FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
Correlation between prostatic hyperplasia and inflamation
Yakub Bostanci, Amir Kazzazi, Shabnam Momtahen, Juliana Laze, and Bob Djavan
Pendahuluan
Faktor usia dan hormon androgen merupakan faktor penting dalam terbentuknya
BPH, namun patogenesis dari BPH itu sendiri masih belum bisa dipahami dengan pasti.
Dalam beberapa tahun terakhir, diduga inflamasi memegang peranan penting dalam
perkembangan dan terjadinya BPH. Penelitian terbaru menduga terdapat hubungan antara
inflamasi prostat dan LUTS dengan BPH.
Inflamasi pada prostat berhubungan dengan progresi simptom, resiko retensi urin,
dan harus dioperasi atau tidaknya pasien. Inflamasi intraprostatic juga ditemukan pada
70% pria yang membutuhkan tranuretheral prostatic resection pada acute urinary
retention dibandingkan dengan 45% pria yang membutuhkan reseksi untuk mengobati
LUTS.
Sejauh ini, agen anti-inflamasi berbeda telah dicoba baik secara in vitro dan in
vivo untuk menangani BPH. Beberapa obat mungkin menurunkan volume prostat dengan
cara bekerja pada beberpa tempat dalam pathway inflamasi.
Kesimpulan
Walaupun belum dapat dipahami secara utuh pathway dalam inflamasi pada
prostat, akumulasi bukti-bukti mengarahkan pada proses inflamasi mempengaruhi baik
prostat dan kandung kemih memegang peranan penting pada pembentukan, pertumbuhan
prostat dan LUTS. Pada semua penyakit prostat, proses imunologi dan inflamasi berperan
dalam patogenesis atau sebagai potensial triger dari progresi penyakit ini. Aktivasi T-cell
pada infiltrasi inflamsi dapat berdampak pada stimulasi proliferasi sel stromal dan sel
epitelial yang disebabkan mekanisme autoimun. Kerusakan jaringan yang disebabkan
oleh inflamasi pada akhirnya membentuk nodul-nodul pada prostat. Belum ditemukan
target inflamasi prostat dengan agen farmakologi sebagai hasil dari rendahnya insiden
dan progresi atau regresi BPH. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk diperoleh
pemahaman yang lebih baik mengenai peranan inflamasi prostat pada inisiasi,
pembentukan, dan progresifitas BPH.
Symptoms of benign prostatic hyperplasia: Does prostate size matter?
Pendahuluan
Prostat normal yang sehat memiliki berat kurang lebih 15 gram pada laki-laki
muda dan sekitar 30 gram pada pria usia 50 tahun atau lebih. Seiring dengan kedewasaan,
prostat mengalami dua kali periode pertumbuhan. Pada awal masa puber dan usia sekitar
25 tahun.
Metode
Hasil
Usia rata-rata pasien dengan simptom adalah 62.297.67 dan pasien yang tidak
menunjukkan simptom adalah 59.147.54. Frekuensi simptomatik dan asimptomatik dan
usia pasien ditampilkan pada tabel dibawah ini.
50-59 36 55 91
60-69 39 32 71
70-79 26 08 34
80-89 02 02 04
90-99 0 01 01
Pembahasan
BPH jarang ditemukan pada usia dibawah 45 tahun. Simptom dari BPH dapat
diklasifikasikan menjadi gejala obstruksi dan iritasi. Berdasarkan hasil volume prostat
yang diperoleh pada hasil, menunjukkan tidak ada pengaruh ukuran prostat dan gejala
LUTS. Hal ini sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Bosch et al yang
menyatakan bahwa ukuran prostat tidak selalu menentuka seberapa parah obstuksi atau
simptom yang akan dialami pasien. Beberapa pria dengan ukuran kelenjar prostat yang
besar mengalami obstruksi yang minumal dan beberapa lainnya yang memiliki ukuran
prostat yang lebih kecil mrengalami kesulitann berkemih dan simptom yang lebih berat.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa ukuran prostat tidak mempengaruhi gejala yang akan
diderita pasien BPH.
Correlation of prostate volume with International Prostate Symptom Score and Benign
Prostatic Hyperplasia-Impact Index in benign prostatic hyperplasia
Gnyawali D, Sharma U
Pendahuluan
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah penyebab utama morbiditas pada pria
usia lanjut dan meningkat sejalan dengan peningkatan usia. BPH ini menyebabkan
gangguan berkemih pada pria, gejala-gejalanya secara kolektif dinyatakan sebagai lowet
urinary tract symptoms (LUTS).
Index gejala AUA-7 telah diadopsi oleh WHO sebagai International Prostate
Symptom Score (IPSS). Serupa dengan IPSS, Benign Prostatic Hyperplasia Impact Index
(BII) telah dikembangkan untuk mengetahui dampak progejala BPH pada kesehatan
pasien lebih dari satu bulan.
Metode
Seratus dua puluh tujuh pasien didiagnosis dengan BPH sepanjang masa
penelitian dan sebanyak 98 pasien diikutsertakan dalam penelitian setelah dilakukan
pemisahan sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Usia rata-rata pasien 66.7 7.3
tahun (rentang antara 50-84). Ukuran prostat antara 20 sampai 108gm; dengan berat rata2
47.54-18.6 g.
Pada psenelitian ini, score rata-rata IPSS adalah 23.66.07 (antara 12-35), dan
rata-rata kualitas hidup adalah 5.10.91 (antara 2-6). Berdasarkan analisis data
menggunakan SPSS, terdapat korelasi positif antara IPSS dan BPH II, IPSS dan QOL
serta tidak terdapat korelasi antara IPSS dan Pristatic Wt dan BPH II dan Prostatic Wt.
Pembahasan
BII merupakan alat ukur spesifik terhadap BPH yang mengukur dampak gejala
BPH pada kesehatan dan fungsi kehidupan pasien. Target utama pengobatan pasien
dengan simptom BPH adalah untuk mengurangi simptom, BPH II dapat digunakan untuk
mengukur dampak simptom pada pasien.
Kesimpulan
Terdapat korelasi positif pada IPSS dan BII, namun tidak terdapat korelasi antara
ukuran prostat dan simptom (IPSS, BII). Penanganan pada pasien BPH harus
memperhatikan baik pada simptom dan ukuran prostat.