Anda di halaman 1dari 37

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni
dari penyembuhan (As Hornby dalam Intan 2005). Maka di sini dapat
diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi
proses penyembuhan. Sehingga komunikasi terapeutik itu sendiri
adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu
penyembuhan/pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi profesional bagi perawat.

B. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat
akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien,
sehingga akan lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan
keperawatan yang telah diterapkan, memberikan kepuasan profesional
dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi.
Tujuan komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994) adalah:
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk
mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang
diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil
tindakan yang efektif dan mempertahankna kekuatan egonya.
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya
sendiri.

C. Manfaat Komunikasi Terapeutik


Manfaat komunikasi terapeutik (Christina, dkk., 2003) adalah:
1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat
dengan pasien melalui hubungan perawat-klien.
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji
masalah dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh
perawat.
D. Syarat-syarat Komunikasi Terapeutik
Stuart dan Sundeen (dalam Christina, dkk., 2003) mengatakan
bahwa ada dua persyaratan dasar untuk komunikasi terapeutik efektif:
1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri
pemberi maupun penerima pesan.
2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus
dilakukan terlebih dahulu sebelum memberikan sarana,
informasi maupun masukan.
Persyaratan-persyaratan untuk komunikasi terapeutik ini
dibutuhikan untuk membentuk hubungan perawat-klien sehingga klien
memungkinkan untuk mengimplementasikan proses keperawatan.
Komunikasi terapeutik ini akan efektif bila melalui penggunaan
dan latihan yang sering.
E. Perbedaan Komunikasi Terapeutik dengan Komunikasi Sosial
Perbedaan komunikasi terapeutik dengan komunikasi sosial
(Purwanto, 1994) adalah:
Komunikasi terapeutik:
1. Terjadi antara perawat dengan pasien atauanggota tim kesehatan
lainnya.
2. Komunikasi ini umumnya lebih akrab karena mempunyai
tujuan, berfokus kepada pasien yang memnbutuhkan bantuan.
3. Perawat secara aktif mendengarkan dan memberi respon kepada
pasien dengan cara menunjukkan sikap mau menerima dan mau
memahami sehingga dapat mendorong pasien untuk berbicara
secara terbuka tentang dirinya. Selain itu membantu pasien
untuk melihat dan memperhatikan apa yang tidak disadari
sebelumnya.
Komunikasi sosial:
1. Terjadi setiap hari antar-orang per orang baik dalam pergaulan
maupun lingkungan kerja.
2. Komunikasi bersifat dangkal karena tidak mempunyai tujuan.
3. Lebih banyak terjadi dalam pekerjaan, aktivitas sosial, dan lain-
lain.
4. Pembicara tidak mempunyai fokus tertentu tertapi lebih
mengarah kebersamaan dan rasa senang.
5. Dapat direncanakan tetapi dapat juga tidak direncanakan.
F. Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik
Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers (dalam
Purwanto, 1994) adlah:
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti
menghayati, memahami dirinya sendiri sreta nilai yang dianut.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling meneima, salng
percaya dan saling menghargai.
3. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik
fisik maupun mental.
4. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien
bebas berkembang tanpa rasa takut.
5. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan
pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap,
tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
6. Perawat hasrus mampu menguasai perasaan sendiri secara
bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira,
sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi.
7. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat
mempertahankan konsistensinya.
8. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik an
sebaliknya simoati buakn tindakan yang terapeutik.
9. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari
hubungan terapeutik.
10. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan
dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu
perawat perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik
mental, spiritual, dan gaya hidup.
11. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila dianggao
mengganggu.
12. Altruisme untuk mendpatkan keouasan dengan menolong orang
lain secara manusiawi.
13. Beropegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin
mengambil keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan
manusia.
14. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab
terhadap diri sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung
jawab terhadap orang lain.
G. Sikap Komunikasi Terapeutik
Egan (dalam Keliat, 1992), mengidentifikasi lima sikap atau cara
untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi
komunikasi terapeutik, yaitu:
a. Berhadapan
Arti dan posisi ini adalah saya siap untuk ada.
b. Mempertahankan kontak mata
Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan
menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
c. Membungkuk kearah klien
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk menyatakn atau
mendengarkan sesuatu.
d. Memperlihatkan sikap terbuka
Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan menunjukkan
keterbukaan untuk berkomunikasi dan siap membantu.
e. Tetap rileks
Tetap dapat mengendalikan keseimbangan antara ketegangan
dan relaksasi dalam memberikan respons kepada pasien,
meskipun dalam situasi yang kurang menyenangkan.

H. Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik


Beberapa teknik komunikasi terapeutik menurut Wilson dan Kneist
(1992) serta Stuart dan Sundeen (1998) antara lain:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Dalam hal ini perawat berusaha mengerti klien dengan cara
mendengarkan apa yang disampaikan klien. Satu-satunya
orang yang dapat menceritakan kepada perawat tentang
perasaan, pikiran an persepsi klien adalah klien sendiri.
Sikap yang dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang baik
adalah: pandangan saat berbicara, tidak menyilangkan kaki dan
tangan, hindari tindakan yang tidak perlu, anggukan kepala
jika klien membicarakan hal-hal ynag penting atau
memerlukan umpan balik, condongkan tubuh ke arah lawan
bicara.
Mendengar ada dua macam:
a. Mendengar pasif
Kegiatan mendengar dengan kegiatan non verbal untuk
klien misalnya dengan kontak mata, menganggukkan
kepala dan juga keikutsertaan secara verbal misalnya uh
huuuh, mmmhhhuuummm, yeah,, saya dengar
kamu.
Mendengar pasif akan dapat memperdayakan diri kita saat
kita mendengar dengan pasif karena kita kurang memahami
perasaan orang lain.
b. Mendengarkan aktif
Kegiatan mendengar yang menyediakan pengetahuan
bahwa kita tahu perasaan orang lain dan mengerti mengapa
dia merasakan hal tersebut.
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia
untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan
atau ketidaksetujuan. Perawat harus waspada terhadap ekspresi
wajah dan gerakan tubuh yang menyatakan tidak setuju,
seperti mengerutkan kening atau menggeleng yang
menyatakan tidak percaya.
Berikut ini adalah sikap perawat yang menyatakan
penerimaan:
Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan, memberikan
umpan baik verbal yang menyatakan pengertian, memastikan
bahwa isyarat non verbal cocok dengan komunikasi
komunikasi verbal, menghindari perdebatan, ekspresi keraguan
atau usaha untuk mengubah pikiran klien.
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi
yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh klien. Oleh
karena itu, pertanyaan sebaiknya dikaitkan dengan topik yang
dibicarakan dan gunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks
sosial budaya klien.
Contoh:
Perawat: tadi anda katakan anda memiliki 3 orang saudara,
siapa yang anda rasakan paling dekat dengan anda?
4. Pertanyaan terbuka (Open-Ended Question)
Pertanyaan yang tidka memerlukan jawaban Ya dan
Mungkin, tetap[i pertanyaan memerlukan jawaban yang
luas, sehingga pasien dapat mengemukakan masalahnya,
perasaannya dengan kata-kata sendiri, atau dapat memberikan
informasi yang diperlukan.
Contoh:
Perawat: coba ibu ceritakan apa yang biasanya dilakukan
bila ibu sakit perut? Atau coba ibu ceritakan tentang
riwayat penyakit ibu?
5. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata
sendiri
Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat
memberikan umpan balik bahwa ia mengerti pesan klien dan
berharap komunikasi dilanjutkan.
Contoh:
Klien : saya dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga
Perawat : saudara mengalami kesulitan tidur...
6. Mengklarifikasi
Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan
dalam kata-kata, ide atau pikiran (implisit maupun eksplisit)
yang tidak jelas dikatakn oleh klien. Tujuan dari teknik ini
adalah untuk menyamakan pengertian.
Contoh:
Perawat: saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda
katakan. Atau apa yang anda maksudkan dengan...?
7. Memfokuskan
Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan
sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ini
adalah usahakan untuk tidak memutus percakapan ketika klien
menyampaikan masalah yang penting.
Contoh:
Perawat: hal ini tampaknyalebih penting, mari kita bicarakan
lebih dalam lagi. Atau apa yang sudah kita sepakati untuk
dibicarakan?.
8. Menyatakan hasil observasi
Perawat harus memberikan umpan balik kepada klien dengan
menyatakan hasil pengamatannya sehingga klien dapat
mengetahui pakah pesalnnya diterima dengan benar atau tidak.
Dalam hal ini perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan
oleh isyarat non verbal klien. Teknik ini seringkali membuat
klien berkomunikasi lebih jelas tanpa perawat harus bertanya,
memfokuskan dan mengklarifikasi pesan. Observasi dilakukan
sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau
marah.
Contoh:
Perawat: anda tampak tegang, anda tampak tidak tenang
apabila anda...
9. Menawarkan informasi.
Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan
penyuluhan kesehatan untukklien. Perawat tidak dibenarkan
memberikan nasihat kepada klien ketika memberikan
informasi, karena tujuan dari tindakan ini adalah memfasilitasi
klien untuk mengambil keputusan. Penahanan informasi yang
dilakukan saat klien membutuhkan akan mengakibatkan klien
menajdi tidak percaya.
10. Diam (memelihara ketenangan)
Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien
untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode ini
memerlukan keterampilan dan ketepatan waktu, jika tidak akan
menimbulkan perasaan tidak enak. Diam tidak dapat dilakukan
dalam waktu yang lama karena akan mengakibatkan klien
menjadi khawatir. Diam di sini juga menunjukkan kesediaan
seseorang untuk menanti orang lain agar punya kesempatan
berpikir, meskipun begitu, diam yang tidak tepat dapat
menyebabkan orang lain merasa cemas.
Diam digunakan pada saat klien perlu mengekspresikan ide
tapi tidak tahu bagaimana melakukan/menyampaikan hal
tersebut (Boyd dan Nihart, 1998) misalnya:
Klien : saya marah!!!
Perawat : (diam)
Klien : istri saya tidak perhatian lagi terhadapku
11. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama telah
dikomunakasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk
memabntu mengingat topik yang telah dibahas sebelum
meneruskan pembicaraan berikutnya.
Contoh:
Perawat :selama tiga puluh menit inikita telah
membicarakan...
12. Memberikan penghargaan
Pengahargaan jangan sampai jadi beban untuk klien. Dalam
arti janga sampai klien berusaha keras dan melakukan
segalanya demi untuk mendapatkan pujian atau persetujuan
atas perbuatannya. Selain itu teknik ini tidak pula
dimaksudkan unutk menyatakan bahwa yang ini bagus dan
sebaliknya buruk.
Contoh:
Perawat :ibu tampak cocok sekali mengenakan baju yang
berwarna merah ini dan ibu memakainya dengan rapi sekali
13. Menawarkan diri
Perawat menyediakan diri tanpa respons bersyarat atau respon
yang diharapkan (Schult dan Videbeck, 1998)
Contoh:
Perawat: saya akan duduk menemanimu selama 15 menit
14. Memberikan kesempatan pada klien untuk memulai
pembicaraan
Memberikan kesempatan pada klien untuk memulai
pembicaraan untuk berinisiatif dalam memilih topik
pembicaraan. Untuk klien yang merasa ragu-ragu dan tidak
pasti tentang perannya dalam interaksi ini, perawat dapat
menstimulusnya unutk mengambil inisiatif dan merasakan
bahwa iadiharapkan untuk membuka pembicaraan.
Contoh:
Perawat: adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan? atau
apakah yang sedang anda pikirkan?
15. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengarahkan hampir seluruh pembicaraan. Teknik inijuga
mengindikasikan bahwa perawat mengikuti apa yang
dibicarakan an tertarik dengan apa yang dibicarakan. Perawat
lebih berusaha menafsirkan daripadi mengarahkan diskusi
pembicaraan.
Contoh:
Perawat: ...terus... atau ...dan kemudian... atau coba
ceritakan kepada saya tentang hal tersebut
16. Menempatkan kejadian secara berurutan
Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu
perawatan dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif.
Kelanjutan dari suatu kejadian akan menuntun perawat dan
klien untuk melihat kejadian berikutnya yang merupakan
akibat dari kejadian sebelumnya dan juga dapat menemukan
pola kesukaran interpersonal.
Contoh:
Perawat: apakah yang terjadi sebelum dan sesudah kejadian
tersebut? atau kapan kejadian tersebut terjadi?
17. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan
persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat
segala sesuatunya dari perspektif klien. Klien harus merasa
bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat.
Sementara itu perawat harus waspada terhadap geala ansietas
yang mungkin terjadi.
Contoh:
Perawat: coba ceritakan kepada saya bagaimana perasaan
saudara saat akan dioperasi.
18. Refleksi
Refleksi ini memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengemukakan dan menerima ide dan perasaanya sebagai
bagian dari dirinya sendiri. Dengan demikian perawat
mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dan
klien mempiunyai hak untuk mengemukakan pendapatnya.
Contoh:
Klien: apakah menurut anda saya harus mengatakannya
kepada dokter?
Perawat: apakah menurut anda sendiri anda harus
mengatakannya?
19. Assertive
Assertive adalah kemamouan dengan secara meyakinkan dan
nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan
tetap menghrgai orang lain. Kemampuan assertif antara lain
(Smith, 1992): berbicara jelas, mampu menghadapi manipulasi
pihak lain tanpa menyakiti hatinya, melindungi diri dari kritik.
Contoh:
Pengawas : saya telah melihat penampilanmu sebagai perawat
baru disini
Perawat : apa yang telah anda lihat?
Pengawas: saya lihat kamu sering melakukan hal yang
salah?
Perawat : dapatkah anda menjelaskan bagaimana cara yang
dapat saya lakukan agar saya tidak melakukan kesalahan lagi?
20. Humor
Dugan (1989) menyebutkan humor sebagai hal yang penting
dalam komunikasi verbal dikarenakan tertawa mengurangi
ketegangan dan rasa sakit akibat stres, dan meningkatkan
keberhasilan asuhan keperawatan. Sementara Sullivan-Deane
(1988) menyatakan bahwa humor merangsang produksi
kotekolamin sehingga seorang merasa sehat, dan hal ini akan
meningkatkan toleransi nyeri, mengurangi kecemasan serta
memfasilitasi relaksasi dan meningkatkan metabolisme.
Contoh:
Perawat: saya anggota PDIP loh, (penurunan daya ingat
progresif).

