A. DEFINISI
Hernia berasal dari bahasa Latin yaitu herniae yang berarti penonjolan isi suatu
rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang
lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering
terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala,
2009).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Sedangkan
menurut Tambayong (2000), Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang
memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih)
memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa hernia inguinalis adalah suatu keadaan keluarnya jaringan atau organ tubuh dari
suatu ruangan melalui suatu lubang atau celah keluar di bawah kulit atau menuju rongga
lainnya (kanalis inguinalis).
B. Etiologi
1. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada
Pasien – pasien penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis
untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah
berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya
penyakit yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala,
2009).
2. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal. Hernia
Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh
proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena
penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik.
Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot
mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi
hernia keluar dari otot yang lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2009).
3. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran prostat,
penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat
memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya
usus melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
4. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian
perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat
menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di
bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya
hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
8. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang lahir
normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan
menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila
seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi. (Giri
Made Kusala, 2009).
C. Klasifikasi
1. Hernia Bawaan atau Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi
desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium
ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam
beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka
kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang
kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada
usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul
hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup.
Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali
dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita (Erfandi, 2009).
2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia akuisita / didapat,
terutama akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan pada orang dewasa. Proses
terjadinya hernia eksternal pada bayi umumnya disebabkan penyakit kongenital, yakni
penyakit yang muncul ketika bayi dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui
penyebabnya (Erfandi, 2009).
a. Berdasarkan sifatnya
1) Hernia reponibel/reducible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk
lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus
(Erfandi, 2009).
2) Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia. Hernia ini juga
disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri
ataupun tanda sumbatan usus (Erfandi, 2009).
3) Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara)
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa
gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan
untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi
disebut sebagai “hernia strangulata”.Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi
abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit.
Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan
segera (Erfandi, 2009).
b. Berdasarkan Letaknya
1. Hernia Femoralis
Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan
anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis. Hernia femoralis umumnya
dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki. Keluhan
biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan
aktivitas yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat barang atau batuk.
Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus
femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong
sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di
lipat paha (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum
pada wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari
kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan
strangulasi dengan tipe hernia ini.
2. Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi
pada bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan
perempuan. Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut
yang masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen, biasanya
ketika bayi menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi
inkarserasi (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita
dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan
wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah
sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak
adekuat, atau kegemukan.
3. Hernia sikatriks atau hernia insisional
Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus mengakibatkan
anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani oleh saraf yang bersangkutan
(Syamsuhidayat, 2004).
4. Hernia Inguinalis
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah
lubang sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis
inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis
(buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan.
Hernia inguinalis dapat bersifat bawaan (kongenital) dan didapat (akuisita). Pasien laki-laki
lebih banyak daripada pasien wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi di selangkangan, yaitu
pada titik dimana korda spermatika keluar dari perut dan masuk ke dalam skrotum (Asep
Subarkah, 2008).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat dibagi menjadi :
a) Hernia inguinalis indirek
Disebut juga hernia inguinal lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia
masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus.Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini
disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam muskulus kremaster, terletak
anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam tali sperma (Syamsuhidayat,
2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria daripada wanita.
Insidennya tinggi pada bayi dan pasien kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan
sering turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu
tidur. Bila menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri
dapat timbul kembali.
b) Hernia inguinalis direk
Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui segitiga
Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh
epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga
Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus
transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga potensial untuk
menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan ke
skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar (Syamsuhidayat,
2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak
melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada
lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena
defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis
eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau
mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan
sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat
dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada anulus
inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada
dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.
E. Patosifiologi
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital
atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-
laki ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan
pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia
melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal
adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut,
dan kelemahan otot dinding perut karena usia.Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal
pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang
sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut
tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup.
Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.
Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal,
kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital
(Erfandi, 2009).Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena merupakan
lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal
meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
akuisita. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus
Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis setelah apendiktomi(Erfandi, 2009).
F. Gejala Klinis
Menurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari hernia adalah sebagai berikut :
1. Nyeri Kolik Menetap
2. Suhu Badan Normal Normal/meninggi
3. Denyut Nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
4. Leukosit Normal Leukositosis
5. Rangsang peritoneum Tidak Jelas
6. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal dan atau skrotal yang
hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intra peritoneal misalnya mengedan,
batuk-batuk, tertawa, atau menangis. Bila pasien tenang, benjolan akan hilang secara
spontan.
