Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN SEMINAR ASKEP

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PADA TN.W DENGAN BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA
DI RUANG DAHLIA RSUD PURBALINGGA

Oleh Kelompok 2:
1. Nyai Cicih, S.Kep.
2. Tyas Sitaresmi K, S,Kep.
3. Eni Rahmawati, S.Kep.
4. Wakhaerun, S.Kep.
5. Iwan Hermawan, S.Kep.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2010

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) sering diketemukan pada pria yang
menapak usia lanjut. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebenarnya
merupakan istilah istopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel
epitel kelenjar prostat1. Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70%
pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di
atas 80 tahun. Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang
menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari
pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate enlargement (BPE) yang
menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai
bladder outlet obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran
kelenjar prostat disebut sebagai benign prostate obstruction (BPO). Obstruksi ini lama
kelamaan dapat menimbulkan perubahan struk-tur buli-buli maupun ginjal sehingga
menye-babkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah.
Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS (lower
urinary ract symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun
iritasi (storage symptoms) yang meliputi: frekuensi miksi meningkat, urgensi,
nokturia, pancaran miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa
tidak puas sehabis miksi, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urine. Hubungan antara
BPH dengan LUTS sangat kompleks. Tidak semua pasien BPH mengeluhkan
gangguan miksi dan sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH.
Banyak sekali faktor yang diduga berperan dalam proliferasi/pertumbuhan
jinak kelenjar prostat, tetapi pada dasarnya BPH tumbuh pada pria yang menginjak
usia tua dan masih mempunyai testis yang masih berfungsi normal menghasilkan
testosteron. Di samping itu pengaruh hormon lain (estrogen, prolaktin), diet tertentu,
mikrotrauma, dan faktor-faktor lingkungan diduga berperan dalam proliferasi selsel
kelenjar prostat secara tidak langsung. Faktor-faktor tersebut mampu mempengaruhi
sel-sel prostat untuk mensintesis protein growth factor, yang selanjutnya protein inilah
yang berperan dalam memacu terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat. Fakor-

faktor yang mampu meningkatkan sintesis protein growth factor dikenal sebagai faktor
ekstrinsik sedangkan protein growth factor dikenal sebagai faktor intrinsik yang
menyebabkan hiperplasia kelenjar prostat.
B. Tujuan
a.

Tujuan Umum:
Untuk mengetahui proses keperawatan medikal bedah benigna prostat hyperplasia
(BPH)

b.

Tujuan Khusus:
1) Untuk mengetahui definisi atau pengertian BPH
2) Untuk mengetahui etiologi BPH
3) Untuk mengetahui klasifikasi BPH
4) Untuk mengetahui patofisiologi BPH
5) Untuk mengetahui tanda dan gejala dari BPH
6) Untuk mengetahui jenis pemeriksaan penunjang untuk BPH
7) Dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan BPH
8) Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dengan adanya
prostatektomi
9) Mengetahui rencana asuhan keperawatan untuk pasien BPH
10)

Membuat asuhan keperawatan untuk pasien BPH

BAB II
TIJAUAN PUSTAKA

1.

Pengertian BPH
Istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi adalah hiperplasia
kelenjar periuretra yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi
kapsul bedah. (Anonim FK UI 1995). BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar
prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada jalan urine (urethra).
Prostat adalah jaringan fibromuskuler dan jaringan kelenjar yang terlihat persis di
inferior dari kandung kencing. Prostat normal beratnya + 20 gr, didalamnya berjalan
uretra posterior + 2,5 cm.

Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum

puboprostatikum dan sebelah inferior oleh diafragma urogenitale. Pada prostat bagian
posterior bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan berakhir pada
verumontanum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dari spingter uretra
eksterna.
2.

Etiologi
Penyebab secara pasti belum diketahui, namun terdapat faktor resiko umur dan
hormon androgen (Anonim,FK UI,1995). Pada umur diatas 50 tahun, pada orang lakilaki akan timbul mikronodule dari kelenjar prostatnya.

Sebagai

etiologi sekarang dianggap

ketidakseimbangan endokrin. Testosteron dianggap mempengaruhi bagian tepi prostat,


sedangkan estrogen (dibuat oleh kelenjar adrenal) mempengaruhi bagian tengah prostat.

3.

Patofisiologi
BPH terjadi pada umur yang semakin tua (> 45 tahun ) dimana fungsi testis
sudah menurun. Akibat penurunan fungsi testis ini menyebabkan ketidakseimbangan
hormon testosteron dan dehidrotesteosteron sehingga memacu pertumbuhan /
pembesaran prostat. Makrokospik dapat mencapai 60 - 100 gram dan kadang-kadang
lebih besar lagi hingga 200 gram atau lebih.
Tonjolan biasanya terdapat pada lobus lateralis dan lobus medius, tetapi tidak
mengenai bagian posterior dari pada lobus medialis, yaitu bagian yang dikenal sebagai
lobus posterior, yang sering merupakan tempat berkembangnya karsinoma (Moore)

Tonjolan ini dapat menekan urethra dari lateral sehingga lumen urethra menyerupai
celah, atau menekan dari bagian tengah. Kadang-kadang penonjolan itu merupakan
suatu polip yang sewaktu-waktu dapat menutup lumen urethra. Pada penampang,
tonjolan itu jelas dapat dibedakan dengan jaringan prostat yang masih baik. Warnanya
bermacam-macam tergantung kepada unsur yang bertambah. Apabila yang bertambah
terutama unsur kelenjar, maka warnanya kung kemerahan, berkonsistensi lunak dan
terbatas tegas dengan jaringan prostat yang terdesak, yang berwarna putih keabu-abuan
dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan maka akan keluar caiaran seperti susu. Apabila
unsur fibromuskuler yang bertambah, maka tonjolan berwarna abu-abu padat dan tidak
mengeluarkan cairan seperti halnya jaringan prostat yang terdesak sehingga batasnya
tidak jelas. Gambaran mikroskopik juga bermacam-macam tergantung pada unsur yang
berproliferasi. Biasanya yang lebih banyak berproliferasi ialah unsur kelenjar sehingga
terjadi penambahan kelenjar dan terbentuk kista-kista yang dilapisi oleh epitel torak
atau koboid selapis yang pada beberapa tempat membentuk papil-papil ke dalam lumen.
Membran basalis masih utuh. Kadang-kadang terjadi penambahan kelenjar yang kecilkecil sehingga menyerupai adenokarsinoma. Dalam kelenjar sering terdapat sekret
granuler, epitel yang terlepas dan corpora anylacea. Apabila unsur fibromuskuler yang
bertambah, maka terjadi gambaran yang terjadi atas jaringan ikat atau jaringan otot
dengan kelenjar-kelenjar yang letaknya saling berjauhan. Gambaran ini juga dinamai
hiperplasi fibrimatosa atau hiperplasi leiomymatosa. Pada jaringan ikat atau jaringan
otot biasanya terdapat serbukan limfosit. Selain gambaran di atas sering terdapat
perubahan lain berupa :
1. Metaplasia skwamosa epitel kelenjar dekat uretra.
2. Daerah infark yang biasanya kecil-kecil dan kadang-kadang terlihat di

bawah

mikroskop.
Tanda dan gejala dari BPH adalah dihasilkan oleh adanya obstruksi jalan keluar
urin dari kandung kemih. Ada tiga cara pengkuran besarnya hipertropi prostat :
Rectal Grading, yaitu dengan rectal toucher diperkirakan berapa cm prostat yang
menonjol ke dalam lumen rektum yang dilakukan sebaiknya pada saat buli-buli kosong.
Gradasi ini adalah :
0 - 1 cm : grade 0
1 - 2 cm : grade 1
2 - 3 cm : grade 2

3 - 4 cm : grade 3
> 4 cm : grade 4
Pada grade 3 - 4 batas prostat tidak teraba. Prostat fibrotik, teraba lebih kecil dari
normal.
Clinical Grading, dalam hal ini urine menjadi patokan. Pada pagi hari setelah bangun
pasien disuruh kencing sampai selesai, kemudian di masukan kateter ke dalam buli-buli
untuk mengukur sisa urine.
Sisa urine 0 cc : normal
Sisa urine 0-50 cc : grade 1
Sisa urine 50-150 cc : grade 2
Sisa urine > 150 cc : grade 3
Tidak bisa kencing : grade 4
Intra Uretral Grading, dengan alat perondoskope dengan diukur / dilihat bebrapa jauh
penonjolan lobus lateral ke dalam lumen uretra.
Grade I : Clinical grading sejak berbulan-bulan, bertahun-tahun, mengeluh kalau
kencing tidak lancar, pancaran lemah, nokturia.
Grade II : Bila miksi terasa panas, sakit, disuria.
Grade III : Gejala makin berat
Grade IV : Buli-buli penuh, disuria, overflow inkontinence. Bila overflow incontinence
dibiarkan dengan adanya infeksi dapat terjadi urosepsis berat. Pasien menggigil, panas
40-41 celsius, kesadaran menurun.
4.

