penurunan atau tidak ada drainase secara tiba-tiba, perubahan karakteristik
dari drainase.

8. Pertahankan posisi selang dada.

Tempatkan selang secara horizontal di tempat tidur dan ke arah bawah ke tabung
pengumpul. Akumulasi drainase pada selang yang terjepit menghambat drainase ke sistem
pengumpul dan meningkatkan tekanan paru, berikan area yang cukup untuk pergerakan pasien.

9. Selalu tempatkan sistem WSD lebih rendah dari dada pada posisi vertical untuk
mencegah aliran balik cairan ke rongga pleura.

10. Kolaborasi dalam pemberian analgetic untuk mengontrol rasa sakit, karena rasa
sakit bisa mempengaruhi keefektifan pernapasan.

11. Kaji daerah tusukan dan kulit sekitar daerah tusukan akan adanya subcutaneous
air dan tanda-tanda infeksi atau inflamasi dengan mengganti balutan setiap hari.
 Prosedur Perawatan WSD

Pre interaksi

1. Periksa catatan keperawatan dan catatan medik klien (mengetahui TTV seperti SpO2
dll,diagnosa medik, terapi, hasil laboratorium (AGD : analisa Gas Darah), metode terapi
WSD yang digunakan, dan hal lain yang diperlukan)

2. Cuci Tangan (untuk mencegah terjadinya infeksi silang)

3. Siapkan alat yang diperlukan (kelengkapan alat melancarkan pelaksanaan tindakan)

Tahap orientasi

1. Beri salam, panggil pasien dengan namanya dan memperkenalkan diri

2. Menanyakan kondisi dan keluhan pasien

3. Jelaskan tujuan, prosedur dan hal yang perlu dilakukan pasien

4. Berikan kesempatan klien/keluarga bertanya sebelum kegiatan dilakukan

Rasional : Menurunkan kecemasan klien dan keluarga dan meningkatkan kerja sama klien.
Menjamin pelaksanaan prosedur diselesaikan dengan cepat dan efisien.

Tahap Kerja

1. Atur posisi pasien dalam keadaan posisi semi Fowler’s ( untuk meningkatkan evakuasi
udara dan cairan/ memungkinkan drainage cairan dan udara yang optimal)
2. Jaga privacy pasien ( menjaga kesopanan perawat dan kepercayaan pasien)
3. Dekatkan alat pada tempat yang mudah dijangkau ( memudahkan dan melancarkan
pelaksanaan tindakan)
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (mencegah masuknya kuman yang dapat
menimbulkan infeksi sekunder dan proteksi pada diri sendiri)
4. Ganti verband, rawat luka setiap 2 hari sekali dengan cairan antiseptic (buka verband
yang lama dengan hati-hati agar tube dada tidak tercabut, bersihkan daerah sekitar luka
dengan Nacl terutama pada daerah bekas-bekas darah / secret (bila ada), keringkan
dengan gaas, oleskan dengan alcohol 70% , keringkan dengan gaas, terakhir oleskan
dengan bethadine, jangan terlalu basah, kemudian ditutup dengan gaas kering dan ajarkan
pasien dan keluarga untuk tetap menjaga daerah insersi agar tetap bersih dan kering)
5. Observasi pada slang, untuk melihat adanya lekukan-lekukanyang menggantung atau
bekuan darah (mempertahankan sistem drainage yang bebas dan paten, mencegah cairan
terakumulasi di rongga dada)
6. Cek segel air untuk melihat fluktuasi inspirasi dan ekspirasi klien (cairan harus sesuai
dengan undulasi yang mengidentifikasi bahwa system berjalan baik)
7. Cek gelembung udara di botol air bersegel atau di ruangan (setelah periode yang pendek,
maka gelembung akan berhenti)
8. Catat tipe dan jumlah cairan drainage, TTV, dan warna kulit (aliran drainage yang tiba-
tiba dapat merupakan darah yang keluar dan bukan merupakan perdarahan aktif.
Peningkatan drainage merupakan akibat perubahan posisi)
9. Periksa gelembung udara didalam ruang pengontrol pengisap/saat menggunakan pengisap
(Ruang pengontrol pengisapan memiliki gelembung yang halus dan konstan bebas dari
obstruksi dan sumber pengisapan harus dinyalakan supaya dapat diatur dengan tepat)
10. Pertahankan hubungan slang antara dada dan slang drainage utuh dan
menyatu(mengamankan slang dada system drainage dan mengurangi resiko kebocoran
udara)
11. Urut atau peras slang hanya jika diindikasikan (pengurutan menciptakan tekanan negatif
dengan derajat yang tinggi dan berpotensi manarik jaringan paru)
12. Cuci tangan (mengurangi penyebaran infeksi)
13. Catat kepatenan selang dada drainage, fluktuasi, tanda-tanda vital klien, dan tingkat
kenyaman di dalam kenyamanan (mendokumentasikan fungsi slang dada dan status fisik
klien secara akurat)
14. Menilai kembali kondisi klinis pasien
Dalam perawatan yang harus diperhatikan :

