Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut.
Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau di luar
abdomen seperti organ-organ di rongga toraks. Nyeri abdomen dibedakan menjadi
dua yaitu nyeri visceral dan nyeri somatik.
a. Nyeri Viseral :
b. Nyeri somatik :
Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi
oleh saraf tepi diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti
ditusuk-tusuk atau disayat dengan pisau yang dapat ditunjukkan secara
tepat oleh pasien dengan menunjukkannya memakai jari. Rangsanagn
dapat berupa rabaan, tekanan, perubahan suhu, kimiawi atau proses
peradangan.
2. Etiologi
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran
pencernaan atau diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a. ulkus yang mengalami perforasi
b. irritable bowel syndrome
c. apendisitis
d. pankreasitis
e. batu empedu.
Beberapa kelainan tersebut bersifat relative ringan ; yang lain mungkin bisa
berakibat fatal.
3. Manifestasi Klinik
a. Nyeri abdomen
b. Mual, muntah
c. Tidak nafsu makan
d. Lidah dan mukosa bibir kering
e. Turgor kulit tidak elastis
f. Urine sedikit dan pekat
g. Lemah dan kelelahan
4. Patofisiolofi
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu
bersumber pada: visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi pada susunan saraf
spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen somatik
berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum dan
melibatkan visera mesentrium yang beisi banyak ujung saraf somatik, yang lebih
dapat meneruskan rasa nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada saraf
otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan
menyebabkan rasa nyeri visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik
pula, setelah peritoneum terlibat. Rasa nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh
tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeri
abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan nervus frenikus, misalnya pada
pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah abdomen
bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar akan timbul dibagian
bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus terletak pada saraf
yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa usus. Jaras
sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih
menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf
A. reseptor nyeri pada abdomen terbatas di submukosa, lapisan muskularis, dan serosa
dari organ abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke
ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan
melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju talamus,
kemudian ke korteks serebri. Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh
regangan atau akibat penurunan ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini
khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri
dari visera abdomen atas ( lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu ),
mencapai medula spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah
epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum
Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10, dirasakan di
sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus gnetalia
perempuan, impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis
pertama. Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalr ke
labium atau skrotum. Jka proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri
dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyei yang
disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada keracunan timah, dan porfirin belum
jelas patofisiologi dan patogenesisnya.
5. Patway
Etilogi Etilogi
Edema
Penghambatan
aliran limfe
Diapedesis
bakteri
Infark dinding
appendiks
ganggrenosa
appendiktomy
Spasme abdomen
Insisi bedah
Distensi abdomen
Nyeri post op
Menekan gaster
7. PENATALAKSANAAN
Resiko perubahan nutrisi
kurang
a. Pemberian dari kebutuhan
analgesik
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan
adalah mengumpulkan data,mengelompokkan data, dan menganalisa data.
a. Biodata
C. INTERVENSI
berhubungan - Nutritional
status : 1. Kaji adanya alergi makanan
dengan - Nutriotional 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
status : food menentukan jumlah kalori dan
pembatasan
and fluid nutrisi yang dibutuhkan pasien.
intake cairan 3. Anjurkan pasien untuk
- Nutritional
insisi bedah status : nutrient meningkatkan intake fe
intake 4. Anjurkan pasien untuk
ditandai dengan meningkatkan protein dan vitamin
- Weight control
pasien tampak kriteria hasil : C
5. Berikan substansi gula
lemah, lidah dan Adanya
peningkatan berat 6. Yakinkan diet yang dimakan
mukosa bibir badan sesuai mengandung tinggi serat untuk
pasien kering, dengan tujuan mencegah konstipasi
Berat badan ideal 7. Berikan makanan yang terpilih
turgor kulit tidak sesuai dengan (sudah dikonsultasikan dengan ahli
elastis, urine tinggi badan gizi )
Mampu 8. Ajarkan pasien bagaimana
sedikit dan
mengidentifikasi membuat catatan makanan harian
pekat, minum < kebutuhan nutrisi 9. Monitor jumlah nutrisi dan
8 gelas. Tidak ada tanda kandungan kalori
malnutrisi 10. Berikan informasi tentang
Menunjukkan kebutuhan nutrisi
peningkatan 11. Kaji kemampuan pasien untuk
fungsi mendapatkan nutrisi yang
pengecapan dari dibutuhkan
menelan - Nutrition Monitoring :
Tidak terjadi 1. BB pasien dalam batas
penurunan berat normal
2. Monitor adanya penurunan
badan yang berarti berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pegmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin,
total protein,Hb, dan kadar
Ht.
12. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
13. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori dan intake
nutrisi
15. Catat adanya edema,
hiperemik,hipertonik papila
lidah dan cavitas oral
16. Catat jika lidah berwarna
magenta,scarlet.