Anda di halaman 1dari 15

1.

KARAKTER IDEAL PERAWAT

Nurse

berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang bermakna merawat atau memelihara.
Wardhono (1998) mengartikan perawat sebagai orang yang telah menyelesaikan pendidikan
professional keperawatan, dan diberi wewenang untuk melaksanakan peran serta fungsinya
sebagai seorang perawat. Sementara itu Kusnanto (2003), menjelaskan perawat sebagai
seorang profesional yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan untuk
melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan
keperawatan. Berdasarkan dua penjelasan diatas maka dapat dikatakan bahwa perawat
merupakan suatu bentuk profesi yang diberikan wewenang dan tanggung jawab berdasarkan
kemampuan dan keilmuannya untuk membantu dan melakukan perawatan terhadap pasien.

Nursalam (2007) mengungkapkan bahwa keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional


berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada masyarakat yang mengalam
gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang maksimal.
Menurut Nursalam (2007), bentuk pemenuhan kebutuhan dasar tersebut dapat berupa
meningkatkan kemampuan yang ada pada masyarakat, mencegah, memperbaiki, dan
melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit menuju suatu kondisi
yang dipersepsikan sehat oleh masyarakat. Melihat dan memperhatikan hal tersebut, maka
dunia keperawatan dapat digambarkan sebagai bentuk pengabdian dan bantuan kepada
masyarakat yang menitik beratkan pada pelayanan yang maksimal, sehingga dapat membantu
perubahan yang ada pada pasien kearah yang lebih baik, yakni kesembuhan dan kesehatan.

Selanjutnya Kusnanto (2003) menjelaskan bahwa bentuk pelayanan profesional keperawatan


merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang bersandarkan pada ilmu
keperawatan dan berbentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi setiap kalangan dan
lapisan masyarakat. Artinya, bentuk layanan kesehatan yang professional yang diberikan oleh
perawat hendaklah secara total dan menyeluruh sebagai bentuk pengabdian keilmuan secara
professional yang membutuhkan karakter tersendiri yang harus dimiliki oleh seorang perawat
sebagai pelayan kesehatan, karena bila pengabdian yang professional tersebut tidak diikuti
oleh karakter perawat yang tepat, maka pelayanan kesehatan yang diberikan tidak akan
maksimal. Oleh karena itu, penting bagi seorang perawat untuk mengetahui, membangun,
menumbuhkan dan membekali dirinya dengan karakter keperawatan berdasarkan karakter-
karakter utama yang dinginkan oleh masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan
Karakter

Secara umum istilah karakter sering disamakan orang dengan istilah kepribadian, personality,
temperamen dan juga watak. Berdasarkan istilah tersebut, karakter sering didefinisikan orang
sebagai bentuk ataupun gambaran dari kepribadian seseorang. Berdasarkan kamus besar
Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain. Dalam pengertian ini karakter menggambarkan sifat-
sifat, akhlak dan budi pekerti yang menjadi ciri khas dan membedakan antara satu orang
dengan orang lain. Selanjutnya, Hill (2005) menjelaskan karakter sebagai determeninasi yang
menunjukkan kekhasan seseorang dalam berpikir dan bertindak, berdasarkan standar perilaku
yang tinggi dalam berbagai situasi. Sementara itu, Alwisol (2005) mendefinisikan karakter
sebagai gambaran tingkah laku seseorang yang menitik beratkan pada nilai atau valume

(benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implicit. Sementara itu, peneliti
sendiri mendefinisikan karakter sebagai bentuk kekhasan seseorang, baik dalam berpikir dan
berperilaku berdasarkan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Lebih jauh, Maxwell
(Husen,dkk., 2010) menjelaskan bahwa karakter yang baik lebih dari sekedar sebuah
perkataan, melainkan sebuah pilihan yang dibangun sedikit demi sedikit, dengan pikiran,
perkataan, perbuatan, kebiasaan, keberanian, usaha keras, dan bahkan dibentuk dari kesulitan
hidup. Artinya, karakter yang baik tidaklah ada dan tumbuh dengan sendirinya, melainkan
harus diusahakan dan dibentuk, sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang mencirikan dan
membedakan satu individu atau komunitas dengan individu lain atau komunitas lainnya. Oleh
karena itulah, nilai atau valume yang terkandung dalam karakter yang tergambar dari perilaku
individu, akan menggambarkan bagaimana pola perkembangan dan pendidikan, serta
lingkungan yang dialami oleh individu tersebut dalam masa pertumbuhan dan
perkembangannya, sehingga terbangun dan terbentuklah suatu karakter yang menjadi ciri
khas tertentu dari individu tersebut.

Prosiding Seminar Nasional : Hidup Harmoni dalam Kebhinnekaan Medan: USU Press, 2014

Peduli

Peduli merupakan bentuk dari pengakuan dan pengahargaan terhadap orang ataupun
lingkungannya. Orang yang peduli terhadap orang lain atau pun lingkungannya, akan secara
sadar memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap orang atau pun lingkungannya.
Pengakuan dan penghargaan disini lebih menitik beratkan pada adanya interaksi antara
seseorang dengan orang lain dan lingkungannya. Wolf, Zuzelo & Costello (2004)
mendefinisikan peduli sebagai cara pemeliharaan yang berhubungan dengan menghargai
orang lain yang disertai perasaan memiliki dan tanggung jawab terhadap kondisi orang lain
tersebut. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, peduli diartikan sebagai mengindahkan,
memperhatikan, dan menghiraukan sesuatu. Sementara itu, kebanyakan pasien dan
keluarganya dalam wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini mengartikan peduli
sebagai bentuk perhatian terhadap pasien dan keluarganya. Oleh karena itulah, dalam
penelitian ini, peneliti mengartikan peduli sebagai sikap perawat yang perhatian, memberikan
penghargaan dan pengakuan terhadap keberadaan pasien dan keluarganya, yang disertai oleh
rasa tanggung jawab, sehingga terjadi interaksi yang intens dan mendalam diantara perawat
dan pasien serta keluarganya.

Terampil

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, terampil diartikan sebagai kecakapan, kemampuan
dan kecekatan dalam menyelesaikan tugas. Sementara itu, pasien dan keluarganya,
mengartikan terampil dalam penelitian ini sebagai keahlian, kecepatan, kemampuan,
penguasaan ilmu, dan melakukan tindakan dengan baik dan benar. Berdasarkan pengertian
dan pendapat diatas, maka peneliti mengartikan terampil dalam penelitian ini sebagai bentuk
dari keahlian, kecakapan, dan kemampuan yang dimiliki oleh seorang perawat dalam
melaksanakan tugasnya atau dalam memberikan bantuan kepada pasien dengan cepat, tepat,
baik dan benar. Artinya, seorang perawat dikatan terampil apabila perawat tersebut mampu
melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya sacara cepat, tepat, baik dan benar sesuai dengan
kompetensi ilmu keperawatan dan standar yang berlaku dalam dunia keparawatan itu sendiri.
Terampil dalam pengertian ini menekankan pada dua sisi, yakni sisi pengetahuan dan juga
sisi aplikasi dari pengetahuan itu sendiri yang wujudnya berupa keterampilan, keahlian,
kecakapan, dan kemampuan dalam memberikan bantuan dan layanan kesehatan, sehingga
perawat yang mempunyai karakter terampil dalam penelitian ini bukan hanya terampil dalam
sisi kognitif (wawasan dan ilmu pengetahuan, termasuk juga dalam mencari solusi) yang
berhubungan dengansoft skill, tetapi juga terampil dalam sisi psikomotorik (aplikasi atau
penerapan dari wawasan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki) dalam bentuk hard skill.

Prosiding Seminar Nasional : Hidup Harmoni dalam Kebhinnekaan Medan: USU Press, 2014
Ramah

Ramah merupakan kondisi psikologis individu yang tampak dari ekspresi dan perilaku
individu tersebut dalam menghadapi atau berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut kamus
besar bahasa Indonesia, ramah diartikan sebagai baik hati dan menarik budi bahasanya, manis
tutur kata dan sikapnya, suka bergaul dan menyenangkan dalam pergaulan. Sementara itu,
pasien dan keluarganya mengartikan ramah dengan istilah suka senyum dan menyapa, suka
menegur dan mengajak bercerita, dan bertutur kata yang baik dan tidak marah-marah.
Berdasarkan pendapat dan pengertian diatas, maka peneliti mengartikan ramah dalam
penelitian ini sebagai sikap yang murah senyum, suka menyapa, dan suka bertutur kata yang
baik, yang tampak dari ekpresi wajahnya, ataupun dari perilakunya terhadap pasien dan
keluarganya. Ramah dalam penelitian ini lebih menekankan pada kondisi psikologis perawat
dalam memberikan pelayan kesehatan kepada para paisen, sehingga dengan karakter ramah
yang dimunculkan diharapkan dapat membantu mengurangi beban penderitaan pasien atau
pun membantu kesembuhan pasien secara psikologis.

Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan pelayanan yang paling sentral dan perlu
mendapat perhatian, perawat berinteraksi dengan pasien dan keluarga selama 24 jam,
disinilah perawat akan memberikan pelayanannya secara komprehensif, baik itu dari
pelayanan fisik, psikologi, spiritual, sosial dan pendidikan kepada pasien. Maka dengan
demikian pelayanan keperawatan akan dapat dirasakan lebih sempurna oleh pasien, jadi tidak
hanya secara fisik saja mendapatkan perhatian perawat. Perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan memandang pasien sebagai pusat perhatian. Sikap dan tingkah laku
dalam memberikan pelayanan keperawatan meliputi rasa empati, kepedulian, menghargai
orang lain dan tenggang rasa. Pemahaman perawat tentang nilai, klien, dan profesional akan
sangat membantu dalam proses pelayanan kesehatan atau yang lainnya. Persepsi perawat dan
klien pada nilai keperawatan akan membantu untuk mengetahui apakah nilai profesional
sesuai dengan nilai masyarakat.

Nilai adalah keyakinan yang mendasari seseorang melakukan tindakan dan tindakan itu
kemudian menjadi suatu standar atas tindakan yang selanjutnya, pengembangan dan
mempertahankan sikap terhadap objek-objek yang terkait, penilaian moral pada diri
sendiridan orang lain serta pembandingan diri dengan orang lain.
2. KEMAMPUAN-KEMAMPUAN SEORANG PERAWAT

Empathy

Perilaku empati merupakan salah satu sikap dalam hubungan therapeutic yang merupakan
unsur yang sangat penting dalam proses yang berlangsung secara interpersonal. Dengan
empati akan membantu dalam mempererat hubungan antara perawat dan pasien sehingga
menjadikan pasien merasa diperhatikan dan pada akhirnya akan meningkatkan kepuasan
pasien terhadap pelayanan keperawatan.

Empati adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang sesuai dengan apa yang dirasakan
oleh orang lain secara psikologis. Empati memiliki beberapa fungsi yang dapat membantu
seseorang dalam bersosial, berinteraksi, berkomunikasi, dan bersikap di lingkungan
masyarakat.

Florence Nightiangel, tokoh dunia yang mengubah persepsi dunia bahwa perawat itu
merupakan pekerjaan yang sangat mulia dan terhormat. Sebagai perawat dibutuhkan
kemampuan khusus yang tidak semua orang memilikinya, yaitu kemampuan empati. Perawat
yang memiliki empati diharapkan memiliki kemampuan empati, yaitu kemampuan untuk
melakukan aksi komunikasi secara sadar kepada pasien sehingga dapat memahami dan
merasakan suasana hati pasien tersebut. Perilaku yang muncul dari tiap perawat terhadap
pasien berbeda-beda, hal ini terkait dengan kemampuan empati perawat itu sendiri.

Hal yang mempengaruhi kemampuan empati, yaitu:

1. pikiran yang optimis

2. tingkat pendidikan

3. keadaan psikis

4. pengalaman

5. usia

6. jenis kelamin

7. latar belakang sosial budaya

8. status sosial
9. beban hidup

Kemampuan empati terkadang memang tidak dapat langsung muncul dari diri seorang
perawat begitu saja, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
empati,yaitu:

1. Peduli, perhatian dari perawat kepada pasiennya, sejauh mana komunikasi dapat terbentuk
sehingga pasien dapat merasa nyaman karena diperhatikan.

2. Berguru, dengan belajar kepada mereka yang telah nyata dianggap memiliki kemampuan
empati yang tinggi, misalnya seorang rohaniawan, psikolog, maupun dokter di rumah sakit
perawat tersebut mengabdi.

3. Berlatih, sepandai dan sepintar apapun kalau tidak pernah berlatih maka akan kalah dengan
mereka yang masih pemula tetapi rutin untuk rajin berlatih mengasahkemampuanempatinya.

4. Berbagi pengalaman, ingatlah bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik dan melalui
pengalaman kita dapat menjadi bijaksana, dengan berbagi pengalaman dengan sesama rekan
sekerja maka diharapkan perawat akan lebih tangguh dan hebat.

Dengan begitu maka perawat dapat meningkatkan kemampuan empatinya agar dapat lebih
mengerti, memahami, dan menghayati tidak hanya kondisi fisik namun juga kondisi psikis
pasien karena pada dasarnya pasien yang datang untuk berobat ke rumah sakit tentunya
dengan tujuan memulihkan kondisi fisiknya yang sakit, padahal apabila kondisi fisik
seseorang mengalami suatu keadaan sakit, maka akan mempengaruhi kondisi psikisnya,
biasanya pasien akan lebih labil emosinya. Tenaga kesehatan khususnya perawat harus peka
dengan keadaan seperti ini, perawat tidak hanya menangani kondisi fisik dari pasien tetapi
kondisi psikisnya juga, dengan berempati kepada pasien maka diharapkan pasien dapat
sembuh lebih cepat.

Dengan kemampuan empati maka perawat memiliki kemampuan untuk menghayati perasaan
pasien. Kemampuan empati seorang perawat dipengaruhi oleh kondisi perawat itu sendiri.
Perawat perlu menjaga kondisi kesehatan fisik dan psikis, karena keduanya saling
mempengaruhi satu sama lain.

Untuk dapat memiliki kemampuan empati, seorang perawat harus mampu bersosialisasi.
Kebanyakan perawat memiliki sifat extovert (terbuka), maka akan lebih mudah dalam
menangani pasien, karena pasien merasa nyaman dengan keberadaannya.
Kemampuan empati perawat hendaknya disertai juga keramahan kepada keluarga atau
kerabat pengantar atau penunggu dari pasien lebih lagi kepada setiap pengunjung rumah
sakit, karena sesungguhnya citra rumah sakit ditentukan oleh sikap yang diperlihatkan
sumber daya tenaga kesehatan terutama perawat sebagai ujung tombak rumah sakit. Semoga
dengan meningkatnya kualitas tenaga kesehatan terutama perawat di Indonesia ini maka
diharapkan akan meningkatkan pula kesehatan dan kesejahteraan seluruh warga.

Caring/care

Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara manusia berpikir, merasa, dan
mempunyai hubungan dengan sesama. Caring sebagai bentuk dasar dari praktik keperawatan
di mana perawat membantu klien pulih dari sakitnya, memberikan penjelasan tentang
penyakit klien, dan mengelola atau membangun kembali hubungan. Caring membantu
perawat mengenali intervensi yang baik, dan kemudian menjadi perhatian dan petunjuk untuk
memberikan caring nantinya.

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang,
pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau
menyayangi. Secara teoritis, pengertian caring adalah tindakan yang menunjukan
pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan lingkungan
yang bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada klien (Florence Nightingale, 1860).
Caring atau care tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga makna dimana
ketiganya tidak dapat dipisahkan yaitu memberi perhatian, bertanggung jawab dan ikhlas
(Delores Gaut, 1984). Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting
terutama dalam praktik keperawatan. Rubenfeld (1999), mendefinisikan Caring :
memberikan asuhan , dukungan emosional pada klien, keluarga dan kerabatnya secara verbal
maupun non verbal. Jean Watson (1985), Caring merupakan komitmen moral untuk
melindungi, mempertahankan dan meningkatkan martabat manusia.

Caring merupakan heart profesi, artinya sebagai komponen yang fundamental dari fokus
sentral serta unik dari keperawatan (Barnum, 1994). Meskipun perkataan caring telah
digunakan secara umum, tetapi tidak terdapat definisi dan konseptualisasi yang universal
mengenai caring itu sendiri (Swanson, 1991, dalam Leddy, 1998). Setidaknya terdapat lima
perspektif atau kategori mengenai caring, yaitu:

1.caring sabagai sifat manusia (Benner & Wrubel,Leinenger)

2.caring sebagai intervensi terapeutik (Orem),

3.caring sebagai bentuk kasih sayang (Morse et al., 1990, dalam Leddy, 1998).

Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan kemanusiaan,
inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring bukan semata-mata
perilaku. Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga
didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan memperhatikan
emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999) Sikap
caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring menolong klien
meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Bersikap
caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan
esensi keperawatan. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata
yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan
bersikap caring sebagai media pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper,
& Burroughs, 1999). Para perawat dapat diminta untuk merawat, namun tidak dapat
diperintah untuk memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Caring merupakan heart profesi, artinya
sebagai komponen yang fundamental dari fokus sentral serta unik dari keperawatan.

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdediksi bagi orang
lain pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau
menyayangi. Secara teoritis, pengertian caring adalah tindakan yang menunjukan
pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan lingkungan
yang bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada klien. Caring atau care tidak mempunyai
pengertian yang tegas, tetapi ada tiga makna dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan yaitu
memberi perhatian, bertanggung jawab dan ikhlas.
Altruisme

Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri
sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam banyak budaya dan dianggap
penting oleh beberapa agama. Gagasan ini sering digambarkan sebagai aturan emas etika.

Altruisme dapat dibedakan dengan perasaan loyalitas dan kewajiban. Altruisme memusatkan
perhatian pada motivasi untuk membantu orang lain dan keinginan untuk melakukan
kebaikan tanpa memperhatikan ganjaran, sementara kewajiban memusatkan perhatian pada
tuntutan moral dari individu tertentu (seperti Tuhan, raja), organisasi khusus (seperti
pemerintah), atau konsep abstrak (seperti patriotisme, dsb). Beberapa orang dapat merasakan
altruisme sekaligus kewajiban, sementara yang lainnya tidak. Altruisme murni memberi tanpa
memperhatikan ganjaran atau keuntungan.

Konsep ini telah ada sejak lama dalam sejarah pemikiran filsafat dan etika, dan akhir-akhir ini
menjadi topik dalam psikologi (terutama psikologi evolusioner), sosiologi, biologi, dan
etologi. Gagasan altruisme dari satu bidang dapat memberikan dampak bagi bidang lain, tapi
metoda dan pusat perhatian dari bidang-bidang ini menghasilkan perspektif-perspektif
berbeda terhadap altruisme.

Gagasan altruisme

Konsep ini memiliki sejarah panjang dalam filosofis dan etika berpikir. Istilah ini awalnya
diciptakan oleh pendiri sosiologi dan filsuf ilmu pengetahuan, Auguste Comte, dan telah
menjadi topik utama bagi psikolog (terutama peneliti psikologi evolusioner), biologi
evolusioner, dan etolog. Sementara ide-ide tentang altruisme dari satu bidang dapat
memberikan dampak pada bidang lain, metode yang berbeda dan fokus bidang-bidang ini
menghasilkan perspektif yang berbeda pada altruisme.

Nilai altruisme dalam keperawatan

Pengertian : Peduli dengan kesejahteraan orang lain

Sikap dan Kualitas Pribadi :

Perhatian, komitmen, kasihan, kemurahan hati, ketekunan


Perilaku Profesional :

1. Berikan perhatian yang penuh pada klien ketika memberikan perawatan

2. Bantu rekan perawat lainnya dalam memberikan perawatan ketika mereka tidak dapat
melakukannya

3. Tunjukkan perhatian pada kecenderungan dan masalah sosial yang memiliki implikasi
perawatan kesehatan.

3 INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA/ HUMAN DEVELOPMENT INDEX


(IPM/HDI)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah
pengukuran perbandingan dari harapan hidup , melek huruf, pendidikan dan standar hidup
untuk semua negara seluruh dunia (Biro Pusat Statistik dan UNDP, 1997). HDI digunakan
untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang
atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi
terhadap kualitas hidup.

Index tersebut pada 1990 dikembangkan oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan
Mahbub ul Haq seorang ekonom pakistan dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan
Lord Meghnad Desai dari London School of Economics, sejak itu dipakai oleh Program
pembangunan PBB pada laporan HDI tahunannya. Digambarkan sebagai "pengukuran
vulgar" oleh Amartya Sen karena batasannya. indeks ini lebih fokus pada hal-hal yang lebih
sensitif dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan perkapita yang selama ini
digunakan, dan indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti yang serius untuk
mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan manusianya.

UNDP mengukur HDI dengan pencapaian rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar
pembangunan manusia, yaitu (Arsyad Lincolin, 1999):

Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran.

Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobotnya
dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar, menengah, atas gross enrollment ratio (bobot
satu per tiga).
standard kehidupan yang layak diukur dengan GDP per kapita gross domestic product /
produk domestik bruto dalam paritas kekuatan beli purchasing power parity dalam Dollar AS.

Menurut BKKBN, Indek Pembangunan Manusia (IPM) adalah merupakan indikator


komposit tunggal yang digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian pembangunan
manusia yang sudah dilakukan di suatu Negara (wilayah) (Soepono, 1999). IPM atau Human
Development Indek (HDI) yang dikeluarkan oleh United Nations Development Program
(UNDP) ini digunakan untuk mengukur Keberhasilan Kinerja dalam hal pembangunan
manusia.

Tolok ukur yang dapat dianggap sangat pokok untuk mengukur keberhasilan dalam
pembangunan adalah semua yang terkait dengan kesejahteraan rakyat. Kata Kesejahteraan
sendiri menurut terminology dalam kamus Bahasa Indonesia mempunyai arti ketentraman,
kesenangan hidup, kemakmuran dan keamanan. Dan jika ingin kondisi ini dapat tercapai
maka prasyarat utama yang perlu dilakukan adalah dengan meningkatkan mutu kehidupan
individu/ perorangan melalui pembangunan manusia seutuhnya.

Kualitas pembangunan manusia yang telah dicapai oleh suatu wilayah dapat dilakukan
dengan mengukur mutu pembangunan tersebut dengan menggunakan parameter dengan 3
(tiga) komponen antara lain; (1) Keberhasilan dalam kesehatannya yaitu dilihat dari
kemampuan hidup secara fisik yaitu dengan melihat angka harapan hidup; (2) Kemampuan
untuk merefleksikan keberhasilan pengembangan pendidikan dengan melihat angka melek
huruf dan lama sekolah; (3) Besarnya barang dan jasa yang dapat disediakan oleh masyarakat
bagi warganya yaitu dengan melihat paritas daya beli masyarakat. Dengan kata lain Indek
pembangunan manusia diukur dengan tiga dimensi, yaitu 1) indek kesehatan, 2) pendidikan
dan 3) ekonomi. Indek kesehatan diukur dari angka harapan hidup, biasanya angka harapan
hidup bayi yang lahir. Indek pendidikan salah satunya dapat diukur dari angka melek huruf.
Kemudian dimensi ekonomi diukur dari indek daya beli masyarakat.

Setelah IPM diketahui, maka perlu ditentukan kreteria analisanya, dimana ketentuan tersebut
adalah (Suparman, 1986) :

- Status Rendah : IPM < 50

- Status Menengah Bawah : 50 < IPM < 66

- Status Menengah Atas : 66 < IPM < 80


- Status Tinggi : IPM > 80

UNDP (United Nation Development Programme) mendefenisikan pembangunan manusia


sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep
tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimated end) sedangkan upaya
pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan itu. Untuk
menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu
diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan (UNDP,
1995). Secara ringkas empat hal pokok tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Produktivitas

Penduduk harus diberdayakan untuk meningkatkan produktivitas dan berpartisipasi penuh


dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah. Pembangunan ekonomi, dengan demikian
merupakan himpunan bagian dari model pembangunan manusia.

b. Pemerataan

Penduduk harus memiliki kesempatan/peluang yang sama untuk mendapatkan akses terhadap
semua sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang memperkecil kesempatan
untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil menfaat
dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat
meningkatkan kualitas hidup.

c. Kesinambungan

Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya untuk generasi-
generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan selalu
diperbaharui.

d. Pemberdayaan

Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan menentukan
(bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan mengambil manfaat dari
proses pembangunan.

Sebenarnya paradigma pembangunan manusia tidak berhenti sampai disana. Pilihan-pilihan


tambahan yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat luas seperti kebebasan politik,
ekonomi dan sosial, sampai kesempatan untuk menjadi kreatif dan produktif, dan menikmati
kehidupan yang sesuai dengan harkat pribadi dan jasmani hak-hak azasi manusia merupakan
bagian dari paradigma tersebut. Dengan demikian, paradigma pembangunan manusia
memiliki dua sisi. Sisi pertama berupa informasi kapabilitas manusia seperti perbaikan taraf
kesehatan, pendidikan dan keterampilan. Sisi lainnya adalah pemanfaatan kapabilitas mereka
untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, kultural, sosial dan politik. Jika kedua sisi
itu didak seimbang maka hasilnya adalah frustasi masyarakat.