a) Dalam perawatan WSD perhatikan tekhnik sterilitas


b) Penetapan slang.

Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu dengan
bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi.

c) Pergantian posisi badan.

Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau
memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil
mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.

d) Mendorong berkembangnya paru-paru.

 Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.


 Latihan napas dalam
 Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang
diklem.
 Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.

e) Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.

Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 – 800 cc. Jika perdarahan dalam 1
jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan
bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.

f) Suction harus berjalan efektif :

Perhatikan setiap 15 – 20 menit selama 1 – 2 jam setelah operasi dan setiap 1 – 2 jam selama
24 jam setelah operasi.

g) Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka, keadaan
pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang baik,
coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring
bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah,
slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding
paru-paru.

h) Perawatan “slang” dan botol WSD/ Bullow drainage.

1) Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar kalau ada
dicatat.
2) Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung udara
yang keluar dari bullow drainage.
3) Penggantian botol harus “tertutup” untuk mencegah udara masuk yaitu meng”klem”
slang pada dua tempat dengan kocher.
4) Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang harus tetap
steril.
5) Posisi botol drainage lebih rendah daripada pasien
6) Beri tekanan sesuai advis, tekanan dewasa 18- 20 cm H₂O, anak-anak 8-12 cm H₂O
7) Pengkleman selang dada adalah kontraindikasi apabila klien sedang berjalan atau sedang
dipindahkan. Perawat harus memegang unit drainage dada atau botol dengan hati-hati dan
mempertahankan peralatan drainage di bawah dada klien.Apabila selang terputus dari
botol, maka perawat harus menginstruksikan klien untuk mengeluarkan nafas sebanyak
mungkin dan menginstruksikan untuk batuk.Manuver ini menyebabkan pengeluaran
udara sebanyak mungkin dari udara di ruang pleura.Perawat perlu membersihkan ujung
selang dan menghubungkan kembali selang ke botoldengan cepat.
8) Apabila botol dada pecah segera masukkan ujung selang ke dalam wadah air untuk
membentuk kembali segelnya. Pengkleman selang dada menyebabkan peristiwa yang
mengancam kehidupan
9) Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan memakai
sarung tangan.
10) Cegah bahaya yang mengganggu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang
terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.
Asuhan Keperawatan Pasca Operasi Pemasangan Selang WSD