I. Hubungan Terapeutik Perawat-Klien


1. Pengertian
Varcarolis dalam Intan (2005), menyebutkan pengertian dari hubungan
yaitu: Relationship adalah proses interpersonal antara dua atau lebih
orang. Pada keseluruhan kehidupan kita menemui orang dalam setting
yang bervariasi dan membagi bermacam pengalaman.
2. Bentuk Hubungan
Secara umum, bentuk dari hubungan dibagi dalam:
a. Hubungan Sosial;
Hubungan sosial berujuan untuk bersahabat, social, kesenangan, atau
menyelesaikan tugas. Kebutuhan bersama dipenuhi selama
hubungan social seperti berbagi ide, perasaan, dan pengalaman.
Keterampilan komunikasi meliputi memberikan nasihat dan kadang-
kadang memenuhi kebutuhan dasar seperti meminjam uang dan
membantu pekerjaan. Sering hanya superfisial. Selama interaksi
sosial, peran mungkin berganti. Dalam hubungan sosial, terdapat
sedikit penekanan dalam hal evaluasi dari interaksi yang dilakukan.
b. Hubungan Intim;
Terjadi di antara dua individu yang mempunyai komitmen
emosional antara satu terhadap yang lain. Dalam hubungan ini
seringkali mereka peduli tentang kebutuhan untuk pertumbuhan dan
kepuasan. Dalam hubungan ini pula, kebutuhan bersama dipenuhi
dan keinginan keintiman serta fantasi dibagi. Orang mungkin ingin
membina hubungan intim untuk beberapa alasan: menjadi ayah,
kepuasan seksual atau emosi, kesamaan ekonomi, memiliki secara
sosial, penurunan kesepian. Meskipun fenomena transference dan
counterference terjadi, mereka biasanya tidak mengakui atau
menguraikan dalam hubungan ini.
c. Hubungan Terapeutik
Hubungan terapeutik berbeda dari hubungan di atas di mana perawat
memaksimalkan keterampilan komunikasi, pemahaman tingkah laku
manusia dan kekuatan pribadi untuk meningkatkan pertumbuhan
klien. Fokus hubungan adalah pada ide klien, pengalaman dan
perasaan klien.
Perawat dan klien mengidentifikasi area yang memerlukan
eksplorasi dan evaluasi secara periodik terhadap tingkat perubahan
klien. Peran tidak akan berubah dan hubungan tetap konsisten
berfokus pada masalah klien.
Keterampilan komunikasi dan pengetahuan dari tahap dan fenomena
yang terjadi dalam hubungan terapeutik merupakan alat yang
penting sekali dalam pembentukan dan pemeliharaan hubungan,
kebutuhan dari klien diidentifikasi dan pendekatan alternatif
penyelesaian masalah diuat serta keterampilan koping baru mungkin
dikembangkan.
Kingcit.Varcarolis (1990) menggambarkan hubungan terapeutik
sebagai pengalaman belajar baik bagi klien dan perawat. Dia
mengidentifikasi empat tindakan yang harus diambil di antara
perawat dan klien:
1) Tindakan diawali oleh perawat;
2) Respon reaksi dari klien ;
3) Interaksi di mana perawat dank lien menkaji kebutuhan klien
dan tujuan;
4) Transaksi di mana hubungan timbal balik pada akhirnya
dibangun untuk mencapai tujuan huubungan.
3. Tujuan Hubungan Terapeutik
Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Keliat, 2003), tujuan terapeutik
yang diarahkan kepada pertumbuhan klien meliputi:
a. Realisasi diri, penerimaan diri, dan rasa hormat terhadap diri sendiri.
b. Identitas diri yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi.
c. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang intim, saling
tergantung dan mencintai.
d. Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan personal yang realistis.
4. Tahap- Tahap Hubungan Terapeutik
Dalam membina hubungan terapeutik (berinteraksi) perawat mempunyai
4 tahap yang pada setiap tahapnya mempunyai tugas yang harus
diselesaikan oleh perawat (Stuart dan Sundeen, dalam Christina, dkk.,
2003).
a. Fase Prainteraksi
Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan
berkomunikasi dengan klien. Anda perlu mengevaluasi diri tentang
kemampuan yang anda miliki. Jika merasakan ketidakpastian maka
anda perlu membaca kembali, diskusi dengan teman sekelompok
atau diskusi dengan tutor. Jika saudara telah siap, maka anada perlu
membuat rencana interaksi dengan klien.
1) Evaluasi diri
Coba pertanyaan berikut:
Apa pengetahuan yang saya miliki tentang keperawatan
jiwa?
Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan klien?
Bagaimana respon selanjutnya jika klien diam, menolak,
marah atau inkoheren ?
Adakah pengalaman interaksi dengan klien yang
negatif/buruk/tidak menyenangkan?
Jika ada lakukan dengan koreksi dengan cara membaca cara-
cara berhubungan dengan klien. Konsultasi dengan
pembimbing klinik, diskusi dengan teman sekelompok.
Bagaimana tingkat kecemasan saya ? jika cemas ringan,
lakukan interaksi. Jika cemas sedang, usahakan sampai anda
dapat mengatasi kecemasan.
2) Penetapan tahapan hubungan/interaksi
Berikutnya perlu ditetapkan tahapan hubungan anda
berikutnya.
Apakah pertemuan /kontak pertama?
Apakah pertemuan lanjutan?
Apa tujuan pertemuan?
Pengkajian/observasi/pemantauan/tindakan keperawatan
terminasi?
Apa tindakan yang akan saya lakukan?
Bagaimana cara melakukannya?
3) Rencana Interaksi
Siapkan secara tertulis rencana percakapan yang akan anda
lakukan pada saat berhubungan dengan berkomunikasi
bersama klien.
Teknik komunikasi apa yang anda akan terapkan, kaitkan
dengan tujuan anda melakukan hubungan dengan klien. Hal
ini berhubungan tahapan hubungan yang akan dilakukan.
Teknik observasi apa yang perlu saudara lakukan selama
berhubungan dengan klien.
Langkah-langgkah tindakan prosedur yang akan dikerjakan
(SOP).
Setelah anda membuat rencana interaksi berarti anda sudah
siap bertemu dan berkomunikasi dengan klien.
b. Fase Perkenalan/Orientasi
1) Fase Perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang anda lakukan saat
pertama kali bertemu dengan klien. Hal-hal yang perlu
dilakukan adalah:
a) Memberi salam;
Assalamualaikum/selamat pagi/siang/sore/malam atau
sesuai dengan latar belakang sosial budaya yang
disertai dengan mengulurkan tangan untuk berjabat
tangan.
b) Memperkenalkan diri perawat;
Nama saya Isara, saya senang dipanggil Isara.
c) Menanyakan nama klien;
Nama bapak/inu/saudara siapa, apa panggilan
kesenangannya?
d) Menyepakati pertemuan (kontrak);
Bunyi kesepakatan tentang pertemuan terkait dengan
kebersediaan klien untuk bercakap-cakap (tempat
bercakap-cakap dan lama percakapan).
Contoh komunikasi:
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap .
Ayo kita bercakap-cakap!
Dimana kita duduk?(sebutkan)
Ayo kita duduk disana.(sebutkan)
Jika di klinik /rumah sakit langsung
katakanasilahkan duduk!
Jika di kamar klien, saudara langsung duduk
disamping klien.
e) Mengahadapi kontrak;
Pada pertemuan awal saudara perlu melenggkapi
penjelasan identitas saudara sehingga interaksi klien
percaya pada saudara.
Contoh komunikasi:
Saya perawat yang bekerja di saya yang akan
merawat Yanti selama 3 hari.(contoh bila panggilan
sayangnya Yanti).
Dimulai saat ini s.d saya datang jam 07.00 dan
pulangnya jam 14.00.
Klien menyepakati tujuan interaksi:
Saya akan membantu Ynati untuk meyelesaiakn
masalah yang dihadapi.
Kita bersama-sama meyelesaiakn masalah yang
Yanti hadapi.
f) Memulai percakapan awal;
Pada awalnya fokus percakapan adalah pengkajian
keluhan utama atau alasan masuk rumah sakit.
Kemudian dilanjutkan dengan hala-hal yang terkait
dengan dengan keluhan utama. Jika mungkin
melengkapi format pengakajian proses keperawatan.
Contoh komunikasi untuk mengkaji keluhan utama.
Untuk melengkapi identitas saudara:
Apa yang terjadi dirumah sampai Yanti dibawa
kemari?
Apa yang Yanti rasakan sampai datang kemari?
Apa yang Ynati usahakan saat ini ?
Apa masalah yang Yanti rasakan?
Jika klien menjawab, lanjutkan eksplorasi sesuai
dengan format pengkajian terutama hal-hal terkait
dengan keluhan utama.
Jika klien tidak menjawab:
Saya tidak dapat membantu jika Yanti tidak mau
menceritakan hal yang Yanti hadapi. Tampaknya
Yanti belum mau cerita, kita duduk saja bersama.(10
menit).
g) Menyepakati masalah klien;
Setelah pengkajian, jika mungkin pada akhir
