PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Konsep teori Ileus obstruktif :
a. Apakah Definisi Ileus obstruktif?
b. Bagaimana Etiologi Ileus obstruktif?
c. Apakah Manifestasi klinis Ileus obstruktif?
d. Bagaimana Klasifikasi Ileus obstruktif?
e. Bagaimana Anatomi Dan Fisiologi ileus obstruksi?
f. Bagaimana Patofisiologi Ileus obstruktif?
g. Bagaimana Tanda Dan Gejala Ileus obstruktif?
h. Bagaimana Komplikasi Ileus obstruktif.
i. Bagaimana Pemeriksaan diagnostik Ileus obstruktif.?
j. Bagaimana Penatalaksanaan Ileus obstruktif.?
2. Konsep keperawatan :
a. Bagaimana Pengkajian terhadap klien dengan Ileus obstruktif?
b. Bagaimana Diagnosa keperawatan terhadap klien dengan Ileus
obstruktif?
c. Bagaimana Rencana asuhan keperawatan terhadap klien dengan Ileus
obstruktif?
d. Bagaimana Implementasi terhadap klien dengan Ileus obstruktif?
e. Bagaimana Evaluasi terhadap klien dengan Ileus obstruktif?
1
C. Tujuan
1. Konsep teori Ileus obstruktif :
a. Untuk mengetahui Definisi Ileus obstruktif.
b. Untuk mengetahui Etiologi Ileus obstruktif.
c. Untuk mengetahui Manifestasi klinis Ileus obstruktif.
d. Untuk mengetahui Klasifikasi Ileus obstruktif.
e. Untuk mengetahui Anatomi Dan Fisiologi Ileus obstruktif.
f. Untuk mengetahui Patofisiologi Ileus obstruktif.
g. Untuk mengetahui Tanda Dan Gejala Ileus obstruktif.
h. Untuk mengetahui Komplikasi Ileus obstruktif.
i. Untuk mengetahui Pemeriksaan diagnostik Ileus obstruktif.
j. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Ileus obstruktif.
2. Konsep keperawatan :
a. Untuk mengetahui Pengkajian terhadap klien dengan Ileus obstruktif.
b. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan terhadap klien dengan Ileus
obstruktif.
c. Untuk mengetahui Rencana asuhan keperawatan terhadap klien
dengan Ileus obstruktif.
d. Untuk mengetahui Implementasi terhadap klien dengan Ileus
obstruktif.
e. Untuk mengetahui Evaluasi terhadap klien dengan Ileus obstruktif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP TEORI
A. Definisi
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya)
aliran normal isi usus sepanjang saluran isi usus. Obstruksi usus dapat akut
dengan kronik, partial atau total.Intestinal obstruction terjadi ketika isi usus tidak
dapat melewati saluran gastrointestinal.
Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan
tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada
hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya
intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu,
striktura, perlengketan, hernia dan abses.
B. Etiologi
3
Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam
masa anak-anak.
b. Invaginasi (intususepsi)
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang
pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat
idiopatikkarena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa
intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon ascendens dan mungkin
terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat mengakibatkan nekrosis
iskemik pada bagian usus yang masuk dengankomplikasi perforasi dan
peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik,
dandipastikan dengan pemeriksaan Rontgen dengan pemberian enema
barium.
c . Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-
mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan
tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu
gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang
mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing. Segmen usus yang
penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus,
strangulasi, dan perforasi.
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri, maupun
pemuntiran terhadap aksis sehingga pasase (gangguan perjalanan
makanan) terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya.
Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami
strangulasi.
e . Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus, kecuali
jika ia menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan oleh
kumpulan metastasis (penyebaran kanker) di peritoneum atau di
mesenterium yang menekan usus.
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul
(koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur
lainnya) dari saluran empedu keduodenum atau usus halus yang
4
menyebabkan batu empedu masuk ke raktus gastrointestinal. Batu empedu
yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum
terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. Penyebab
obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma (anker yang dimulai di
kulit atau jaringan yang melapisi atau menutupi organ-organ tubuh) ,
terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal.
C. Manifestasi Klinis
a. Mekanik sederhana usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah,
peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
b. Mekanik sederhana usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus
meningkat, nyeri tekan abdomen.
c. Mekanik sederhana kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
abdomen.
d. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.
Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan.
e. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan
terlokalisir, distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus
menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.
D. Klasifikasi
5
Menurut letak sumbatannya
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
6
yaitu suatu pita muskulo fibrosa yang berperan sebagai Ligamentum
Suspensorium (penggantung). Sekitar 2/5 dari usus halus adalah jejunum,
Jejunum terletak diregio mid abdominalis sinistra dan ileum terletak di regio
mid abdominalis dextra sebelah bawah. Tiga perlima bagian akhir adalah
ileum. Masuknya kimus kedalam usus halus diatur oleh spingther pylorus,
sedangkan pengeluaran zat yang telah tercerna kedalam usus besar yang diatur
oleh katup ileus sekal. Katup illeus sekal juga mencegah terjadinya refluk dari
usus besar ke dalam usus halus. Apendik fermivormis yang berbentuk tabung
buntu berukuran sebesar jari kelingking terletak pada daerah illeus sekal yaitu
pada apeks sekum.
Dinding usus halus terdiri dari empat lapisan dasar yang paling luar
dibentuk oleh peritoneum. Peritoneum mempunyai lapisan visceral dan
parietal. Ruang yang terletak diantara lapisan-lapisan ini disebut sebagai
rongga peritoneum. Omentum memilik lipatan-lipatan yang diberi nama yaitu
mesenterium yang merupakan lipatan peritoneum lebar menyerupai kipas
yang menggantung jejenum dan ileum dari dinding posterior abdomen, dan
memungkinkan usus bergerak dengan leluasa. Omentum majus merupakan
lapisan ganda peritoneum yang menggantung dari kurva tura mayor lambung
dan berjalan turun kedepan visera abdomen. Omentum biasanya mengandung
banyak lemak dan kelenjar limfe yang membantu melindungi peritoneum
terhadap infeksi. Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang
terbentuk dari kurvatura lambung dan bagian atas duodenum menuju ke hati,
membentuk ligamentum suspensorium hepatogastrika dan ligamentum
hepatoduodenale .
Usus halus mempunyai dua lapisan lapisan luar terdiri dari serabut
serabut longitudinal yang lebih tipis dan lapisan dalam terdiri atas serabut
serabut sirkuler. Penataan yang demikian membantu gerakan peristaltic usus
halus. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat sedangkan lapisan mukosa
bagian dalam tebal serta banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar
yang berfungsi sebagai absorbsi. Lapisan mukosa dan sub mukosa
membentuk lipatan-lipatn sirkuler yang disebut sebgai valvula coniventes atau
lipatan kercking yang menonjol kedalam lumen sekitar tiga sampai sepuluh
millimeter. Villi merupakan tonjolan-tonjolan mukosa seperti jari-jari yang
jumlahnya sekitar 4 atau 5 juta yang terdapat di sepanjang usus halus, dengan
panjang 0,5 sampai 1,5 mm. Mikrovilli merupakan tonjolan yang menyerupai
jari-jari dengan panjang sekitar 1 mm pada permukaan luar setiap villus.
7
Valvula coni ventes vili dan mikrovilli sama sama-menambah luas permukaan
absorbsi hingga 1,6 juta cm2.
b. Fisiologi
Usus halus memepunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan
absorbsi bahan-bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan yaitu proses
pemecahan makanan menjadi bentuk yang dapat tercerna melalui kerja
berbagai enzim dalam saluran gastrointestinal. Proses pencernaan dimulai dari
mulut dan lambung oleh kerja ptyalin, HCL, Pepsin, mucus dan lipase
lambung terhadap makanan yang masuk. Proses ini berlanjut dalam
duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pancreas yang menghindrolisis
karbohidrat, lemak dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Mucus
memberikan perlindungan terhadap asam sekeresi empedu dari hati membantu
proses pemecahan dengan mengemulsikan lemak. Sehingga memberikan
permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pancreas.
Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir pencernaaan karbohidrat,
lemak dan protein melalui dinding usus kedalam sirkulasi darah dan limfe
untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu juga diabsorbsi air, elektrolit
dan vitamin. Walaupun banyak zat yang diabsorbsi disepanjang usus halus
namun terdapat tempat tempat absorbsi khusus bagi zat-zat gizi tertentu.
Absorbsi gula, asam amino dan lemak hampir selesai pada saat kimus
mencapai pertengahan jejunum. Besi dan kalsium sebagian besar diabsorbsi
dalam duodenum dan jejunum. Dan absorbsi kalium memerlukan vitamin D,
larut dalam lemak (A,D,E,K) diabsorsi dalam duodenum dengan bantuan
garan-garam empedu. Sebagian besar vitamin yang larut dalam air diabsorbsi
dalam usus halus bagian atas. Absorbsi vitamin B12 berlangsung dalam ileum
terminalis melalui mekanisme transport usus yang membutuhkan factor
intrinsic lambung. Sebagian asam empedu yang dikeluarkan kantung empedu
kedalam duodenum untuk membantu pencernaan lemak akan di reabsorbsi
dalam ileum terminalis dan masuk kembali ke hati. Siklus ini disebut sebagai
sirkulasi entero hepatic garam empedu, dan sangat penting untuk
mempertahankan cadangan empedu.
