Oleh Kelompok 2:
1. Nyai Cicih, S.Kep.
2. Tyas Sitaresmi K, S,Kep.
3. Eni Rahmawati, S.Kep.
4. Wakhaerun, S.Kep.
5. Iwan Hermawan, S.Kep.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) sering diketemukan pada pria yang
menapak usia lanjut. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebenarnya
merupakan istilah istopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel
epitel kelenjar prostat1. Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70%
pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di
atas 80 tahun. Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang
menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari
pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate enlargement (BPE) yang
menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai
bladder outlet obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran
kelenjar prostat disebut sebagai benign prostate obstruction (BPO). Obstruksi ini lama
kelamaan dapat menimbulkan perubahan struk-tur buli-buli maupun ginjal sehingga
menye-babkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah.
Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS (lower
urinary ract symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun
iritasi (storage symptoms) yang meliputi: frekuensi miksi meningkat, urgensi,
nokturia, pancaran miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa
tidak puas sehabis miksi, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urine. Hubungan antara
BPH dengan LUTS sangat kompleks. Tidak semua pasien BPH mengeluhkan
gangguan miksi dan sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH.
Banyak sekali faktor yang diduga berperan dalam proliferasi/pertumbuhan
jinak kelenjar prostat, tetapi pada dasarnya BPH tumbuh pada pria yang menginjak
usia tua dan masih mempunyai testis yang masih berfungsi normal menghasilkan
testosteron. Di samping itu pengaruh hormon lain (estrogen, prolaktin), diet tertentu,
mikrotrauma, dan faktor-faktor lingkungan diduga berperan dalam proliferasi selsel
kelenjar prostat secara tidak langsung. Faktor-faktor tersebut mampu mempengaruhi
sel-sel prostat untuk mensintesis protein growth factor, yang selanjutnya protein inilah
yang berperan dalam memacu terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat. Fakor-
faktor yang mampu meningkatkan sintesis protein growth factor dikenal sebagai faktor
ekstrinsik sedangkan protein growth factor dikenal sebagai faktor intrinsik yang
menyebabkan hiperplasia kelenjar prostat.
B. Tujuan
a.
Tujuan Umum:
Untuk mengetahui proses keperawatan medikal bedah benigna prostat hyperplasia
(BPH)
b.
Tujuan Khusus:
1) Untuk mengetahui definisi atau pengertian BPH
2) Untuk mengetahui etiologi BPH
3) Untuk mengetahui klasifikasi BPH
4) Untuk mengetahui patofisiologi BPH
5) Untuk mengetahui tanda dan gejala dari BPH
6) Untuk mengetahui jenis pemeriksaan penunjang untuk BPH
7) Dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan BPH
8) Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dengan adanya
prostatektomi
9) Mengetahui rencana asuhan keperawatan untuk pasien BPH
10)
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
1.
Pengertian BPH
Istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi adalah hiperplasia
kelenjar periuretra yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi
kapsul bedah. (Anonim FK UI 1995). BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar
prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada jalan urine (urethra).
Prostat adalah jaringan fibromuskuler dan jaringan kelenjar yang terlihat persis di
inferior dari kandung kencing. Prostat normal beratnya + 20 gr, didalamnya berjalan
uretra posterior + 2,5 cm.
puboprostatikum dan sebelah inferior oleh diafragma urogenitale. Pada prostat bagian
posterior bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan berakhir pada
verumontanum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dari spingter uretra
eksterna.
2.
Etiologi
Penyebab secara pasti belum diketahui, namun terdapat faktor resiko umur dan
hormon androgen (Anonim,FK UI,1995). Pada umur diatas 50 tahun, pada orang lakilaki akan timbul mikronodule dari kelenjar prostatnya.
Sebagai
3.
Patofisiologi
BPH terjadi pada umur yang semakin tua (> 45 tahun ) dimana fungsi testis
sudah menurun. Akibat penurunan fungsi testis ini menyebabkan ketidakseimbangan
hormon testosteron dan dehidrotesteosteron sehingga memacu pertumbuhan /
pembesaran prostat. Makrokospik dapat mencapai 60 - 100 gram dan kadang-kadang
lebih besar lagi hingga 200 gram atau lebih.
Tonjolan biasanya terdapat pada lobus lateralis dan lobus medius, tetapi tidak
mengenai bagian posterior dari pada lobus medialis, yaitu bagian yang dikenal sebagai
lobus posterior, yang sering merupakan tempat berkembangnya karsinoma (Moore)
Tonjolan ini dapat menekan urethra dari lateral sehingga lumen urethra menyerupai
celah, atau menekan dari bagian tengah. Kadang-kadang penonjolan itu merupakan
suatu polip yang sewaktu-waktu dapat menutup lumen urethra. Pada penampang,
tonjolan itu jelas dapat dibedakan dengan jaringan prostat yang masih baik. Warnanya
bermacam-macam tergantung kepada unsur yang bertambah. Apabila yang bertambah
terutama unsur kelenjar, maka warnanya kung kemerahan, berkonsistensi lunak dan
terbatas tegas dengan jaringan prostat yang terdesak, yang berwarna putih keabu-abuan
dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan maka akan keluar caiaran seperti susu. Apabila
unsur fibromuskuler yang bertambah, maka tonjolan berwarna abu-abu padat dan tidak
mengeluarkan cairan seperti halnya jaringan prostat yang terdesak sehingga batasnya
tidak jelas. Gambaran mikroskopik juga bermacam-macam tergantung pada unsur yang
berproliferasi. Biasanya yang lebih banyak berproliferasi ialah unsur kelenjar sehingga
terjadi penambahan kelenjar dan terbentuk kista-kista yang dilapisi oleh epitel torak
atau koboid selapis yang pada beberapa tempat membentuk papil-papil ke dalam lumen.