Tanda dan Gejala


Gejala-gejala pembesaran prostat jinak dikenal sebagai Lower Urinary Tract Symptoms
(LUTS),yang dibedakan menjadi:
1). Gejala iritatif, yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun pada malam hari untuk miksi
(nokturia),perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (urgensi),dan nyeri pada saat
miksi (disuria).
2). Gejala obstruktif adalah pancaran melemah, rasa tidak puas setelah miksi, kalau mau
miksi harus menunggu lama, harus mengedan,kencing terputus-putus,dan waktu
miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan inkontinen karena
overflow. (Anonim,FK UI,1995).

5.

Pemeriksaan penunjang
1). Pemeriksaan laboratorium
Analisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin, elektrolit, kadar ureum kreatinin.
Bila perlu Prostate Spesific Antigen (PSA), untuk dasar penentuan biopsi.
2). Pemeriksaan radiologis
Foto polos abdomen, USG, BNO-IVP, Systocopy, dan Cystografi.

6.

Penatalaksanaan
1) Terapi medikamentosa
a) Penghambat andrenergik , misalnya prazosin, doxazosin, alfluzosin atau 1a
(tamsulosin).
b) Penghambat enzim 5--reduktase, misalnya finasteride (Poscar)
c) Fitoterapi, misalnya eviprostat
2) Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala dan
komplikasi. Indikasi terapi bedah yaitu :
a) Retensio urin berulang
b) Hematuria
c) Tanda penurunan fungsi ginjal
d) Infeksi saluran kencing berulang
e) Tanda-tanda obstruksi berat yaitu divertikel,hidroureter, dan hidronefrosis.
f) Ada batu saluran kemih
Beberapa terapi bedah tersebut antara lain:
1. Prostatektomi
Ada berbagai macam prostatektomi yang dapat dilakukan yang masing
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain :
a. Prostatektomi Supra pubis.
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Yaitu
suatu insisi yang dibuat kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat
dari atas. Pendekatan ini dilakukan untuk kelenjar dengan berbagai ukuran dan
beberapa komplikasi dapat terjadi seperti kehilangan darah lebih banyak
dibanding metode yang lain. Kerugian lainnya adalah insisi abdomen akan
disertai bahaya dari semua prosedur bedah abdomen mayor, seperti kontrol

perdarahan lebih sulit, urin dapat bocor disekitar tuba suprapubis, serta
pemulihan lebih lama dan tidak nyaman. Keuntungan yang lain dari metode ini
adalah secara teknis sederhana, memberika area eksplorasi lebih luas,
memungkinkan eksplorasi untuk nodus limfe kankerosa, pengangkatan kelenjar
pengobstruksi lebih komplit, serta pengobatan lesi kandung kemih yang
berkaitan.
b.

Prostatektomi Perineal.
Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Cara ini
lebih praktis dibanding cara yang lain, dan sangat berguna untuk biopsi terbuka.
Keuntungan yang lain memberikan pendekatan anatomis langsung, drainage
oleh bantuan gravitasi, efektif untuk terapi kanker radikal, hemostatik di bawah
penglihatan langsung,angka mortalitas rendah, insiden syok lebih rendah, serta
ideal bagi pasien dengan prostat yang besar, resiko bedah buruk bagi pasien
sangat tua dan ringkih. Pada pasca operasi luka bedah mudah terkontaminasi
karena insisi dilakukan dekat dengan rektal. Lebih jauh lagi inkontinensia,
impotensi, atau cedera rectal dapat mungkin terjadi dari cara ini. Kerugian lain
adalah kemungkinan kerusakan pada rectum dan spingter eksternal serta
bidang operatif terbatas.

c. Prostatektomi retropubik.
Adalah suatu teknik yang lebih

umum dibanding pendekatan suprapubik

dimana insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara
arkus pubis

dan kandung kemih tanpa tanpa memasuki kandung kemih.

Prosedur ini cocok untuk kelenjar besar yang terletak tinggi dalam pubis.
Meskipun darah yang keluar dapat dikontrol dengan baik dan letak bedah labih
mudah untuk dilihat, infeksi dapat cepat terjadi dalam ruang retropubis.
Kelemahan lainnya adalah tidak dapat mengobati penyakit kandung kemih yang
berkaitan serta insiden hemorargi akibat pleksus venosa prostat meningkat juga
osteitis pubis. Keuntungan yang lain adalah periode pemulihan lebih singkat
serta kerusakan spingter kandung kemih lebih sedikit.
2. Insisi Prostat Transuretral ( TUIP )
Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan instrumen
melalui uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat
untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan mengurangi kontriksi uretral.

Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil ( 30 gram/kurang )


dan efektif dalam mengobati banyak kasus BPH. Cara ini dapat dilakukan di
klinik rawat jalan dan mempunyai angka komplikasi lebih rendah di banding cara
lainnya.
3. TURP ( Trans Uretral Reseksi Prostat )
TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra
menggunakan resektroskop, dimana resektroskop merupakan endoskop dengan
tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat pemotong
dan counter yang disambungkan dengan arus listrik. Tindakan ini memerlukan
pembiusan umum maupun spinal dan merupakan tindakan invasive yang masih
dianggap aman dan tingkat morbiditas minimal.
TURP merupakan operasi tertutup tanpa insisi serta tidak mempunyai efek
merugikan terhadap potensi kesembuhan. Operasi ini dilakukan pada prostat yang
mengalami pembesaran antara 30-60 gram, kemudian dilakukan reseksi. Cairan
irigasi digunakan secara terus-menerus dengan cairan isotonis selama prosedur.
Setelah dilakukan reseksi, penyembuhan terjadi dengan granulasi dan reepitelisasi
uretra pars prostatika (Anonim,FK UI,1995).
Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter Foley tiga saluran no. 24 yang
dilengkapi balon 30 ml, untuk memperlancar pembuangan gumpalan darah dari
kandung kemih. Irigasi kanding kemih yang konstan dilakukan setelah 24 jam bila
tidak keluar bekuan darah lagi. Kemudian kateter dibilas tiap 4 jam sampai cairan
jernih. Kateter dingkat setelah 3-5 hari setelah operasi dan pasien harus sudah
dapat berkemih dengan lancar.
TURP masih merupakan standar emas. Indikasi TURP ialah gejalagejala dari sedang sampai berat, volume prostat kurang dari 60 gram dan pasien
cukup sehat untuk menjalani operasi. Komplikasi TURP jangka pendek adalah
perdarahan, infeksi, hiponatremia atau retensio oleh karena bekuan darah.
Sedangkan komplikasi jangka panjang adalah striktura uretra, ejakulasi retrograd
(50-90%), impotensi (4-40%). Karena pembedahan tidak mengobati penyebab
BPH, maka biasanya penyakit ini akan timbul kembali 8-10 tahun kemudian.