wawancara sepakati masalah atau kebutuhan klien.
Contoh komunikasi:
Dari percakapan kita tadi tampaknya
Yanti.(sesuai dengan kesimpulan
masalah/kebutuhan yang dimiliki klien). Gunakan
bahasa yang dimengerti klien, misalnya:Tamapknya
ynati tidak nafsu makan karena merasa nyeri pada ulu
hati(untuk masalah Gastritis);Tampaknya Yanti
kelihatan sesak napas(untuk masalah Asma).
h) Mengakhiri perkenalan;
Lihat teminasi sementara (pada no. 5a)
2) Fase Orientasi
Fase orientasi dilaksanakan pada awal pertemuan kedua dan
seterusnya. Tujuan fase orientasi adalah memvalidasi
kekurangan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan
klien saat ini dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu.
Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan
bersama klien.
a) Memberi salam;
Sama dengan fase perkenalan.
b) Memvalidasi keadaan klien;
Bagaimana perasaan Yanti hari ini?
Adakah hal yang terjadi selama kita tidak bertemu?
Coba ceritakan!
c) Mengingat kontrak;
Setiap berinteraksi dengan klien dikaitkan dengan
kontrak pada pertemuan selanjutnya.
Yanti masih ingat jam berapa kita bertemu hari
ini/pagi ini/siang ini/sore ini?
Sesuai dengan janji kita kita yang lalu kita kan
bertemu jam (sebutkan sesuai perjanjian)
Yanti masih ingat apa yang akan kita bicarakan
/lakukan sekarang?
Sesuai denan perjanjian kita yang lalu sekarang saya
akan memberikan suntikan lagi.
Sesuai dengan penjelasan saya tadi, sekarang ibu
kaan saya bantu latihan batuk efektif.
Jika klien dapat menyebutkan waktu, tempat, topik
pembicaraan, anda wajib memberikan pujian
(reinforcement). Fase orientasi selalu diikuti oleh fase
kerja dan terminasi sementara. Oleh karena itu
komunikasinya dapat berupa kalimat berikut:
Baiklah sekarang kita bicarakan tentang cara
mengatasi tidak nafsu makan/cara mengelola nyeri
yang ibu rasakan (dan lain-lain sesuai dengan masalah
klien).
c. Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan perawatan klien yang terkait
erat dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Tujuan tindakan keperawatan adalah:
1) Meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan dirinya,
perilakunya, perasaannya, pikirannya. Tujuan ini sering
disebut tujuan kognitif.
Contoh :
Apa yang menyebabkan Yanti cemas?
Apa tanda/gejala yang Yanti rasakan saat cemas?
Kapan saja Yanti merasakan cemas?
Apa yang Ynati rasakan saat merasa cemas?
2) Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan
kemampuan klien secara mandiri menyelesaiakn masalah
yang dihadapi. Tujuan ini sering disebut tujuan afektif dan
psikomotor.
Contoh:
Apa yang Ynati lakukan saat cemas?
Apa yang Yanti lakukan saat jantung berdebar-debar?
Apakah dengan cara itu mgan baik masalah Yanti selesai?\
Apa kira-kira cara lain yang lebih baik?
Bagaimana kalau kita bicarakan beberapa cara
baru?Jelaskan!
Yanti ingin mecoba cara yang mana ?Baik saya akan beri
contoh (lakukan demosntrasi)Coba Yanti tiru cara
tadi.Bagus, Yanti dapat melakukan dengan baik.
Bagaimana kalau Yanti coba sendiri.
3) Melaksanakan terapi/teknikal keperawatan.
Contoh:
Saya bantu untuk mencoba cara mengurangi rasa nyeri.
Pertama: Ibu dapat mengalihkan pikiran pada pengalaman
yang menyenangkan, atau membaca atau mendengar music
atau bercakap-cakap.
Kedua: Latihan napas dalam-dalam (beri contoh)
Ketiga: mengusap daerah tertentu.(beri contoh)
Mari kita coba.(Bantu klien untuk melakukannya, berikan
pujian jika dapat melakukan)
Bagaimana perasaan Ibu ?
Nah, ibu dapat mencobanya pada saat nyeri, namun jika
tidak berhasil panggil perawat,
4) Melaksanakan pendidikan kesehatan.
Contoh:
Sesuai dengan janji kita tadi pagi, saya akan memberi
penjelasan tentang cara merawat tali pusat bayi baru lahir.
Jelaskan tentang cara merawat tali pusat bayi baru lahir
(jelaskan dengan alat bantu (lembar bali/leaflet/booklet).
Ada pertanyaan Bu? Ada yang kurang jelas?
Ibu dan keluarga boleh mencoba melakukannya di rumah,
terima kasih.
5) Melaksanakan kolaborasi.
Contoh:
Bu, sekarang sudah pukul 12.00, saatnya ibu mendapat
suntikan.
Ibu miring ke sebelah kiri.
Sedikit sakit Bu (katakana pada saat menyuntik), tarik
napas dalam Bu Ya. Sudah.
Bagaimana Bu ?
6) Melaksanakan observasi dan monitoring.
Bu, sesuai keadaan suhu ibu yang tinggi maka setiap dua
jam saya akan mengukur suhu, nadi dan pernapasan ibu.
Sekarang saya akan ukur suhu ibu diketiak.Kemudian
perawat meletakkan thermometer diketiak klien dan
katakann pada klien: dijepit ya Bu!
Saya ambil ya bu, sekarang Ibu istirahat lagi, nanti dua jam
lagi saya datang.
d. Fase Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dan
klien. Terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan
terminasi akhir.
1) Terminasi sementara;
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan
perawat dan klien. Pada terminasi sementara, perawat akan
bertemu lagi dengan pasien pada waktu yang telah
ditentukan, misalnya: 1(satu) atau 2(dua) jam pada hari
berikutnya.
Isi percakapan;
a) Evaluasi hasil;
Coba Yanti sebutkan hal-hal yang sudah kita
bicarakan.
Apa saja yang telah Yanti dapatkan dari percakapan
tadi?
b) Tindak lanjut;
Bagaimana kalau Yanti coba lakukan nanti
diruangan?
Yang mana yang ingin Yanti coba?
c) Kontrak yang akan datang;
Waktu:
Kapan kita ketemu lagi?
Bagaimana kalau nanti jam kita bertemu lagi?
Kita akan bertemu lagi besok pagi.
Topik:
Apa saja yang akan kita bicarakan nanti/besok?
Bagaiamana kalau kita bicara(sebutkan).
2) Terminasi akhir
Terminasi akhir terjadi jika klien pulang dari rumah sakit
atau saudara selesai praktek dirumah sakit.
Isi percakapan:
a) Evaluasi hasil
Coba sebutkan kemampuan yang didapat setelah
perawat disini.
Apa saja yang sudah Yanti ketahui selama dirawat
disini
Saya melihat Yanti sudah dapat melakukan
(sebutkan sesuai dengan hasil observasi pada tiap
diagnosa keperawatan).
b) Tindak lanjut
Apa rencana kegiatan Yanti dirumah
Apa gejala dan tanda yang perlu diperhatikan
dirumah
c) Kontrak yang akan datang
Hal yang sama dengan 1, 2, 3, dilakukan pada
keluarga
Contoh operasional panduan kegiatan interaksi perawat klien (Intan, 2005):
Panduan interaksi perawat-klien
1. Tahap prainteraksi
- Mengumpulkan data tentang klien
- Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan diri
- Membuat rencana pertemuan dengan klien (kegiatan, waktu, tempat).
2. Tahap orientasi
- Memberikan salam dan tersenyum pada klien
- Melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif) (biasanya pada
pertemuan selanjutnya).
- Memperkenalkan nama perawat
- Menanyakan nama panggilan kesukaan klien
- Menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien
- Menjelaskan peran perawat dan klien
- Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
- Menjelaskan tujuan
- Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
- Menjelaskan kerahasiaan
3. Tahap kerja
- Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya
- Menanyakan keluhan utama/keluhan yang mungkin berkaitan dengan
kelancaran pelaksanaan kegiatan
- Memulai kegiatan dengan cara yang baik
- Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana
4. Tahap terminasi
- Menyimpulkan hasil kegiatan: evaluasi proses dan hasil
- Memberikan reinforcement positif
- Merencanakan tindak lanjut dengan klien
- Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya (waktu, tempat, topik)
- Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik
Dimensi respon/perilaku non verbal minimal yang perlu ditunjukkan:
- Berhadapan
- Mempertahankan kontak mata
- Tersenyum pada saat yang tepat
- Membungkuk ke arah klien p[ada saat yang diperlukan
- Mempertahankansikap terbuka (tidak bersedekap, memasukkan tangan
ke kantung atau melipat kaki)
*) mungkin tidak perlu dilakukan pada pertemuan selanjutnya, kecuali pada
kondisi tertentu, misalnya pada klien dengan gangguan jiwa yang perlu dijelaskan
lagi beberapa hal di atas.