Membran basalis masih utuh. Kadang-kadang terjadi penambahan kelenjar yang kecilkecil sehingga menyerupai adenokarsinoma. Dalam kelenjar sering terdapat sekret
granuler, epitel yang terlepas dan corpora anylacea. Apabila unsur fibromuskuler yang
bertambah, maka terjadi gambaran yang terjadi atas jaringan ikat atau jaringan otot
dengan kelenjar-kelenjar yang letaknya saling berjauhan. Gambaran ini juga dinamai
hiperplasi fibrimatosa atau hiperplasi leiomymatosa. Pada jaringan ikat atau jaringan
otot biasanya terdapat serbukan limfosit. Selain gambaran di atas sering terdapat
perubahan lain berupa :
1. Metaplasia skwamosa epitel kelenjar dekat uretra.
2. Daerah infark yang biasanya kecil-kecil dan kadang-kadang terlihat di
bawah
mikroskop.
Tanda dan gejala dari BPH adalah dihasilkan oleh adanya obstruksi jalan keluar
urin dari kandung kemih. Ada tiga cara pengkuran besarnya hipertropi prostat :
Rectal Grading, yaitu dengan rectal toucher diperkirakan berapa cm prostat yang
menonjol ke dalam lumen rektum yang dilakukan sebaiknya pada saat buli-buli kosong.
Gradasi ini adalah :
0 - 1 cm : grade 0
1 - 2 cm : grade 1
2 - 3 cm : grade 2
3 - 4 cm : grade 3
> 4 cm : grade 4
Pada grade 3 - 4 batas prostat tidak teraba. Prostat fibrotik, teraba lebih kecil dari
normal.
Clinical Grading, dalam hal ini urine menjadi patokan. Pada pagi hari setelah bangun
pasien disuruh kencing sampai selesai, kemudian di masukan kateter ke dalam buli-buli
untuk mengukur sisa urine.
Sisa urine 0 cc : normal
Sisa urine 0-50 cc : grade 1
Sisa urine 50-150 cc : grade 2
Sisa urine > 150 cc : grade 3
Tidak bisa kencing : grade 4
Intra Uretral Grading, dengan alat perondoskope dengan diukur / dilihat bebrapa jauh
penonjolan lobus lateral ke dalam lumen uretra.
Grade I : Clinical grading sejak berbulan-bulan, bertahun-tahun, mengeluh kalau
kencing tidak lancar, pancaran lemah, nokturia.
Grade II : Bila miksi terasa panas, sakit, disuria.
Grade III : Gejala makin berat
Grade IV : Buli-buli penuh, disuria, overflow inkontinence. Bila overflow incontinence
dibiarkan dengan adanya infeksi dapat terjadi urosepsis berat. Pasien menggigil, panas
40-41 celsius, kesadaran menurun.
4.
5.
Pemeriksaan penunjang
1). Pemeriksaan laboratorium
Analisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin, elektrolit, kadar ureum kreatinin.
Bila perlu Prostate Spesific Antigen (PSA), untuk dasar penentuan biopsi.
2). Pemeriksaan radiologis
Foto polos abdomen, USG, BNO-IVP, Systocopy, dan Cystografi.
6.
Penatalaksanaan
1) Terapi medikamentosa
a) Penghambat andrenergik , misalnya prazosin, doxazosin, alfluzosin atau 1a
(tamsulosin).
b) Penghambat enzim 5--reduktase, misalnya finasteride (Poscar)
c) Fitoterapi, misalnya eviprostat
2) Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala dan
komplikasi. Indikasi terapi bedah yaitu :
a) Retensio urin berulang
b) Hematuria
c) Tanda penurunan fungsi ginjal
d) Infeksi saluran kencing berulang
e) Tanda-tanda obstruksi berat yaitu divertikel,hidroureter, dan hidronefrosis.
f) Ada batu saluran kemih
Beberapa terapi bedah tersebut antara lain:
1. Prostatektomi
Ada berbagai macam prostatektomi yang dapat dilakukan yang masing
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain :
a. Prostatektomi Supra pubis.
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Yaitu
suatu insisi yang dibuat kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat
dari atas. Pendekatan ini dilakukan untuk kelenjar dengan berbagai ukuran dan
beberapa komplikasi dapat terjadi seperti kehilangan darah lebih banyak
dibanding metode yang lain. Kerugian lainnya adalah insisi abdomen akan
disertai bahaya dari semua prosedur bedah abdomen mayor, seperti kontrol
perdarahan lebih sulit, urin dapat bocor disekitar tuba suprapubis, serta
pemulihan lebih lama dan tidak nyaman. Keuntungan yang lain dari metode ini
adalah secara teknis sederhana, memberika area eksplorasi lebih luas,
memungkinkan eksplorasi untuk nodus limfe kankerosa, pengangkatan kelenjar
pengobstruksi lebih komplit, serta pengobatan lesi kandung kemih yang
berkaitan.
b.