7.

Pathway
Perubahan keseimbangan hormon testosteron dan hesterogen
testosteron bebas + enzim 5 reduktase
dehidrolisis

Dehidro Testosteron (DHT)

diikat reseptor (dalam sitoplasma sel prostat)


DHT-reseptor

inti sel

mempengaruhi RNA

penurunan sintesis protein

PROLIFERASI SEL

PEMBESARAN PROSTAT

rangsangan pada V U

sering berkontraksi meski belum penuh


vesika dekompensas
retensio urine (residu urine)
rasa tidak puas (tuntas pada akhir)

8.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.

Sirkulasi :
Peningkatan tekanan darah (efek lebih lanjut pada ginjal )

2.

Eliminasi :

Penurunan kekuatan / kateter berkemih.

Ketidakmampuan pengosongan kandung kemih.

Nokturia, disuria, hematuria.

Duduk dalam mengosongkan kandung kemih.

Kekambuhan UTI, riwayat batu (urinary stasis).

Konstipasi (penonjolan prostat ke rektum)

Masa abdomen bagian bawah, hernia inguinal, hemoroid (akibat peningkatan


tekanan abdomen pada saat pengosongan kandung kemih)

3.

Makanan / cairan:

Anoreksia, nausea, vomiting.

Kehilangan BB mendadak.

4.

Nyeri / nyaman :

Suprapubis, panggul, nyeri belakang, nyeri pinggang belakang, intens


(pada prostatitis akut).

5.

Rasa nyaman : demam

6.

Seksualitas :

Perhatikan pada efek dari kondisinya/tetapi kemampuan seksual.

Takut beser kencing selama kegiatan intim.

Penurunan kontraksi ejakulasi.

Pembesaran prostat.

7.

Pengetahuan / pendidikan :

Riwayat adanya kanker dalam keluarga, hipertensi, penyakit gula.

Penggunaan obat antihipertensi atau antidepresan, antibiotika /

antibakterial untuk saluran kencing, obat alergi.

9.

DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien BPH dengan menggunakan
diagnosa NANDA antara lain adalah:
1. Perubahan pola eliminasi urin
2. Resiko tinggi untuk kekurangan volume cairan
3. Resiko tinggi untuk infeksi
4. Nyeri akut
5. Resiko tinggi untuk disfungsi seksual
6. Kurangnya pengetahuan
7. Potensial terjadinya sumbatan/obstruksi aliran urin

BAB III
TINJAUAN KASUS

BAB IV
PEMBAHASAN

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
BPH (Benigna Prostat Hyperplasi) adalah pembesaran progresif dari
kelenjar prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada jalan urine
(urethra). Terdapat beberapa terapi untuk penanganan BPH, diantaranya terapi
medikamentosa dan terapi bedah. Pada pasien Tn.W diberikan terapi bedah
dengan prostatectomy.
Masalah keperawatan yang muncul post operasi adalah nyeri akut,
risiko infeksi dan PK: perdarahan. Dari evaluasi didapatkan hasil: diagnosa nyeri
akut masalah teratasi sebagian selama 3x24 jam. Diagnosa kedua: Risiko infeksi
masalah teratasi sebagian selama 3x24 jam dan diagnosa yang ketiga: PK:
Perdarahan masalah teratasi sebagian selama 3x24 jam.

B. Saran
Untuk pengelolaan pasien dengan BPH diharapkan termonitor pada
masalah keperawatan yang mungkin muncul.

DAFTAR PUSTAKA

Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan),
Bandung.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Sabiston, David C, 1994, Buku Ajar Bedah, EGC, Jakarta.
Sjamsu, R. Hidajat, Wim de Jong, (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta
Wim De Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta
Donna D. Ignatavius, Kathy A.H, (1997), Medical Surgical Nursing, 2nd Edition,
W.B. Saunders Co., Philadelphia.
Doenges M.E. (1989), Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd
ed ), . Philadelpia, F.A. Davis Company.
Luckmann, J (1997), Saunders Manual Of Nursing Care, W.B. Saunders Co,
Philadelphia.
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing
Process Approach, St. Louis. Cv. Mosby Company.
Luckman N Sorensen, (1994), Medical Surgical Nursing, Fourth edition, W.B.
Saunders Co., Philadelphia.

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN POST PROSTATECTOMY


DI RUANG DAHLIA RSUD BANYUMAS

Oleh:
Eni Rahmawati, S. Kep

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2010

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BP.TW DENGAN


BPH DI RUANG DAHLIA RSUD BANYUMAS
Pengkajian dilakukan pada : Hari Senin, tanggal 12, pukul 12.00 wib.
Di Ruang Dahlia RSUD Banyumas.

PENGKAJIAN

Identitas Pasien
Nama

: Bp.TW

Umur

: 65 th

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Pendidikan

: Sekolah Dasar

Pekerjaan

: Buruh Tani

Alamat

: Purbadana 2/2, Kembaran, Banyumas

Suku Bangsa

: Jawa / Indonesia

Diagnosa Medis

: Benigna Prostat Hyperplasia post OP hari ke-0

Nomor RM

: 525555

Masuk RS

: 05/04/2010

Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Pasien merasakan nyeri, perih dan ampek pada luka operasinya. Pasien
mengatakan nyeri post operasinya skala 7.
Pengkajian nyeri:
P (Provokes) : Spontan, insisi post OP BPH hari ke-0.
Q (Quality) : Nyeri terasa dalam, tajam dan tertekan.
R (Regio) : Daerah insisi dan menjalar sampai bagian punggung bawah.
S (Severity) : Skala nyeri 7, frekuensi sering apalagi ketika digunakan untuk
bergeser. disertai dengan nafas pendek, wajah tampak menahan rasa sakit.
T (Time) : Nyeri mulai setelah pasien sadar, frekuensi konstan.
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluhkan tidak bisa BAK 8 hari yang lalu, pasien mengatakan
nyeri di sekitar perut bawah kemudian pasien dating ke RSUD Banyumas , di
pasang DC dan dipulangkan. BAK lancer setelah 7 hari. Pasien dating lagi ke
UGD RS Banyumas untuk dilepas selang lalu dipulangkan. Di rumah pasien
tidak dapat BAK lagi lalu dating lagi ke RSUD Banyumas dan di mondokkan
dan dipasang DC lagi. Pasien mengatakan nyeri di perut bawah dan panas.
Ketika dilepas selang pasien BAK > 5x sehari, terputus-putus, nocturia >2x
sehari, tidak bisa menahan BAK dan merasa kencing tidak puas.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mempunyai penyakit yang serius sampai dimondokan di RS
kecuali untuk penyakit BPH ini. Hanya dulu pernah memeriksakan penyakit kulit.
Riwayat Keluarga
Di dalam keluarga pasien, tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama dengan pasien atau penyakit keturunan (seperti hipertensi, diabetes
mellitus, asma) atau gangguan kejiwaan. Keluarga Pasien juga tidak ada yang
menderita penyakit menular.
Diagnosa medik pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah
dilakukan, mulai dari Pasien MRS (UGD/Poli), sampai diambil kasus kelolaan.
Masalah atau Dx medis pada saat MRS yaitu dari Retensi Urine (R.U) sampai ke
BPH.

Pengkajian Pola Fungsional


Pemeliharaan kesehatan
Keluarga pasien mengatakan tidak tahu penyakit pasien, bila pasien sakit
langsung dibawa berobat saja. Dalam keluarga pasien, sehat berarti mampu
melakukan kegiatan sehari-hari tanpa gangguan. Pasien sangat berharap bahwa
penyakit yang dideritanya akan membaik sampai dengan sembuh.
Nutrisi pola metabolik
Sebelum sakit

: Makan: nasi, lauk pauk, sayur, porsi habis 3 kali makan


sehari

Selama sakit

Minum: 4-5 gelas/hari, jenis air teh, jarang minum air putih
: Makan: Pasien puasa sebelum operasi, 24 jam setelah
operasi pasien hanya makan 2 sendok jatah makan pagi.