Ringkasan tugas utama perawat dalam tiap tahap dari proses hubungan
terapeutik (Stuart dan Sundeen, 1995)
Fase Tugas
Prainteraksi - Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan diri
- Menganalisa kekuatan profesional diri dan keterbatasan
- Mengumpulkan data tentang klien jika mungkin
- Merencanakan untuk pertemuan pertama dengan klien
Pendahuluan - Menentukan mengapa klien mencari pertolongan
atau orientasi - Menyediakan kepercayaan, penerimaan dan
komunikasi terbuka
- Membuat kontrak timbal balik
- Mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan tindakan
- Mendefinisikan tujuan dengan klien
Kerja - Mengeksplorasi stresor yang sesuai/relevan
- Mendorong perkembangan insight klien dan
penggunaan mekanisme koping konstruktif
- Menangani tingkah laku yang dipertahankan oleh
klien/resistence
Terminasi - Menyediakan realitas perpisahan
- Melihat kembali kemajuan dari terapi dan pencapaian
tujuan
- Saling mengeksplorasi perasaan adanya penolakan,
kehlangan, sedih dan marah juga tingkah laku yang
berkaitan

J. Dimensi respons
Dimensi respons yang harus dimiliki oleh perawat ada 4 (empat):
1. Kesejatian
Kesejatian adlaah pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran
diri kita yang sebenarnya. Kesejatian dipengaruhi oleh:
a. Kepercayaan diri
Orang yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi akan mampu
menunjukkan kesejatiannya pada saat keadaan yang tidak nyaman
dimana kesejatian yang ditampilkan akan mengakibatkan risiko
tertentu.
b. Persepsi terhadap orang lain
Apabila seseorang melihat orang lain mempunyai kekuatan yang
lebih besar dan menguasai seperti apa diri kita yang sebenarnya.
c. Lingkungan
d. Lingkungan terdiri dari waktu dan tempat. Tempat dimana seseorang
berada di muka publik akan mengakibatkan seseorang merasa sulit
untuk menunjukkan seperti apoa dirinya yang sebenarnya. Waktu
yang terbatas juga akan mengakibatkan seseorang tidak mampu
menunjukkan siapa dia yang sebenarnya.
Contoh:
Ada seseorang klien yang menyukai anda sebagai perawat di sebuah
bangsal. Dia menanyakan nomor telepon anda, sering memandang
dengan mesra, dan berusaha membuat kontak badan yang sering. Dia
bahkan akan mengundang ana untuk makan malam. Sebagai
perawat,
Pikiran anda : saya harus memberikan pelayanan yang
profesional
Perasaan anda : cakep juga nih orang, sebenarnya saya juga suka,
tapi... (terdapat inkonguren antara pikiran dan
perasaan)
Bagaimana anda menunjukkan kesejatian tanbpa meninggalkan
keprofesionalisan sebagai perawat?
Contoh respon:
yah, ... mungkin saya akan pergi dengan anda, ... kita lihat saja
nanti.
(Respon ini kurang tepat karena tidak ada kejelasan didalamnya akan
maksud dari perawat)
semua lelaki sama saja, ... abda menangani perawat seperti bermain
sesuatu. Diamla tuan, ... saya punya pekerjaan. (respon ini
menunjukkan keagresifan perawat)
saya senang menerima undangan anda setelah ana pulang dari
rumah sakit. Meskipun begitu, saat anda disini saya ingin membuat
hubungan dimana saya merasa memberi anda dan klien lain asuhan
keperawatan yang terbaik. Saya ingin menangani semua klien
dengan sama karena saya pikir tidaklah adil untuk menunjukkan
kefavoritan pada anda. Dapatkah anda mengerti posisi saya?
(respon kesejatian tanpa meninggalkan profesionalisme perawat)
2. Empati
Empati adalah kemampuan menempatkan diri kita pada diri orang
lain, bhawa kita telah memahami bagaimana perasaan orang lain
tersebut dan apa yang menyebabkan reaksi mereka tanpa emosi kita
terlarut dalam emosi orang lain.
Beberapa aspek dari empati antara lain:
a. Aspek mental
Kemampuan melihat dunia orang lain dengan
menggunakanparadigma orang lain tersebut. Aspek mental juga
berarti memahami orang tersbut serta secara emosional dan
intelektual.
b. Verbal
Kemampuan mengungkapkan secara verbal pemahaman terhadap
perasaan dan alasan reaksi emosi klien. Aspek verbal dalam
menunjukkan empati memerlukan hal:
1) Keakuratan
Merupakan ketetapan pengungkapan verbal terhadap perasaan
atau masalah klien
2) Kejelasan
Ungkapan empati harus jelas mengenai topik tertentu dan sesuai
dengan apa yang dirasakan orang yang kita beri empati
3) Kelaamian
Perawat menggunakan kata-kata sendiri dalam berkomunikasi
dengan orang lain
4) Mengecek
Fungsi ari mengecek adalah untuk mengetahui apakah respon
empatik yang kita lakukan tersebut efektif
c. Aspek non verbal
Aspek non verbal yang diperlukan adalah kemampuan
menunjukkan empati dengan kehangatan dan kesejatian.
1) Kehangatan
Kehangatan yang ditunjukkan secara non verbal antara lain:
a) Kondisi muka
- Dahi: rileks, tidak ada kerutan
- Mata: kontak mata yang nyaman, gerakan mata natural
- Mulut: rileks, tidak cemberut dan tidak menggigit bibir,
tersenyum jika perlu, rahang rileks
- Ekspresi: tampak rileks, tidak ada ketakutan, kekhawatiran,
menunjukkan perhatian dan ketertarikan.
b) Kondisi potur/sikap
- Tubuh: berhadapan, paralel dengan lawan bicara
- Kepala: duduk atau berdiri dengan tinggi yang sama,
menganggukan kepala jika perlu
- Bahu: ,mudah digerakkan dan tidak tegang
- Lengan: mudah digerakkan, tidak memegang kursi atau
tembok
- Tangan: tidak memegang atau menggenggam di antara
keduanya, tidak mengetuk pena/bermain dengan objek
- Dada: mapas biasa, tidak tampak menelan
- Kaki: tampak nyaman, tidak menendang
- Telapak kaki: tidak mengetuk
Hal-hal yang dapat merusak kehangatan
- Melihat sekeliling pada saaat sedang berkomunikasi
dengan orang lain
- Mengetukd dengan jari
- Mundur tiba-tiba
- Tidak tersenyum
Hambatan dalam menunjukkan kehangatan antara lain:
- Terburu-buru
- Emosi berlebihan
- Shock/terkejut
- Penilaian tentang orang lain sehingga membuat kita
menajdi mengalihkan perhatian pada msalah kita sendiri
3. Respek/hormatrespek mempunyai pengertian perilaku yang menunjukkan
kepedulian/perhatian, rasa suka, dan menghargai klien. Perawat
menghargai klien seorang yang bernilai dan menerima klien tanpa syarat
(Stuart dan Sundeen, 1995)
Perilaku respek dapat ditunjukkan dengan (Smith, 199):
a. Melihat ke arah klien
b. Memberikan perhatian yang tidak terbagi
c. Memelihara kontak mata
d. Senyum pada saat yang tidak tepat
e. Bergerak ke arah klien
f. Menentukan sapaan yang disukai
g. Jabat tangan atau sentuhan yang lembut
4. Konkret
Perawat menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada
saat mendiskusikan dengan klien mengenai perasaan, pengalaman, dan
tingkah lakunya. Fungsi dari dimensi ini adalah dapat mempertahankan
respons perawat terhadap perasaan klien, penjelasan dengan akurat
tentang masalah dan mendorong klien memikirkan masalah yang
spesifik.
Contoh:
Klien : aku tidak akan punya masalah jika orang-orang tidak
menggangguku. Mereka membuat aku marah karena mereka tahuaku
sangat berperasaan halus.
Perawat : siapa yang ingin menbuat kamu marah?
Klien : keluargaku. Orang berpikir berada dalam keluarga besar
merupakan berkah, itu adalah kutukan.
Perawat : apakah kamu dapat memberi saya contoh dari seseorang
yang membuatmu marah di rumah?
K. Dimensi Tindakan
1. Konfrontasi
Pengertian konfrontasi: proses interpersonal yang digunakan oleh
perawat untuk memfasilitasi, memodifikasi dan perluasan dari
gambaran diri orang lain (Smith, 1992 dikutip Intan, 2005).
Tujuan dari konfrontasi yang dilakukan adalah: agar orang lain
sadar adanya ketidaksesuaian pada dirinya dalam hal perasaan,
tingkah laku, dan keoercayaan (Stuart dan Sundeen, 1995).
Dua bagian konfrontasi (Smith, 1992 dikutip Intan, 2005):
a. Membuat orang lain sadar terhadap perilaku yang tidak produktif
merusak.
b. Membuat pertimbangan tentang bagaimana dia bertingkah laku ang
produktif dengan jelas dan konstruktif.

Konfrontasi paling tepat dilakukan apabila:


a. Tingkah lakunya tidak produktif
b. Tingkah lakunya merusak
c. Ketika mereka melanggar hak kita/hak orang lain.

Faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan konfrontasi


menurut Stuart dan Laraia (2001) adalah:
a. Tingkah hubungan saling percaya
b. Waktu
c. Tingkah stress klien
d. Kekuatan mekanisme pertahanan diri klien
e. Pengamatan klien tentang perlunya jarak atau kedekatan
f. Tingkah kemarahan klien dan tingkat toleransi klien untuk
mendengarkan persepsi orang lain

Kategori konfrontasi menurut Stuart dan Sundeen (1995) antara


lain:
a. Ketidaksamaan antara ekspresi klien terhadap dirinya (konsep diri)
dan apa yang dia inginkan (ideal diri)
b. Ketidaksesuaian antara ekspresi verbal dan perilaku
c. Ketidaksesuaian antara ekspresi pengalaman klien tentang dirinya
dan pengalaman perawat tentang klien

Level konfrontasi dalam hubungan terapeutik:


a. Fase perkenalan: rendah
b. Fase kerja: tinggi
c. Fase terminasi: rendah

Cara melakukan konfrontasi adalah sebagai berikut:


a. Clarify: membuat sesuatu lebih jelas untuk dimengerti
b. Arculate: denganmengekspresikan opini diri sendiri dengan kata-
kata yang jelas.
c. Request: permintaan
d. Encourage: memberikan support, harapan, kepercayaan.

Contoh:
Rumah kost anda sangat berantakan.Teman sekamar anda meletakkan
baju sembarangan, buku-buku sering berserakan di lantai, meskipun
teman anda biasanya membersihkan kamar setiap 2 minggu sekali, dia
kembali pada kebiasaannya di atas.Anda sangat merasa tidak nyaman
dan bahkan ragu-ragiu untuk mengundang teman anda datng ke tempat
kost anda.
Bagiman anda seharusnya melakukan konfrontasai terhadap teman
anda.
kamu telah meletakkan baju di atas tempat tidur, dan semua buku-
bukumu berserakkan di seluruh lantai. (clarify)
saya merasa tidak nyaman dikarenakan kamu membuat kamar kita
jadi berantakan tidak karuan.(articulate)
saya lebih suka kamu menhyimpan pribadimu di tempatmu atau di
lemari. (request)
dengan jalan itu akan terdapat ruangan yang luas untuk kita di kamar
ini dan saya akan merasa bebas untuk mengundang teman tanpa
merasa khawatir karena kamr kita yang berantakan. (encourage)
2. Kesegeraan
Kesegeraan mempunyai konotasi sebagai sensitivitas perawat pada
perasaan klien dan kesediaan untuk mengatasi perasaan daripada
megcauhkannya (Stuart dan Sundeen, 1995).
Berespons dengan kesegeraan berarti berespons pada apa yang terjadi
antara perawat dank lien saat itu dan di tempat itu. Karena dimensi ini
mungkin melibatkan perasaan dari klien terhadap perawat, kesegeraan
ini dapat menjadi dapat menjadi suatu hal yang sulit untuk dicapai
(Wilson dan Kneisl, 1983).
Contoh:
Pasien :staff disini tidak peduli pada kliennya, mereka menagani
kita seperti anak-anak dan bukan orang dewasa.
Perawat :saya heran mengapa kamu merasa bahwa kami tidak
memperdulikan atau mungkin kmai yang tidak mengerti pendapatmu.