1. Perawatan pasca operasi pemasangan selang WSD.


1. Perhatikan undulasi pada slang WSD
Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain
a. Motor suction tidak berjalan
b. Slang tersumbat
c. Slang terlipat
d. Paru-paru telah mengembang
Oleh karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi sistem
drainage, amati tanda-tanda kesulitan bernafas.
2. Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar
3. Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah ditetapkan
serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air
4. Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah cairan
yg keluar.
5. Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama.
6. Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan
7. Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan sampai slang
terlipat.
8. Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi
9. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu
10. Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang dibuang.
11. Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran
12. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema subkutan
13. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk efektif.
14. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh.
15. Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD.
16. Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada
persendian bahu daerah pemasangan WSD
2. Hal yang yang harus di perhatikan pada klien yang menggunakan WSD
a. Kaji adanya distress pernafasan & nyeri dada, bunyi nafas di daerah paru yg terkena &
TTV stabil.
b. Observasi adanya distress pernafasan.
c. Observasi :
1. Pembalut selang dada.
2. Observasi selang untuk melihat adanya lekukan, lekukan yang menggantung, bekuan
darah.
3. Sistem drainage dada.
4. Segel air untuk melihat fluktuasi inspirasi dan ekspirasi klien.
5. Gelembung udara di botol air bersegel atau ruang.
6. Tipe & jumlah drainase cairan. Catat warna & jumlah drainase, TTV & warna kulit.
7. Gelembung udara dalam ruang pengontrol penghisapan ketika penghisap digunakan
d. Posisikan klien :
1. Semi fowler sampai fowler tinggi untuk mengeluarkan udara (pneumothorak).
2. Posisi fowler untuk mengeluarkan cairan (hemothorak)
e. Pertahankan hubungan selang antara dada dan selang drainase utuh dan menyatu.
f. Gulung selang yang berlebih pada matras di sebelah klien. Rekatkan dengan plester.
g. Sesuaikan selang supaya menggantung pada garis lurus dari puncak matras sampai ruang
drainase. Jika selang dada mengeluarkan cairan, tetapkan waktu bahwa drainase dimulai
pada plester perekat botol drainase pada saat persiaan botol atau permukaan tertulis
sistem komersial yang sekali pakai.
h. Urut selang jika ada obstruksi.
i. Cuci tangan
j. Catat kepatenan selang, drainase, fluktuasi, TTV klien, kenyamanan klien

3. Cara mengganti botol WSD


a. Siapkan set yang baru.
b. Botol berisi cairan aquadest ditambah desinfektan.
c. Selang WSD di klem dulu.
d. Ganti botol WSD dan lepas kembali klem.
e. Amati undulasi dalam slang WSD
4. Indikasi Pencabutan selang WSD
Indikasi pengangkatan WSD adalah bila :
a. Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai dengan :
1. Tidak ada undulasi.
2. Cairan yang keluar tidak ada.
3. Tidak ada gelembung udara yang keluar.
4. Kesulitan bernafas tidak ada.
5. Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara.
6. Dari pemeriksaan tidak ada cairan atau udara.
b. Slang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau pengurutan pada
slang.

5. Komplikasi yang mungkin muncul


a. Primer
b. Perdarahan
c. Edema paru
d. Tension pneumothoraks
e. Atrial aritmia
f. Sekunder
g. Infeksi
h. Empyema

6. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pasca operasi pemasangan WSD


1. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan
nyeri.
2. Nyeri dada b.d faktor-faktor biologis (trauma jaringan) dan faktor-faktor fisik
(pemasangan selang dada)
3. Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh
7. Pengkajian
Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien, perawat mereview
catatan klien yang berhubungan dengan riwayat klien, status fisik dan emosi, sebelum
pembedahan dan alergi.
a. Pemeriksaan fisik dan manifestasi klinik..
b. System pernafasan.
Ketika klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:
1. Potency jalan nafas, meletakan tangan di atas mulut atau hidung.
2. Perubahan pernafasan ( rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10 X / menit: depresi
narcotic, respirasi cepat, dangkal: gangguan cardiovasculair atau rata-rata
metabolisme yang meningkat.
3. Auscultasi paru: keadekwatan expansi paru, kesimetrisan.
4. Inspeksi: Pergerakan didnding dada, penggunaan otot bantu pernafasan diafragma,
retraksi sternal: efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.
c. Thorax Drain.
Sistem Cardiovasculer.
1. Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tuiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit (4x). 2
jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil.
2. Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung: depresi miocard, shock, perdarahan
atau overdistensi.
3. Nadi meningkat: shock, nyeri, hypothermia.
4. Kaji sirkulasi perifer ( kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran ektremitas).
5. Homan’s saign: trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah ( edema , kemerahan, nyeri).
d. Keseimbangan cairan dan elektrolit
1. Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit, balutan.
2. Ukur cairan pada NG tube, out put urine, drainage luka.
3. Kaji intake / out put.
4. Monitor cairan intravena dan tekanan darah.
e. Sistem Persyarafan.
1. Kaji fungsi serebral dan tingkat kesadaran: semua klien dengan anesthesia umum.
2. Klien dengan bedah kepala leher : respon pupil, kekuatan otot, koordinasi
3. Anesthesia umum: depresi fungsi motor.

f. Sistem perkemihan.
1. Kontrol volunteer fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post anesthesia
inhalasi, IV, spinal.
2. Anesthesia , infus IV, manipulasi operasi: retemnsio urine.
3. Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi: abdomen bawah (distensi buli-buli).
4. Dower catheter: kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml / jam: komplikasi
ginjal.

g. Sistem Gastrointestinal.
1. Mual muntah: 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat menyebabkan
stress dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher
serta TIO meningkat.
2. Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus.
a. Kaji paralitic ileus: suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.
b. Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan
decompresi dan drainase lambung.
c. Meningkatkan istirahat.
d. Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah.
e. Memonitor perdarahan.
f. Mencegah obstruksi usus.
g. Irigasi atau pemberian obat.
h. Jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam.

h. Sistem Integumen.
1. Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma, malnutrisi, obat-
obat steroid.
2. Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan – satu tahun.
3. Ketidak efektifan penyembuhan luka dapat disebabkan :
• Infeksi luka.
• Diostensi dari udema / palitik ileus.
• Tekanan pada daerah luka.
• Dehiscence.
• Eviscerasi.

i. Drain dan Balutan


Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat di ruang PAR, ( Jumlah, warna,
konsistensi, dan bau cairan drain dan tanggal observasi).Dan minimal tiap 8 jam saat di
ruangan.

j. Pengkajian Nyeri
Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra operative.
Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi, diaphorosis,
gelisah, menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian analgetika.

k. Pemeriksaan Laboratorium.
Dilakukan untuk memonitor komplikasi.
Pemeriksaan didasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat kesehatan dan manifestasi
pot operative. Test yang lazim adalah elektrolit, Glukosa, dan darah lengkap.
Intervensi Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan


nyeri.

Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan,


penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis.

Tujuan : pola nafas efektif

Kriteria hasil :
a. Menunjukkan pola napas normal/efektif
b. Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia

Intervensi :

Intervensi Rasional
Pertahankan posisi nyaman, biasanya Meningkatkan inspirasi maksimal,
peninggian kepala tempat tidur (head up) meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi
pada sisi yang tak sakit.
Bila selang dada dipasang :

1. Periksa pengontrol penghisap, Mempertahankan tekanan negative


batas cairan intrapleural sesuai yang diberikan, yang
meningkatkan ekspansi paru optimum
dan/ atau drainase cairan

Gelembung udara selama ekspirasi


menunjukkan lubang angin dari
1. Observasi gelembung udara botol
pneumothorak. Naik turunnya
penampung
gelembung udara menunjukkan ekspansi
paru
Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat
system
c. Klem selang pada bagian bawah unit
drainase bila terjadi kebocoran Fluktuasi (pasang surut) menunjukkan
perbedaan tekanan inspirasi dan eksprirasi
d. Awasi pasang surutnya air
penampung dan water seal Berguna dalam menevaluasi perbaikan
kondisi/terjadinya komplikasi atau
e. Catat karakter/jumlah drainase selang
perdarahan yang memerlukan upaya
dada.
intervensi
Berikan oksigen melalui kanul/masker, Alat dalam menurunkan kerja napas;
latih napas dalam dan batuk efektif meningkatkan penghilangan distress
respirasi dan sianosis b.d hipoksemia.
Perawatan :

