Anda di halaman 1dari 10

JOURNAL READING

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Dokter Umum


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAGIAN ILMU BEDAH


RSUD KABUPATEN SUKOHARJO

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
Correlation between prostatic hyperplasia and inflamation

Yakub Bostanci, Amir Kazzazi, Shabnam Momtahen, Juliana Laze, and Bob Djavan

Pendahuluan

Faktor usia dan hormon androgen merupakan faktor penting dalam terbentuknya
BPH, namun patogenesis dari BPH itu sendiri masih belum bisa dipahami dengan pasti.
Dalam beberapa tahun terakhir, diduga inflamasi memegang peranan penting dalam
perkembangan dan terjadinya BPH. Penelitian terbaru menduga terdapat hubungan antara
inflamasi prostat dan LUTS dengan BPH.

Inflamasi dan prostat

Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa kemungkinan BPH memiliki


komponen autoimun, dengan adanya stimulan dari antigen dapat menyebabkan
tercetusnya respon inflamasi kronis pada prostat yang mengarah pada rebuilding jaringan
dan pertumbuhan stromal pada prostat. Proses inflamasi kronis ini menyebabkan
hiperproliferasi yang selanjutnya menyebabkan kerusakan jaringan prostat dan pada
akhirnya menyebabkan nodul-nodul pada BPH. Proses inflamasi bekerja melalui dua
mekanisme. Pertama menstimulasi pembesaran kelenjar prostat dan menurunkan proses
apoptosis. Keduanya mengarah pada pembesaran kelenjar prostat.

Data dari Medical Therapy of Prostatic Symptoms (MTOPS) menunjukkan


sebanyak 2.5% prostat disebabkan oleh inflamasi akut dan 43% disebabkan oleh
inflamasi kronis. Keduanya diperoleh dari biopsi specimen prostat. Dari segi ukuran,
perbandingan ukuran pada inflamasi akut dan inflamasi kronis adalah 41.1:36.8 ml.
Pasien yang mengalami retensi akut karena BPH dan tanpa retensi adalah 2.4:0.6%.
Penelitian lain dilakukan pada 93 pria yang telah diperiksa secara histopatologis sebanyak
75% ditemukan mediator-mediator inflamasi kronik.

Walaupun telah disepakati peranan infiltrasi prostat pada proses pembesaran


prostat, namun origin inflamation masih diperdebatkan. Patogen yang berbeda antara lain
infeksi bakterial, refluks urin dari inflamasi kemikal, faktor diet, hormon-hormon, proses
autoimun dan kombinasi dari seluruh faktor tersebut.

Menurut De Makzo et al, semua mekanisme jejas epitel kronis tersebut


bertanggungjawab terhadap menurunnya fungsi pertahanan/barier dan memfasilitasi
pertumbuhan agen infeksi yang pada akhirnya menstimulasi respon inflamasi dan
meningkatnya infiltrat inflamasi pada prostat.

Inflamasi dan klinis BPH

Inflamasi pada prostat berhubungan dengan progresi simptom, resiko retensi urin,
dan harus dioperasi atau tidaknya pasien. Inflamasi intraprostatic juga ditemukan pada
70% pria yang membutuhkan tranuretheral prostatic resection pada acute urinary
retention dibandingkan dengan 45% pria yang membutuhkan reseksi untuk mengobati
LUTS.

Sitokin dan peranan inflamasi pada patogenesis histologi BPH

Inflamasi kronis merupakan faktor ketiga pada patogenesis BPH. Inflamasi


prostat pada BPH dapat menyebabkan pelepasan sitokin dari sel yang terinflamasi dan
kondisi hipoksia sebagai hasil dari peningkatan kebutuhan oksigen pada proliferasi sel
yang dapat berakhir pada cidera jaringan. Sitokin dan pelepasan growth factor dari sel
yang mengalami inflamasi kemungkinan tidak hanya berinteraksi dengan effektor
imunitas tapi juga dengan sel stromal dan epitelial prostat.

