Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui pada
gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
ditemukan pada penderita skizofrenia. Semakin akut psikosis semakin sering
ditemui waham diorganisasi dan waham tidak sistematis. Kebanyakan pasien
skizofrenia daya tiliknya berkurang dimana pasien tidak menyadari penyakitnya
serta kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun gangguan pada dirinya dapat
dilihat oleh orang lain (Tomb, 2003 dalam Purba, 2008).
Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan, cemas,
merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu mengingkari
ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah artikan kesan
terhadap kejadian, kemudian individu memproyeksikan pikiran dan perasaan
internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan negatif tidak
dapat diterima menjadi bagian eksternal dan akhirnya individu mencoba
memberi pembenaran personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain (
Purba, 2008 ).
Peran dan fungsi perawat adalah memberikan Asuhan keperawatan terhadap
klien seperti memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesehatan fisik,
perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual, psikologis dan
mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan memberikan penyuluhan kesehatan
terhadap klien sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan klien
dengan keluarga yang nantinya diharapkan dapat meminimalisir resiko maupun
efek yang muncul dari gangguan waham.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN WAHAM
Waham adalah suatu keadaan di mana seseorang individu mengalami sesuatu
kekecauan dalam pengoperasian dan aktivitas-aktivitas kognitif (Damaiyanti.
2014).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan
ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Dermawan.
2013)
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataan atau tidak sesuai dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan
(Prabowo. 2014).

B. ETIOLOGI
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir (waham) yaitu Gangguan konsep
diri, harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya waham (Damaiyanti, 2014),
yaitu :
1. Faktor Predisposisi
Meliputi perkembangan sosial kultural, psikologis, genetik, biokimia. Jika
tugas perkembangan terhambat dan hubungan interpersonal terganggu maka
individu mengalami stres dan kecemasan. Barbagai faktor masyarakat dapat
membuat seseorang merasa terisolasi dan kesepian yang mengakibatkan
kurangnya rangsangan eksternal. Stres yang berlebihan dapat mengganggu
metabolisme dalam tubuh sehingga membuat tidak mampu dalam proses
stimulus internal dan eksternal.
2. Faktor Presipitasi
Rangsangan lingkungan yang sering menjadi pencetus terjadinya waham
yaitu klien mengalami hubungan yang bermusuhan, terlalu lama diajak
bicara, objek yang ada dilingkungannya dan suasana sepi (isolasi). Suasana
ini dapat meningkatkan stres kecemasan.
3. Faktor Kekurangan kebutuhan manusia (Lack of Human need)
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada
orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien
sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga
klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara
Reality dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi
menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat
berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena
sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi
juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span history).
4. Faktor kekurangan harga diri (lack of self esteem)
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah
melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang
kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi
serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal
yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari
aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system
semuanya sangat rendah.
5. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang
ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang
sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap
penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan
klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya
menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan
alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
6. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya normal (Super Ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
7. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan
menghindar interaksi sosial (Isolasi sosial).
8. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting
sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala waham (Dermawan 2013) yaitu :
1. Kognitif
Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
Individu sangat percaya pada keyakinannya
Sulit berpikir realita
Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
Afek tumpul
3. Perilaku dan hubungan sosial
Hipersensitif
Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
Depresi
Ragu-ragu
Mengancam secara verbal
Aktifitas tidak tepat
Streotif
Impulsive
Curiga
4. Fisik
Higiene kurang
Muka pucat
Sering mengucap
Berat badan menurun