Prostatektomi Perineal.
Adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam perineum. Cara ini
lebih praktis dibanding cara yang lain, dan sangat berguna untuk biopsi terbuka.
Keuntungan yang lain memberikan pendekatan anatomis langsung, drainage
oleh bantuan gravitasi, efektif untuk terapi kanker radikal, hemostatik di bawah
penglihatan langsung,angka mortalitas rendah, insiden syok lebih rendah, serta
ideal bagi pasien dengan prostat yang besar, resiko bedah buruk bagi pasien
sangat tua dan ringkih. Pada pasca operasi luka bedah mudah terkontaminasi
karena insisi dilakukan dekat dengan rektal. Lebih jauh lagi inkontinensia,
impotensi, atau cedera rectal dapat mungkin terjadi dari cara ini. Kerugian lain
adalah kemungkinan kerusakan pada rectum dan spingter eksternal serta
bidang operatif terbatas.
c. Prostatektomi retropubik.
Adalah suatu teknik yang lebih
dimana insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara
arkus pubis
Prosedur ini cocok untuk kelenjar besar yang terletak tinggi dalam pubis.
Meskipun darah yang keluar dapat dikontrol dengan baik dan letak bedah labih
mudah untuk dilihat, infeksi dapat cepat terjadi dalam ruang retropubis.
Kelemahan lainnya adalah tidak dapat mengobati penyakit kandung kemih yang
berkaitan serta insiden hemorargi akibat pleksus venosa prostat meningkat juga
osteitis pubis. Keuntungan yang lain adalah periode pemulihan lebih singkat
serta kerusakan spingter kandung kemih lebih sedikit.
2. Insisi Prostat Transuretral ( TUIP )
Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan instrumen
melalui uretra. Satu atau dua buah insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat
untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra dan mengurangi kontriksi uretral.
7.
Pathway
Perubahan keseimbangan hormon testosteron dan hesterogen
testosteron bebas + enzim 5 reduktase
dehidrolisis
inti sel
mempengaruhi RNA
PROLIFERASI SEL
PEMBESARAN PROSTAT
rangsangan pada V U
8.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.
Sirkulasi :
Peningkatan tekanan darah (efek lebih lanjut pada ginjal )
2.
Eliminasi :
3.
Makanan / cairan:
Kehilangan BB mendadak.
4.
Nyeri / nyaman :
5.
6.
Seksualitas :
Pembesaran prostat.
7.
Pengetahuan / pendidikan :
9.
DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien BPH dengan menggunakan
diagnosa NANDA antara lain adalah:
1. Perubahan pola eliminasi urin
2. Resiko tinggi untuk kekurangan volume cairan
3. Resiko tinggi untuk infeksi
4. Nyeri akut
5. Resiko tinggi untuk disfungsi seksual
6. Kurangnya pengetahuan
7. Potensial terjadinya sumbatan/obstruksi aliran urin
BAB III
TINJAUAN KASUS
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
BPH (Benigna Prostat Hyperplasi) adalah pembesaran progresif dari
kelenjar prostat yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada jalan urine
(urethra). Terdapat beberapa terapi untuk penanganan BPH, diantaranya terapi
medikamentosa dan terapi bedah. Pada pasien Tn.W diberikan terapi bedah
dengan prostatectomy.
Masalah keperawatan yang muncul post operasi adalah nyeri akut,
risiko infeksi dan PK: perdarahan. Dari evaluasi didapatkan hasil: diagnosa nyeri
akut masalah teratasi sebagian selama 3x24 jam. Diagnosa kedua: Risiko infeksi
masalah teratasi sebagian selama 3x24 jam dan diagnosa yang ketiga: PK:
Perdarahan masalah teratasi sebagian selama 3x24 jam.
B. Saran
Untuk pengelolaan pasien dengan BPH diharapkan termonitor pada
masalah keperawatan yang mungkin muncul.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan),
Bandung.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Sabiston, David C, 1994, Buku Ajar Bedah, EGC, Jakarta.
Sjamsu, R. Hidajat, Wim de Jong, (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta
Wim De Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta
Donna D. Ignatavius, Kathy A.H, (1997), Medical Surgical Nursing, 2nd Edition,
W.B. Saunders Co., Philadelphia.
Doenges M.E. (1989), Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd
ed ), . Philadelpia, F.A. Davis Company.
Luckmann, J (1997), Saunders Manual Of Nursing Care, W.B. Saunders Co,
Philadelphia.
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing
Process Approach, St. Louis. Cv. Mosby Company.
Luckman N Sorensen, (1994), Medical Surgical Nursing, Fourth edition, W.B.
Saunders Co., Philadelphia.
ASUHAN KEPERAWATAN
Oleh:
Eni Rahmawati, S. Kep
PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Nama
: Bp.TW
Umur
: 65 th
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan
: Sekolah Dasar
Pekerjaan
: Buruh Tani
Alamat
Suku Bangsa
: Jawa / Indonesia
Diagnosa Medis
Nomor RM
: 525555
Masuk RS
: 05/04/2010
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Pasien merasakan nyeri, perih dan ampek pada luka operasinya. Pasien
mengatakan nyeri post operasinya skala 7.
Pengkajian nyeri:
P (Provokes) : Spontan, insisi post OP BPH hari ke-0.