Pasien merasa perut terasa kencang setelah makan sehingga


tidak menghabiskan jatah makan.
Minum: minum 5 gelas/hari jenis air putih dan jus karena
terasa sakit jika terlalu banyak.
Pola eliminasi
Pola defekasi
Sebelum sakit
Selama sakit

:
:

BAB 1x/2 hari, konsistensi lunak, warna khas.


Di RS setelah operasi 3x/ 2 hari konsistensi cair dan
sedikit.

Pola eliminasi urin


Sebelum sakit

BAK 6-7x/hari dengan frekuensi sedikit-sedikit,

Selama sakit

warna dan bau khas.


Dipasang irigasi, tetesan lancar, warna urin kuning,
sedikit merah

Aktifitas-pola latihan
Sebelum sakit

: Kemampuan perawatan diri Pasien baik, dilakukan secara


mandiri baik dalam makan/minum, toileting, berpakaian

Selama sakit
(post

operasi

dan mobilitas fisik


: Kemampuan perawatan diri Pasien terbatas, dijelaskan
pada tabel

anestesi RA)
Kemampuan dlm perawatan diri
0 1 2 3 4
Makan/minum
x
Mandi
x
Toileting
x
Berpakaian
x
Mobilitas di tempat tidur
x
Berpindah
x
Ambulasi/ROM
x
Keterangan : 0 : mandiri, 1: dengan alat, 2 : dibantu orang lain, 3 : di bantu
orang lain dan alat, 4 : tergantung total.
Pola kognitif dan sensori
kognitif:
a. Penglihatan
Penglihatan pasien masih baik, tidak menggunakan kacamata dan dapat
membaca tulisan dengan baik.

b. Pendengaran
Pasien masih dapat mendengar suara dengan jelas tanpa melihat mimik
muka lawan bicara.
c. Pengecap
Pasien masih dapat membedakan rasa antara manis, pahit, asam dan asin
dengan baik.
d. Sensasi
Pasien masih dapat membedakan panas, dingin, sakit maupun nyeri.
Sensori:
Pasien masih mampu berbicara dengan baik, mampu mempraktekkan teknik nafas
dalam yang diajarkan dan dapat mengingat kapan nafas dalam dilakukan. Pasien juga
dapat

membuat

keputusan

harus

menjaga

nutrisinya

untuk

mempercepat

kesembuhannya.
Pola istirahat-tidur
Pasien sebelum dirawat tidur 7-8 jam/hari. Selama dirawat setelah operasi pasien tidur
4-5 jam/hari terputus-putus karena terasa sakit, perih di luka operasi dan terpengaruh
kondisi lingkungan.
Pola konsep diri
a. Gambaran diri/body image
Pasien mengatakan bahwa Pasien merasa bersyukur dengan anugrah yang
Tuhan telah berikan kepadanya. Pasien merasa beruntung karena tidak ada
bagian tubuh yang lain yang terserang penyakit.
b. Identitas diri
Pasien adalah seorang laki-laki, dan Pasien merasa kurang puas dengan
keadaannya. Namun, itu sudah diobati dan Pasien berjanji akan menjaga
kesehatannya.
c. Peran

Pasien berperan sebagai seorang suami dari seorang istrinya, dan bapak dari
ketiga orang anaknya.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan bahwa walaupun Pasien sudah cukup tua, tetapi Pasien
harus tetap bersemangat sehingga dapat tetap bermanfaat dan melakukan
aktivitas secara mandiri.
e. Harga diri
Pasien tidak mempunyai harga diri rendah. Pasien tidak merasa malu karena
menderita penyakit BPH.
Pola peran dan hubungan

Selama di rumah sakit, pasien ditunggu oleh istrinyanya.


Ketiga anaknya telah menikah dan mempunyai kehidupan
masing-masing. Istrinya sangat setia sehingga Bp.Tw
sangat dekat dengan istrinya. Setiap ada masalah istrinya
yang menjadi tumpuannya.
Pola reproduksi dan seksual

Pasien berjenis kelamin laki-laki dan berperan sebagai


suami dari seorang istrinya dan bapak dari ketiga orang
anaknya. Istri Bp.Tw menggunakan alat kontrasepsi IUD
untuk membentuk KB. Namun, setelah 17 tahun IUD
dilepas sehingga sejak saat itu istri Bp.Tw tidak memakai
alat kontrasepsi lagi. Bp. Tw mempunyai 3 orang anak
yang berjenis kelamin dua orang perempuan dan satu
laki-laki..
Pola pertahanan diri/koping
Pasien dan keluarga pasien mengatakan jika pasien ada masalah selalu bercerita
kepada keluarganya.
Pola keyakinan dan nilai
Pasien beragama Islam, sebelum sakit pasien rajin beribadah. Sesudah sakit,
pasien juga rajin beribadah.

Pemeriksaan Fisik
Kesadaran

: CM dengan GCS = E4M6V5

Tanda vital
Pernafasan: 25 x/menit
Nadi

: 76 x/menit

Suhu

: 36,7 0 C

Tekanan darah: 120/90 mmHg


Head to toe
Kepala : bentuk mesochepal
1) Rambut : hitam, lurus, tidak berketombe
2) Mata : conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
3) Hidung : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret
4) Mulut : mukosa lembab, bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, tidak ada
stomatitis.
5) Telinga : bentuk simetris, tidak ada serumen
Leher : tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Thorax : bentuk simetris, tidak ada retraksi dinding dada
1) Paru-paru : Tidak ada wheezing, tidak ada ronchi, SD vesikuler
2) Jantung : reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen : cembung, supel, tympani, luka bekas operasi tertutup kassa steril,
terdapat nyeri tekan, terpasang drain.
1) Hepar : tidak teraba
2) Lien : tidak teraba
Punggung : Tidak ada lordosis, kifosis maupun skoliosis.
Genitalia : Laki-laki, terpasang irigasi.
Ekstremitas
1) Ekstremitas atas : terpasang infus NaCl pada tangan kiri, pergerakan
terbatas
2) Ekstremitas bawah : oedema (-), varises (-), pergerakan terbatas
3) Reflek dan kekuatan motorik :
Tangan kanan
(5)

Tangan kiri
(5)

Kaki kanan

Kaki kiri

(5)

(5)

Kulit : Warna sawo matang, turgor kulit sedang dan lembab, akral dingin

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Glukosa darah sewaktu tanggal 7 April 2010 adalah 215 mg/dl
Glukosa darah sewaktu tanggal 10 April 2010 adalah 82 mg/dl
Jenis Px.

Nilai Normal

Hasil

Interprestasi

06/04/10

Hasil

Interprestasi

12/04/2010

Parameters :
WBC

4,8-10,8 U/L

8,04 U/L

Normal

14,18 U/L

Naik

RBC

4,2-10,8 U/L

5,38 U/L

Normal

4,09 U/L

Normal

HGB

12-16 gr/dL

16,1 gr/dl

Naik

12,1 gr/dl

Normal

37-47 %

45,2 %

Normal

34,7 %

Normal

79-99 fL

84,0 fL

Normal

84,8 fL

Normal

27-31 pg

29,9 pg

Normal

29,6 pg

Normal

33-37 gr/dL

35,6 gr/dL

Normal

34,9 gr/dl

Normal

MCHC

150- 450 U/L

263 U/L

Normal

200 U/L

Normal

PLT

11,5-14,5 %

13,3 %

Normal

12,7

Normal

RDW-CV

35-47 fL

40,2 fL

Normal

38,4

Normal

RDW-SD

9,0-13,0 fL

13,0 fL

Normal

11,5

Normal

7,2-11,1 fL

11,0 fL

Normal

10,3

Normal

15-25%

32,0 %

Naik

27,0

Naik

1,8-8 UL

3,97 UL

Normal

11,84

Naik

Differential

0,16-1 UL

0,72 UL

Normal

1,02

Naik

Neutrofil

0,045-0,44 UL

0,37 UL

Normal

0,06

Normal

Monosit

0-0,2 UL

0,01 UL

Normal

0,01

Normal

HCT
MCV
MCH

PDW
MPV
P-LCR

Eosinofil

2,97 UL

1,25

Basofil
(07/04/10)