Nyeri
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah
epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia (Jennifer, 2007). Bila usus
tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh
darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia
strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang terus menerus.
7. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah.
8. Pada Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul
sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
9. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai
gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera.
Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan.
Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya,
10. Pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium.
G. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
a. Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk,
bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
b. Hernia inguinal
1. Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial,
tonjolan berbentuk lonjong.
2. Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
c. Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan
lanjutandari hernia inguinalis lateralis.
d. Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
e. Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
f. Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
g. Hernia perineum : benjolan di perineum.
2. Palpasi
a. Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh
mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu
hernia inguinalis medialis.
b. Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien disuruh
mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan
sebagai nernia inguinalis lateralis.
c. Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan lalu
pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis
jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
1. Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung
tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet),
atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam
annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia menyentuh ujung jari berarti
hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia
inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum
pubikum.
2. Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
3. Hernia inkarserata : nyeri tekan.
3. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia
strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
4. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami
obstruksi usus (hernia inkarserata). (Hudack& Gallo, 2007).
H. Pemeriksaan diagnostik / penunjang
1. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
2. Herniografi.
3. USG
4. CT dan MRI
5. Laparaskopi
6. Operasi Eksplorasi(Hudack& Gallo, 2007).
I. Terapi / Tindakan Penanganan
1. Indikasi Pembedahan
Pada umumnya, semua hernia harus diperbaiki, kecuali jika ada keadaan lokal atau sistemik
dari pasien yang tidak memungkinkan hasil yang aman. Pengecualian yang mungkin dari
hal umum ini adalah hernia dengan leher lebar dan kantung dangkal yang diantisipasi
membesar secara perlahan. Bebatan atau sabuk bedah bermanfaat dalam penatalaksanaan
hernia kecil jika operasi merupakan kontraindikasi, tetapi bebatan merupakan
kontraindikasi untuk pasien dengan hernia femoralis.
2. Terapi Umum
Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses alami dapat dilakukan
pada hernia umbilikalis sebelum pasien berumur dua tahun. Terapi konservatif berupa
penggunaan alat penyangga dapat digunakan sebagai pengelolaan sementara, misalnya
pemakaian korset pada hernia ventralis. Sementara itu, pada hernia inguinalis pemakaian
korset tidak dianjurkan karena selain tidak menyembuhkan, alat ini dapat melemahkan
dinding perut.Umumnya terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional. Usia
lanjut tidak merupakan kontraindikasi operasi elektif. Kalau pasien dengan hernia
inkarserata tidak menunjukkan gejala sistemik dapat dicoba melakukan reposisi postural.
Jika usaha reposisi berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi elektif setelah 2-3 hari
setelah udem jaringan hilang dan keadaan umum pasien sudah lebih baik. Pada hernia
inkarserata, apalagi pada hernia strangulata, kemungkinan pulihnya isi henia harus dinilai
saat operasi. Bila isi hernia sudah nekrotik, dilakukan reseksi. Kalau sewaktu operasi daya
pulih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah lima menit dievaluasi
kembali warna, peristaltis, dan pulsasi pada a. arkuata pada usus. Jika ternyata pada operasi
dinding perut kurang kuat, yang memang terjadi pada hernia direk, sebaiknya digunakan
marleks untuk menguatkan dinding perut setempat
J. Komplikasi
Komplikasi setelah operasi herniorraphy biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri,
hematom dan infeksi luka adalah masalah yang paling sering terjadi. Komplikasi yang lebih
serius seperti perdarahan, osteitis atau atropy testis terjadi kurang dari 1 persenpada pasien
yang menjalani hernioraphy.
K. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang sistematismeliputipengumpulan data, analisa data
danpenentuanmasalah.Pengumpulan data diperolehdengancaraintervensi, observasi,
pemeriksaanfisik.
1. Identitas klien
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhanutama
b. Riwayatkesehatan / penyakit sekarang
c. Riwayatkesehatan / penyakit dahulu
d. Riwayatkesehatan / penyakit keluarga
e. Riwayattumbuhkembang (usia 2 tahun)
3. Pemeriksaanfisik
4. Pemeriksaan tumbuh kembang
5. Pemeriksaan penunjang
L. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury biologis
4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rasa nyaman
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
6. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
7. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
anoreksi(NANDA, 2011).
M. Intervensi Keperawatan
Jennifer, 2007. Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. 2001. EGC