Q (Quality) : Nyeri terasa dalam, tajam dan tertekan.
R (Regio) : Daerah insisi dan menjalar sampai bagian punggung bawah.
S (Severity) : Skala nyeri 7, frekuensi sering apalagi ketika digunakan untuk
bergeser. disertai dengan nafas pendek, wajah tampak menahan rasa sakit.
T (Time) : Nyeri mulai setelah pasien sadar, frekuensi konstan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan tidak bisa BAK 8 hari yang lalu, pasien mengatakan
nyeri di sekitar perut bawah kemudian pasien dating ke RSUD Banyumas , di
pasang DC dan dipulangkan. BAK lancer setelah 7 hari. Pasien dating lagi ke
UGD RS Banyumas untuk dilepas selang lalu dipulangkan. Di rumah pasien
tidak dapat BAK lagi lalu dating lagi ke RSUD Banyumas dan di mondokkan
dan dipasang DC lagi. Pasien mengatakan nyeri di perut bawah dan panas.
Ketika dilepas selang pasien BAK > 5x sehari, terputus-putus, nocturia >2x
sehari, tidak bisa menahan BAK dan merasa kencing tidak puas.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mempunyai penyakit yang serius sampai dimondokan di RS
kecuali untuk penyakit BPH ini. Hanya dulu pernah memeriksakan penyakit kulit.
Riwayat Keluarga
Di dalam keluarga pasien, tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama dengan pasien atau penyakit keturunan (seperti hipertensi, diabetes
mellitus, asma) atau gangguan kejiwaan. Keluarga Pasien juga tidak ada yang
menderita penyakit menular.
Diagnosa medik pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah
dilakukan, mulai dari Pasien MRS (UGD/Poli), sampai diambil kasus kelolaan.
Masalah atau Dx medis pada saat MRS yaitu dari Retensi Urine (R.U) sampai ke
BPH.
Selama sakit
Minum: 4-5 gelas/hari, jenis air teh, jarang minum air putih
: Makan: Pasien puasa sebelum operasi, 24 jam setelah
operasi pasien hanya makan 2 sendok jatah makan pagi.
:
:
Selama sakit
Aktifitas-pola latihan
Sebelum sakit
Selama sakit
(post
operasi
anestesi RA)
Kemampuan dlm perawatan diri
0 1 2 3 4
Makan/minum
x
Mandi
x
Toileting
x
Berpakaian
x
Mobilitas di tempat tidur
x
Berpindah
x
Ambulasi/ROM
x
Keterangan : 0 : mandiri, 1: dengan alat, 2 : dibantu orang lain, 3 : di bantu
orang lain dan alat, 4 : tergantung total.
Pola kognitif dan sensori
kognitif:
a. Penglihatan
Penglihatan pasien masih baik, tidak menggunakan kacamata dan dapat
membaca tulisan dengan baik.
b. Pendengaran
Pasien masih dapat mendengar suara dengan jelas tanpa melihat mimik
muka lawan bicara.
c. Pengecap
Pasien masih dapat membedakan rasa antara manis, pahit, asam dan asin
dengan baik.
d. Sensasi
Pasien masih dapat membedakan panas, dingin, sakit maupun nyeri.
Sensori:
Pasien masih mampu berbicara dengan baik, mampu mempraktekkan teknik nafas
dalam yang diajarkan dan dapat mengingat kapan nafas dalam dilakukan. Pasien juga
dapat
membuat
keputusan
harus
menjaga
nutrisinya
untuk
mempercepat
kesembuhannya.
Pola istirahat-tidur
Pasien sebelum dirawat tidur 7-8 jam/hari. Selama dirawat setelah operasi pasien tidur
4-5 jam/hari terputus-putus karena terasa sakit, perih di luka operasi dan terpengaruh
kondisi lingkungan.
Pola konsep diri
a. Gambaran diri/body image
Pasien mengatakan bahwa Pasien merasa bersyukur dengan anugrah yang
Tuhan telah berikan kepadanya. Pasien merasa beruntung karena tidak ada
bagian tubuh yang lain yang terserang penyakit.
b. Identitas diri
Pasien adalah seorang laki-laki, dan Pasien merasa kurang puas dengan
keadaannya. Namun, itu sudah diobati dan Pasien berjanji akan menjaga
kesehatannya.
c. Peran
Pasien berperan sebagai seorang suami dari seorang istrinya, dan bapak dari
ketiga orang anaknya.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan bahwa walaupun Pasien sudah cukup tua, tetapi Pasien
harus tetap bersemangat sehingga dapat tetap bermanfaat dan melakukan
aktivitas secara mandiri.
e. Harga diri
Pasien tidak mempunyai harga diri rendah. Pasien tidak merasa malu karena
menderita penyakit BPH.
Pola peran dan hubungan
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
Tanda vital
Pernafasan: 25 x/menit
Nadi
: 76 x/menit
Suhu
: 36,7 0 C
Tangan kiri
(5)
Kaki kanan
Kaki kiri
(5)
(5)
Kulit : Warna sawo matang, turgor kulit sedang dan lembab, akral dingin
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Glukosa darah sewaktu tanggal 7 April 2010 adalah 215 mg/dl
Glukosa darah sewaktu tanggal 10 April 2010 adalah 82 mg/dl
Jenis Px.
Nilai Normal
Hasil
Interprestasi
06/04/10
Hasil
Interprestasi
12/04/2010
Parameters :
WBC
4,8-10,8 U/L
8,04 U/L
Normal
14,18 U/L
Naik
RBC
4,2-10,8 U/L
5,38 U/L
Normal
4,09 U/L
Normal
HGB
12-16 gr/dL
16,1 gr/dl
Naik
12,1 gr/dl
Normal
37-47 %
45,2 %
Normal
34,7 %
Normal
79-99 fL
84,0 fL
Normal
84,8 fL
Normal
27-31 pg
29,9 pg
Normal
29,6 pg
Normal
33-37 gr/dL
35,6 gr/dL
Normal
34,9 gr/dl
Normal
MCHC
263 U/L
Normal
200 U/L
Normal
PLT
11,5-14,5 %
13,3 %
Normal
12,7
Normal
RDW-CV
35-47 fL
40,2 fL
Normal
38,4
Normal
RDW-SD
9,0-13,0 fL
13,0 fL
Normal
11,5
Normal
7,2-11,1 fL
11,0 fL
Normal
10,3
Normal
15-25%
32,0 %
Naik
27,0
Naik
1,8-8 UL
3,97 UL
Normal
11,84
Naik
Differential
0,16-1 UL
0,72 UL
Normal
1,02
Naik
Neutrofil
0,045-0,44 UL
0,37 UL
Normal
0,06
Normal
Monosit
0-0,2 UL
0,01 UL
Normal
0,01
Normal
HCT
MCV
MCH
PDW
MPV
P-LCR
Eosinofil
2,97 UL
1,25
Basofil
(07/04/10)
Lymposit
Kimia
135-155
143
Normal
140
Normal
Darah
3,6-5,5
3,3
Normal
3,3
Normal
Na
94-111
103
Normal
103
Normal
3-6 g/dL
4,0 g/dL
Normal
Cl
W 6-21 U/I
30 U/I
Normal
L4-30 U/I
18 U/I
Normal
Albumin
W 4-20 U/I
SGOT
SGPT
Ureum
20-40 mg/dL
0,5-1,5 mg/Dl
0,9 mg/dL
Normal
darah
Creatinine
darah
Golongan darah = O
CT
: 4 menit
BT
: 1 menit 40 detik
Rontgen :
-
Thorax
Hari ke 0
Dosis
30 tpm
IVFD NaCl
30 tpm
30 tpm
30 tpm
Irigasi NaCl
40 tpm
40 tpm
40 tpm
Inj Ceftriaxon
2 x 1 gr
3 x 30 mg
2 x 1 Amp
2x1 gr
2x1 gr
3x 30 mg
3x 30 mg
2x1 Amp
2x1 Amp
3x2 Amp
3x1 Amp
Inj Ketorolac
Inj Ranitidin
Inj Kalnek
Tanggal
Jam
3x 2 Amp
Hari ke 1
Dosis
Data Fokus
Hari ke 2
Dosis
Masalah
Etiologi
Rasionalisasi
Senin,12
DS :
April
2010
Agen injury
BPH
fisik
Prostatec
tomy
Kontinuitas
jaringan terputus
DO :
Pelepasan
: 36, oC
RR
: 25x/mnt
neurotransmitter
penyebab nyeri
(bradikinin,
histamin, enzim
proteolitik, dll)
Peningkatan
eksitabilitas
reseptor nyeri
Respon
DS :DO :
selang irigasi terlihat
merah kekuning-kuningan
24 jam pertama drain
300cc.
Masih terpasang kateter
dan irigasi drip NaCl 0,9
% 40 tpm
nyeri
periper
PK: Perdarahan
(-)
+ viseral
Prostatec
tomy
DS : Pasien mengatakan
makan 2 sendok setiap jatah
makan
DO: BAB cair, sedikit,
Kontinuitas
jaringan terputus
frekuensi 3hari 2x
Perdarahan
III. NCP
No.
Diagnosa
keperawatan
Intervensi
Pain management :
Rasional
Kaji
secara komphrehensif
tentang nyeri, meliputi
lokasi, karakteristik
dan onset, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas/beratnya
nyeri dan faktor-faktor
presipitasi
5 = Konsisten menunjukkan
yang dibuktikan dengan indikator :
No
Indikator
Awal
1.
Mengenali
faktor
2.
penyebab
Mengenali lamanya
Ajark
an teknik non
farmakologi
untuk
mengurangi nyeri
Melaporkan bahwa
nyeri
non-
analgetik
4.
Tujuan
Kontr
1 2
ol faktor lingkungan
yang mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
berkurang
dengan
menggunakan
5.
manajemen nyeri
Menyatakan
rasa
nyaman
6.
setelah
nyeri berkurang
Tanda vital dalam
rentang normal
Moni
tor tekanan darah, nadi,
suhu, status respirasi
Medication Management :
-
Berik
an therapy sesuai
program therapy medis
Environmental
Management:
-
Cipta
kan lingkungan
ruangan yang nyaman
Batas
i pengunjung
Mengetahui
perubahan/status
pasien
Analgetik sangat
diperlukan
kondisi nyeri
yang berat dan
tidak
tertahankan
Meminimalkan
timbulnya nyeri
Meminimalkan
stressor yang
menyebabkan
nyeri bertambah
2.