Inflamasi pada prostat sebagai target pencegahan dan pengobatan

Sejauh ini, agen anti-inflamasi berbeda telah dicoba baik secara in vitro dan in
vivo untuk menangani BPH. Beberapa obat mungkin menurunkan volume prostat dengan
cara bekerja pada beberpa tempat dalam pathway inflamasi.
Kesimpulan

Walaupun belum dapat dipahami secara utuh pathway dalam inflamasi pada
prostat, akumulasi bukti-bukti mengarahkan pada proses inflamasi mempengaruhi baik
prostat dan kandung kemih memegang peranan penting pada pembentukan, pertumbuhan
prostat dan LUTS. Pada semua penyakit prostat, proses imunologi dan inflamasi berperan
dalam patogenesis atau sebagai potensial triger dari progresi penyakit ini. Aktivasi T-cell
pada infiltrasi inflamsi dapat berdampak pada stimulasi proliferasi sel stromal dan sel
epitelial yang disebabkan mekanisme autoimun. Kerusakan jaringan yang disebabkan
oleh inflamasi pada akhirnya membentuk nodul-nodul pada prostat. Belum ditemukan
target inflamasi prostat dengan agen farmakologi sebagai hasil dari rendahnya insiden
dan progresi atau regresi BPH. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk diperoleh
pemahaman yang lebih baik mengenai peranan inflamasi prostat pada inisiasi,
pembentukan, dan progresifitas BPH.
Symptoms of benign prostatic hyperplasia: Does prostate size matter?

Aurangzaib Siyal, Amanullah Abbasi, Saeed Ahmed Shaikh

Pendahuluan

Prostat normal yang sehat memiliki berat kurang lebih 15 gram pada laki-laki
muda dan sekitar 30 gram pada pria usia 50 tahun atau lebih. Seiring dengan kedewasaan,
prostat mengalami dua kali periode pertumbuhan. Pada awal masa puber dan usia sekitar
25 tahun.

Manifestasi klinis dari BPH termasuk LUTS, buruknya pengosongan kandung


kemih, retensi urin, instabilitas muskulus detrusor, infeksi saluran kemih, hematuria, dan
insufisiensi renal. Prevalensi BPH meningkat dengan bertambahnya usia. Telah dilakukan
observasi bahwa banyak pembesaran kelenjar prostat tidak menyebabkan gejala berupa
gangguan berkemih dan geala gangguan berkemih ini pula dapat tejadi pada pria dengan
ukuran prostat normal.

Metode

Penelitian ini dilakukan di bagian radiologi dan urologi, Chandka Medical


Collage Hospital, Shaheed Mohtamar Benazir Bhutto Medical Univercity, Larkana,
Pakistan dari Januari 2014 sampai April 2014. Sampel sebanyak 201 pria dengan usia
antara 50-90 tahun yang datang kebagian radiologi untuk dilakukan USG. Di antaranya
sebanyak 103 pria yang datang ke urologist dengan simptom yang diduga BPH. Individu
yang sebelumnya telah dilakukan operasi prostat atau operasi saluran kencing bagian
bawah atau yang memiliki kanker prostat atau PSA level melebihi 10mg/ml dimasukkan
dalam kriteria eksklusi. Sebanyak 98 pria tidak mengalami urinary symptoms datang
hanyak untuk melakukan USG dengan keluhan lain yang juga diikutsertakan dalam
penelitian ini.

Hasil

Usia rata-rata pasien dengan simptom adalah 62.297.67 dan pasien yang tidak
menunjukkan simptom adalah 59.147.54. Frekuensi simptomatik dan asimptomatik dan
usia pasien ditampilkan pada tabel dibawah ini.

Usia Pasien Simptomatik Asimptomatik Total

50-59 36 55 91

60-69 39 32 71

70-79 26 08 34

80-89 02 02 04

90-99 0 01 01

total 103 98 201

Sebanyak 22.9% pasien mengeluhkan keluhan frequency dalam berkemih. 12.4%


retensi urin dan keluhan dengan presentasi terendah berupa nokturia sebesar 1.5%.
Volume rata-rata prostat pada pasien yang simptomatik dan asimptomatik adalah
52.32.76 dan 49.873.57 gram. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam ukuran
prostat pada pasien yang simptomatik dan asimptomatik.

Pembahasan

BPH jarang ditemukan pada usia dibawah 45 tahun. Simptom dari BPH dapat
diklasifikasikan menjadi gejala obstruksi dan iritasi. Berdasarkan hasil volume prostat
yang diperoleh pada hasil, menunjukkan tidak ada pengaruh ukuran prostat dan gejala
LUTS. Hal ini sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Bosch et al yang
menyatakan bahwa ukuran prostat tidak selalu menentuka seberapa parah obstuksi atau
simptom yang akan dialami pasien. Beberapa pria dengan ukuran kelenjar prostat yang
besar mengalami obstruksi yang minumal dan beberapa lainnya yang memiliki ukuran
prostat yang lebih kecil mrengalami kesulitann berkemih dan simptom yang lebih berat.

Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa ukuran prostat tidak mempengaruhi gejala yang akan
diderita pasien BPH.
Correlation of prostate volume with International Prostate Symptom Score and Benign
Prostatic Hyperplasia-Impact Index in benign prostatic hyperplasia

Gnyawali D, Sharma U

Pendahuluan

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah penyebab utama morbiditas pada pria
usia lanjut dan meningkat sejalan dengan peningkatan usia. BPH ini menyebabkan
gangguan berkemih pada pria, gejala-gejalanya secara kolektif dinyatakan sebagai lowet
urinary tract symptoms (LUTS).

Index gejala AUA-7 telah diadopsi oleh WHO sebagai International Prostate
Symptom Score (IPSS). Serupa dengan IPSS, Benign Prostatic Hyperplasia Impact Index
(BII) telah dikembangkan untuk mengetahui dampak progejala BPH pada kesehatan
pasien lebih dari satu bulan.

Telah dilakukan penelitian yang mempelajari hubungan antara ukuran prostat


dengan IPSS dan IPSS beserta BII. Namun penelitian mengenai hubungan ukuran prostat
dengan BII belum ditemukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan
antara ukuran prostat, IPSS dan BII.

Metode

Ini merupakan penelitian prospektif dilakukan di bagian urology, Tribhuran


University Teaching Hospital (TUTH), Kathamandu, Nepal. Dilakukan selama 8 bulan
dan inform consent dimintakan dari pasien sendiri atau keluarga. Pasien-pasien dinilai
keparahan gejala dengan penghitungan IPSS dan QOL dan BII. Ukuran prostat dihitung
menggunakan USG transabdominal. Data dianalisis menggunakan SPSS.
Hasil

Seratus dua puluh tujuh pasien didiagnosis dengan BPH sepanjang masa
penelitian dan sebanyak 98 pasien diikutsertakan dalam penelitian setelah dilakukan
pemisahan sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Usia rata-rata pasien 66.7 7.3
tahun (rentang antara 50-84). Ukuran prostat antara 20 sampai 108gm; dengan berat rata2
47.54-18.6 g.

Pada psenelitian ini, score rata-rata IPSS adalah 23.66.07 (antara 12-35), dan
rata-rata kualitas hidup adalah 5.10.91 (antara 2-6). Berdasarkan analisis data
menggunakan SPSS, terdapat korelasi positif antara IPSS dan BPH II, IPSS dan QOL
serta tidak terdapat korelasi antara IPSS dan Pristatic Wt dan BPH II dan Prostatic Wt.

Pembahasan

BPH merupakan kondisi ysng berhubungan dengan usia. Walaupun bukan


merupakan kondisi yang mengancam nyawa, manifestasi klinisnya yang berupa LUTS
telah mengurangi kualitas hidup pasien. Berdasarkan penelitian cohort yang dilakukan
oleh Baltimore Longitudinal Study of Aging, sebanyak 60% pria berusia 60 tahun
mengalami gejala klinik BPH dengan berbagai tingkat. LUTS dapat ditemukan pada 30%
pria dengan usia di atas 65 tahun. Pada penelitian lebih lanjut, usia rata-rata pasien
66.77.3 dengan lebih dari 50% pasien berusia 60 tahunan. Dari semua pasien mengalami
gejala sedang hingga berat.

BII merupakan alat ukur spesifik terhadap BPH yang mengukur dampak gejala
BPH pada kesehatan dan fungsi kehidupan pasien. Target utama pengobatan pasien
dengan simptom BPH adalah untuk mengurangi simptom, BPH II dapat digunakan untuk
mengukur dampak simptom pada pasien.

Penelitian-penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil tingginya derajat


hubungan antara BII dan IPSS. Penelitian serupa dengan penelitian ini menunjukkan hasil
yang konstan bahwa tidak ada korelasi antara ukuran prostat dan keparahan simptom
pada pasien yang didiagnosis klinis sebagai BPH.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan.Tidak dilakukannya fungsi LUTS
dengan melakukan pengukuran yang objektif pada flow rate pada semua pasien.

Kesimpulan

Terdapat korelasi positif pada IPSS dan BII, namun tidak terdapat korelasi antara
ukuran prostat dan simptom (IPSS, BII). Penanganan pada pasien BPH harus
memperhatikan baik pada simptom dan ukuran prostat.

Anda mungkin juga menyukai