Lymposit
Kimia

135-155

143

Normal

140

Normal

Darah

3,6-5,5

3,3

Normal

3,3

Normal

Na

94-111

103

Normal

103

Normal

3-6 g/dL

4,0 g/dL

Normal

Cl

W 6-21 U/I

30 U/I

Normal

L4-30 U/I

18 U/I

Normal

Albumin

W 4-20 U/I

SGOT
SGPT
Ureum

20-40 mg/dL

55,5 mg/dL Naik

0,5-1,5 mg/Dl

0,9 mg/dL

Normal

darah
Creatinine
darah
Golongan darah = O
CT

: 4 menit

BT

: 1 menit 40 detik

Rontgen :
-

Thorax

: Pulmo dan cor dalam batas normal

Cystografi : Prostat Hypertropi

Program Terapi (Post Operasi)


Terapi
IVFD Heas

Hari ke 0
Dosis
30 tpm

IVFD NaCl

30 tpm

30 tpm

30 tpm

Irigasi NaCl

40 tpm

40 tpm

40 tpm

Inj Ceftriaxon

2 x 1 gr
3 x 30 mg
2 x 1 Amp

2x1 gr

2x1 gr

3x 30 mg

3x 30 mg

2x1 Amp

2x1 Amp

3x2 Amp

3x1 Amp

Inj Ketorolac
Inj Ranitidin
Inj Kalnek

Tanggal
Jam

3x 2 Amp

Hari ke 1
Dosis

Data Fokus

Hari ke 2
Dosis

Masalah

Etiologi

Rasionalisasi

Senin,12

DS :

April

2010

Nyeri (akut) b/d Agen

Pasien mengatakan perih, injury fisik (luka insisi


nyeri
pada
bagian post prostatectomy)
perutnya,
terutama
dirasakan setelah post op
prostatektomi
Pasien mengatakan skala
nyeri 7

Agen injury

BPH

fisik

Prostatec
tomy

Kontinuitas
jaringan terputus

DO :

Pelepasan

Pasien tampak meringis


menahan sakit
Tanda-tanda vital :
TD
: 120/90 mmHg
Nadi
: 76 kali/mnt
Suhu

: 36, oC

RR

: 25x/mnt

neurotransmitter
penyebab nyeri
(bradikinin,
histamin, enzim
proteolitik, dll)

Peningkatan
eksitabilitas
reseptor nyeri

Respon
DS :DO :
selang irigasi terlihat
merah kekuning-kuningan
24 jam pertama drain
300cc.
Masih terpasang kateter
dan irigasi drip NaCl 0,9
% 40 tpm

nyeri
periper
PK: Perdarahan

(-)

+ viseral

Prostatec
tomy

DS : Pasien mengatakan
makan 2 sendok setiap jatah
makan
DO: BAB cair, sedikit,

Kontinuitas
jaringan terputus

frekuensi 3hari 2x
Perdarahan

II. ANALISA SDATA


Prioritas Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri akut b/d Agen injuri fisik (luka insisi post prostatectomy)
2. PK perdarahan b/d Prosedur invansif
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna makanan (intake yang kurang)

III. NCP

No.

Diagnosa

Tujuan dan kriteria hasil

keperawatan

Intervensi

1 4. Nyeri akut b. d. NOC :

Pain management :

Agen injuri fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan


(luka insisi post
prostatectomy)

Rasional

selama 3 x 24 jam, nyeri hilang/terkendali


dengan skala :
1 = Tidak pernah
2 = Jarang
3 = Kadang-kadang
4 = Sering

Kaji
secara komphrehensif
tentang nyeri, meliputi
lokasi, karakteristik
dan onset, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas/beratnya
nyeri dan faktor-faktor
presipitasi

5 = Konsisten menunjukkan
yang dibuktikan dengan indikator :
No

Indikator

Awal

1.

Mengenali

faktor

2.

penyebab
Mengenali lamanya

(onset) sakit (skala,


intensitas, frekuensi
3.

dan tanda nyeri)


Menggunakan
metode

Ajark
an teknik non
farmakologi

untuk

mengurangi nyeri
Melaporkan bahwa
nyeri

non-

analgetik
4.

Tujuan
Kontr
1 2
ol faktor lingkungan
yang mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan

berkurang

dengan
menggunakan
5.

manajemen nyeri
Menyatakan
rasa
nyaman

6.

setelah

nyeri berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal

Vital Sign Monitoring:


-

Moni
tor tekanan darah, nadi,
suhu, status respirasi

Intensitas dari nyeri


dan ketidak
nyamanan harus
dikaji dan
didokumentasika
n setelah
prosedur yang
menyebabkan
nyeri dengan
beberapa hal
baru tentang
nyeri dan
interval dari
nyeri.
Lingkungan sangat
berpengaruh
terhadap suasana
hati, suasana hati
berkaitan erat
dengan tingkat
nyeri
Penggunaan teknik
non farmakologi
(seperti
relaksasi, guided
imagery, terapi
musik, distraksi,
massage,
aplikasi panasdingi)
diharapkan
pasien tidak
tergantung
dengan obatobatan sehingga
pasien bisa
melakukan
manajemen
nyeri dengan
mandiri.

Medication Management :
-

Berik
an therapy sesuai
program therapy medis

Environmental
Management:
-

Cipta
kan lingkungan
ruangan yang nyaman
Batas
i pengunjung

Mengetahui
perubahan/status
pasien

Analgetik sangat
diperlukan
kondisi nyeri
yang berat dan
tidak
tertahankan
Meminimalkan
timbulnya nyeri
Meminimalkan
stressor yang
menyebabkan
nyeri bertambah

2.

PK: Perdarahan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan Kaji jumlah


3x24

jam

pasien

tidak

terjadi

komplikasi

1.

gangguan

perdarahan

sirkulasi darah

Awasi tanda tanda

dan antisipasi

vital

Kriteria hasil:

kekurangan Hb

Pertahankan fiksasi
Indikator

Awal

Tidak terdapat perdarahan ulang


dalam waktu 24-72 jam
Luka sembuh kering, bebas
meluas

Hb dalam batas normal


Tanda-tanda vital stabil

pus, tidak

pada daerah balon

Penanda

2.

Menghenti

tekan di kaki dan

kan perdarahan

pada luka insisi.

dan
menghindari

Anjurkan klien untuk

perluasan luka

tetap istirahat
Pantau kadar Hb
Berikan transfusi jika
diperlukan

3.

Diberikan
secara
profilaksis atau
untuk
menghentikn

perdarahan
3

Ketidakseimbangan

NOC :

nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan


kebutuhan

tubuh

berhubungan dengan
Ketidakmampuan
pemasukan

atau

mencerna makanan
(intake yang kurang)

Nutrition Management :
-

Kaji
adanya alergi makanan

Meminimalkan
selama 3 x 24 jam, pasien akan
terjadinya reaksi
menunjukkan nutritional status : food and
alergi
Kola
fluid intake pada skala sebagai berikut :
borasi dengan ahli gizi
Meningkatkan
untuk
menentukan
1 = Tidak adekuat
suplai makanan
jumlah kalori dan
yang
sesuai
2 = Ringan
nutrisi
yang
kebutuhan
dibutuhkan pasien.
3 = Sedang
Anjur
4 = Kuat
kan
pasien
untuk meningkatkan protein Meningkatkan daya
5 = Adekuat total
dan vitamin C
tahan
tubuh
yang dibuktikan dengan indikator :
Yakin
terhadap
kan diet yang dimakan
penyakit
Tujuan
mengandung
tinggi
No
Indikator
Awal
1 2 3
serat untuk mencegah 1. Intake zat gizi
2
konstipasi
Menghindari
Moni
terjadinya
(nutrien)
tor jumlah nutrisi dan
konstipasi
2. Intake makanan
3
kandungan kalori
dan cairan
3. Energi
3
Nutrisi
yang
Berik
4. Berat badan
3
seimbang
an informasi tentang
5. Ukuran
3
menghindari
kebutuhan nutrisi
terjadinya
kebutuhan
infeksi
nutrisi
secara
Meningkatkan
biokimia
pengetahuan
Nutrition Monitoring :
pasien mengenai
makanan yang
Moni
dibutuhkan
tor adanya penurunan
dirinya
berat badan
-

Moni
tor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Moni
tor turgor kulit
Moni
tor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah
patah
Moni
tor mual dan muntah

BB yang turun
drastis
mengidikasikan
adanya
proses
infeksi
Kulit kering, turgor
kulit yang jelek,
rambut
yang

Moni
tor pucat, kemerahan,
dan
kekeringan
jaringan konjungtiva
Moni
tor kalori dan intake
nuntrisi
Moni
tor makanan kesukaan
Catat
adanya
edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.

mudah
patah
mengidikasikan
tanda mal nutrisi
Mengurangi selera
makan
Mengetahui adanya
tanda malnutrisi
Mengetahui jumlah
nutrisi
yang
masuk ke dalam
tubuh
Tanda kekurangan
protein/mal
nutrisi

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/tgl
/jam
Senin,

Dx
1,2,3

Implementasi/Respon
-

12/04/201
0

08.00
12.30

Evaluasi

Mencuci tangan
sebelum tindakan keperawatan
Respon : Tangan terbebas dari kuman
Melakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Respon : skala nyeri 7, nyeri pada perut

Paraf

Pukul 14.00 WIB


Diagnosa 1 :

S : Pasien mengeluh nyeri pada perut


bawah pada luka operasi, bertambah untuk
gerak

bawah pada luka operasi, bertambah


untuk gerak atau bergeser
12.40

1,2,3,

Memonitor vital
sign
Respon :

13.00

120/90 mmHg
76 kali/mnt

Suhu

36, oC

hati saat terhadap nyeri


saat tiduran, skala nyeri 7, TD =120/90

RR
:
25x/mnt
Mengatur posisi yang
nyaman, telentang dengan satu bantal
Respon : Pasien merasa lebih nyaman

1,2

pemeriksaan daerah nyeri, pergerakan hati:


:

13.10

gerakan menghindari

TD
Nadi

O : Adanya nyeri tekan sekitar luka operasi,

Menjelaskan
tentang perawatan bedrest total untuk 24
jam pertama
Respon : Pasien paham dengan

mmHg, HR = 76 x/menit
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
Saat

Indikator

ini
4

Mengenali faktor penyebab

penjelasan

Mengenali

Perawat

(skala, intensitas, frekuensi dan tanda

Mengajarkan
teknik non farmakologi dengan menarik
nafas dalam
Respon
:
Pasien
mampu

nyeri)
Menggunakan metode non-analgetik

untuk mengurangi nyeri


Melaporkan bahwa nyeri berkurang

redemonstrasikan dengan menarik nafas

dengan

dalam 3 x dalam 1 periode

nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri

berkurang
Tanda vital dalam rentang normal

Mengkaji

luka

operasi
Respon : Balutan luka bersih dengan
kassa steril terbalut hipavik, tidak
terdapat rembesan darah, tidak terdapat

lamanya

menggunakan

P : Lanjutkan intervensi :

(onset)

sakit

manajemen

13.30

stonsel.
-

Menjaga kebersihan
alat linen dan hindari lipatan linen di
bawah badan pasien
Respon : Linen bersih

Pertahankan fiksasi pada daerah balon


tekan di kaki dan pada luka insisi.
Respon: masih terfiksasi dengan baik
13.40

S : Pasien mengatakan sakit di area operasi


O : Darah menetes melalui drain, Tedapat luka

Memantau respons
pasien terhadap aktivitas perawatan
Respon : Pasien tampak gelisah,
terhadap

terbalut sepanjang 10 cm, luka operasi terbalut


kassa steril dengan hipavic, tidak terdapat

tindakan rembesan darah

keperawatan

2,3
-

Memonitor intake dan


output
Respon :Pasien minum air putih 4-5

A : Masalah perdarahan

dalam waktu 24-72 jam


Luka sembuh kering, bebas

Menganjurkan
keluarga untuk membantu pasien dalam
menggerakan badannya (miring kanankiri)
Respon : Keluarga pasien (istri dan anak
pasien)

paham

dengan

ini
2

Tidak terdapat perdarahan ulang

mendengarkan bising
usus

Saat

Indikator

sdm, sejak operasi dan belum makan


-

13.50

Diagnosa 2

operasi di bawah pusar diatas simpisis pubis,

kooperatif

13.40

- Berikan analgetik ketorolac 3 x 30 mg sesuai


instruksi dokter
- Ciptakan lingkungan ruangan yang nyaman
- Batasi pengunjung untuk kenyamanan pasien

pus, tidak

meluas

Hb dalam batas normal

Tanda-tanda vital stabil

P : Lanjutkan intervensi

penjelasan -

Infuse NaCl 30 tpm

perawat dan akan membantu kebutuhan


suaminya

14.00

Diagnosa 3
Menciptakan
lingkungan yang nyaman dan membatasi S : Pasien mengatakan belum makan
pengunjung
Respon : Pengunjung bergantian O : Pasien terpasang Haes 30 tpm, irigasi NaCl
40 tpm
menjenguk

Mencuci tangan
sesudah tindakan keperawatan
Respon : Tangan terbebas dari kuman

A : Masalah Kekurangan nutrisi


No
1.
2.
3.
4.

Indikator
Intake zat gizi (nutrien)
Intake makanan dan cairan
Energi
Berat badan

Saat
ini
2
3
3
3

5.

Ukuran kebutuhan nutrisi

secara biokimia
P : Lanjutkan intervensi
Selasa,

1,2,3

13/04/201
0

1,2,3

Mencuci tangan
sebelum tindakan keperawatan
Respon : Tangan terbebas dari kuman

08.00
08.30

kesadaran

1
-

08.40

pasien

sedang,

: compos mentis

Melakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Respon : skala nyeri 5, nyeri pada perut
bawah pada luka operasi, bertambah

untuk gerak.
-

09.00

1,2,3

bawah pada luka operasi, bertambah untuk


gerak

O:
- Adanya nyeri tekan sekitar luka operasi,
gerakan menghindari pemeriksaan daerah
nyeri, pergerakan hati-hati saat terhadap
nyeri saat tiduran, skala nyeri 5, TD =130/80
mmHg, HR = 83 x/menit

mengkaji riwayat
nutrisi dan makanan yang disukai pasien
Memonitor vital
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
sign
Respon : RR = 22 x/menit, Nadi = 83
Indikator
x/menit, Suhu = 36,60 C, TD = 130/80
-

ini
5

Mengenali faktor penyebab

Memberikan terapi
obat ketorolac 30 mg
Respon : Obat masuk per IV (selang

Mengenali

infus), tidak terdapat reaksi alergi

nyeri)
Menggunakan metode non-analgetik

ceftriaxon 1 gr
Respon : Obat masuk per IV (selang

untuk mengurangi nyeri


Melaporkan bahwa nyeri berkurang

infus), tidak terdapat reaksi alergi

dengan

Memberikan obat

Memberikan obat

infus), tidak terdapat reaksi alergi


-

Saat

mmHg

radin 50 mg
Respon : Obat masuk per IV (selang
2

Diagnosa 1 :

S : Pasien mengeluh nyeri pada perut

Memonitor
keadaan pasien
Respon : keadaan

Pukul 14.00 WIB

Memberikan obat
kalnek 2A
Respon : Obat masuk per IV (selang
infus), tidak terdapat reaksi alergi

lamanya

(onset)

sakit

(skala, intensitas, frekuensi dan tanda

menggunakan

manajemen

nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri

berkurang
Tanda vital dalam rentang normal

P : Lanjutkan intervensi :
- Berikan analgetik ketorolac 3 x 30 mg sesuai

09.30

09.40

09.40

1,2

Pertahankan fiksasi pada daerah balon


tekan di kaki dan pada luka insisi.
Respon: masih terfiksasi dengan baik

instruksi dokter
- Ciptakan lingkungan ruangan yang nyaman
- Batasi pengunjung untuk kenyamanan pasien
- Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik
relaksasi nafas dalam untuk mengurangi
nyeri

Memantau respons
neurologis pasien terhadap aktivitas
perawatan
Diagnosa 2
Respon : Pasien tampak tenang,
S : Pasien mengatakan sakit di area operasi
kooperatif
terhadap
tindakan
O : Darah menetes melalui drain. volume
keperawatan
300cc

Melatih pasien
untuk duduk dan bersandar pada bantal
Respon : Pasien mencoba duduk dengan

Tedapat luka operasi di bawah pusar diatas


simpisis pubis, terbalut sepanjang 10 cm,
luka operasi terbalut kassa steril dengan

bersadar dengan bantal


10.00

Menganjurkan
pasien untuk latihan duduk dan makan
minum sendiri
Respon : Pasien mencoba duduk dan

hipavic, tidak terdapat rembesan darah


A : Masalah perdarahan

Mengkaji
luka
operasi dan mengatur posisi kateter .
drain 300cc
Respon : Balutan luka bersih dengan

Tidak terdapat perdarahan ulang

kassa steril terbalut hipavik, tidak

meluas

Luka sembuh kering, bebas

stosel,

3
-

11.00

2,3

Menjaga kebersihan
alat linen dan hindari lipatan linen di
bawah badan pasien
Respon : Linen bersih

1,2,3

Hb dalam batas normal

Tanda-tanda vital stabil

P : Lanjutkan intervensi
-

Infuse NaCl 30 tpm


Irigasi NaCl 40 tpm

Diagnosa 3

gelas, dan makan hanya 2 sdm, perut

S : Pasien mengatakan terasa sesak pada

terasa sesek ketika makan.

bagian perut setelah makan 2 sendok, takut

mendengarkan suara
bising usus

14.00

pus, tidak

Memonitor intake dan


output
Respon :Pasien minum air putih 3-4

ini
4

dalam waktu 24-72 jam

terdapat rembesan darah, tidak terdapat


10.30

Saat

Indikator

makan minum sendiri

memberikan makanan
sedikit dan frekuensi sering dalam porsi
hangat

BAB jika makan terlalu banyak


O : Pasien terpasang kateter NaCl 30 tpm,
irigasi NaCl 40 tpm
A : Masalah Kekurangan nutrisi

Menciptakan
lingkungan yang nyaman, bersih dan
membatasi pengunjung
Respon : Pengunjung bergantian
menjenguk

Mencuci tangan
sesudah tindakan keperawatan
Respon : Tangan terbebas dari kuman

No
1.
2.
3.
4.
5.

Saat

Indikator
Intake zat gizi (nutrien)
Intake makanan dan cairan
Energi
Berat badan
Ukuran kebutuhan nutrisi

ini
3
4
4
3
3

secara biokimia
P : Lanjutkan intervensi

Rabu

1,2,3

14-04-10
14.00

1,3

Mencuci tangan
sebelum tindakan keperawatan
Respon : Tangan terbebas dari kuman

14.15

kesadaran

1,2
-

14.20

14.25

1,2,3,

sedang,

: compos mentis
Mengkaji keluhan

Memonitor vital
sign
Respon : RR = 24x/menit, Nadi =
70x/menit, Suhu = 36 0 C, TD = 120/80

14.45

1,2,3,

mmHg
-

Memposisikan
pasien semi fowler
Respon : Pasien merasa lebih nyaman

14.50

bawah pada luka operasi sudah mereda.


O:

- Adanya nyeri tekan sekitar luka operasi,


pasien
gerakan menghindari pemeriksaan daerah
Respon : Pasien menyatakan daerah
nyeri, pergerakan hati-hati saat terhadap
bekas operasi masih terasa nyeri,
nyeri saat tiduran, skala nyeri 3, TD =120/80
mmHg, HR = 70 x/menit
Melakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Respon : skala nyeri 3, nyeri pada perut
Saat
Indikator
bawah pada luka operasi, bertambah
ini
Mengenali faktor penyebab
5
untuk gerak
-

14.40

pasien

Diagnosa 1 :

S : Pasien mengeluh nyeri pada perut

Memonitor
keadaan pasien
Respon : keadaan

Pukul 21.00 WIB

Mengkaji
luka
operasi dan mengatur posisi kateter
Respon : Balutan luka bersih dengan
kassa steril terbalut hipavik, tidak

Mengenali

lamanya

(onset)

sakit

(skala, intensitas, frekuensi dan tanda


nyeri)
Menggunakan metode non-analgetik

untuk mengurangi nyeri


Melaporkan bahwa nyeri berkurang

dengan

menggunakan

manajemen

nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri

berkurang
Tanda vital dalam rentang normal

terdapat rembesan darah, tidak terdapat


14.55

1,3

stosel

P : Lanjutkan intervensi :

15.00

17.00

Memonitor intake dan - Berikan analgetik ketorolac 3 x 30 mg sesuai


output
instruksi dokter
Respon :Pasien minum air putih 3-4 - Ciptakan lingkungan ruangan yang nyaman
- Batasi pengunjung untuk kenyamanan pasien
gelas, dan makan porsi sedang 6 sdm
- Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik
Menganjurkan
relaksasi nafas dalam untuk mengurangi
pasien untuk makan makanan sedikit
nyeri
tetapi sering dan makanan masih hangat
Respon : Pasien akan mencoba makan
Diagnosa 2
sedikit tetepi sering
S : Pasien mengatakan sakit di area operasi
Menciptakan
berkurang
lingkungan yang nyaman dan membatasi
pengunjung
O : Darah menetes melalui drain. volume
Respon : Pengunjung bergantian
400cc
menjenguk
Tedapat luka operasi di bawah pusar diatas
simpisis pubis, terbalut sepanjang 10 cm,
-

Memberikan terapi
obat ketorolac 30 mg
Respon : Obat masuk per IV (selang

luka operasi terbalut kassa steril dengan


hipavic, tidak terdapat rembesan darah

infus), tidak terdapat reaksi alergi


-

Memberikan obat
ceftriaxon 1 gr
Respon : Obat masuk per IV (selang
infus), tidak terdapat reaksi alergi

Memberikan obat
radin 50 mg
Respon : Obat masuk per IV (selang
infus), tidak terdapat reaksi alergi

17.30

Memberikan obat
kalnek 1A
Respon : Obat masuk per IV (selang

1,2,3

infus), tidak terdapat reaksi alergi


-

A : Masalah perdarahan
Saat

Indikator

Tidak terdapat perdarahan ulang

ini
5

dalam waktu 24-72 jam


Luka sembuh kering, bebas

pus, tidak

meluas

Hb dalam batas normal

Tanda-tanda vital stabil

P : Lanjutkan intervensi

- Infuse NaCl 30 tpm


Memantau respons
- Irigasi NaCl 40 tpm
neurologis pasien terhadap aktivitas
perawatan
Respon : Pasien tampak tenang, Diagnosa 3
kooperatif
keperawatan.

terhadap

tindakan S : Pasien mengatakan sudah menghabiskan


porsi makan
O : Pasien terpasang kateter NaCl 30 tpm,

Mencuci tangan
sesudah tindakan keperawatan
Respon : Tangan terbebas dari kuman.

irigasi NaCl 40 tpm


A : Masalah Kekurangan nutrisi
No
1.
2.
3.
4.
5.