8
F. Patofisiologi
Semua peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus
adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh
penyebab mekanik atau non mekanik. Perbedaan utama adalah pada obstruksi
paralitik peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi
mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya
hilang. Sekitar 6-8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap
hari. Sebagian besar cairan diasorbsi sebelum mendekati kolon. Perubahan
patofisiologi utama pada obstruksi usus adalah adanya lumen usus yang
tersumbat, ini menjadi tempat perkembangan bakteri sehingga terjadi
akumulasi gas dan cairan (70% dari gas yang tertelan). Akumulasi gas dan
cairan dapat terjadi di bagian proksimal atau distal usus. Apabila akumulasi
terjadi di daerah distal mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intra
abdomen dan intra lumen. Hal ini dapat meningkatkan terjadinya peningkatan
permeabilitas kapiler dan ekstravasasi air dan elektrolit di peritoneal. Dengan
peningkatan permeabilitas dan ekstravasasi menimbulkan retensi cairan di
usus dan rongga peritoneum mengakibatakan terjadi penurunan sirkulasi dan
volume darah. Akumulasi gas dan cairan di bagian proksimal mengakibatkan
kolapsnya usus sehingga terjadi distensi abdomen. Terjadi penekanan pada
vena mesenterika yang mengakibatkan kegagalan oksigenasi dinding usus
sehingga aliran darah ke usus menurun, terjadilah iskemi dan kemudian
nekrotik usus. Pada usus yang mengalami nekrotik terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler dan pelepasan bakteri dan toksin sehingga terjadi
perforasi. Dengan adanya perforasi akan menyebabkan bakteri masuk ke
dalam sirkulasi sehingga terjadi sepsis dan peritonitis.
Masalah lain yang timbul dari distensi abdomen adalah penurunan
fungsi usus dan peningkatan sekresi sehingga terjadi peminbunan di intra
lumen secara progresif yang akan menyebabkan terjadinya retrograde
peristaltic sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Bila hal ini tidak
ditangani dapat menyebabkan syok hipovolemik. Kehilangan cairan dan
elektrolit yang berlebih berdampak pada penurunanan curah jantung sehingga
darah yang dipompakan tidak dapat memenuhi kebutuhan seluruh tubuh
sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan pada otak, sel dan ginjal.
Penurunan perfusi dalam sel menyebabkan terjadinya metabolisme anaerob
yang akan meningkatkan asam laktat dan menyebabkan asidosis metabolic.
Bila terjadi pada otak akan menyebabkan hipoksia jaringan otak, iskemik dan
infark. Bila terjadi pada ginjal akan merangsang pertukaran natrium dan
9
hydrogen di tubulus prksimal dan pelepasan aldosteron, merangsang sekresi
hidrogen di nefron bagian distal sehingga terjadi peningaktan reabsorbsi
HCO3- dan penurunan kemampuan ginjal untuk membuang HCO3. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya alkalosis metabolic.
H. Komplikasi
a) Peritonitis septicemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peradangan
pada selaput rongga perut (peritonium) yang disebabkan oleh terdapatnya
bakteri dalam dalah (bakteremia).
b) Syok hypovolemia terjadi abikat terjadi dehidrasi dan kekurangan volume
cairan.
c) Perforasiusus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya
suatu lubang usus yang menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam rongga
perut. Kebocoran ini dapat menyebabkan peritonitis
d) Nekrosisusus adalah adanya kematian jaringan pada usus
e) Sepsis adalah infeksi berat di dalam darah karena adanya bakteri.
f) Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah didaerah anus
oleh bakteri atau kelenjar yang tersumbat pada anus.
g) Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi adalah suatu
keadaan dimana tubuh sudah tidak bisa mengabsorpsi nutrisi karena
pembedahan.
h) Gangguan elektrolit ; terjadi karena hipovolemik
I. Pemeriksa Diagnostic
10
3. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
a. Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan valvula
connives melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi besar (distribusi
perifer/bayangan haustra tidak terlihat di seluruh lebar usus)
b. Mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)
4. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan suspensi
barium sulfat sebagai media kontras pada usus besar) : untuk melihat
tempat dan penyebab.
5. CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab, sigmoidoskopi
untuk menunjukkan tempat obstruksi.
J. Penatalaksanaan
11
memberikankalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus
pasien masih dalamkeadaan paralitik.
2. KONSEP ASKEP
A. Data Fokus Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari
pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan pasien.
1). Biodata pasien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku dan gaya hidup.
2).Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama .
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien pada saat dikaji.
Pada umumnya akan ditemukan pasien merasakan nyeri pada abdomennya
biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan kaku.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan pasien mencari pertolongan,
dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh pasien, apakah hilang, timbul atau terus-
menerus.
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan pasien dengan memakai skala numeric
1 s/d 10.
T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketergantungan
terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan pasien.
12
Gejala : Kelelahan dan ngantuk.
Tanda : Kesulitan ambulasi
b. Sirkulasi
Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)
c. Eliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus
Tanda : Perubahan warna urine dan feces
d. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah-
pecah. Kulit buruk.
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
Tanda : Distensi abdomen dan nyeri tekan
f. Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda : Napas pendek dan dangkal
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake
yang tidak adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus yang
ditandai dengan adanya mual, muntah, demam dan diaforesis.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi
nutrisi.
3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen
13
4. Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi
motilitas usus.
5. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
6. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
C. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang
tidak adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus yang ditandai
dengan adanya mual, muntah, demam dan diaforesis.
Tujuan :
Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi, Mempertahankan hidrasi adekuat
dengan bukti membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler
baik, tanda-tanda vital stabil, dan secara individual mengeluarkan urine dengan
tepat.
Kriteria hasil:
a. Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD: 110/70 -120/80
mmHg)
b. Intake dan output cairan seimbang
c. Turgor kulit elastic
d. Mukosa lembab
e. Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5 mmol/L, Cl:
94-111 mmol/L).
Intervensi Rasional
1. Kaji kebutuhan cairan pasien 1. Mengetahui kebutuhan cairan pasien.
14
Intervensi Rasional
6. Pantau hasil laboratorium serum elektrolit
elektrolit, hematokrit 7. Meningkatkan pengetahuan pasien
7. Beri penjelasan kepada pasien dan dan keluarga serta kerjasama antara
keluarga tentang tindakan yang perawat-pasien-keluarga.
dilakukan: pemasangan NGT dan 8. Memenuhi kebutuhan cairan dan
puasa. elektrolit pasien.
8. Kolaborasi dengan medik untuk
pemberian terapi intravena
Intervensi Rasional
1. Tinjau faktor-faktor individual yang1. Mempengaruhi pilihan intervensi.
mempengaruhi kemampuan untuk
mencerna makanan, mis: status
puasa, mual, ileus paralitik setelah 2. Menentukan kembalinya peristaltik (
selang dilepas. biasanya dalam 2-4 hari ).
15
Intervensi Rasional
serat.
7.
5. Kolaborasi dalam pemberian obat- 5. Mencegah muntah. Menetralkan atau
obatan sesuai indikasi: Antimetik, menurunkan pembentukan asam untuk
mis: proklorperazin (Compazine). mencegah erosi mukosa dan
Antasida dan inhibitor histamin, mis: kemungkinan ulserasi.
simetidin (tagamet).
16
Intervensi Rasional
8. Laksanakan program medic
pemberian terapi oksigen
17
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV: N, TD, HR, P tiap 1. Nyeri hebat yang dirasakan pasien
shif akibat adanya distensi abdomen dapat
menyebabkan peningkatan hasih
TTV.
2. Kaji keluhan nyeri, karakteristik dan2. Mengetahui kekuatan nyeri yang
skala nyeri yang dirasakan pesien dirasakan pasien dan menentukan
sehubungan dengan adanya distensi tindakan selanjutnya guna mengatasi
abdomen nyeri.
3. Berikan posisi yang nyaman: posisi3. Posisi yang nyaman dapat
semi fowler mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
pasien
4. Ajarkan dan anjurkan tehnik 4. Relaksasi dapat mengurangi rasa
relaksasi tarik nafas dalam saat nyeri
merasa nyeri
5. Anjurkan pasien untuk 5. Mengurangi nyeri yang dirasakan
menggunakan tehnik pengalihan saat pasien.
merasa nyeri hebat.
6. Kolaborasi dengan medic untuk
terapi analgetik 6. Analgetik dapat mengurangi rasa
nyeri
18
Intervensi Rasional
untuk mengungkapkan rasa takut atau akan mengurangi rasa takut/cemas
kecemasan yang dirasakan pasien
5. Pertahankan lingkungan yang
tenang dan tanpa stres. 5. Lingkungan yang tenang dan
nyaman dapat mengurangi stress
pasien berhadapan dengan
6. Dorong dukungan keluarga dan penyakitnya
orang terdekat untuk memberikan 6. Support system dapat mengurani
support kepada pasien rasa cemas dan menguatkan pasien
dalam memerima keadaan sakitnya.
19
D. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tahap ke empat untuk proses
keperawatan. Implementsi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan.
E. Evaluasi
Merupakan tahap terakhir untuk melakukan proses keperawatan
Evaluasi disusun sesuai dengan kriteria hasil pada intervensi keperawatan
untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan
kondisi klien.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan
tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada
hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya
intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu,
striktura, perlengketan, hernia dan abses.
B. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
22