Anda di halaman 1dari 14

BAB I

1.1 Identitas Klien


Nama Pasien (Inisial) : Ny. EP
Usia : 47 Tahun
No. RM : 017686
Tanggal dirawat : 26 Maret 2018
Ruang Rawat : Kenanga
Alamat : Jl. Depaten Lama Lrg. Sukun Rt. 10 Rw. 02 No. 269 27 Ilir
Kec. IB II Palembang

1.2 Latar Belakang


Dalam rangka meningkatkan kesehatan pelayanan keperawatan kepada klien yang
mengalami gangguan jiwa. Dukungan dari pihak keluarga merupakan unit yang paling
dekat dengan klien serta keluarga yang berperan dalam menentukan cara atau asuhan
yang diperlukan bagi klien dalam gangguan jiwa, mengenai masalah yang sedang
dihadapi oleh klien dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Home visit adalah suatu kegiatan kunjungan kerumah dimana petugas yang
ditugaskan akan megunjungi rumah klien dengan tujuan untuk mendapatkan informasi
dari keluarga kemudian memvalidasi data yang telah dicapai. Selain itu memberikan
informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan perawatan keluarga pada klien
khusunya perawatan di rumah.
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Keluarga dapat menerima dan merawt anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa dan menjadi sistem pendukung yang efektif.
b. Tujuan Khusus
1. Memberikan informasi kepada keluarga tentang perkembangan kondisi klien
selama di Rumah Sakit.
2. Memvalidasi data dan melengkapi data yang diperoleh dari klien dan data
sekunder rekam medik mengenai:
a) Alasan masuk atau dirawat di Rumah Sakit
b) Faktor predisposisi atau prepitasi
c) Genogram keluarga
d) Persepsi keluarga terhadap penyakit yang diderita klien
e) Dukungan dalam keluarga
3. Mendapat informasi langsung dari keluarga tentang anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
4. Melakukan implementasi diagnosa keperawatan yang terkait dengan diagnosa
keperawatan dan tugas kesehatan keluarga
5. Melakukan pendidikan kesehatan sesuai dengan masalah klien
6. Memotivasu keluarga untuk berpartisipasi dalam merawat klien
7. Mengobservasi lingkungan rumah untuk mempersiapkan kepulangan klien
8. Keluarga dapat membantu klien menggunakan obat dengan benar

1.4 Pelaksanaan Kegiatan


Hari/tanggal : Rabu/18 April 2018
Waktu : pukul 15.00 WIB s.d selesai
Sasaran : Ny. N
Tempat : Jl. Depaten Lama Lrg. Sukun Rt. 10 Rw. 02 No. 269 27 Ilir
Kec. IB II Palembang
Petugas : Siti Ummu Hani

1.5 Strategi Pelaksanaan


1. Perkenalan
a. Menyebutkan nama dan asal institusi.
b. Menanyakan identitas keluarga
c. Menjelaskan tujuan kunjungan
d. Kontrak waktu dengan keluarga
2. Intervensi
a. Mengidentifikasi riwayat kesehatan pasien antara lain :
1) Riwayat penyakit yang diderita oleh pasien baik sebelum maupun sesudah
dirawat.
2) Mengidentifikasi riwayat kesehatan keluarga, apakah ada yang mengalami
gangguan jiwa atau tidak.
3) Mengidentifikasi tentang pasien, apakah memiliki masalah dengan keluarga,
lingkungan masyarakat atau ttempat kerja dan lain-lain.
b. Mengklarifikasi data yang didapat dari pasien kepada keluarga antara lain masuk
rumah sakit, data genogram, aniaya fisik, hubungan sosial, spiritual dan lain-lain.
c. Melakukan intervensi (pendidikan kesehatan) kepada keluarga cara perawatan
pasien yaitu membina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga,
membantu pasien mengenal penyebab marah, melatih cara mengontrol marah dan
perilaku kekerasan yaitu dengan cara tarik napas dalam, melatih minum obat
secara teratur, melatih mengalihkan marah dengan pukul bantal, melatih meminta
dan menolak dengan baik, dan melatih kegiatan spiritual.
d. Menganjurkan keluarga untuk siap dan dapat menerima pasien sebagai anggota
keluarga untuk memenuhui kebutuhan pasien.
e. Mengajarkan keluarga untuk memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mencurahkan perasaanya kepada keluarga
f. Mengajarkan keluarga untuk memberikan aktivitas atau kesibukan sesuai dengan
kemampuan pasien.
g. Menganjurkan keluarga untuk terus berkomunikasi dan berinteraksi dengan
pasien.
3. Evaluasi
Evaluasi kemampuan keluarga mengenai pendidikan kesehatan yang telah diberikan.
a. Keluarga dapat membina hubungan yang baik dengan pasien.
b. Keluarga dapat menerima pasien dengan apa adanya.
c. Keluarga dapat mengenali halusinasi pasien dengan cara dapat menyebutkan
penyebab marah, mengenali tanda dan gejala marah, dan dapat menyebutkan cara
mengontrol marah atau perilaku kekerasan
BAB II
SATUAN ACARA PENYULUHAN

