Definisi
Respiratory distress syndrome (RDS) merupakan suatu gangguan respiratori pada
neonatus terutama akibat kurangnya surfaktan yang berfungsi menurunkan tekanan
permukaan alveoli dan mempertahankan alveoli agar tidak kolaps Surfaktan mulai
diproduksi oleh janin pada usia kehamilan 34 minggu, dan pada umur kehamilan 37
minggu jumlahnya sudah cukup untuk pernafasan normal (Suminto, 2017).
Respiratory distress syndrome merupakan keaadaan akut yang terutama ditemukan
pada bayi premature, lebih sering pada bayi dengan usia gestasi dibawah 32 yang
mempunyai berat dibawah 1500 gram (Fajri, 2016).
Kriteria diagnosis sindrom distres pernapasan sebagai berikut:
1. Tekanan parsial oksigen (PaO2 ) kurang dari 50 mmHg dan sianosis sentral pada
keadaan udara ruangan. Dalam hal ini, bayi membutuhkan suplementasi oksigen
untuk menjaga agar PaO2 berada pada tekanan lebih dari 50 mmHg, atau untuk
menjaga agar saturasi oksigen 85% atau lebih.
2. Gambaran radiografi toraks dalam 24 jam usia bayi berupa pola retikulogranular
pada lapangan paru dengan atau tanpa adanya air bronchogram
Respiratory distress syndrome dapat diklasifikasikan menurut gambaran
radiologis: „
1. Derajat 1: Gambaran opasitas retikulogranuler „
2. Derajat 2: Seperti gambaran derajat 1 dengan air bronchogram (bronkus besar
tidak kolaps)
3. Derajat 3: Seperti gambaran derajat 2 dengan batas jantung dan diafragma tidak
jelas
4. Derajat 4: White lung: opasitas paru homogen
B. Etiologi
Menurut Suriadi dan Yulianni (2006) etiologi dari RDS yaitu:
1. Bayi prematur dan defisiensi surfaktan
Diakibatkan oleh kurangnya produksi surfaktan, dimana surfaktan berfungsi
menurunkan tekanan permukaan alveoli dan mempertahankan alveoli agar tidak
kolaps Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, semakin
muda usia kehamilan, maka semakin besar pula kemungkinan terjadi RDS.
2. Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka.
3. Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap dalam
proteinaceous filtrat serum (saringan serum protein), di fagosit oleh makrofag.
4. Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram.
5. Adanya kelainan di dalam dan di luar paru
Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks atau
pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH).
C. Manifestasi Klinis
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh
tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin
berat gejala klinis yang ditunjukan. Nugroho (2011) mengatakan terdapat beberapa
manifestasi klinis terjadi pada bayi yang mengalami respiratory distress syndrome,
adalah sebagai berikut:
a. Beberapa jam setelah kelahiran, bayi menunjukkan pernafasan cepat dan
dangkal (> 60/menit) „
b. Penggunaan accessory neck muscle untuk bernafas „
c. Mendengkur, takikardia, sianosis „
d. Terjadi retensi cairan, edema, dan oliguria pada 48 jam pertama
e. Pernapasan terlihat parodaks
f. Cuping hidung
g. Apnea
h. Murmur
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. AGD: hipoksemia, hipokapnia (sekunder karena hiperventilasi), hiperkapnia
(pada emfisema atau keadaan lanjut). Alkalosis respiratorik pada awal proses,
akan berganti menjadi asidosis respiratorik.
b. Leukositosis (pada sepsis), anemia, trobositopenia (refleksi inflamasi sistemik
dan kerusakan endotel), peningkatan kadar amilase (pada pankreatitis)
c. Gangguan fungsi ginjal dan hati, tanda koagulasi intravaskular diseminata
(sebagai bagian dari MODS/multiple organ dysfunction syndrome)
2. Radiologi
Kajian foto toraks:
a. Pola retikugranular difus bersama beronkogram udara yang saling tumpang
tindih.
b. Tanda paru sentral dan batas jantung sukar dilihat; inflasi paru buruk.
c. Kemungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain juga terkena (bayi dari
ibu diabetes, hipoksia, gagal jantung kongestif)
d. Bayangan timus yang besar
e. Bergranul merata pada bronkogram udara, yang menandakan penyakit berat
jika terdapat pada beberapa jam pertama
E. Penatalaksanaan
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001); Surasmi,dkk (2003) tindakan untuk
mengatasi masalah kegawatan pernafasan meliputi :
1. Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.
2. Mempertahankan keseimbangan asam basa.
3. Mempertahankan suhu lingkungan netral.
4. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
5. Mencegah hipotermia.
6. Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
Penatalaksanaan secara umum :
1. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering
dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %
a. Pantau selalu tanda vital
b. Jaga kepatenan jalan nafas
c. Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan nasal kanule)
2. Jika bayi mengalami apneu
a. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
b. Lakukan penilaian lanjut
3. Segera periksa kadar gula darah
F. Masalah Keperawatan yang Mungkin Timbul
1. Ketidakefektifan pola napas b.d hipoventilasi
2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler
3. Resiko gangguan perfusi jaringan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan makan
G. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi
1. Ketidakefektifan pola Tujuan dan Kriteria Hasil : Manajemen jalan nafas
napas b.d NOC : Aktivitas :
hipoventilasi Respiratory status : Ventilation 1.Buka jalan nafas dengan teknik mengangkat dagu atau
Respiratory status : Airway patency dengan mendorong rahang sesuai keadaan
Vital sign Status 2.Posisikan pasien untuk mengurangi dispnu
Kriteria Hasil : 3.Monitor pernafasan dan status oksigen
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara 4.Identifikasi masukan jalan nafas baik yang aktual
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan ataupun potensial
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, 5.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi yang
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada potensial
pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien Monitor pernafasan
tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi 1.Monitor frekuensi, rata-rata, irama, kedalaman dan
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada usaha bernafas
suara nafas abnormal) 2.Catat pergerakkan dada, lihat kesimetrisan, penggunaan
3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal otot tambahan, dan supraklavikula dan retaksi otot
(tekanan darah, nadi, pernafasan) intercostal
3.Monitor bising pernafasan seperti ribut atau dengkuran
4.Monitor pola nafas seperti bradipnu, takipnu,
hiperventilasi, pernafasan kussmaul, Ceyne stokes, apnu,
biot dan pola ataksi