Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

FRAKTUR

Disusun Oleh :

1. Novita Febrianti (1440118040)


2. Wirda Tul hasanah (1440118066)

PROGRAM STUDY DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

KRIKILAN-BANYUWANGI

2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Disahkan Oleh :
Hari :
Tanggal :
Tempat : Akademi Kesehatan Rustida
Judul : ASUHAN KEPERAWTAN DENGAN FRAKTUR

Disusun Oleh :
1. Novita Febrianti (14.401.18.040)
2. Wirda Tul Hasannah (14.401.18.066)

Pembimbing Mata Kuliah,

HASWITA, S. Kp., M. Kes

KATA PENGANTAR

2
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelasaikan makalah yang berjudul “ Asuhan keperawatan dengan FRAKTUR” tepat pada
waktunya.

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk menjelaskan materi tentang fraktur.
Dengan adanya makalah ini di harapkan mahasiswa lain dapat lebih memahami tentang
fraktur. Dalam proses pembuatan makalah ini, banyak pihak yang telah membantu dan
mendukung untuk menyelesaikannya

Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, walaupun kami menyadari
masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu kami mengharapkan
saran ataupun kritik dan yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun yang lainnya.

Krikilan, 09 September 2020

Penulis

3
DAFTAR ISI

MAKALAH..........................................................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................................2
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................3
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................4
BAB I_PENDAHULUAN....................................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................5
B. BATASAN MASALAH............................................................................................................5
C. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................5
D. TUJUAN...................................................................................................................................5
BAB II_TINJAUAN TEORI.................................................................................................................7
A. DEFINISI FRAKTUR...............................................................................................................7
B. ETIOLOGI................................................................................................................................7
C. PATOFISIOLOGI.....................................................................................................................7
D. PENANMPILAN DAPAT SANGAT BERVARIASI TETAPI UNTUK ALASAN YANG
PRAKTIS, DIBAGI MENJADI BEBERAPA KELOMPOK:...........................................................9
E. MANIFESTASI KLINIK........................................................................................................10
F. PENATALAKSANAAN MEDIK...........................................................................................10
G. KOMPLIKASI.........................................................................................................................11
H. PATHWAY.............................................................................................................................12
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................13
B. Diangnosa Keperawatan..........................................................................................................16
C. Intervesi keperawatan..............................................................................................................16
D. Implementasi Keperawatan......................................................................................................22
E. Evaluasi...................................................................................................................................23
BAB III_PENUTUP............................................................................................................................24
A. KESIMPULAN.......................................................................................................................24
B. SARAN...................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................25
References...........................................................................................................................................25
LITERASI...........................................................................................................................................26

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma atau aktivitas fisik dimana terdapat
tekanan yang berlebihan pada tulang. sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan
atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan bermotor.
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik
yang bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan umum, farktur adalah patah
tulang yang disebabkankan oleh trauma atau tenaga fisik.
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak
lengkap melibatkan seluruh ketebalan tulang. Pada beberapa keadaan trauma
muskuloskeletal, fraktur dan diskolasi terjadi bersamaan.

B. BATASAN MASALAH
Batasan masalah di dalam makalah ini dibatasi pada definisi, etiologi, manifestasi
klinis, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dan asuhan
keperawatan.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi fraktur?
2. Apa etiologi fraktur ?
3. Apa manifestasi klinis fraktur ?
4. Apa klasifikasi pada fraktur ?
5. Bagaimana patofisiologi fraktur ?
6. Apa komplikasi fraktur?
7. Apa penatalaksanaan fraktur?
8. Bagaimana asuhan keperawatan fraktur?

D. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mengetahui konsep fraktur dan asuhan keperawatan dengan fraktur
2. Tujuan khusus
a. Memahami definisi fraktur

5
b. Mengetahui etiologi fraktur
c. Mengetahui manifestasi fraktur
d. Mengetahui klasifikasi fraktur
e. Memahami patofisiologi fraktur
f. Memahami apa saja komplikasi fraktur
g. Mengetahui pemeriksaan penunjang fraktur
h. Mengetahui penatalaksanaan fraktur
i. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa, dan intervensi dalam Fraktur

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI FRAKTUR
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan
oleh rudapaksa. Sedangkan menurut linda juall C.dalam buku Nursing Care Plans and
Dokumention menyebutkan bahwa fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang
disebabkan tekanan dari luar yang dating leboih besar dari yang dapat di serap oleh
tulang.