D. KLASIFIKASI WAHAM
1. Waham Kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : saya ini pejabat di departemen kesehatan lho.. atau saya punya
tambang emas.
2. Waham Curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan /
mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : saya tahu.. seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya
karena mereka iri dengan kesuksesan saya.
3. Waham Agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian
putih setiap hari.
4. Waham Somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu / terserang penyakit,
diucapkan berulangkali tatapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : saya sakit kanker. Setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker namun klien terus mengatakan bahwa ia
terserang kanker.
5. Waham Nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia / meniggal, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesaui kenyataan.
Contoh : ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh.
6. Waham Sisip Pikir
Keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan ke dalam
pikirannya.
7. Waham Siar Pikir
Keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun ia
tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut
8. Waham Kontrol Pikir
Keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan di luar dirinya.
E. RENTANG RESPON WAHAM
Respon Adaptif --------------------- Respon Maladaptif
Pikiran logis Proses pikir kadang- Gangguan proses pikir
kadang
Persepsi kuat Ilusi Perubahan persepsi
Emosi kuat Emosi berlebihan atau Kerusakan proses pikir
kurang
Perilaku sesuai Perilaku tidak sesuai Perilaku tidak terorganisir
Hubungan sosial harmonis Menarik diri Isolasi sosial
(Stuart dan Laraia, 2005 dalam Damaiyanti, 2014)

F. PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmakologi
2. Pasien hiperaktif / agitasi anti psikotik low potensial
3. Penarikan diri high potensial
4. ECT tipe katatonik
5. Psikoterapi
6. Terapi tingkah laku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi lingkungan, terapi
supportif

G. POHON MASALAH WAHAM

RESIKO TINGGI MENCEDERAI DIRI SENDIRI,


ORANG LAIN, LINGKUNGAN EFEK

GANGGUAN ISI PIKIR : WAHAM CORE PROBLEM

GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL CAUSA

HARGA DIRI RENDAH


BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Setiap melakukuan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal di rawat.
Isi pengkajiannya meliputi :
1. Identifikasi Klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang : nama klien, panggilan klien, nama perawat, tujuan, waktu
pertemuan, topik pembicaraan.
2. Keluhan utama / alasan masuk
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke rumah sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi dan
perkembangan yang dicapai.
3. Faktor Predisposisi
a. Genetik : Diturunkan
b. Neorobiologis : Adanya gangguan pada koteks prefrontal dan
koteks limbik.
c. Neorotransmiter : Abnormalitas pada dopamin, serotonin, dan
glutamat.
d. Virus : Paparan virus influenza pada trimester III.
e. Psikologi : Ibu pencemas, terlalu melindungi, yang tidak
peduli.
4. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital : Tekanan Darah (TD), nadi,
suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji
fungsi organ kalau ada keluhan.
5. Aspek psikososial
a. Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang
tarkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
Citra tubuh : Mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya,
bagian yang disukai dan tidak disukai.
Identitas diri : Status dan posisi klien sebelum dirawat,
kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien
sebagai laki-laki / perempuan.
Peran : Tugas yang diemban dalam keluarga /
kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas tersebut.
Ideal diri : Harapan terhadap tubuh, posisi, status,
tugas, lingkungan dan penyakitnya.
Harga diri : Hubungan klien dengan orang lain,
penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya sebagai
wujud harga diri rendah.
c. Hubungan sosial dengan orang lain, penilaian dan kehidupan, kelompok
yang diikuti dalam masyarakat.
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
6. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, tidak amati pembicaraan klien,
aktifitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek
klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir,
tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan
penilaian dan daya tilik diri.
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan
alat makan.
b. Klien mampu Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK),
menggunakan dan pakaian.
c. Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
d. Istirahat dan tidur klien, aktifitas di dalam dan di luar rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setalah
minum obat.
8. Mekanisme Koping
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan
mekanisme ego spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan
waham menggunakan mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan
dan proyeksi. Pada reaksi formasi, digunakan sebagai pertahanan melawan
agresif, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan cinta. Kebutuhan akan
ketergantungan ditransformasikan menjadi kemandirian yang kokoh.
Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan
yang menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal
impuls yang tidak dapat diterima dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan
perasaan inferioritas telah dihipotesiskan telah menyababkan reaksi formasi
dan proyeksi waham dan suporioritas.
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia
yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri
mereka yang terluka. (Dermawan, 2013)
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Data dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
10. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian
yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
11. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh pasien : Electro Convulsif Therapie(ECT) ,suatu
tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada
penderita baik tonik maupun klonik, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi
okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitias sebagai suatu refungsionalisasi dan
perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar
dalam kehidupan bermasyarakat.
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat perawat gunakan
sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :
a. Apakah klien memiliki pikiran / isi pikir yang berulang-ulang diungkapan
dan menetap ?
b. Apakah klien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah
klien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau ke orang sehatannya ?
c. Apakah klien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh
dan tidak nyata ?
d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya ?
e. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain ?
f. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh
orang lain atau kekuatan dari luar ?
g. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau
kekuatan lainnya atau yakni bahwa orang lain dapat membaca
pikirannya?
Selama pengkajian kita harus mendengarkan dan memperhatikan semua
informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk
mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina, dalam
melakukan interaksi dengan klien usahakan jangan menyangkal, menolak
atau menerima keyakinan klien terlebih dahulu.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari
pengkajian diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau
potensial dan berdasarkan pendidikan dan pengalamannya perawat mampu
mengatsinya (Dermawan, 2013)
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil
pengkajian adalah :
Masalah keperawatan : perubahan proses pikir : waham
1) Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulangkali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
2) Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, ceriga, bermusuhan, merusak
(diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak
tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wa jah klien tegang, mudah
tersinggung.
Diagnosa keperawatan :
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
waham.
b. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

