Ringkasan tugas utama perawat dalam tiap tahap dari proses hubungan
terapeutik (Stuart dan Sundeen, 1995)
Fase Tugas
Prainteraksi - Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan diri
- Menganalisa kekuatan profesional diri dan keterbatasan
- Mengumpulkan data tentang klien jika mungkin
- Merencanakan untuk pertemuan pertama dengan klien
Pendahuluan - Menentukan mengapa klien mencari pertolongan
atau orientasi - Menyediakan kepercayaan, penerimaan dan
komunikasi terbuka
- Membuat kontrak timbal balik
- Mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan tindakan
- Mendefinisikan tujuan dengan klien
Kerja - Mengeksplorasi stresor yang sesuai/relevan
- Mendorong perkembangan insight klien dan
penggunaan mekanisme koping konstruktif
- Menangani tingkah laku yang dipertahankan oleh
klien/resistence
Terminasi - Menyediakan realitas perpisahan
- Melihat kembali kemajuan dari terapi dan pencapaian
tujuan
- Saling mengeksplorasi perasaan adanya penolakan,
kehlangan, sedih dan marah juga tingkah laku yang
berkaitan
J. Dimensi respons
Dimensi respons yang harus dimiliki oleh perawat ada 4 (empat):
1. Kesejatian
Kesejatian adlaah pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran
diri kita yang sebenarnya. Kesejatian dipengaruhi oleh:
a. Kepercayaan diri
Orang yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi akan mampu
menunjukkan kesejatiannya pada saat keadaan yang tidak nyaman
dimana kesejatian yang ditampilkan akan mengakibatkan risiko
tertentu.
b. Persepsi terhadap orang lain
Apabila seseorang melihat orang lain mempunyai kekuatan yang
lebih besar dan menguasai seperti apa diri kita yang sebenarnya.
c. Lingkungan
d. Lingkungan terdiri dari waktu dan tempat. Tempat dimana seseorang
berada di muka publik akan mengakibatkan seseorang merasa sulit
untuk menunjukkan seperti apoa dirinya yang sebenarnya. Waktu
yang terbatas juga akan mengakibatkan seseorang tidak mampu
menunjukkan siapa dia yang sebenarnya.
Contoh:
Ada seseorang klien yang menyukai anda sebagai perawat di sebuah
bangsal. Dia menanyakan nomor telepon anda, sering memandang
dengan mesra, dan berusaha membuat kontak badan yang sering. Dia
bahkan akan mengundang ana untuk makan malam. Sebagai
perawat,
Pikiran anda : saya harus memberikan pelayanan yang
profesional
Perasaan anda : cakep juga nih orang, sebenarnya saya juga suka,
tapi... (terdapat inkonguren antara pikiran dan
perasaan)
Bagaimana anda menunjukkan kesejatian tanbpa meninggalkan
keprofesionalisan sebagai perawat?
Contoh respon:
yah, ... mungkin saya akan pergi dengan anda, ... kita lihat saja
nanti.
(Respon ini kurang tepat karena tidak ada kejelasan didalamnya akan
maksud dari perawat)
semua lelaki sama saja, ... abda menangani perawat seperti bermain
sesuatu. Diamla tuan, ... saya punya pekerjaan. (respon ini
menunjukkan keagresifan perawat)
saya senang menerima undangan anda setelah ana pulang dari
rumah sakit. Meskipun begitu, saat anda disini saya ingin membuat
hubungan dimana saya merasa memberi anda dan klien lain asuhan
keperawatan yang terbaik. Saya ingin menangani semua klien
dengan sama karena saya pikir tidaklah adil untuk menunjukkan
kefavoritan pada anda. Dapatkah anda mengerti posisi saya?
(respon kesejatian tanpa meninggalkan profesionalisme perawat)
2. Empati
Empati adalah kemampuan menempatkan diri kita pada diri orang
lain, bhawa kita telah memahami bagaimana perasaan orang lain
tersebut dan apa yang menyebabkan reaksi mereka tanpa emosi kita
terlarut dalam emosi orang lain.
Beberapa aspek dari empati antara lain:
a. Aspek mental
Kemampuan melihat dunia orang lain dengan
menggunakanparadigma orang lain tersebut. Aspek mental juga
berarti memahami orang tersbut serta secara emosional dan
intelektual.
b. Verbal
Kemampuan mengungkapkan secara verbal pemahaman terhadap
perasaan dan alasan reaksi emosi klien. Aspek verbal dalam
menunjukkan empati memerlukan hal:
1) Keakuratan
Merupakan ketetapan pengungkapan verbal terhadap perasaan
atau masalah klien
2) Kejelasan
Ungkapan empati harus jelas mengenai topik tertentu dan sesuai
dengan apa yang dirasakan orang yang kita beri empati
3) Kelaamian
Perawat menggunakan kata-kata sendiri dalam berkomunikasi
dengan orang lain
4) Mengecek
Fungsi ari mengecek adalah untuk mengetahui apakah respon
empatik yang kita lakukan tersebut efektif
c. Aspek non verbal
Aspek non verbal yang diperlukan adalah kemampuan
menunjukkan empati dengan kehangatan dan kesejatian.
1) Kehangatan
Kehangatan yang ditunjukkan secara non verbal antara lain:
a) Kondisi muka
- Dahi: rileks, tidak ada kerutan
- Mata: kontak mata yang nyaman, gerakan mata natural
- Mulut: rileks, tidak cemberut dan tidak menggigit bibir,
tersenyum jika perlu, rahang rileks
- Ekspresi: tampak rileks, tidak ada ketakutan, kekhawatiran,
menunjukkan perhatian dan ketertarikan.
b) Kondisi potur/sikap
- Tubuh: berhadapan, paralel dengan lawan bicara
- Kepala: duduk atau berdiri dengan tinggi yang sama,
menganggukan kepala jika perlu
- Bahu: ,mudah digerakkan dan tidak tegang
- Lengan: mudah digerakkan, tidak memegang kursi atau
tembok
- Tangan: tidak memegang atau menggenggam di antara
keduanya, tidak mengetuk pena/bermain dengan objek
- Dada: mapas biasa, tidak tampak menelan
- Kaki: tampak nyaman, tidak menendang
- Telapak kaki: tidak mengetuk
Hal-hal yang dapat merusak kehangatan
- Melihat sekeliling pada saaat sedang berkomunikasi
dengan orang lain
- Mengetukd dengan jari
- Mundur tiba-tiba
- Tidak tersenyum
Hambatan dalam menunjukkan kehangatan antara lain:
- Terburu-buru
- Emosi berlebihan
- Shock/terkejut
- Penilaian tentang orang lain sehingga membuat kita
menajdi mengalihkan perhatian pada msalah kita sendiri
3. Respek/hormatrespek mempunyai pengertian perilaku yang menunjukkan
kepedulian/perhatian, rasa suka, dan menghargai klien. Perawat
menghargai klien seorang yang bernilai dan menerima klien tanpa syarat
(Stuart dan Sundeen, 1995)
Perilaku respek dapat ditunjukkan dengan (Smith, 199):
a. Melihat ke arah klien
b. Memberikan perhatian yang tidak terbagi
c. Memelihara kontak mata
d. Senyum pada saat yang tidak tepat
e. Bergerak ke arah klien
f. Menentukan sapaan yang disukai
g. Jabat tangan atau sentuhan yang lembut
4. Konkret
Perawat menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada
saat mendiskusikan dengan klien mengenai perasaan, pengalaman, dan
tingkah lakunya. Fungsi dari dimensi ini adalah dapat mempertahankan
respons perawat terhadap perasaan klien, penjelasan dengan akurat
tentang masalah dan mendorong klien memikirkan masalah yang
spesifik.
Contoh:
Klien : aku tidak akan punya masalah jika orang-orang tidak
menggangguku. Mereka membuat aku marah karena mereka tahuaku
sangat berperasaan halus.
Perawat : siapa yang ingin menbuat kamu marah?
Klien : keluargaku. Orang berpikir berada dalam keluarga besar
merupakan berkah, itu adalah kutukan.
Perawat : apakah kamu dapat memberi saya contoh dari seseorang
yang membuatmu marah di rumah?
K. Dimensi Tindakan
1. Konfrontasi
Pengertian konfrontasi: proses interpersonal yang digunakan oleh
perawat untuk memfasilitasi, memodifikasi dan perluasan dari
gambaran diri orang lain (Smith, 1992 dikutip Intan, 2005).
Tujuan dari konfrontasi yang dilakukan adalah: agar orang lain
sadar adanya ketidaksesuaian pada dirinya dalam hal perasaan,
tingkah laku, dan keoercayaan (Stuart dan Sundeen, 1995).
Dua bagian konfrontasi (Smith, 1992 dikutip Intan, 2005):
a. Membuat orang lain sadar terhadap perilaku yang tidak produktif
merusak.
b. Membuat pertimbangan tentang bagaimana dia bertingkah laku ang
produktif dengan jelas dan konstruktif.
Contoh:
Rumah kost anda sangat berantakan.Teman sekamar anda meletakkan
baju sembarangan, buku-buku sering berserakan di lantai, meskipun
teman anda biasanya membersihkan kamar setiap 2 minggu sekali, dia
kembali pada kebiasaannya di atas.Anda sangat merasa tidak nyaman
dan bahkan ragu-ragiu untuk mengundang teman anda datng ke tempat
kost anda.
Bagiman anda seharusnya melakukan konfrontasai terhadap teman
anda.
kamu telah meletakkan baju di atas tempat tidur, dan semua buku-
bukumu berserakkan di seluruh lantai. (clarify)
saya merasa tidak nyaman dikarenakan kamu membuat kamar kita
jadi berantakan tidak karuan.(articulate)
saya lebih suka kamu menhyimpan pribadimu di tempatmu atau di
lemari. (request)
dengan jalan itu akan terdapat ruangan yang luas untuk kita di kamar
ini dan saya akan merasa bebas untuk mengundang teman tanpa
merasa khawatir karena kamr kita yang berantakan. (encourage)
2. Kesegeraan
Kesegeraan mempunyai konotasi sebagai sensitivitas perawat pada
perasaan klien dan kesediaan untuk mengatasi perasaan daripada
megcauhkannya (Stuart dan Sundeen, 1995).
Berespons dengan kesegeraan berarti berespons pada apa yang terjadi
antara perawat dank lien saat itu dan di tempat itu. Karena dimensi ini
mungkin melibatkan perasaan dari klien terhadap perawat, kesegeraan
ini dapat menjadi dapat menjadi suatu hal yang sulit untuk dicapai
(Wilson dan Kneisl, 1983).
Contoh:
Pasien :staff disini tidak peduli pada kliennya, mereka menagani
kita seperti anak-anak dan bukan orang dewasa.
Perawat :saya heran mengapa kamu merasa bahwa kami tidak
memperdulikan atau mungkin kmai yang tidak mengerti pendapatmu.
3. Membuka diri
Membuka diri adalah membuat orang lain tahu tentang pikiran,
perasaan dan pengalaman pribadi kita (Smith, 1992). Menbuka diri dapat
dilakukan dengan:
a. Mendengar: mendengar yang dilakukan disini dimaksudkan
mengerti dan bukan untuk menjawab.
b. Empati
c. Membuka diri
d. Mengecek
Contoh:
Seseorang klien berkata, minggu lalu saya merasa sangat takut,
ketika suami saya baru pulang dari rumah sakit.Dia mulai batuk,
dan wajahnya memerah.Kemudian dia mengalami nyeri dada. Dan
saya piker dia akan meninggal. Untunglah saya melihat
nitrogliserin di dalam lemari.Saya memberikan kepadanya dan
kemudia berangsur-angsur.Nyeri hilang.Untunglah.
Contoh membuka diri:
Wanita ini ingin mendengar pesan dari anda sehubungan dengan
pengalamannya (mendengar). saya dapat menduga betapa
takutnya anda karena serangan jantung tersebut. Bahkan mungkin
lebih meankutkan lagi karena anda dirumah tanpa alat-alat
emergency.Betapa senangnya anda ketika nitrogliserin itu bekerja
(empati).ayah saya mengakami nyeri yang sangat hebat
juga.Saya juga mengalami kecemasan yang snaat menakutkan.
Ketika saya mengharapkan nitrogliserin akan bekerja, saat itu saya
merasa putus asa dan tak punya haraan (membuka diri). Apakah
kamu mersasakan hal yang sama minggu lalu? (cek).
4. Emosional katarsis
Kegiatan ini terjadi pada saat klien didorong untuk membicarakn
hal-hal yang sangat mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik
(Stuart dan Sundeen, 1995).
Pemaksaan emosional katarsis yang dilakukan akan menyebabkan
klien akan menjadi panic dimana klien bertahan dan tidak mempunyai
alternative mekanisme koping yang cukup.
Contoh:
Perawat :apa yang dulu kamu rasakan saat bosmu mengoreksi
didepan banyak orang?
Klien : ya, aku menerti bahwa dia perlu meluruskanku dan dia
orang dengan tipe pemarah.
Perawat :sepertinya kamu bertahan terhadap perilakunya, saya
takjub dengan apa yang kamu rasakan saat itu.
Klien :uuhhh sebel. Saya kira(diam)
Perawat :hal itu membuatku marah jika terjadi kepadaku.
Klien :ya,saya juga. Tapi kamu tidak membiarkan hal ini, kamu
tahu.Kamu harus merahasiakan semua ini karena ada orang banyak.Tapi
dia dapat membiarkan ini terjadi.Oh, tentu dia dapat membicarakan
aku semaunya dan aku ingin tahu apa yang dia rasakan.
5. Bermain peran
Yang dimaksud bermain peran adalah tindakan untuk
membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan penghayatan klien
ke dalam hubngan manusia dan memperdalam kemampuannya untuk
melihat situasi dari sudut pandang lain dan juga memperkenankan klien
untuk mencaoba situasi baru dalam lingkungan yang aman (Stuart dan
Sundeen, 1995).
Bermain peran digunakan untuk melatih kemampuan dan umpan
balik konstruktif dengan lingkungan yang mendukung dan tidak
mengancam (Schultz dan Videbeck, 1998).Bermain peran terdiri dari
beberapa tahap (Stuart dan Sundeen, 1995).
- Mendefinisikan masalah
- Menciptakan kesiapan untuk bermain peran
- Menciptakan situasi
- Membuat karakter
- Penjelasan dan pemanasan
- Pelaksana memerankan suatu peran
- Berhenti
- Analisis dan diskusi
- Evaluasi
L. Kebuntuan Terapeutik
Kebuntuan terapeutik adalah hambatan kemajuan hubungan antara perawat
dan klien di mana hambatan itu terjadi baik dari klien maupun dari perawat
sendiri. Ada lima hambatan kebuntuan terapeutik, yaitu: resistens,
transferens, countertransference, dan boundary violation.
1. Resistens
Resistens merupakan upaya klien untuk tidak menyadari aspek dari
penyebab cemas atau kegelisahan yang dialami.Resisten ini sering
akibat dari ketidaksediaan klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk
berubah telah dirasakan. Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh
klien pada fase kerja, karena pada fase ini sangat banyak berisi proses
penyelesaian masalah (Stuart dan Sundeen dalam Intan, 2005)
2. Transference
Transference merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau
perilaku terhadap perawat yang sebetulnya berawal dan berhubungan
dengan orang-orang tertentu yang bermakna baginya pada waktu dia
masih kecil (Stuart dan Sundeen, 1995)
3. Countertransference
Countertransference merupakan kebutuhan terapeutik yang dibuat
oleh perawat dan bukan ole klien.Hal ini dapat mempengaruhi
hubungan perawat-klien.
Beberapa bentuk Countertransference (Stuart dan Sundeen, dalam
Intan, 2005):
a. Ketidakmampuan untuk berempati terhadap klien dalam area
masalah tertentu.
b. Menekan perasaan selama atau sesudah sesi.
c. Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan
datang terlambat, atau melampau waktu yang telah ditentukan.
d. Mengantuk selama sesi.
e. Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidakinginan klien
untuk berubah.
f. Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau afeksi klien.
g. Berdebat dengan klien atau kecendrungan untuk memaksa klien
sebelum ia siap.
h. Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal tidak
berhubungan dengan tujuan kepearwatan yang telah
diidentifikasi.
i. Keterlibatan dengan klien daam tingkat personal dan social
j. Melamunkan atau memikirkan klien
k. Fanstasi seksual atau agresi yang diarahkan kepada klien.
l. Perasaan cemas, gelisah atau perasaan bersalah terhadap klien
m. Kecendrungan untuk memusatkan secara berulang hanya pada
satu aspek atau cara memandang pada informasi yang diberikan
klien.
n. Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan
dengan klien.
Reaksi countertransference biasanya dalam tiga bentuk (Stuart dan
Sundeen dalam Intan, 2005):
4. Bondary Violation
a. Batas peran;
Masalah batas peran ini memerlukan wawasan dan
pengetahuan yang luas dari perawat serta penentuan secara
tegas mengenai batas-batas terapeutik perawat dan klien.
b. Batas waktu;
Penetapan waktu perlu dilakukan dimana perawat mengadakan
hubungan terapeutiknya dengan klien.Waktu pengobatan atau
hubungan terapeutik yang tidak wajar dan tidak mempunyai
tujuan terapeutik harus dievaluasi kembali untuk mencegah
terjadinya pelanggaran batas.
c. Batas tempat dan ruang;
Misalnya wawancara dimana?Kapan dan berapa lama?Batas
ini berhubungan dengan perawatan yang
dilakukan.Pemanfaatan terapeutik diluar kebiasaan misalnya
dimobil tau rumah klien, harus dengan tindakan terapeutik
yang rasional dan mempunyai tujuan yang jelas. Perawat
dalam melakukan tindakan dikamar klien kadang menghormati
batas-batas tertentu misalnya pintu terbuka atau ada pegawai
lain.
d. Batas uang;
Batass ini berhubungan dengan penghargaan klien terhadap
perawat berupa uang.Disini juga perlu adanya
perihatinmengenai tawar menawar terhadap klien miskin
tentang biaya pengobatan untuk mencegah timbulnya
pelanggaran batas.
e. Batas pemberian hadiah dan pelayanan
Masalah ini masih kontroversial dalam keperawatan namun hal
ini pasti melanggar batas.
f. Batas pakaian;
Batas ini berhubungan dengan kebutuhan perawat dalam
berpakaian secara tepat dalam hubungan terapeutik perawat
dan klien.Dimana perawat tidak diperbolehkan memakai
pakaian yang tidak sopan.
g. Batas bahasa;
Perawat perlu memperhatikan nada bicara dan pilihan kata
ketika berkomunikasi dengan klien.Tidak terlalu akrab,
mengarah sikap seksual dan memberikan pendapat dengan
nada menggurui merupakan pelanggaran batas.
h. Batas pengungkapan diri secara personal;
Pengungkapan diri secara personal dari perawat yang tidak
berhubungan dengan tujuan terapeutik dapat mengarah kepada
pelanggaran batas.
i. Batas kontak fisik;
Semua kontak fisik dengan klien harus dievaluasi untuk
melihat apakah melanggar batas atau tidak.Beberapa jenis
kontak fisik/seksual terhadap klien tidak pernah tercakup
dalam hubungan terapeutik antara perawat dan klien.