B. ETIOLOGI
1. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.
Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau
miring.
2. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat
terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam
jalur hantaran vector kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran,penekukan,penekukan dan penekanan,kombinasi dari ketiganya dan
penarikan.

C. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
tulang,maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur,periosteum dan pembuluh darah
serta saraf dalam korteks,marrow,dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga
medulla tulang. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi,eksudasi olasma dan leukosit dan infiltrasi
sel darah putih. Kejadian inilah yang dapat merupakan dasar dari proses penyembuhan
tulang nantinya.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
a. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang tergantung terhadap
besar,waktu,dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur
b. Faktor Intrinsik

7
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbs dari tekanan,elastis,kelehan,dan
kepadatan atau kekerasan tulang

1) Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat pada fragmen tulang dengan dunia
luar , disebut juga fraktur bersih (Karen kulit masih utuh)
2) Fraktur terbuka (open/compound),bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

Berdasarkan komplit atau ketidakkomplitan fraktur.


1) Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
2) Fraktur inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
seperti :
a) Hair Line Fraktur (patah retak rambut)
b) Buckle atau torus fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korterks dengan
komporesi tulang spongiosa dibawahnya.
c) Green stick fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya
yang terjadi pada tulang panjang.

Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.

1. fraktur transversal : fraktur yang arahnya melintang pada tulaang yang dan
merupakan akibat trauma anvgulasi atau langsung.dan merupakan akibat trauma
angulasi juga.
2. fraktul spiral : fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang di
sebabkan trauma rotasi .
3. fraktur kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang kea rah permukaan lain.
4. fraktul avulasi: fraktur yang di sebabkan karena trauma tarikan atau traksi otot
pada insersinya pada tulang.

Berdasarkan jumlah garis patah

1. Fraktur Komunitif : Fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan
2. Fraktur Segmental : Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan
3. Fraktur Multiple : Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama
Berdasarkan pergerseran fregmen tulang
1. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): Garis patah lengkap tetapi kedua fregmen
tidak bergeser dan perisosteum masih utuh

8
2. Fraktur Displaced (bergeser): Terjadi [ergeseran fregmen tulang yang juga
disebut lokasi fragmen,terbagi atas :
a. Dislokasi ad longitudinam cun contracionum (peregeseran searam sumbu)
b. Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk diri sendiri)
c. Dislokasi ad latus (pergerseran dimana kedua fragmen saling menjauh)

D. PENANMPILAN DAPAT SANGAT BERVARIASI TETAPI UNTUK ALASAN


YANG PRAKTIS, DIBAGI MENJADI BEBERAPA KELOMPOK:

Beberapa sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).


1) Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat pada fragmen tulang dengan dunia luar ,
disebut juga fraktur bersih (Karen kulit masih utuh)
2) Fraktur terbuka (open/compound),bila terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

Berdasarkan komplit atau ketidakkomplitan fraktur.


1) Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
2) Fraktur inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti :
a) Hair Line Fraktur (patah retak rambut)
b) Buckle atau torus fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korterks dengan
komporesi tulang spongiosa dibawahnya.
c) Green stick fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya
yang terjadi pada tulang panjang.

Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.

1. fraktur transversal : fraktur yang arahnya melintang pada tulaang yang dan
merupakan akibat trauma anvgulasi atau langsung.dan merupakan akibat trauma
angulasi juga.
2. raktul spiral : fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang di sebabkan
trauma rotasi .
3. fraktur kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong
tulang kea rah permukaan lain.
4. fraktul avulasi: fraktur yang di sebabkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang.