PK: Perdarahan
jam
pasien
tidak
terjadi
komplikasi
1.
gangguan
perdarahan
sirkulasi darah
dan antisipasi
vital
Kriteria hasil:
kekurangan Hb
Pertahankan fiksasi
Indikator
Awal
pus, tidak
Penanda
2.
Menghenti
kan perdarahan
dan
menghindari
perluasan luka
tetap istirahat
Pantau kadar Hb
Berikan transfusi jika
diperlukan
3.
Diberikan
secara
profilaksis atau
untuk
menghentikn
perdarahan
3
Ketidakseimbangan
NOC :
tubuh
berhubungan dengan
Ketidakmampuan
pemasukan
atau
mencerna makanan
(intake yang kurang)
Nutrition Management :
-
Kaji
adanya alergi makanan
Meminimalkan
selama 3 x 24 jam, pasien akan
terjadinya reaksi
menunjukkan nutritional status : food and
alergi
Kola
fluid intake pada skala sebagai berikut :
borasi dengan ahli gizi
Meningkatkan
untuk
menentukan
1 = Tidak adekuat
suplai makanan
jumlah kalori dan
yang
sesuai
2 = Ringan
nutrisi
yang
kebutuhan
dibutuhkan pasien.
3 = Sedang
Anjur
4 = Kuat
kan
pasien
untuk meningkatkan protein Meningkatkan daya
5 = Adekuat total
dan vitamin C
tahan
tubuh
yang dibuktikan dengan indikator :
Yakin
terhadap
kan diet yang dimakan
penyakit
Tujuan
mengandung
tinggi
No
Indikator
Awal
1 2 3
serat untuk mencegah 1. Intake zat gizi
2
konstipasi
Menghindari
Moni
terjadinya
(nutrien)
tor jumlah nutrisi dan
konstipasi
2. Intake makanan
3
kandungan kalori
dan cairan
3. Energi
3
Nutrisi
yang
Berik
4. Berat badan
3
seimbang
an informasi tentang
5. Ukuran
3
menghindari
kebutuhan nutrisi
terjadinya
kebutuhan
infeksi
nutrisi
secara
Meningkatkan
biokimia
pengetahuan
Nutrition Monitoring :
pasien mengenai
makanan yang
Moni
dibutuhkan
tor adanya penurunan
dirinya
berat badan
-
Moni
tor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Moni
tor turgor kulit
Moni
tor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah
patah
Moni
tor mual dan muntah
BB yang turun
drastis
mengidikasikan
adanya
proses
infeksi
Kulit kering, turgor
kulit yang jelek,
rambut
yang
Moni
tor pucat, kemerahan,
dan
kekeringan
jaringan konjungtiva
Moni
tor kalori dan intake
nuntrisi
Moni
tor makanan kesukaan
Catat
adanya
edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
mudah
patah
mengidikasikan
tanda mal nutrisi
Mengurangi selera
makan
Mengetahui adanya
tanda malnutrisi
Mengetahui jumlah
nutrisi
yang
masuk ke dalam
tubuh
Tanda kekurangan
protein/mal
nutrisi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/tgl
/jam
Senin,
Dx
1,2,3
Implementasi/Respon
-
12/04/201
0
08.00
12.30
Evaluasi
Mencuci tangan
sebelum tindakan keperawatan
Respon : Tangan terbebas dari kuman
Melakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Respon : skala nyeri 7, nyeri pada perut
Paraf
1,2,3,
Memonitor vital
sign
Respon :
13.00
120/90 mmHg
76 kali/mnt
Suhu
36, oC
RR
:
25x/mnt
Mengatur posisi yang
nyaman, telentang dengan satu bantal
Respon : Pasien merasa lebih nyaman
1,2
13.10
gerakan menghindari
TD
Nadi
Menjelaskan
tentang perawatan bedrest total untuk 24
jam pertama
Respon : Pasien paham dengan
mmHg, HR = 76 x/menit
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
Saat
Indikator
ini
4
penjelasan
Mengenali
Perawat
Mengajarkan
teknik non farmakologi dengan menarik
nafas dalam
Respon
:
Pasien
mampu
nyeri)
Menggunakan metode non-analgetik
dengan
nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
Mengkaji
luka
operasi
Respon : Balutan luka bersih dengan
kassa steril terbalut hipavik, tidak
terdapat rembesan darah, tidak terdapat
lamanya
menggunakan
P : Lanjutkan intervensi :
(onset)
sakit
manajemen
13.30
stonsel.
-
Menjaga kebersihan
alat linen dan hindari lipatan linen di
bawah badan pasien
Respon : Linen bersih
Memantau respons
pasien terhadap aktivitas perawatan
Respon : Pasien tampak gelisah,
terhadap
keperawatan
2,3
-
A : Masalah perdarahan
Menganjurkan
keluarga untuk membantu pasien dalam
menggerakan badannya (miring kanankiri)
Respon : Keluarga pasien (istri dan anak
pasien)
paham
dengan
ini
2
mendengarkan bising
usus
Saat
Indikator
13.50
Diagnosa 2
kooperatif
13.40
pus, tidak
meluas
P : Lanjutkan intervensi
penjelasan -
14.00
Diagnosa 3
Menciptakan
lingkungan yang nyaman dan membatasi S : Pasien mengatakan belum makan
pengunjung
Respon : Pengunjung bergantian O : Pasien terpasang Haes 30 tpm, irigasi NaCl
40 tpm
menjenguk
Mencuci tangan
sesudah tindakan keperawatan
Respon : Tangan terbebas dari kuman
Indikator
Intake zat gizi (nutrien)
Intake makanan dan cairan
Energi
Berat badan
Saat
ini
2
3
3
3
5.
secara biokimia
P : Lanjutkan intervensi
Selasa,
1,2,3
13/04/201
0
1,2,3
Mencuci tangan
sebelum tindakan keperawatan
Respon : Tangan terbebas dari kuman
08.00
08.30
kesadaran
1
-
08.40
pasien
sedang,
: compos mentis
Melakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Respon : skala nyeri 5, nyeri pada perut
bawah pada luka operasi, bertambah
untuk gerak.
-
09.00
1,2,3
O:
- Adanya nyeri tekan sekitar luka operasi,
gerakan menghindari pemeriksaan daerah
nyeri, pergerakan hati-hati saat terhadap
nyeri saat tiduran, skala nyeri 5, TD =130/80
mmHg, HR = 83 x/menit
mengkaji riwayat
nutrisi dan makanan yang disukai pasien
Memonitor vital
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
sign
Respon : RR = 22 x/menit, Nadi = 83
Indikator
x/menit, Suhu = 36,60 C, TD = 130/80
-
ini
5
Memberikan terapi
obat ketorolac 30 mg
Respon : Obat masuk per IV (selang
Mengenali
nyeri)
Menggunakan metode non-analgetik
ceftriaxon 1 gr
Respon : Obat masuk per IV (selang
dengan
Memberikan obat
Memberikan obat
Saat
mmHg
radin 50 mg
Respon : Obat masuk per IV (selang
2
Diagnosa 1 :
Memonitor
keadaan pasien
Respon : keadaan
Memberikan obat
kalnek 2A
Respon : Obat masuk per IV (selang
infus), tidak terdapat reaksi alergi
lamanya
(onset)
sakit
menggunakan
manajemen
nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
P : Lanjutkan intervensi :
- Berikan analgetik ketorolac 3 x 30 mg sesuai
09.30
09.40
09.40
1,2
instruksi dokter
- Ciptakan lingkungan ruangan yang nyaman
- Batasi pengunjung untuk kenyamanan pasien
- Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik
relaksasi nafas dalam untuk mengurangi
nyeri
Memantau respons
neurologis pasien terhadap aktivitas
perawatan
Diagnosa 2
Respon : Pasien tampak tenang,
S : Pasien mengatakan sakit di area operasi
kooperatif
terhadap
tindakan
O : Darah menetes melalui drain. volume
keperawatan
300cc
Melatih pasien
untuk duduk dan bersandar pada bantal
Respon : Pasien mencoba duduk dengan
Menganjurkan
pasien untuk latihan duduk dan makan
minum sendiri
Respon : Pasien mencoba duduk dan
Mengkaji
luka
operasi dan mengatur posisi kateter .
drain 300cc
Respon : Balutan luka bersih dengan
meluas
stosel,
3
-
11.00
2,3
Menjaga kebersihan
alat linen dan hindari lipatan linen di
bawah badan pasien
Respon : Linen bersih
1,2,3
P : Lanjutkan intervensi
-
Diagnosa 3
mendengarkan suara
bising usus
14.00
pus, tidak
ini
4
Saat
Indikator
memberikan makanan
sedikit dan frekuensi sering dalam porsi
hangat
Menciptakan
lingkungan yang nyaman, bersih dan
membatasi pengunjung
Respon : Pengunjung bergantian
menjenguk
Mencuci tangan
sesudah tindakan keperawatan
Respon : Tangan terbebas dari kuman
No
1.
2.
3.
4.
5.
Saat
Indikator
Intake zat gizi (nutrien)
Intake makanan dan cairan
Energi
Berat badan
Ukuran kebutuhan nutrisi
ini
3
4
4
3
3
secara biokimia
P : Lanjutkan intervensi
Rabu
1,2,3
14-04-10
14.00
1,3
Mencuci tangan
sebelum tindakan keperawatan
Respon : Tangan terbebas dari kuman
14.15
kesadaran
1,2
-
14.20
14.25
1,2,3,
sedang,
: compos mentis
Mengkaji keluhan
Memonitor vital
sign
Respon : RR = 24x/menit, Nadi =
70x/menit, Suhu = 36 0 C, TD = 120/80
14.45
1,2,3,
mmHg
-
Memposisikan
pasien semi fowler
Respon : Pasien merasa lebih nyaman
14.50
14.40
pasien
Diagnosa 1 :
Memonitor
keadaan pasien
Respon : keadaan
Mengkaji
luka
operasi dan mengatur posisi kateter
Respon : Balutan luka bersih dengan
kassa steril terbalut hipavik, tidak
Mengenali
lamanya
(onset)
sakit
dengan
menggunakan
manajemen
nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
1,3
stosel
P : Lanjutkan intervensi :
15.00
17.00
Memberikan terapi
obat ketorolac 30 mg
Respon : Obat masuk per IV (selang
Memberikan obat
ceftriaxon 1 gr
Respon : Obat masuk per IV (selang
infus), tidak terdapat reaksi alergi
Memberikan obat
radin 50 mg
Respon : Obat masuk per IV (selang
infus), tidak terdapat reaksi alergi
17.30
Memberikan obat
kalnek 1A
Respon : Obat masuk per IV (selang
1,2,3
A : Masalah perdarahan
Saat
Indikator
ini
5
pus, tidak
meluas
P : Lanjutkan intervensi
terhadap
Mencuci tangan
sesudah tindakan keperawatan
Respon : Tangan terbebas dari kuman.
Indikator
Intake zat gizi (nutrien)
Intake makanan dan cairan
Energi
Berat badan
Ukuran kebutuhan nutrisi
secara biokimia
P : Lanjutkan intervensi
Saat
ini
4
5
5
4
4
IV. EVALUASI
Hari/tgl/jam
Senin, 12 April
2010
No.Dx
1.
EVALUASI
Pukul 14.00 WIB
Diagnosa 1 :
S : Pasien mengeluh nyeri pada perut bawah pada luka operasi, bertamb
14.00
untuk gerak
Indikator
Awal
Tujuan
nyeri)
Menggunakan metode non-analgetik
nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
ini
4
lamanya
(onset)
sakit
dengan
menggunakan
manajemen
P : Lanjutkan intervensi :
- Berikan analgetik ketorolac 3 x 30 mg sesuai instruksi dokter
- Ciptakan lingkungan ruangan yang nyaman
- Batasi pengunjung untuk kenyamanan pasien
Diagnosa 2
S : Pasien mengatakan sakit di area operasi
O : Darah menetes melalui drain, Tedapat luka operasi di bawah pusar dia
2.
Indikator
ini
2
Awal
Tujuan
pus, tidak
meluas
P : Lanjutkan intervensi
-
Diagnosa 3
S : Pasien mengatakan belum makan
O : Pasien terpasang Haes 30 tpm, irigasi NaCl 40 tpm
A : Masalah Kekurangan nutrisi
No
3.
1.
2.
3.
4.
5.
Indikator
Intake zat gizi (nutrien)
Intake makanan dan cairan
Energi
Berat badan
Ukuran kebutuhan nutrisi
secara biokimia
P : Lanjutkan intervensi
Saat
ini
2
3
3
3
3
Awal
2
3
3
3
3
Tujuan
5
5
5
4
4
Selasa, 13 April 1.
2010
Diagnosa 1 :
S : Pasien mengeluh nyeri pada perut bawah pada luka operasi, bertamb
14.00
untuk gerak
O:
Indikator
Awal
Tujuan
nyeri)
Menggunakan metode non-analgetik
nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
ini
5
lamanya
(onset)
sakit
dengan
menggunakan
manajemen
P : Lanjutkan intervensi :
- Berikan analgetik ketorolac 3 x 30 mg sesuai instruksi dokter
- Ciptakan lingkungan ruangan yang nyaman
- Batasi pengunjung untuk kenyamanan pasien
Tedapat luka operasi di bawah pusar diatas simpisis pubis, terbalut sepanja
2.
10 cm, luka operasi terbalut kassa steril dengan hipavic, tidak terda
rembesan darah
A : Masalah PK: Perdarahan
Saat
Indikator
ini
4
Awal
Tujuan
pus, tidak
meluas
P : Lanjutkan intervensi
-
Diagnosa 3
S : Pasien mengatakan terasa sesak pada bagian perut setelah makan 2 send
takut BAB jika makan terlalu banyak
O : Pasien terpasang kateter NaCl 30 tpm, irigasi NaCl 40 tpm
A : Masalah Kekurangan nutrisi
No
3.
1.
2.
3.
4.
5.
Indikator
Intake zat gizi (nutrien)
Intake makanan dan cairan
Energi
Berat badan
Ukuran kebutuhan nutrisi
secara biokimia
Saat
ini
3
4
4
3
3
Awal
2
3
3
3
3
Tujuan
5
5
5
4
4
P : Lanjutkan intervensi
Rabu, 14 April 1.
2010
Diagnosa 1 :
S : Pasien mengeluh nyeri pada perut bawah pada luka operasi sud
21.00
mereda.
O:
Indikator
Awal
Tujuan
nyeri)
Menggunakan metode non-analgetik
nyeri
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
ini
5
lamanya
(onset)
sakit
dengan
menggunakan
manajemen
P : Lanjutkan intervensi :
-
Diagnosa 2
S : Pasien mengatakan sakit di area operasi berkurang
O : Darah menetes melalui drain. volume 400cc
2.
Tedapat luka operasi di bawah pusar diatas simpisis pubis, terbalut sepanja
10 cm, luka operasi terbalut kassa steril dengan hipavic, tidak terda
rembesan darah
A : Masalah perdarahan
Saat
Indikator
ini
5
Awal
Tujuan
pus, tidak
meluas
P : Lanjutkan intervensi
-
Diagnosa 3
S : Pasien mengatakan sudah menghabiskan porsi makan
O : Pasien terpasang kateter NaCl 30 tpm, irigasi NaCl 40 tpm
A : Masalah Kekurangan nutrisi
No
3.
1.
2.
Indikator
Intake zat gizi (nutrien)
Intake makanan dan cairan
Saat
ini
4
5
Awal
2
3
Tujuan
5
5
3.
4.
5.
Energi
Berat badan
Ukuran kebutuhan nutrisi
secara biokimia
P : Lanjutkan intervensi
5
4
4
3
3
3
5
4
4