3. Membuka diri
Membuka diri adalah membuat orang lain tahu tentang pikiran,
perasaan dan pengalaman pribadi kita (Smith, 1992). Menbuka diri dapat
dilakukan dengan:
a. Mendengar: mendengar yang dilakukan disini dimaksudkan
mengerti dan bukan untuk menjawab.
b. Empati
c. Membuka diri
d. Mengecek

Contoh:
Seseorang klien berkata, minggu lalu saya merasa sangat takut,
ketika suami saya baru pulang dari rumah sakit.Dia mulai batuk,
dan wajahnya memerah.Kemudian dia mengalami nyeri dada. Dan
saya piker dia akan meninggal. Untunglah saya melihat
nitrogliserin di dalam lemari.Saya memberikan kepadanya dan
kemudia berangsur-angsur.Nyeri hilang.Untunglah.
Contoh membuka diri:
Wanita ini ingin mendengar pesan dari anda sehubungan dengan
pengalamannya (mendengar). saya dapat menduga betapa
takutnya anda karena serangan jantung tersebut. Bahkan mungkin
lebih meankutkan lagi karena anda dirumah tanpa alat-alat
emergency.Betapa senangnya anda ketika nitrogliserin itu bekerja
(empati).ayah saya mengakami nyeri yang sangat hebat
juga.Saya juga mengalami kecemasan yang snaat menakutkan.
Ketika saya mengharapkan nitrogliserin akan bekerja, saat itu saya
merasa putus asa dan tak punya haraan (membuka diri). Apakah
kamu mersasakan hal yang sama minggu lalu? (cek).

4. Emosional katarsis
Kegiatan ini terjadi pada saat klien didorong untuk membicarakn
hal-hal yang sangat mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik
(Stuart dan Sundeen, 1995).
Pemaksaan emosional katarsis yang dilakukan akan menyebabkan
klien akan menjadi panic dimana klien bertahan dan tidak mempunyai
alternative mekanisme koping yang cukup.
Contoh:
Perawat :apa yang dulu kamu rasakan saat bosmu mengoreksi
didepan banyak orang?
Klien : ya, aku menerti bahwa dia perlu meluruskanku dan dia
orang dengan tipe pemarah.
Perawat :sepertinya kamu bertahan terhadap perilakunya, saya
takjub dengan apa yang kamu rasakan saat itu.
Klien :uuhhh sebel. Saya kira(diam)
Perawat :hal itu membuatku marah jika terjadi kepadaku.
Klien :ya,saya juga. Tapi kamu tidak membiarkan hal ini, kamu
tahu.Kamu harus merahasiakan semua ini karena ada orang banyak.Tapi
dia dapat membiarkan ini terjadi.Oh, tentu dia dapat membicarakan
aku semaunya dan aku ingin tahu apa yang dia rasakan.

5. Bermain peran
Yang dimaksud bermain peran adalah tindakan untuk
membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan penghayatan klien
ke dalam hubngan manusia dan memperdalam kemampuannya untuk
melihat situasi dari sudut pandang lain dan juga memperkenankan klien
untuk mencaoba situasi baru dalam lingkungan yang aman (Stuart dan
Sundeen, 1995).
Bermain peran digunakan untuk melatih kemampuan dan umpan
balik konstruktif dengan lingkungan yang mendukung dan tidak
mengancam (Schultz dan Videbeck, 1998).Bermain peran terdiri dari
beberapa tahap (Stuart dan Sundeen, 1995).
- Mendefinisikan masalah
- Menciptakan kesiapan untuk bermain peran
- Menciptakan situasi
- Membuat karakter
- Penjelasan dan pemanasan
- Pelaksana memerankan suatu peran
- Berhenti
- Analisis dan diskusi
- Evaluasi

L. Kebuntuan Terapeutik
Kebuntuan terapeutik adalah hambatan kemajuan hubungan antara perawat
dan klien di mana hambatan itu terjadi baik dari klien maupun dari perawat
sendiri. Ada lima hambatan kebuntuan terapeutik, yaitu: resistens,
transferens, countertransference, dan boundary violation.
1. Resistens
Resistens merupakan upaya klien untuk tidak menyadari aspek dari
penyebab cemas atau kegelisahan yang dialami.Resisten ini sering
akibat dari ketidaksediaan klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk
berubah telah dirasakan. Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh
klien pada fase kerja, karena pada fase ini sangat banyak berisi proses
penyelesaian masalah (Stuart dan Sundeen dalam Intan, 2005)

Beberapa bentuk resistensi (Stuart da Sundeen, 1995):


a. Supresi dan represi informasi yang terkait
b. Intensifikasi gejala
c. Devaluasi diri serta pandangan dan keputusasaan tentang masa
depan.
d. Dorongan untuk sehat, yang terjadi secara tiba-tiba tetapi hanya
kesembuhan yang bersifat sementara.
e. Hambatan intelektual yang mungkin tampak ketika klien
mengatakan
f. Pembicaraan yang bersifat permukaan/dangkal
g. Penghayatan intelektual di mana klien memverbalisasi pemahaman
dirinya dengan menggunakan istilah yang tepat naun tetap
berprilaku maladaptive, atau menggunakan mekanisme pertahanan
intelektualisasi tanpa diikuti penghayatan.
h. Muak terhadap normalitas yan terlihat ketika ketika klien telah
mempunyai penghayatan tetapi menolak memikul tanggung jawab
untuk berubah dengan alasan bahwa normalitas adalah hal yang
tidak penting.
i. Reaksi transference (respon tidak sadar di mana klien mengalami
perasaan dan sakit terhadap perawat yang pada dasarnya terkait
dengan tokoh dalam kehidupannya yang dulu)
j. Perilaku amuk atau tidak rasional

2. Transference
Transference merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau
perilaku terhadap perawat yang sebetulnya berawal dan berhubungan
dengan orang-orang tertentu yang bermakna baginya pada waktu dia
masih kecil (Stuart dan Sundeen, 1995)

Contoh reaksi transference bermusuhan (Intan, 2005):


bungkus (15 tahun) adalah klien yang dirawat di rumah sakit karena
demam berdarah. Tanpa sebab yang jelas klien ini marah-marah
kepada perawat Gengki. Setelah dikaji, ternyata Gengki ini mirip
dengan pacar si Bungkus yang pernah menyakiti hatinya. Hal ini
dikarenakan klien mengalamai perasaan dan sikap terhadap perawat
yang pada dasarnya terkait dengan tokoh kehidupan yang lalu.

Contoh reaksi transference tergantung (Intan, 2005):


Seorang klien, Sinchan (18 tahun), dirawat oleh perawat
Bidadari.Perawat itu mempunyai wajah dan suara mirip ibu klien,
sehingga dalam setiap tindakan keperawatan yang harus dilakukan
selalu meminta perawat Bidadari yang melakukannya.

3. Countertransference
Countertransference merupakan kebutuhan terapeutik yang dibuat
oleh perawat dan bukan ole klien.Hal ini dapat mempengaruhi
hubungan perawat-klien.
Beberapa bentuk Countertransference (Stuart dan Sundeen, dalam
Intan, 2005):
a. Ketidakmampuan untuk berempati terhadap klien dalam area
masalah tertentu.
b. Menekan perasaan selama atau sesudah sesi.
c. Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan
datang terlambat, atau melampau waktu yang telah ditentukan.
d. Mengantuk selama sesi.
e. Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidakinginan klien
untuk berubah.
f. Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau afeksi klien.
g. Berdebat dengan klien atau kecendrungan untuk memaksa klien
sebelum ia siap.
h. Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal tidak
berhubungan dengan tujuan kepearwatan yang telah
diidentifikasi.
i. Keterlibatan dengan klien daam tingkat personal dan social
j. Melamunkan atau memikirkan klien
k. Fanstasi seksual atau agresi yang diarahkan kepada klien.
l. Perasaan cemas, gelisah atau perasaan bersalah terhadap klien
m. Kecendrungan untuk memusatkan secara berulang hanya pada
satu aspek atau cara memandang pada informasi yang diberikan
klien.
n. Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan
dengan klien.
Reaksi countertransference biasanya dalam tiga bentuk (Stuart dan
Sundeen dalam Intan, 2005):

a. Reaksi sangat mencintai atau caring.


Perawat Dono melakukan perawatan pada klien Dini dengan
cara yang berlebih-lebihan yaitu dengan cara masih berlama-
lama mengobrol dengan klien tersebut padahal masih banyak
klien yang perlu ditangani. Perawat Dono juga mencoba
menolong klien dengan segala hal yang tidak berhubungan
dengan tujuan yang telah diidentifikasi.
b. Reaksi sangat bermusuhan.
Perawat Dora memmpunyai klien yang sangat menjengkelkan,
Dery (25 tahun).Dery ini selalu marah-marah dan
menjengkelkan.Perawat Dora sangat dendam pada klien ini
dan selalu mengacuhkan Dery meskipun dia membutuhkan
pertolongan.
c. Reaksi sangat cemas seringkali digunakan sebagai respon
terhadap resistensi.

Lima cara mengidentifikasi terjadinya countertransference


(Stuart G. W dalam Suryani, 2006):

a. Perawat harus mempunyai standar yang sama terhadap


dirinya sendiri atas apa yang diharapkan kepada kliennya.
b. Perawat harus dapat menguji diri sendiri melalui latihan
menjalin hubungan, terutama ketika klien menentang atau
mengkritik.
c. Perawat harus menemukan sumber masalahnya.
d. Ketika countertransference terjadi, perawat harus melatih
diri untuk mengontrolnya.
e. jika perawat membutuhkan pertolongan dalam mengatasi
countertransference, pengawasan secara individu maupun
kelompok dapat lebih membantu.

4. Bondary Violation

Perawat perlu membatasi hubungannya dengan klien.Batas


hubungan perawat klien adalah bahwa hubungan yang dibina adalah
hubungan terapeutik, dalam hubungan ini perawat berperan sebagai
penolong dan klien yang berperan sebagai yang ditolong.Baik perawat
maupun klien harus menyadari batas tersebut (Surayani, 2006).

Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas hubungan


yang terapeutik dan membina hubungan sosial, ekonomi atau personal
dengan klien.

Beberapa batas hubungan perawat dan klien (Stuart dan Sundeen


dalam Intan, 2005):

a. Batas peran;
Masalah batas peran ini memerlukan wawasan dan
pengetahuan yang luas dari perawat serta penentuan secara
tegas mengenai batas-batas terapeutik perawat dan klien.
b. Batas waktu;
Penetapan waktu perlu dilakukan dimana perawat mengadakan
hubungan terapeutiknya dengan klien.Waktu pengobatan atau
hubungan terapeutik yang tidak wajar dan tidak mempunyai
tujuan terapeutik harus dievaluasi kembali untuk mencegah
terjadinya pelanggaran batas.
c. Batas tempat dan ruang;
Misalnya wawancara dimana?Kapan dan berapa lama?Batas
ini berhubungan dengan perawatan yang
dilakukan.Pemanfaatan terapeutik diluar kebiasaan misalnya
dimobil tau rumah klien, harus dengan tindakan terapeutik
yang rasional dan mempunyai tujuan yang jelas. Perawat
dalam melakukan tindakan dikamar klien kadang menghormati
batas-batas tertentu misalnya pintu terbuka atau ada pegawai
lain.
d. Batas uang;
Batass ini berhubungan dengan penghargaan klien terhadap
perawat berupa uang.Disini juga perlu adanya
perihatinmengenai tawar menawar terhadap klien miskin
tentang biaya pengobatan untuk mencegah timbulnya
pelanggaran batas.
e. Batas pemberian hadiah dan pelayanan
Masalah ini masih kontroversial dalam keperawatan namun hal
ini pasti melanggar batas.
f. Batas pakaian;
Batas ini berhubungan dengan kebutuhan perawat dalam
berpakaian secara tepat dalam hubungan terapeutik perawat
dan klien.Dimana perawat tidak diperbolehkan memakai
pakaian yang tidak sopan.
g. Batas bahasa;
Perawat perlu memperhatikan nada bicara dan pilihan kata
ketika berkomunikasi dengan klien.Tidak terlalu akrab,
mengarah sikap seksual dan memberikan pendapat dengan
nada menggurui merupakan pelanggaran batas.
h. Batas pengungkapan diri secara personal;
Pengungkapan diri secara personal dari perawat yang tidak
berhubungan dengan tujuan terapeutik dapat mengarah kepada
pelanggaran batas.
i. Batas kontak fisik;
Semua kontak fisik dengan klien harus dievaluasi untuk
melihat apakah melanggar batas atau tidak.Beberapa jenis
kontak fisik/seksual terhadap klien tidak pernah tercakup
dalam hubungan terapeutik antara perawat dan klien.

Untuk mencegah terjadinya pelanggaran batas dalam


berhubungan dengan klien, perawat sejak awal interaksi perlu
menjelaskan atau membuat kesepakatan bersama klien tentang hubungan
yang mereka jalin.Kemudian selama interaksi perawat perlu berhati-hati
dalam berbicara agar tidak banyak terlibat dalam komunikasi
sosial.Dengan selalu berfokus pada tujuan interaksi, perawat bisa
terhindar dari pelanggaran terhadap batas-batas dalam berhubungan
dengan klien.Selalu mengingatkan kontrak dan tujuan interaksi setiap
kali bertemu dengan klien juga dapat menghindari terjadinya pelanggaran
batas ini (Suryani, 2006).
Contoh Bentuk Pelanggaran Batas yaitu (Intan, 2005):
- Klien mengajak perawat makan siang atau makan malam di
luar.
- Klien mengenalkan perawat kepada anggota keluarganya.
- Perawat menerima pemberian hadiah dari bisnis klien.
- Perawat menghadiri acara-acara sosial.
- Klien memberi perawat hadiah.
- Perawat secara rutin memeluk dan memegang klien.
- Perawat menjalankan bisnis atau memesan pelayanan dari
klien.
- Perawat secara teratur memberikan informasi personal kepada
klien.
- Hubungan profesional berubah menjadi hubungan sosial.
- Perawat menghadiri undangan klien.

5. Mengatasi Kebutuhan Terapeutik

- Perawat harus mengetahui pengetahuan tentang kebutuhan terapeutik


dan mengenali perilaku tersebut.
- Klarifikasi dan refleksi perasaan.
- Gali latar belakang perawat-klien.
- Bertanggung jawab terhadap kebuntuan terapeutik dan dampak negatif
proses terapeutik.
- Tinjau kembali hubungan, area kebutuhan, dan masalah klien.
- Bina kembali kerjasama perawat-klien yang konsisten.

Anda mungkin juga menyukai