Berdasarkan jumlah garis patah

1. Fraktur Komunitif : Fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan
2. Fraktur Segmental : Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan
3. Fraktur Multiple : Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang
yang sama

9
Berdasarkan pergerseran fregmen tulang
1. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): Garis patah lengkap tetapi kedua fregmen
tidak bergeser dan perisosteum masih utuh.
2. Fraktur Displaced (bergeser): Terjadi [ergeseran fregmen tulang yang juga disebut
lokasi fragmen,terbagi atas :
a. Dislokasi ad longitudinam cun contracionum (peregeseran searam sumbu)
b. Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk diri sendiri)
c. Dislokasi ad latus (pergerseran dimana kedua fragmen saling menjauh)

Berdasarkan posisi fraktur


1. 1/3 proksimal.
2. 1/3 medial
3. 1/3 distal
Fraktur Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang
Frakttur patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang
Pada Fraktur Tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan
lunak sekitar trauma,yaitu
a. Tingkat 0 : Fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya
b. Tingkat 1 : Fraktur dengan absarpsi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan
c. Tingkat 2 : Fraktur yang leboih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan
d. Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement.

E. MANIFESTASI KLINIK
1. Deformitas
2. Bengkak/edema
3. Echimosis (memar)
4. Spasme Otot
5. Nyeri
6. Hilang sensasi
7. Krepitasi
8. Pergerakan abnormal
9. Rontgen abnormal

F. PENATALAKSANAAN MEDIK
a. Fraktur terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan
disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8jam.
b. Seluruh Fraktur
1. Rekognisis/ pengenalan

10
Riwayat kejadian harus jelas untuk menentukan diagnose dan tindakan se
Menghindari antropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala upaya di arahkan
pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi

G. KOMPLIKASI
1. Komplikasi awal
a. Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun,sianosis bagian distal,hematoma yang lebar,dan dingin pada
ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan
posisi pada yang sakit,tindakan reduksi,dan pembedahan
b. Kompartement sindrom
Fat embolism syndrome adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus
fraktur tulang panjang
c. Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi di mulai pada kulit (superficial) dan masuk kedalam.
d. Avasjuker Nekrosis
Terjadi karena aliran darah ketulang rusak atau terganggu yang bisa
menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkaman’s Ischemia
e. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi(bergabung) sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan
karena penurunan supai darah ketulang
b. Nonunion
Merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan
yang lengkap,kuat,dan stabil setelah 6-9 bulan.
c. Malunion
Merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat
kekuatan dan perubahan bentuk. Malunion dilakukan dengan pembedahan dan
reimobilisasi yang baik lanjutnya.
3. Reduksi/ manipulasi/ reposisi
Upaya untuk memanipulasi fregmen tulang sehingga kembali seperti semula secara
optium. Dapat juga diartikan reduksi fraktur adalah mengembalikan fregmentulang
pada kesejajaranya dan rotasfanatomis
4. Retensi/immobilisasi
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti
semula secara optimum
5. Rehabilitasi

11
Menghindari antropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala upaya di arahkan
pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi.

H. PATHWAY

1.
Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis

fraktur

Diskontinuitas tulang Pergeseran fragmen tulang Nyeri akut

Perub jaringan sekitar

Pergeseran fragmen tulang Spame otot Tekanan sumsum tulang


lebih tinggi dari kapiler

Deformitas Peningkatan tek kapiler


Melepaskan katekolamin
sssss Pelepasan histamin
Ggn fungsi ekstermitas
Metabolisme asam lemak

Kerusakan mobilitas fisik Protein plasma menghilng


Bergabung dengan trombosit
Edema
Laserasi kulit
Emboli
Penekanan pembuluh
darah
Menyumbat pembuluh darah

Putus vena/arteri Kerusakan Ketidakefektifan perfusi jaringan


integritas kulit perifer
resiko infeksi
perdarahan

Kehilangan volume cairan Resiko syok (hipovolemik)


12
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Kaji tingkat kesadaran GCS
a. Data pasien
b. Keluhan Umum
Pasien tidak dapat melakukan peregrakan, dan merasakan nyeri pada area
fraktur, rasa lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kapan pasien mengalami fraktur dan bagian tubuh mana yang terkena
d. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Apakah pasien pernah mengalami penyakit tertentu yang dapat mempengaruhi
penyakit sekarang
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah anggota keluarga pasien memiliki penyakit keturunan yang mungkin
akan mempengaruhi kondisi sekarang
f. Riwayat Psikososial
Konsep diri pasien imobilisasi mungkin terganggu karena ini kaji gambaran
diri,harga diri, dan identitas diri serta interaksi pasien dengan anggota
keluarganya maupun dengan lingkungan tempat tinggalnya
g. Aktivitas / Istirahat
Keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin
segera,fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan
jaringan,nyeri)
h. Sirkulasi
Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas) atau
hipotensi (kehilangan darah) penurunan/ tidak ada nadi pada bagian distal yang
cidera,pengisi kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena, pembengkakan
jaringan atau massa hematoma pada posisi cidera
i. Neurosensori
Gejalanya hilanngnya gerakan/sensasi, spasme otot,kebas/kesemutan
j. Nyeri/kenyamanan
Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan/kerusakan tulang dapat berkurang pada imobilisasi) tak adanyeri
akibbat kerusakan syaraf spasme/kram otot , untuk memperoleh pengkajian
yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan PQRST
P= Provoking Incident : Apakah ada peristiwa yang mejadi factor memperbesar
atau factor memperingan/mengurangi rasa nyeri
Q= Quality Of Pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar,berdenyu,menusuk
Region = Radiation : apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau
menyebar dan dimana rasa sakit itu terjadi

13
S= Severty of Pain : Severapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya
T= Time: Berapa lam nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari

2. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran
Kesadaran pasien biasanya tergantung dari baik buruknya kondisi pasien
saat terjadi fraktur : apatis, koma, sopor, gelisah, komposmentis. [ CITATION
Kho13 \l 1057 ]
b) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun
bentuk.[ CITATION Kho13 \l 1057 ]
2) Body system
a) Sistem integumen : terdapat eritema, suhu sekitar daerah trauma meningkat,
bengkak, oedema, nyeri tekan
b) Kepala : tidak ada gangguan yaitu : simetris, tidak ada penonjolan, tidak
ada nyeri kepala
c) Leher : tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada
d) Wajah : wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk, tidak ada lesi, simetris, tidak oedema
e) Mata : tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak
terjadi perdarahan)
f) Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi
atau nyeri tekan
g) Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung
h) Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat
i) Thoraks : tidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris
j) Paru :
 Inspeksi : pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru
 Palpasi : pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama
 Perkusi : suara sonor, tidak ada redup atau suara tambahan lainnya
 Auskultasi : suara nafas normal, tidak ada whezzing atau suara
tambahan lainnya seperti stridor atau ronkhi
k) Jantung
 Inspeksi : tidak tampak iktus jantung
 Palpasi : nadi meningkat, iktus tidak teraba
 Auskultasi : suara s1 dan s2 tunggal, tidak ada mur-mur
l) Abdomen :

14
 Inspeksi : bentuk datar, simetris, tidak ada hernia
 Palpasi : turgor baik, tidak ada defands muskuler (nyeri tekan pada
seluruh lapang abdomen), hepar tidak teraba
 Perkusi : suara tympani, ada pantulan gelombang cairan
 Auskultasi : peristaltik usu normal ± 20x/menit
m) Inguinal-Genetalia-Anus
Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitan BAB

3) Pola fungsi kesehatan


a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketakutan akan terjadinya kecacatan pada
dirinya dan harus menjalani penetalaksanaan kesehatan untuk membantu
penyembuhan tulangnya.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-
harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit c dan lainnya untuk membantu
proses penyembuhan tulang.
c) Pola eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu juga di kai frekuensi, konsistensi, warna serta bau
feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri di kaji
frekuensi, kepekatannya, warna, bau dan jumlah.
d) Pola tidur dan istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini
dapat menganggu pola dan kebutuhan tidur klien.
e) Pola aktivitas
Karena timbulnya rasanyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu
oleh orang lain.
f) Pola hubungan dan peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat. Karena klien
harus menjalani rawat inap
g) