Anda di halaman 1dari 31

KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


MENINGITIS

Oleh:
WIRDA TUL HASANAH (14.401.18.066)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang maha
mengetahui segala apa yang ada di bumi. Shalawat dan salam kita haturkan
kepangkuan nabi besar Muhammad SAW. yang telah membawa umat manusia
dari alam jahiliyah kea lam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Adapun makalah yang saya selesaikan ini membahas tentang
MININGITIS, pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Ibarat
pepatah mengatakan “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”. Begitu pula dengan
makalah ini. Oleh karena itu kritikan dan saran yang membangun dari berbagai
pihak sangat saya nantikan.

Banyuwangi, 08 Desember 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. RumusanMasalah.................................................................................................5
C. Tujuan Masalah...................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................6
A. KONSEP PENYAKIT.........................................................................................6
1. Definisi..............................................................................................................6
2. Etiologi..............................................................................................................6
3. Tanda dan gejala..............................................................................................7
4. Patofisiologi.......................................................................................................7
5. Klasifikasi.........................................................................................................9
6. Komplikasi......................................................................................................10
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................11
1) Pengkajian......................................................................................................11
2) Diagnosa keperawatan (PPNI, 2016).............................................................17
3) Intervensi (Wilkinson., 2016)..........................................................................21
BAB III............................................................................................................................28
PENUTUP.......................................................................................................................28
A. Kesimpulan.............................................................................................................28
B. Saran........................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................29

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Meningitis adalah suatu peradangan araknoid dan piameter (lepto
meningens) dari otak dan modulla spinalis. Bakteri dan virus merupakan
penyebab yang paling umum dari meningitis, meskipun jamur juga dapat
menyebabkan. Meningitis bakteri paling sering terjadi. Deteksi awal dan
pengobatan akan lebih memberikan hasil yang lebih baik. [ CITATION
Placeholder1 \p 140 \t \l 1057 ].
Menurut World Health Organization (WHO), angka kematian meningitis
pada neoatus dan anak masih tinggi sekitar 1,8 juta pertahun. Meningitis
bakterial berada pada urutan 10 teratas penyebab kematian akibat infeksi di
seluruh dunia dan menjadi salah satu infeksi yang paling berbahaya pada
anak[ CITATION Nur16 \p 6 \l 14345 ].
Infeksi langsung dengan adanya penetrasi trauma seperti fraktur tengkorak
dan luka tembak.Fraktur tengkorak dengan kerusakan SSP merupakan
penyebab utama meningitis.Infeksi yang dekat dengan meningen berpotensial
menimbulkan meningitis.Infeksi menyebar secara limfogen melalui kelenjar
limfe ke medulla spialis yang merupakan pusat pengatur perrnafasan. Oleh
karena itu ketika infeksi telah mencapai medulla spinalis akan menyebabkan
pola nafas klienmeningitis terganggu yang ditandai dengan penurunan
tekanan ekspirasi dan inspirasi[ CITATION Placeholder1 \p 140 \l 14345 ] .
Penanganan pada meningitis meliputi penggantian cairan, penatalaksanaan
jalan nafas, pemberian obat untuk memperbaiki kontraktilitas
miokardiumterapi antikonvulsan, pemantauan eletrolit dan keseimbangan
asam basa sedangan pada meningitis aseptic gejala diobati dan sebagaian

4
besar pasien tidak memerlukan perawatan di rumah sakit serta dapat sembuh
sepenuhnya[ CITATION Est09 \p 285 \l 14345 ].

B. RumusanMasalah
1) Bagaimana konsep medis penyakit meningitis?
2) Bagaimana konsep asuhan keperawatan meningitis?

C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mendapat gambaran umum tentang asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
1) Agar mahasiswa memahami Konsep Medis meningitis
2) Agar mahasiswa memahami Konsep Asuhan Keperawatan meningitis

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Meningitis bacterial merupakan inflamasi arakhnoid dan piamater
yang mengenai CSS.Infeksi menyebar ke subaraknoid dari otak medulla
spinalis biasanya dari ventrikel.Bakteri yang masuk ke dalam tubuh
hampir semuanya menyebabkan meningitis[ CITATION Placeholder1 \p
140 \t \l 1057 ].
Meningitis bacterial adalah proses inflamasi selaput otak,
khususnya arakhnoid dan pia mater yang berkaitan dengan invasi bakteri
ke subarachnoid[ CITATION drB17 \p 199 \l 14345 ].
Meningitis adalah radang meningeal yang mencakup otak sumsum
tulang belakang, yang paling umum disebabkan bakteri atau kuman virus,
dan dapat pula disebabkan oleh cendawan, amuba atau terekspos
racun[ CITATION Mar14 \p 237 \l 14345 ].
Jadi meningitis adalah peradangan pada otak dan medula spinalis,
dan penyebab paling umumnya yaitu bakteri dan virus.