C. PERENCANAAN

Diagnosa Tujuan Tindakan keperawatan


keperawatan
(umum dan khusus)

Gangguan 1. Klien dapat membina 1. Bina hubungan saling percaya


proses pikir : hubungan saling percaya dengan klien : beri salam terapeutik
waham (panggil nama klien), sebutkan nam
perawat, jelaskan tujuan interaksi,
ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (topik yang
dibicarakan, waktu dan tempat).

2. Jangan membantah dan mendukung


waham klien :

a. Katakan perawat menerima


keyakinan klien : saya menerima
keyakinan anda disertai ekspresi
menerima.

b. Katakan perawat tidak


mendukung : sukar bagi saya untuk
mempercayainya disertai ekspresi
ragu api empati.

c. Tidak membicarakan isi waham


klien.

3. Yakinkan klien berada dalam


keadaan aman dan terlindung :
a. Anda berada ditempat aman,
kami akan menemani anda.

b. Gunakan keterbukaan dan


kejujuran.

c. Jangan tinggalkan klien


sendirian.

4. Observasi apakah waham klien


mengganggu aktifitas sehari-hari dan
perawatan diri.

2. Klien dapat 1. Beri pujian pada penampilan dan


mengidentifikasi kemampuan klien yang realitis.
kemampuan yang dimiliki
2. Diskusikan dengan klien
kemampuan yang dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang realitis (hati-hati
terlibat diskusi tentang waham).

3. Tanyakan apa yang biasa klien


lakukan (kaitkan dengan aktivitas
sehari-hari dan perawatan diri)
kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini.

4. Jika klien selalu bicara tentang


wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perawat
perlu memperlihatkan bahwa klien
penting.

3. Klien dapat 1. Observasi kebutuhan klien sehari-


mengidentifikasi hari.
kebutuhan yang tidak
2. Diskusikan kebutuhan klien yang
terpenuhi.
tidak terpenuhi baik selama dirumah
maupun dirumah sakit (rasa takut,
ansietas, marah).

3. Hubungan kebutuhan yang tidak


terpenuhi dan timbulnya waham

4. Tingkatkan aktifitas yang dapat


memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga
(aktifitas dapat dipilih bersama klien,
klien mungkin buat jadwal).

5. Atur situasi agar klien mempunyai


waktu unuk menggunakan wahamnya.

4. Klien dapat 1. Berbicara dengan klien dalam


berhubungan dengan konteks realitas (realitas diri, realitas
realities orang lain, realitas tempat dan realitas
waktu).

2. Sertakanklien dalam terapi


aktivitas kelompok : orientasi realitas.

3. Berikan pujian pada tiap kegiatan


positif yang dilakukan klien.

5. Klien mendapat 1. Diskusikan dengan keluarga


dukungan keluarga tentang :

a. Gejala waham

b. Cara merawatnya

c. Lingkungan keluarga

d. Folow-up obat

2. Anjurkan keluarga melaksanakan


dengan bantuan perawat.
6. Klien dapat 1. Diskusikan dengan klien dan
menggunakan obat dengan keluarga tentang obat, dosis, frekuensi
benar dan efek samping akibat penghentian

2. Diskusikan perasaan klien setelah


makan obat.

3. Berikan obat dengan prinsip 5


(lima) benar.

D. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan untuk klien
1. Tujuan :
Klien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
Klien dapat memenuhi kebutuhan dasar
Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
Klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya (BHSP)
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus
membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan harus
saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya
adalah:
Mengucapkan salam terepeutik
Berjabat tangan
Menjelaskan tujuan interaksi
Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
klien
b. Bantu orientasi realita
Tindakan mendukung atau membantah waham klien
Yakinkan klien berada dalam keadaan aman
Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
Jika klien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan
tanpa memberikan dukungan atau menyangkal pembicaraan
sampai klien berhenti.
Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan
realitas
c. Diskusikankan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional klien
e. Berdiskusi tetang kemampuan positif yang dimiliki
f. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
g. Berdiskusi tentang obat yang diminum
h. Melatih minum obat yang benar.

E. EVALUASI
Format evaluasi untuk menilai kemampuan klien, keluarga dan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan waham.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan
yang tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
(Dermawan. 2013). Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir (waham) yaitu
Gangguan konsep diri, harga diri rendah.
Klien Nn B umur 25 Tahun dirawat diruang flamboyant RS Jiwa, sejak tanggal 17
September 2005 sampai dengan 19 Oktober 2005 merupakann klien dirawat ulang
yang ketiga kalinya. Dari pengkajian diperoleh data bahwa Nn B mengalami waham
kebesaran, selalu merasa memiliki kekuasaan dan kemampuan dalam beberapa hal
misalnya, klien mengatakan: saya bisa merakit bom, saya hebat dan pintar, saya
suka memerintah ditempat kerja, saya kuliah di new york, saya bisa membuat lampu
sekali tepuk, hal ini selalu diungkapkannya berulang-ulang. Klien juga mengatakan
setiap permintaannya tidak dipenuhi klien menjadi marah-marah, melempar perabotan
pada orang lain sampai memukul keluarganya , sulit berorientasi dengan realitas,
klien tampak membanggakan diri, suka meremehkan orang lain, ekspresi wajah
mengancam. Data lain yang diperoleh adalah klien mengatakan dia merasa dirinya
tidak berharga, klien mengatakan selelu menyusahkan orang lain, tidak mandiri, dank
lien mengatakan dirinya tidak dihargai oleh orang dilingkungannya.
Dari data diatas diperoleh masalah, Resiko menciderai orang lain dan lingkungan,
Perubahan isi pikir: waham kebesaran dan Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
Selanjutnya ditegakkan sebagai diagnosa pertama yaitu : Resiko menciderai orang
lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan isi pikir : waham kebesaran, dan
diagnosa kedua adalah Perubahab isi pikir : waham kebesaran sehubungan dengan
gangguan konsep diri : harga diri rendah. Setelah dilakukan implementasi dari
intervensi dari diagnosa keperawatan pertama dan kedua klien menunjukkan
kemajuan yang berarti.
Evaluasi dari masing-masing tindakan yang dilakukan dilihat dari respon klien secara
subjektif yaitu ungkapan perasaan dan pemahaman klien secara verbal, kemudian
respon klien yang ditampilkan secara verbal diamati secara objektif. Dari evaluasi
tindakan diperoleh hasil bahwa intervensi dari diagnosa I dan diagnosa II dan dari
masing-masing tujuan khusus intervensi tercapai sesuai rencana.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003

Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.


Bandung: RSJP.2000

Keliat, Budi Anna. (2006). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa.


Jakarta : FIK, Universitas Indonesia

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai