Anda di halaman 1dari 12

Makalah Ibu Post Partum

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis


dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita
menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian
wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan
selanjutnya. Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap
penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan
prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan
dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari
reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.

Pada makalah ini kami akan membahas secara khusus mengenai berbagai macam
komplikasi post partum. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi
aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama
setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil
menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan
mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma yang oleh
para peneliti dan klinisi disebut post-partum blues, atau karena kurangnya penanganan ibu
post partum sangat rentan mengalami infeksi dan perdarahan.

1.2. Tujuan

a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan post
partum.

b. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui dan memahami definisi post partum.
- Untuk mengetahui dan memahami etiologi post partum.
- Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi post partum.
- Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari post partum.
- Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan post partum.
- Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan klien dengan post partum.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium)
yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2010).

Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi seluruh alat genetal baruh pulih
kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu kebidanan, 2007).

Masa nifas adalah priode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat-alat
reproduksi tengah kembali ke kondisi normal (Barbara F. Weller,2005).

Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-
alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam
(Saifuddin,2002).
Post partum adalah masa pulih kembali dari persalinan sampai alat-alat kandung
kembali seperti sebelum hamil, lama massa nifas yaitu 6-8 minggu (Rustam,1991).

Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa setelah kelahiran
bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali seperti semula tanpa adanya
komplikasi.

2.2. Klasifikasi

Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :

1. Post partum dini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalan-
jalan. Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
6-8 minggu.
3. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

2.3. Anatomi dan Fisiologi

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak didalam rongga pelvis
dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di perineum. Struktur
reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen
dan progesteron (Bobak, 2005).

1. Stuktur eksterna

a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini berarti penutup
atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri
dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.

b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak
dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis
mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal
pada masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama
koitus.

c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan
jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke
arah bawah mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora
melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum
pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak berdekatan di garis tengah,
menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada
vagina atau pada perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina
terbuka. Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada permukaan
arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap daripada jaringam
sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis ke arah luar perineum.
Permukaan medial labia mayora licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia
mayora terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf
yang menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.

d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang panjang,
sempit, dan tidak berambut yang, memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan menyatu
dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen,
permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat
banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia
minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif,
sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.

e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di bawah arkus pubis.
Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang.
Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara
seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar. Kelenjar sebasea klitoris menyekresi
smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai
feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang berarti kunci karena
klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan
yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.

f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong, terletak di antara
labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar
parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak
berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan
dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.

g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah orifisium vagina.
Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
h.Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.
Perineum membentuk dasar badan perineum.

2. Struktur interna
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopi. Dua
lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus,
yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka
anterosuperior, dan ligamentum ovari proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua
fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir,
ovarium wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di antara interval selama
masa usia subur ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid dalam
jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.

b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke arah lateral,
mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.
Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan
bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh
gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan
peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar
ialah pada saat ovulasi.

c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak mirip buah pir
yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba
padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan
insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan
istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan
dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah
siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :

1. Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan


membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat, lapisan
tengah jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan
indometrium dengan miometrium.
2. Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium,
paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini sangat cocok untuk
mendorong bayi pada persalinan.
3. Peritonium perietalis. Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat kandung kemih dan
serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu membuka
rongga abdomen karena peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.

d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara
luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-
sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di
ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid.
Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi
antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas
lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina
mempertahankan kebersihan relatif vagina.

2.4 Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti atau jelas
terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 1998) :

1. Penurunan kadar progesterone


Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan
ketentraman otot rahim.

2. Penurunan kadar progesterone


Pada akhir kehamilan kadar oxytocinbertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otot rahim.

3. Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.

4. Pengaruh janin
Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena itu
pada enencephalus kehamilan sering lebih lama dan biasa.

5. Teori prostaglandin
Teori prostaglandin yang dihasilkan dan decidua, disangka menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan.

2.5 Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan
alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Disamping involusi terjadi
perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang
terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-
kelenjar mama.

Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada
antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan
setelah plasenta lahir.Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri
terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua
basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis
serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-
angsur kembali seperti sedia kala.
2.6 Manifestasi Klinis

Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki


bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of
labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :

1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang
disebut false labor pains.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa
bercampur darah (bloody shoe).

2.7 Komplikasi Post Partum

a. Klien post partum komplikasi perdarahan


Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24
jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998). Perdarahan Post
partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

1. Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir


2. Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir

Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan post partum :

1. Menghentikan perdarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti darah yang hilang.

Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:


1) Atonia Uteri
2) Retensi Plasenta
3) Sisa Plasenta dan selaput ketuban
- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4) Trauma jalan lahir
- Episiotomi yang lebar
- Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
- Rupture uteri
5) Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.
b. Klien post partum komplikasi infeksi
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang - biaknya mikroorganisme dalam tubuh
manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain Iskandar, 1998).

Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi
klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan (Bobak,
2004).

Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun saat
persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman dalam tubuh lewat
rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang
tidak steril digunakan pada saat proses persalinan.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :

1. Streptococcus haemoliticus anaerobic = Masuknya secara eksogen dan menyebabkan


infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat
yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2. Staphylococcus aureus = Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak
ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-
orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas,
walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3. Escherichia Coli = Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan
infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab
penting dari infeksi traktus urinarius.
4. Clostridium Welchii = Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi
sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus
yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.

c. Klien post partum komplikasi penyakit blues


Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues
dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu
pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari
ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca
persalinan.

Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman
(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan
dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.

Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum
diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues,
antara lain:

1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron,


prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat
berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek
supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan
kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan,
kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial
ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan
teman).
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:

Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya


Keadaan umum: TTV, selera makan dll
Payudara: air susu, putting
Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
Sekres yang keluar atau lochea
Keadaan alat kandungan

Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001

Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum


Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.

2.9 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan
payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang
senam nifas.
d. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1. Pengkajian

1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
3. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
4. Riwayat Persalinan
- Tempat persalinan
- Normal atau terdapat komplikasi
- Keadaan bayi
- Keadaan ibu
5. Riwayat Nifas Yang Lalu
- Pengeluaran ASI lancar / tidak
- BB bayi
- Riwayat ber KB / tidak
6. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum pasien
- Abdomen
- Saluran cerna
- Alat kemih
- Lochea
- Vagina
- Perinium dan rectum
- Ekstremitas
- Kemampuan perawatan diri

7. Pemeriksaan psikososial
- Respon dan persepsi keluarga
- Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

3.2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran jaringan atau
distensi efek-efek hormonal
2. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, karakteristik
payudara
3. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih, perubahan-
perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
penurunan sistemkekebalan tubuh.
5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebih (perdarahan)

3.3. Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran jaringan atau
distensi efek efk hormonal.

Tujuan dan Kreteria Evaluasi:


Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang dengan kriteria
evaluasi: skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang, tidak merasa
nyeri saat mobilisasi, tanda vital dalam batas normal. S = 36-370C. N = 60-80 x/menit, TD =
120/80 mmhg, RR= 18 20 x / menit

Intervensi dan Rasional:


a. Kaji ulang skala nyeri
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
Rasional : untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
c. Motivasi untuk mobilisasi sesuai indikasi
Rasional : memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi dan mengurangi nyeri
secara bertahap.
d. Berikan kompres hangat
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perinium
e. Delegasi pemberian analgetik
Rasional : melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang

2. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,karakteristik


payudara.
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan menyusui
dengan criteria evaluasi: ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI
yang cukup.

Intervesi dan Rasional:


a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui sebelumnya.
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar memberikan intervensi
yang tepat.
b. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional: posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat merusak dan
mengganggu.
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.

3. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih, perubahan-


perubahan jumlah / frekuensi berkemih.

Tujuan dan Kreteria Evaluasi:


Setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan eliminasi (BAK) dengan
KE: ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit saat BAK,
jumlah urine 1,5-2 liter/hari.

Intervensi dan Rasional:


a. Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.
Rasional: mengetahui balance cairan pasien sehingga diintervensi dengan tepat.
b. Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum.
Rasional: melatih otot-otot perkemihan.
c. Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam duduk, alirkan air keran.
Rasional: agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan sehingga tidak ada retensi.
d. Kolaborasi pemasangan kateter.
Rasional: mengurangi distensi kandung kemih.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan sistem
kekebalan tubuh.

Tujuan dan Kreteria Evaluasi:


Setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi dengan KE: dapat
mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi, tidak terdapat tanda-tanda
infeksi.

Intervensi dan Rasional:


a. Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan episiotomi.
Rasional : untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi dengan tepat.

b. Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.


Rasional : pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi tempat
berkembangbiaknya kuman.
c. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : peningkatan suhu > 38C menandakan infeksi.
d.Lakukan rendam bokong.
Rasional : untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi udema.
e. Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
Rasional : membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.

5.Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih (perdarahan)

Tujuan dan Kreteria Evaluasi:


Setelah diberikan askep ibu diharapkan tidak kekurangan volume cairan dengan KE : cairan
masuk dan keluar seimbang, Hb/Ht dalam batas normal (12,0-16,0 gr/dL)

Intervensi dan Rasional:


a. Ajarkan ibu agar massage sendiri fundus uteri.
Rasional: memberi rangsangan pada uterus agar berkontraksi kuat dan mengontrol
perdarahan.
b. Pertahankan cairan peroral 1,5-2 Liter/hari.
Rasional: mencegah terjadinya dehidrasi.
c. Observasi perubahan suhu, nadi, tensi.
Rasional: peningkatan suhu dapat memperhebat dehidrasi.
d.Periksa ulang kadar Hb/Ht.
Rasional: penurunan Hb tidak boleh melebihi 2 gram%/100 dL.

3.4. Evaluasi
1. Klien tidak lagi merasakan nyeri
2. Klien dapat menyusui secaraefektif
3. Eliminasi urine klien kembali normal
4. Klien tidak mengalami infeksi
5. Klien tidak mengalami kekurangan volumen cairan

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam
(Saifuddin,2002). Post portum/ masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 1998) yaitu
puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan,
purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
mencapainya 6 8 minggu dan remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai komplikasi.

4.2. Saran
a. Pasien
Diharapkan pasien dapat memahami pengertian, penyebab, klasifikasi, fisiologi dan
penatalaksanaan pada saat post partum .
b. Perawat
Diharapkan kepada perawat dapat menggunakan proses keperawatan sebagai kerangka kerja
untuk perawatan pasien dengan post partum.
http://kesehatanbangsa.blogspot.co.id/2015/09/makalah-ibu-post-partum.html

Anda mungkin juga menyukai