Indikator
Intake zat gizi (nutrien)
Intake makanan dan cairan
Energi
Berat badan
Ukuran kebutuhan nutrisi
secara biokimia

P : Lanjutkan intervensi

Saat
ini
4
5
5
4
4

IV. EVALUASI
Hari/tgl/jam
Senin, 12 April
2010

No.Dx
1.

EVALUASI
Pukul 14.00 WIB
Diagnosa 1 :

S : Pasien mengeluh nyeri pada perut bawah pada luka operasi, bertamb
14.00

untuk gerak

O : Adanya nyeri tekan sekitar luka operasi, gerakan menghindari


pemeriksaan daerah nyeri, pergerakan hati-hati saat terhadap nyeri
saat tiduran, skala nyeri 7, TD =120/90 mmHg, HR = 76 x/menit
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
Saat

Indikator

Awal

Tujuan

nyeri)
Menggunakan metode non-analgetik

untuk mengurangi nyeri


Melaporkan bahwa nyeri berkurang

nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri

berkurang
Tanda vital dalam rentang normal

ini
4

Mengenali faktor penyebab


Mengenali

lamanya

(onset)

sakit

(skala, intensitas, frekuensi dan tanda

dengan

menggunakan

manajemen

P : Lanjutkan intervensi :
- Berikan analgetik ketorolac 3 x 30 mg sesuai instruksi dokter
- Ciptakan lingkungan ruangan yang nyaman
- Batasi pengunjung untuk kenyamanan pasien

Diagnosa 2
S : Pasien mengatakan sakit di area operasi

O : Darah menetes melalui drain, Tedapat luka operasi di bawah pusar dia
2.

simpisis pubis, terbalut sepanjang 10 cm, luka operasi terbalut kassa st


dengan hipavic, tidak terdapat rembesan darah
A : Masalah perdarahan
Saat

Indikator

ini
2

Awal

Tujuan

Hb dalam batas normal

Tanda-tanda vital stabil

Tidak terdapat perdarahan ulang


dalam waktu 24-72 jam
Luka sembuh kering, bebas

pus, tidak

meluas

P : Lanjutkan intervensi
-

Infuse NaCl 30 tpm

Diagnosa 3
S : Pasien mengatakan belum makan
O : Pasien terpasang Haes 30 tpm, irigasi NaCl 40 tpm
A : Masalah Kekurangan nutrisi
No

3.

1.
2.
3.
4.
5.

Indikator
Intake zat gizi (nutrien)
Intake makanan dan cairan
Energi
Berat badan
Ukuran kebutuhan nutrisi
secara biokimia

P : Lanjutkan intervensi

Saat
ini
2
3
3
3
3

Awal
2
3
3
3
3

Tujuan
5
5
5
4
4

Selasa, 13 April 1.

Pukul 14.00 WIB

2010

Diagnosa 1 :

S : Pasien mengeluh nyeri pada perut bawah pada luka operasi, bertamb
14.00

untuk gerak

O:

- Adanya nyeri tekan sekitar luka operasi, gerakan menghindari pemeriks


daerah nyeri, pergerakan hati-hati saat terhadap nyeri saat tiduran, skala ny
5, TD =130/80 mmHg, HR = 83 x/menit
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
Saat

Indikator

Awal

Tujuan

nyeri)
Menggunakan metode non-analgetik

untuk mengurangi nyeri


Melaporkan bahwa nyeri berkurang

nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri

berkurang
Tanda vital dalam rentang normal

ini
5

Mengenali faktor penyebab


Mengenali

lamanya

(onset)

sakit

(skala, intensitas, frekuensi dan tanda

dengan

menggunakan

manajemen

P : Lanjutkan intervensi :
- Berikan analgetik ketorolac 3 x 30 mg sesuai instruksi dokter
- Ciptakan lingkungan ruangan yang nyaman
- Batasi pengunjung untuk kenyamanan pasien

- Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi nafas dalam un


mengurangi nyeri
Diagnosa 2
S : Pasien mengatakan sakit di area operasi
O : Darah menetes melalui drain. volume 300cc

Tedapat luka operasi di bawah pusar diatas simpisis pubis, terbalut sepanja
2.

10 cm, luka operasi terbalut kassa steril dengan hipavic, tidak terda
rembesan darah
A : Masalah PK: Perdarahan
Saat

Indikator

ini
4

Awal

Tujuan

Hb dalam batas normal

Tanda-tanda vital stabil

Tidak terdapat perdarahan ulang


dalam waktu 24-72 jam
Luka sembuh kering, bebas

pus, tidak

meluas

P : Lanjutkan intervensi
-

Infuse NaCl 30 tpm


Irigasi NaCl 40 tpm

Diagnosa 3

S : Pasien mengatakan terasa sesak pada bagian perut setelah makan 2 send
takut BAB jika makan terlalu banyak
O : Pasien terpasang kateter NaCl 30 tpm, irigasi NaCl 40 tpm
A : Masalah Kekurangan nutrisi
No

3.

1.
2.
3.
4.
5.

Indikator
Intake zat gizi (nutrien)
Intake makanan dan cairan
Energi
Berat badan
Ukuran kebutuhan nutrisi
secara biokimia

Saat
ini
3
4
4
3
3

Awal
2
3
3
3
3

Tujuan
5
5
5
4
4

P : Lanjutkan intervensi

Rabu, 14 April 1.

Pukul 21.00 WIB

2010

Diagnosa 1 :

S : Pasien mengeluh nyeri pada perut bawah pada luka operasi sud
21.00

mereda.
O:

- Adanya nyeri tekan sekitar luka operasi, gerakan menghindari pemeriks


daerah nyeri, pergerakan hati-hati saat terhadap nyeri saat tiduran, skala ny
3, TD =120/80 mmHg, HR = 70 x/menit
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
Saat

Indikator

Awal

Tujuan

nyeri)
Menggunakan metode non-analgetik

untuk mengurangi nyeri


Melaporkan bahwa nyeri berkurang

nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri

berkurang
Tanda vital dalam rentang normal

ini
5

Mengenali faktor penyebab


Mengenali

lamanya

(onset)

sakit

(skala, intensitas, frekuensi dan tanda

dengan

menggunakan

manajemen

P : Lanjutkan intervensi :
-

Berikan analgetik ketorolac 3 x 30 mg sesuai instruksi dokter


Ciptakan lingkungan ruangan yang nyaman
Batasi pengunjung untuk kenyamanan pasien
Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi nafas dalam un
mengurangi nyeri

Diagnosa 2
S : Pasien mengatakan sakit di area operasi berkurang
O : Darah menetes melalui drain. volume 400cc
2.

Tedapat luka operasi di bawah pusar diatas simpisis pubis, terbalut sepanja

10 cm, luka operasi terbalut kassa steril dengan hipavic, tidak terda
rembesan darah
A : Masalah perdarahan
Saat

Indikator

ini
5

Awal

Tujuan

Hb dalam batas normal

Tanda-tanda vital stabil

Tidak terdapat perdarahan ulang


dalam waktu 24-72 jam
Luka sembuh kering, bebas

pus, tidak

meluas

P : Lanjutkan intervensi
-

Infuse NaCl 30 tpm


Irigasi NaCl 40 tpm

Diagnosa 3
S : Pasien mengatakan sudah menghabiskan porsi makan
O : Pasien terpasang kateter NaCl 30 tpm, irigasi NaCl 40 tpm
A : Masalah Kekurangan nutrisi
No

3.

1.
2.

Indikator
Intake zat gizi (nutrien)
Intake makanan dan cairan

Saat
ini
4
5

Awal
2
3

Tujuan
5
5

3.
4.
5.

Energi
Berat badan
Ukuran kebutuhan nutrisi
secara biokimia

P : Lanjutkan intervensi

5
4
4

3
3
3

5
4
4

Anda mungkin juga menyukai