Untuk dapat membuat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) maka UNDP mensponsori
sebuah proyek tahun 1989 yang dilaksanakan oleh tim ekonomi dan pembangunan. Tim
tersebut menciptakan kemampuan dasar. Kemampuan dasar itu adalah umur panjang,
pengetahuan dan daya beli. Umur panjang yang dikuantifikasikan dalam umur harapan hidup
saat lahir atau sering disebut Angka Harapan Hidup/AHH (eo). Pengetahuan
dikuantifikasikan dalam kemampuan baca tulis/ angka melek huruf dan rata-rata lama
bersekolah. Daya beli dikuantifikasikan terhadap kemampuan mengakses sumberdaya yang
dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak.

Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara atau wilayah itu
telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan
dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi
yang telah mencapai standar hidup yang layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah
terhadap angka 100, semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.

Karena hanya mencakup tiga komponen, maka IPM harus dilihat sebagai penyederhanaan
dari realitas yang kompleks dari luasnya dimensi pembangunan manusia. Oleh karena itu,
pesan dasar IPM perlu dilengkapi dengan kajian dan analisis yang dapat mengungkapkan
dimensi-dimensi pembangunan manusia yang penting lainnya (yang tidak seluruhnya dapat
diukur) seperti kebebasan politik, kesinambungan lingkungan, kemerataan antar generasi.

Indeks Pembangunan Manusia merupakan alat ukur yang peka untuk dapat memberikan
gambaran perubahan yang terjadi, terutama pada komponen daya beli yang dalam kasus
Indonesia sudah sangat merosot akibat krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun
1997. Krisis ekonomi dan moneter tersebut berdampak pada tingkat pendapatan yang
akibatnya banyak PHK dan menurunnya kesempatan kerja yang kemudian dipengaruhi
tingkat inflasi yang tinggi selama tahun 1997-1998. Menurunnya tingkat kesempatan kerja
dalam konteks pembangunan manusia merupakan terputusnya jembatan yang
menghubungkan antara pertumbuhan ekonomi dengan upaya peningkatan kapasitas dasar
penduduk.

Dampak dari krisis ekonomi pada pembangunan manusia adalah dengan menurunnya daya
beli dan ini juga berarti terjadinya penundaan upaya peningkatan kapasitas fisik dan kapasitas
intelektual penduduk. Penurunan beberapa komponen IPM sebagai akibat kepekaan IPM
sebagai alat ukur yang dapat menangkap perubahan nyata yang dialami penduduk dalam
jangka pendek.

Bapeda Pemkab Jombang, 2012, Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten


Jombang

4.STIMULUS

Karena stimulus dalam keperawatan meliputi Penampilan Diri yang penting bukan hanya
untuk diri sendi tapi juga untuk orang lain ,dan bukan hanya materi semata seperti indeks
prestasi atau sebagainya.

Ini penampilan yang sangat erat dengan kebersihan jiwa dan didalam diri harus bisa dijaga
dengan baik agar klien bisa nyaman dengan perawatan yang kita berikan.

Kerapian Penampilan

Dilihat dari segi berkomunikasi dengan bahasa tubuh dan isyarat. Dan dalam sikap tubuh
dengan tata rias yang rapi dan menarik, dan penampilan busana yang rapi hingga menjadi
yang lebih baik.

Pikiran

Pemikiran atau gambaran tentang ilmu pengetahuan keperawatan yang dimiliki semua
perawat.

Sikap Mental

Pandangan dan sikap mental mengarah pada rasa suka tidak suka (simpatik-antipati) itu
reaksi perawat kepada klien dalam keadaan dan peristiwa apapun.
Perilaku

Perlu diperhatikan seorang perawat yang melakukan kecerobohan dan omongan yang tidak
seharusnya dibicarakan. Kelakuan yang bijaksana mencerminkan kematangan jiwa.

Cara Berbicara

Pengaturan pemikiran, intonasi, tata bahasa yang baik, dan jangan sampai semua
pembicaraan menyinggung ataupun berbicara yang kasar.

Kesopansantunan

Kelakuan yang sopan santun dalam mengurus pasien dan menciptakan kesan yang baik
tentang diri perawat.

Keseimbangan Jiwa

Ketenangan sikap tanpa dipengaruhi emosi merupakan kepribadian yang positif. Semua
perawat harus bisa menahan emosi dalam merawat pasien.

Akal Sehat

Harus bisa mengintropeksi diri dan memperbaiki diri dari kelemahan.

Anda mungkin juga menyukai