2.1 Topik
1. Pokok bahasan : Perilaku kekerasan
2. Sasaran : Ny. N
3. Waktu : 15.00 s.d selesai
4. Hari/Tanggal : Rabu/18 April 2018

2.2 Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, keluarga pasien dapat mengetahui dan
memahami tentang perilaku kekerasan.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, keluarga pasien dapat :
a. Membina hubungan saling percaya kepada pasien sehingga pasien mau
mencurahkan perasaannya kepada keluarga.
b. Menyebutkan kembali jenis perilaku kekerasan
b. Menyebutkan kembali penyebab marah atau perilaku kekerasan
c. Menyebutkan kembali dan memperagakan cara mengontrol perilaku
kekerasan yang telah diajarkan.

2.3 Metode
1. Ceramah
2. Diskusi

2.4 Media
1. Leaflet
2. Bantal
.
2.5 Pelaksanaan Kegiatan
Alokasi
Tahap Kegiatan pemberi Materi Kegiatan sasaran Media
Waktu
Orientasi 1. Mengucapkan salam Menjawab salam 5 menit
2. Memperkenalkan diri Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan Memperhatikan
umum dan khusus.
4. Kontrak waktu dengan Menyetujui
sasaran.

Kerja 1. Mengajarkan keluarga Memperhatikan Leaflet 60 menit


tentang jenis perilaku
kekerasan.
2. Mengajarkan keluarga Memperhatikan
tentang penyebab
perilaku kekerasan.
3. Mengajarkan keluarga Memperhatikan
cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
tarik napas dalam, Memperhatikan
minum obat teratur,
memukul bantal,
meminta dan menolak Memperhatikan dan
dengan baik, dan memperagakan
kegiatan spiritual.
4. Memberikan kesempatan
sasaran untuk bertanya.
5. Menjawab pertanyaan Bertanya
yang diberikan.
Menjawab
Terminasi 1. Menyimpulkan materi Memperhatikan 15 menit
yang telah disampaikan.
2. Mengevaluasi Menjawab
pengetahuan sasaran
tentang materi yang telah
disampaikan.
3. Berpamitan dan Menjawab salam
mengucapkan salam.

2.6 Materi
1. Definisi Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang
yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada
diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam
bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang
ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada
lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan, melempar kaca, genting, dan
semua yang ada di lingkungan. Pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian
besar akibat melakukan kekerasan di rumah. Perawat harus jeli dalam melakukan
pengkajian untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan selama di
rumah.
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang respons marah yang paling
maladaptif, yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai
respons terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai
ancaman. (Stuart dan Sundeen, 1991). Amuk merupakan respons kemarahan yang
paling maladaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
disertai hilangnya kontrol, yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau
lingkungan (Keliat, 1991 dikutip Yusuf, Fitriyasari & Nihayati, 2015).
2. Rentang Respon Marah

Keterangan:
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan, tidak realitas/terhambat.
Pasif : Respons lanjutan yang pasien tidak mampu mengungkapkan perasaan.
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol.
Amuk : Perilaku destruktif yang tidak terkontrol.

3. Tanda dan Gejala Marah (Perilaku Kekerasan)


1. Emosi
a. Tidak adekuat
b. Tidak aman
c. Rasa terganggu
d. Marah (dendam)
e. Jengkel
2. Intelektual
a. Mendominasi
b. Bawel
c. Sarkasme
d. Berdebat
e. Meremehkan
3. Fisik
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Napas pendek
d. Keringat
e. Sakit fisik
f. Penyalahgunaan zat
g. Tekanan darah meningkat
4. Spiritual
a. Kemahakuasaan
b. Kebijakan/kebenaran diri
c. Keraguan
d. Tidak bermoral
e. Kebejatan
f. Kreativitas terlambat
5. Sosial
a. Menarik diri
b. Pengasingan
c. Penolakan
d. Kekerasan
e. Ejekan
f. Humor

4. Proses Terjadinya Marah


5. Proses Terjadinya Amuk
Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai
dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, yang
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat, 1991). Amuk
adalah respons marah terhadap adanya stres, rasa cemas, harga diri rendah, rasa
bersalah, putus asa, dan ketidakberdayaan.
Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara internal
dapat berupa perilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal
dapat berupa perilaku destruktif agresif. Respons marah dapat diungkapkan melalui
tiga cara yaitu (1) mengungkapkan secara verbal, (2) menekan, dan (3) menantang.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan
katakata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain akan
memberikan kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah diekspresikan dengan
perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan karena ia merasa kuat. Cara ini
menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku
yang destruktif dan amuk.

6. Penyebab
1. Faktor predisposisi
1) Psikoanalisis
Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah merupakan hasil dari
dorongan insting (instinctual drives).
2) Psikologis
Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil dari
peningkatan frustasi. Tujuan yang tidak tercapai dapat menyebabkan frustasi
berkepanjangan.
3) Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas sebagai
berikut
a) Sistem limbik
Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi emosi serta
perilaku seperti makan, agresif, dan respons seksual. Selain itu, mengatur
sistem informasi dan memori.
b) Lobus temporal
Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan melakukan
interpretasi pendengaran.
c) Lobus frontal
Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis, serta
pengelolaan emosi dan alasan berpikir.
d) Neurotransmiter
Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada agresivitas adalah
serotonin (5-HT), Dopamin, Norepineprin, Acetylcholine, dan GABA.
4) Perilaku (behavioral)
a) Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar
mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespons positif terhadap
frustasi.
b) Penekanan emosi berlebihan (over rejection) pada anak-anak atau godaan
(seduction) orang tua memengaruhi kepercayaan (trust) dan percaya diri
(self esteem) individu.
c) Perikaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada anak (child
abuse) atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga memengaruhi
penggunaan kekerasan sebagai koping. Teori belajar sosial mengatakan
bahwa perilaku kekerasan adalah hasil belajar dari proses sosialisasi dari
internal dan eksternal, yakni sebagai berikut.
1. Internal : penguatan yang diterima ketika melakukan kekerasan.
2. Eksternal : observasi panutan (role model), seperti orang tua, kelompok,
saudara, figur olahragawan atau artis, serta media elektronik (berita
kekerasan, perang, olahraga keras).
5) Sosial kultural
a) Norma
Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau tidak
diterima akan menimbulkan sanksi. Kadang kontrol sosial yang sangat ketat
(strict) dapat menghambat ekspresi marah yang sehat dan menyebabkan
individu memilih cara yang maladaptif lainnya.
b) Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk berespons terhadap
marah yang sehat. Faktor sosial yang dapat menyebabkan timbulnya
agresivitas atau perilaku kekerasan yang maladaptif antara lain sebagai
berikut.
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup.
2. Status dalam perkawinan.
3. Hasil dari orang tua tunggal (single parent).
4. Pengangguran.
5. Ketidakmampuan mempertahankan hubungan interpersonal dan struktur
keluarga dalam sosial kultural.
2. Faktor Presipitasi
Semua faktor ancaman antara lain sebagai berikut.
1) Internal
a) Kelemahan.
b) Rasa percaya menurun.
c) Takut sakit.
d) Hilang kontrol.
2) Eksternal
a) Penganiayaan fisik.
b) Kehilangan orang yang dicintai.
c) Kritik.

7. Pohon Masalah

Resiko menciderai diri dan orang lain serta lingkungan

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah

8. Diagnosis Keperawatan
1. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
9. Rencana Intervensi
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya.
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya.
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya.
a) Mengucapkan salam terapeutik.
b) Berjabat tangan.
c) Menjelaskan tujuan interaksi.
d) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan masa
lalu.
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik.
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial.
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual.
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual.
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada
saat marah secara:
a) verbal,
b) terhadap orang lain,
c) terhadap diri sendiri,
d) terhadap lingkungan.
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya.
6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a) fisik, misalnya pukul kasur dan batal, tarik napas dalam;
b) obat;
c) sosial/verbal, misalnya menyatakan secara asertif rasa marahnya;
d) spiritual, misalnya sholat atau berdoa sesuai keyakinan pasien.
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu latihan napas
dalam dan pukul kasur/bantal, secara sosial/verbal, secara spiritual, dan
patuh minum obat.
8) Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
mengontrol perilaku kekerasan.
2. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
a. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien di rumah.
b. Tindakan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda
dan gejala, serta perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut).
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang
lain.
4) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan.
a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan
yang telah diajarkan oleh perawat.
b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien
dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila
pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
5) Buat perencanaan pulang bersama keluarga.
Dokumentasi Home Visit

Anda mungkin juga menyukai