2. Etiologi
Penyebab meningitis bacterial dapat dilihat dari usia pasien, yang
paling mendasari penyakit dan proses imunologi adalah factor
predisposisi. Bakteri Streptococcus pnemunia (50%) dan Neisseria
meningitides (25%) adalah dua agen penyebab paling umum. Lalu
diikuti Listeria monocytogenes dan Staphylococcus.Gram-gram bacilli
(E.coli, klebsiella, Enterobacterdan pseudomonas aeruginosa)

6
memberikan kontribusi <10% dari kasus[ CITATION drB17 \p 199 \l
14345 ].

3. Tanda dan gejala


1) Leher kaku terkait dengan iritasi meningeal dan iritasi saraf tulang
belakang.
2) Kaku nuchal karena iritasi meningeal dan iritasi saraf tulang
belakang.
3) Sakit kepala karena naikna tekanan intrakranial.
4) Mual dan muntah karena naiknya tekanan intrakranial.
5) Fotofobia (kepekaan pada cahaya) terkait dengan iritasi saraf
kepala.
6) Demam karena infeksi.
7) Rasa tidak enak badan karena infeksi.
8) Nyeri otot karena infeksi disebabkan virus.
9) Ruam petechial pada kulit dan selaput lender dengan infeksi
meningococcal.
10) Serangan-serangan karena iritasi otak akibat naiknya tekanan
intracranial[ CITATION Mar14 \p 238 \l 14345 ].

4. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti
dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis
bagian atas. Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas,
otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain,
prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian
tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena
meningen, semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan
bakteri. Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi
radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat

7
menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan
serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,
vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar
otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran
ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan
fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada
darah, daerah.
Pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal,
kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada
sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan
endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh
meningokokus.

8
Pathway

Bakteri, virus,
protozoa

Hematogen Udara Peradangan


organ / jaringan
yang dekat
dengan selaput
Luka Saluran nafas
otak

Aliran darah Paru – paru

Aliran darah

Selaput meningen

Peningkatan Proses infeksi


metabolisme

Inflamasi pada piameter


Hipertermi dan arachnoid

MENINGITIS Sakit kepala

Terbentuk jaringan parut Nyeri akut


dan pus
Aliran CSS/ reabsorbsi Gangguan mobilitas
CSS terganggu fisik

Penumpukkan cairan CSS Penurunan mobilitas


di otak
Gangguan perfusi
jaringan serebral
Hidrosefalus Pembesaran
kepala
Penurunan kesadaran

Suplai darah ke Gangguan nutrisi


otak turun kurang dari kebutuhan

Menekan arteri
Peningkatan TIK Menekan MO
dan kapiler darah
otak

Menekan SSP / otak

Gangguan neurologik

Trauma / resiko
injury

10
5. Klasifikasi
a. Asepsis
Meningitis asepsis menentukan pada salah satu meningitis virus
dan menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan abses otak,
ensefalitis, limfoma, leukemia, maupun darah diruang
subarachnoid.
b. Sepsis
Meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri seperti
meningokokus, stafikokokus,atau basilus influenza.
c. Tuberkulosa
Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel.
d. Meningitis virus
Tipe dari virus ini sering disebut meningitis aseptis.Tipe ini
biasanya disebabka oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan
virus seperti gondok, herpes simpleks, dan herpes zoster.
e. Meningitis bacterial
Merupakansaat keadaan ketika meningens (selaput otak)
mengalami peradangan yang disebabkan bakteri.Sampai saat ini,
bentuk yang paling signifikan dari meningitis yaitu tipe bacterial
Bakteri.yang paling sering dijumpai pada meningitis bakteri akut,
yaitu Neiserria meningitides (meningitis meningokokus),
Streptococcus pneumonia (pada dewasa), dan Haemopbilus
influenza (pada anak-anak dan dewasa mda).Ketiga organisme ini
menyebabkan sekitar 75% kasus meningitis bakteri. Bentuk
penularanya melalui kontak langsung, yang mencakup droplet dan
secret dari hidung dan tenggorokan yang membawa kuman (paling
sering) atau infeksi dari orang lain [ CITATION Ari08 \p 161 \l 1057 ].

11
6. Komplikasi
Komplikasi yang sering dan banyak terjadi pada meningitis bacterial
yaitu :
1) Ventrikulitis atau abses intraserebral. Ventrikulitis dan abses
intraserebral dapat menyebabkan obstruksi pada CSS dan mengalir
ke foramen antara ventrikel dan cairan serebral sehingga
menyebabkan hidrosefalus. Eksudasi purulen yang menyebabkan
penurunan CSS didalam GRanulasi arakhnoid juga yang dapat
mengakibatkan hidrosefalus.
2) Thrombosis septic dari vena sinus dapat terjadi, dan
mengakibatkan peningkatan TIK yang dihubungkan dengan
hidrosefalus.
3) Kelumpuhan saraf cranial merupakan komplikasi yang umum pada
meningitis bacterial.
4) Stroke dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan hemisfer pada
batang otak.
5) Subdural empiema akibat infeksi.
6) Komplikasi lanjutan yang dapat dialami klien menjadi tuli akibat
kerusakan saraf cranial.
7) Kerusakan serebral pada anak-anak akibat meningitis, khususnya
dengan infeksi H-influenza dapat menyebabkan retardasi
mental[ CITATION Placeholder1 \p 142 \t \l 14345 ] .

12
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
a. Identitas
Penyakit meningitis tidak membedakan usia dan dapat menyerang
orang dewasa serta anak-anak[ CITATION Placeholder1 \p 144 \t \l
1057 ].
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan Utama
Umumnya klien mengalami sakit kepala, sakit punggung, kaku
leher, fotofobia.Sedangkan pada anak-anak cenderung mengalami
demam dan muntah[ CITATION Placeholder1 \p 144 \t \l 1057 ] .
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Umnya klien mengalami demam tinggi, kejang, dan penurunan
derajat kesadaran [ CITATION Ari08 \p 162 \l 1057 ].
3) Riwayat penyakit sekarang
Factor riwayat penyakit sangat vital ditelusuri untuk mengetahui
jenis kuman penyebab.pada bagian ini harus ditanya dengan jelas
terkait gejala yang muncul seperti kapan mulai serangan,
perkembangan (sembuh atau bertambah buruk).Saat pengkajian
klien meningitis, umumnya ditemukan keluhan yang berkaitan
dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK.Keluhan gejala
awal tersebut biasanya sakit kepala dan demam.Sakit kepala
berhubungan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai
akibat iritasi selaput meningen.Demam umumnya ada tetap tinggi
sewaktu perjalanan penyakit.Keluhan kejang perlu mendapat
fokus perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam,
bagaimana karakteristik dari timbulnya kejang [ CITATION Ari08 \p
162 \l 1057 ].

13
c. Riwayat kesehatan terdahulu
1) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pengkajian terhadap penyakit yang pernah dialami klien yang
memungkinkan adanya relasi atau menjadi predisposisi keluhan
sekarang mencakup pernahkah klien menderita infeksi jalan napas
bagian atas, mastoiditis, otitis media, anemia sel sabit, serta
hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, adanya riwayat
trauma kepala, serta adanya pengaruh immunologis pada masa
sebelumnya. Riwayat TB paru perlu ditelusuri pada klien terutama
jika ada keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan
OAT yang sangat penting untuk mengidentifikasi meningitis
tuberkulosa[ CITATION Ari08 \p 162 \l 1057 ].
2) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit menular dan genetik pada anggota keluarga,
misalnya Tuberkulosis, Diabetes Mellitus, kardiopatologi,
hipertensi, dll[ CITATION Ari \p 75 \l 14345 ].
3) Riwayat pengobatan
Berkaitan dengan riwayat imunisasi[ CITATION Ari \p 75 \l 14345 ].
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
Umumnya berkisar pada tingkat letargi, stupor, maupun
semikomatosa[ CITATION Ari08 \p 165 \l 1033 ].
b) Tanda-tanda vital
Umumnya ditemukan peningkatan suhu tubuh melewati normal,
yaitu sekitar 38-410c, dimulai dari fase sistemik, tampak
kemerahan, berkeringat, kulit kering, panas dan
adanyaPenurunan denyut nadi juga berkaitan dengan tanda-
tanda peningkatan tekanan intrakranial[ CITATION Ari08 \p 165 \l
1057 ].

14
2) Body System
a. System pernapasan
Pasien dengan meningitis umumnyaa mengalami sesak napas,
penggunaan otot bantuaksesoris, serta adanya peningkatan
frekuensi pernapasan yang sering ditemukan.Pada auskultasi,
muncul bunyi napas tambahan seperti ronkhi[ CITATION
Ari08 \p 165 \l 1057 ].
b. System kardiovaskular
Pengkajian pada pasien meningitis derajat lanjut seperti
apabila klien sudah mengalami renjatan atau syok.Infeksi
fulminating terjadi dengan angka sekitar 10% klien dengan
meningitis meningokokus dengan tanda – tanda septicemia,
misalnya demam tinggi yang muncul secara mendadak, lesi
purpura yang meluas[ CITATION Ari08 \p 165 \l 1057 ].
c. System persyarafan
Pemeriksaan saraf cranial:
Saraf I: tidak ditemukan kelainan pada fungsi penciuman
Saraf II. Pemeriksaan ketajaman penglihatan berada pada
batas normal.Pada papiledema mungkin didapatkan terutama
pada daerah meningitis supuratif dengan disertai abses serebri
dan efusi subdural yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan TIK dan berlangsung lama.
Saraf III,IV,VI : pada pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil
klien meningitis yang tidak mengalami penurunan kesadaran
biasanya tidak disertai kelainan.Pada tahap derajat berat,
meningitis dapat mengganggu kesadaran, dan juga terdapat
tanda-tanda perubahan dari reaksi pupil.
Saraf V : penderita meningitis biasanya tidak ditemukan
paralisis atau kelumpuhan pada otot wajah serta reflex kornea
biasanya tidak dijumpai kelainan.

15
Saraf VII :indra pengecapan dalam rentang normal serta wajah
simetris.
Saraf VIII: tidak didapatkan kelainan seperti tuli konduktif
dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X :kemampuan indra menenlan dalam batas
normal
Saraf XI : tidak ditemukan atrofi otot sternokleidomastoideus
dan trapezius. terdapat usaha dari klien untuk melakukan
fleksi (menekuk) leher dan adanya kaku kuduk (rigiditas
Nukal)
Saraf XII :pada saraf ini, lidah simetris, tidak terjadi deviasi
pada satu sisi serta tidak terjadi fasikulasi [ CITATION Ari \p 78 \l
14345 ].
d. System pencernaan
Tampak mual hingga muntah karena adanya peningkatan
produksi HCL.Pemenuhan nutrisi pada klien meningitis
menurun diakibatkan anoreksia dan adanya kejang [ CITATION
Ari08 \p 168 \l 1033 ].
e. System perkemihan
Pemeriksaan pada system perkemihan umumnya ditemukan
berkurangnya volume haluaran urine, hal ini berhubungan
dengan adanya penurunan perfusi dan penurunan curah
jantung ke organ ginjal[ CITATION Ari08 \p 168 \l 1057 ].
f. System muskuluskeletal
Terdapat bengkak dan nyeri pada area sendi-sendi
besar.Muncul petekia dan lesi purpura yang diawali oleh
ruam.Pada penyakit derajat berat muncul ekimosis yang besar
pada area wajah dan ekstermitas.klien mengalami penurunan
kekuatan tonus otot serta kelemahan ekstremitas secara umum
sehingga mengganggu aktivitas kehidupan sehari-
hari[ CITATION Ari08 \p 168 \l 1057 ].

16
g. System pengliatan
Terjadi keabrnormalan pada pergerakan mata serta kekuatan
motorik[ CITATION Wah08 \p 126 \l 1033 ].
h. System integument
Terjadi perubahan warna serta temperature pada
ekstremitas[ CITATION Wah08 \p 126 \l 1033 ].
i. System endokrin
Terjadi peningkatan produksi SIADH[ CITATION Wah08 \p
126 \l 1033 ].
j. Sistem reproduksi
Tidak ditemukan kelainan pada bagian genetalia, namun jika
disertai penyakit lain seperti herpes simpleks dll, dapat
menimbulkan kerusakan integritas jaringan pada daerah
genitalia[ CITATION Ari \p 79 \l 14345 ].
k. Sistem imun
Jumlah leukosit darah tepi menurun sertakadar leukosit CSS
rendah[ CITATION Ari \p 79 \l 14345 ].

e. Pemeriksaan penunjang
1) Hitung jumlahdarah lengkap dengan rasionya memperlihatkan
adanya peningkatan sel darah putih serta neutrofil.
2) Kultur darah menandakan adanya organisme.
3) Lumbal fungsi menggunakankultur CSS peningkatan hitung sel,
menandakan adanya organism
4) CT-scan tanpa disertai kontras untukmenemukan
kelainan[ CITATION Placeholder1 \p 141 \t \l 14345 ]

17
f. Penatalaksanaan
Menurut: [ CITATION Placeholder1 \p 142-143 \l 14345 ] .
a. Pemberian terapi
No Organisme Pengobatan
penyebab
1. Neisseria  Benzyl penisilin (4 megaunit tiap 4
meningitidis jam)
 Cloramipenicol (20 mg/kgbb, tiap 6
jam) untuk yang hipersensitif
terhadap obat penicilin

Streptococus  Benzyl penisilin (4 megaunit tiap 4


pneumonia jam)
 Cloramipenicol (20 mg/kgbb, tiap 6
jam) untuk yang hipersensitif
terhadap obat penicilin
Haemophilus  Cerufpxamine (3 g, tiap 8 jam)
influenza  Cloramphenicol (20 mg/kgbb tiap 6
jam)
 Ampicilin (2 g tiap 6 jam selama 2
hari, setelah itu dilanjut 1 g setiap 6
jam)
 Cotrimoksazol 160 mg
(trimetroprim serta 800 mg
sulphamethoxazole, tiap 2 jam
Staphylococus  Flucloxacilin (3 g tiap 6 jam)
aureus  Vancomycin (500 mg tiap 6 jam)
Stapilococus  Flucloxacilin (3 g tiap 6 jam)
epidermidis  Vancomycin (500 mg tiap 6 jam)

b. Lumbal pungsi

18
Untuk menegakkan diagnosa meningitis bacterial dilakukan lumbal
pungsi. Beberapa alat yang diperlukan untuk melakukan lumbal
pungsi diantaranya:
1. 1 set steril untuk lumbal pungsi
2. Sarung tangan karet jenis steril
3. Xylocain dengan takaran 1-2 %
4. Bamd-aid atau pembalut[ CITATION Placeholder1 \p 142-143 \t \l
1057 ].

2) Diagnosa keperawatan [ CITATION Tim04 \l 14345 ].


a. Pola nafas tidak efektif
1) Definisi : inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
2) Penyebab : depesi pusat pernafasan, hambatan upaya nafas,
deformitas dinding dada, deformitas tulang dada, gangguan
neuromuscular, gangguan neurologis, imaturitas neurologis,
penurunan energy, obesitas, posisi tubuh yang menghambat
ekspansi paru, sindrom hipoventilasi, kerusakan ineevasi
diafragma, cedera pada mmedullaspinalis, efek agen farmakologis,
kecemasan.
3) Gejala dan tanda mayor
Subjektif : dispnea
Objektif :penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi
memanjang dan pola nafas abnormal
4) Gejala dan tanda minor
Subjektif :ortopnea
Objektif : pernafasan pursed-lip, pernafasan cuping hidung,
diameter thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit
menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi menurun,
tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah.

19
5) Kondisi klinis terkait : depresi system saraf pusat, cedera
kepala, trauma thoraks, gullian barre syndrome, multiple
sclerosis, myasthenia gravis, stroke, kuadriplegia, intoksikasi
alcohol[ CITATION Tim04 \p 26 \l 14345 ].

b. Resiko Perfusi serebral tidak efektif


1. Definisi : beresiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak
2. Faktor resiko :
a. penurunan kerja ventrikel kiri
a. aterosklerosis aorta
b. diseksi arteri
c. fibrilasi atrium
d. tumor otak
e. stenosis karotis
f. miksoma atrium
g. aneurisma serebri
h. koagulopati ( mis.anemis sel sabut)
i. dilatasi kardiomiopati
j. koagulasi kardiovaskuler diseminata
k. embolisme
l. cedera kepala
m. hiperkolesteronemia
n. hipertensi
o. endokarditis infeksi
p. katup prostetik mekanis
q. stenosis mitral
r. neoplasma otak
s. infark miokard akut
t. sindrom sick sinus
u. penyalahgunaan zat
v. terapi tombolitik

20
3. Kondisi klinis terkait
a. stroke
b. cedera kepala
c. aterosklerotik aortik
d. infark miokard akut
e. diseksi arteri
f. embolisme
g. endokarditis infektif
h. fibrilasi atrium
i. hiperkolesterolemia
j. hipertensi
k. dilatasi kardiomiopati
l. koagulasi intravaskuler diseminata
m. miksoma atrium
n. neoplasma otak
o. segmen ventrikel kiri akinetik
p. sindrom sick sinus
q. stenosis karotid
r. stenosis mitral
s. hidrosefalus
t. infeksi otak (mis.meningitis,ensefalitis,abses serebri)[ CITATION
Tim04 \p 51 \l 14345 ].

c. Ketidakseimbangan nutrisi
1. Definisi : beresiko mengalami asupan ntrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme.
2. Faktor resiko : ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna
makanan atau menyerap nutrient akibat factor biologis, psikologis,
atau ekonomi
3. Kondisi klinis terkait : stroke, Parkinson, Mobius syndrome,
cerebral palsy, cleft lip, cleft palate, amyotropic lateral sclerosis,

21
kerusakan neuromuscular, luka bakar, kanker, infeksi, AIDS,
penyakit crohn’s, enterokolitis, fibrosis kistik[ CITATION Tim04 \p
56 \l 14345 ].

d. Hipertermia
1. Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
2. Penyebab
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis.infeksi,kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
3. Gejala dan tanda mayor
Subjektif: (tidak tersedia)
Objektif: 1. Suhu tubuh diatas nilai normal
4. Gejala dan tanda minor
Subjektif: (tidak tersedia)
Objektif:Kulit merah, Kejang, Takikardi, Takipnea, Kulit hangat
5. Kondisi klinis terkait
a. Proses infeksi
b. Hipertiroid
c. Stroke
d. Dehidrasi
e. Trauma
f. Prematuritas[ CITATION Tim04 \p 284 \l 14345 ].

22
3) Intervensi [ CITATION Jud86 \l 14345 ]
a. Pola nafas
1. Tujuan
1) Menunjukkan pola pernapasan yang efektif, dibuktikan dengan
Status Pernapasan tidak terganggu, ventilasi dan status
pernapasan , kepatenan jalan nafas,dan tidak ada penyimpangan
tanda-tanda vital dari rentang normal.
2) Menunjukkan status pernapasan: ventilasi tidak terganggu, yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5:
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, tidak ada gangguan)
3) Menunjukkan tidak adanya gangguan status pernapasan:
ventilasi, yang dibuktikan oleh indicator berikut: (sebutkan 1-5:
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, tidak ada gangguan)
2. Kriteria hasil
1) Menunjukkan suatu pernapasan yang optimal pada saat
terpasang ventilator mekanis
2) Mempunyai kecepatan dan irama dan pernafasan dalam batas
normal.
3) Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk pasien.
4) Meminta bantuan pernapasan sat dibutuhkan
5) Mampu menjelaskan rencana untuk perawatan dirumah
6) Mengidentifikasi factor yang memicu ketidakefektifan pola
nafas, dan tindakan yang dapat dilakukan utuk menghindarinya.
3. Aktivitas keperawatan
a. Pengkajian
1) Pantau adanya pucat dan sianosis
2) Pantau efek obat pada status pernapasan
3) Kaji kebutuhan insersi jalan napas
4) Pemantauan pernapasan (NIC) : Pantau kecepatan, irama,
kedalaman dan upaya perapasan, Perhatikan pergerakan dada,

23
amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot aksesoris, serta
retraksi otot supraklavikular dan interkosa, Pantau
pernapasan yang berbunyi, seprti melengking atau
mendengkur, Pantau pola pernapasan: bradipnea; takipnea;
hiperventilasi; pernapasan kussmual; pernapasan Cheyne-
stokes; dan pernapasan apneastik, penapasan biot, dan pola
ataksik.
b. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1) Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik
relaksasi untuk memperbaiki pola pernapasan
2) Diskusikan perencanaan untuk perawatan di rumah, meliputi
pengobatan, peralatan pendukung, tanda dan gejala
komplikasi, yang dapat dilaporkan sumber-sumber
komunitas.
3) Diskusikan cara menghindari allergen, contoh: memeriksa
rumah adanya jamur di dinding rumah, tidak menggunakan
karpet di lantai, menggunakan filter elektronik pada alat
perapian dan AC.
4) Ajarkan teknik batuk efektif.
5) Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa tidak boleh
merorok dalam ruangan.
6) Intruksikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka harus
memberi tahu perawat pada saat kejadian ketidakefektifan
pola pernapasan.
c. Aktivitas kolaboratif
1) Konsultasikan dengan ahli terapi pernapasan untuk
memastikan keadekuatan ventilator mekanis
2) Laporkan perubahan sensori, bunyi napas, pola pernapasan,
nilai GDA, sputum, jika perlu sesuai protoko.
3) Berikan obat sesuai dengan progam atau protokol.

24
4) Berikan terapi nebulizer ultrasonic dan udara atau oksigen
yang dilembabkan sesuai progam atau protokol intisusi
d. Aktivitas lain
1) Hubungkan dan dokumentasikan semua data hasil
pengkajian (missal, sensori, suara napas, pola pernapaan,
nilai GDA, sputum, dan efek obat pada pasien)
2) Bantu pasien untuk menggunakan spirometer instensif, jika
perlu
3) Tenangkan pasien selama periode gawat napas
4) Untuk membantu memperlambat frekuensi pernapasan,
bimbing pasien menggunakan teknik pernapasan bibir
mencucu dan pernapsan terkontrol
5) Lakukan pengisapan sesuai dengan kebutuhan untuk
membersihkan secret
6) Minta pasien untuk mengubah posisi, kemudian batuk dan
napas dalam
7) Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur,
untuk menurukan ansietas dan meningkatkan perasaan
kendali
8) Pertahankan oksigen aliran rendah dengan kanul nasal,
masker atau sungkup.
9) Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernapasan,
uraikan posisi
10) Sinkronisasikan antara pola pernapasan klien dan kecepatan
ventiasi Minta pasien untuk mengubah posisi, batuk dan
napas dalam[CITATION Jud58 \p 60-63 \l 14345 ].

25
b. Resiko Perfusi serebral tidak efektif
1. Tujuan
Menunjukkan perfusi jaringan serebral yang ditunjukkan dengan
indicator (gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan)
2. Kriterial hasil:
1) Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan:
2) Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
3) Tidak ada ortostatistik hieprtensi
4) Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai
dengan:
5) Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai kemampuan
6) Menunjukkan perhatian , konsentrasi, dan orientasi
7) Memperoses informasi
8) Membuat keputusan yang benar
9) Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh
:tingkatkesadaran membaik, tidak ada gerakan-gerakan
involunter
3. Aktivitas keperawatan
Pengkajian
a. Monitor adanya paretes
b. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
c. Batasi gerakan pada kepala, leher, dan punggung
d. Monitor kemampuan BAB
e. Kolaborasi pemberian analgesik
f. Monitor adanya tromboplebitis
g. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi[ CITATION
Jud58 \p 443-445 \l 1057 ].

26
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
1. Tujuan
1) Memperliatkan Status Gizi: Asupan Makanan dan Cairan,
yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5:
tidak adekuat,sedikit adekuat, cukup adekuat, adekuat, sangat
adekuat : makanan oral, pemberian makanan lewat slang, atau
nutrisi parenteral total.
2. Kriteria hasil
1) Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat.
2) Mempertahankan berat badan dalam batas normal.
3) Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet.
4) Mempertahankan berat badan bertambah tidak harus diukur.
5) Menoleransi diet yang dianjurkan
6) Memliki nilai laboratorium (mis, transferrin, albumin, dan
elektrolit)
7) Melaporkan tingkat energy yang adekuat
3. Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
a. Pengkajian
1) Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
2) Pantau nilai laboratorium, khususnya transferrin, albumin,
dan elektrolit.
3) Manajemen nutrisi (NIC)
4) Ketahui makanan kesukaan pasien
5) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi
6) Pantau kandung nutrisi dan kalori pada catatan asupan
7) Timbang pasien pada interval yang tepat

27
a. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1) Ajarkan metode untuk perencanaan makanan
2) Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi dan
tidak majal
3) Manajemen nutrisi (NIC) : berikan informasi yag tepat
tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
b. Aktivitas kolaboratif.
1) Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan
protein yang mengalami ketidakadekuatan asupan protein
atau kehilangan protein.
2) Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan,
makanan pelengkap, pemberian makanan melalui selang, atau
nutrisi parenteral total agar asupan kalori yang adekuat dapat
dipertahankan.
3) Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan
nutrisi
4) Rujuk ke progam gizi di komunitas yang tepat, jika pasien
tidak dapat membeli makanan yang adekuat.
5) Manajemen nutrisi : tentukan, dengan melakukan kolaborasi
bersama ahli gizi, jika diperlukan, jumlah kalori dan jenis zat
gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
c. Aktivitas lain
1) Berikan perencanaan makan dengan pasien yang masuk
dalam jadwal makan, lingkungan, makan, kesukaan dan
ketidaksukaan pasien, serta suhu makanan.
2) Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesuaan
pasien di rumah.
3) Bantu pasien menulis tujuan mingguan yang realistis untuk
latihan fisik dn asupan makanan.

28
4) Anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makanan dan
latihan fisik dilokasi yang terlihat jelas dan kaji ulang setiap
hari.
5) Ketika nafsu makan disiang hari tinggi coba tawarkan
makanan dengan porsi yang besar.
6) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan.
7) Hindari prosedur invasive sebelum makan.
8) Suapi pasien, jika peril.[CITATION Jud86 \p 282-286 \l 14345 ].
d. Hipertermi
1) Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam terjadi penurunan suhu
tubuh.
2) Kriteria hasil: suhu tubuh normal 36-37,5˚C dengan tubuh
tidak teraba panas, dan haus berkurang.
3) Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan : Pantau kejang, Pantau dehidrasi
(turgor kulit, kelembapan membrane mukosa), Pantau tekanan
darah, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan.
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga :
Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur suhu untuk
mencegah dan mengenali secara dini hipertermia (sangat
panas, dan keletihan akibat panas)
Regulasi suhu (NIC)
a) Patau suhu minimal 2 jam sesuai dengan kebutuhan.
b) pasang alat pantau suhu inti tubuh kontinu, jika perlu pantau
warna kulit dan suhu
Aktivitas kolaboratif
regulasi suhu (NIC)
dengan cara memberikan obat antipiretik, jika
diperlukangunakan matras dingin atau dengan cara mandi air
hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh[ CITATION Jud86
\p 390 \l 14345 ]

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau
semua apisanselaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang
belakang, yangmenimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa. Disebabkan oleh
bakteri spesifik ataunonspesifik atau virus.Kasus meningitis harus
menciptakannya karena kondisimedis darurat. Meningitis bisa menyebabkan
septikema dan ini bisa berujung padakematian. Gejala yang biasanya
tampakkan oleh penderita Meningitis adalah sakitkepala, demam, sakit otot-
otot, dan lain-lain.
 
B. Saran
Dengan adanya makalah yang kami buat ini tentang Konsep
AsuhanKeperawatan Penyakit Meningitis diharapkan dapat memperoleh
manfaat darimakalah yang kami buat. Jika ada pengembangan yang bermanfaat
mohon untukdilayangkan pada penulis makalah ini karena masukan dari
pembaca atau bapak / ibudosen sangat mendukung demi kesempurnaan
makalah yang kami buat.

DAFTAR PUSTAKA

30
Baticaca, F. B. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Esther Chang, J. D. (2009). Patofisiologi APlikasi pada Praktik Keperawatan.


Jakarta: EGC.

Mary diGiulio dkk. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. yogyakarta: Rapha


publising.

Munir, B. (2017). Neurologi Dasar Edisi 2. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Muttaqin, A. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin., A. (2014). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A. H. (2016). Asuhan Keperawatan praktis berdasarkan penerapan


diagnosa Nanda NIC NOC. jakarta: Mediacetion.

PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat.

Widagdo, W. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Persyarafan. Jakarta: TIM.

Wilkinson., J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta.: EGC.

31

Anda mungkin juga menyukai