Observasi pola napas dan komplikasi Agar pasien tercukupi oksigennya dan
pola napasnya efektif, serta untuk
mencegah terjadinya komplikasi yang
bias memperparah kondisi klien

2. Nyeri dada b.d faktor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik
(pemasangan selang dada)

Kemungkinan dibuktikan dengan : RR dan nadi meningkat, raut wajah pasien seperti menahan
rasa sakit, pasien merasa tidak nyaman

Tujuan : kenyamanan pasien terpenuhi

Kriteria hasil:
- nyeri berkurang bahkan hilang
- RR dan nadi kembali normal yaitu 16-20x/menit dan 60-100x/menit.
Intervensi :

Intervensi Rasional
- Berikan tehnik relaksasi distraksi Mengalihkan perhatian apsien terhadap
rasa nyerinya sehingga nyeri pasien
berkurang
- Jika nyeri tidak Mengurangi tingakt nyeri yang dirasakan
berkurang,kolaborasikan dengan dokter pasien
untuk pemberian obat analgesic

- Observasi skala nyeri setelah intervensi Sebagai evaluasi terhadap interensi yang
yang telah dilakukan telah dilakukan dan untuk merencanakan
intervensi selanjutnya

3. Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh

Kemungkinan dibuktikan oleh: adanya inflamasi didaerah yang terpasang WSD, suhu tubuh
meningkat, nyeri pada daerah yang terpasang WSD

Tujuan : tidak terjadi infekasi pada pasien

Kriteria hasil :
- tidak terjadi infalamsi pada daerah yang terpasang WSD
- Tidak timbul rasa nyeri
- Suhu tubuh normal (36,5-37,5)
Intervensi :

Intervensi Rasional
Rawat daerah yang terpasang WSD Untuk menjaga kebersihan daerah yang
secara teratur terpasang WSD sehingga dapat
meminimalisir peluang terjadinya infeksi.
Ajarkan kepada keluarga untuk merawat Untuk melindungi tubuh dari resiko
daerah WSD dan instruksikan untuk infeksi
merawatnya secara teratur
Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan Mencegah kontaminasi lingkungan
yang benar terhadap pasien yang dapat emmicu
terjadinya infeksi
Ajarkan kepada pengunjung untuk
mencuci tangan sewaktu masuk dan
meninggalkan ruang pasien

Ajarkan kepada pasien dan keluarga


Mendeteksi adanya infeksi sedini
tanda/gejala infeksi dan kapan harus
mungkin sehingga dapa segera dilakukan
melaporkan ke pusat kesehatan
tindakan agar infeksi tidak semakin parah
Kolaborasikan untuk member antibiotik Mengendalikan factor pemicu infeksi
jika diperlukan
Batasi jumlah pengunjung jika diperlukan Meminimalkan pemicu infeksi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Water Seal Drainage ( WSD ) merupakam suatu tindakan invasive yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara atau cairan ( darah, pus ) dari rongga pleura, rongga thoraks dan
mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.

Tujuan pemasangan WSD antara lain :

1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan
tekanan negatif rongga tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Aziz. ( 2011 ). Prosedur Pemasangan dan Pencabutan WSD. ( Online ).


Senyumbening.blogspot.com. Diakses 10 Oktober 2015

Indriono. ( 2011 ) . Perawatan Pasien Setelah Dilakukan Tindakan Pemasangan Alat WSD.
( Online ). Anikindriono.blogspot.com. Diakses 10 Oktober 2015.

Muttaqin, Arif. ( 2008 ). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan . Jakarta: Salemba Medika.

Ward, dkk.( 2006 ).Glance Sistem Respirasi. Jakarta: Erlangga

Tamsuri, Anas. 2008. Klien dengan Gangguan Pernapasan. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai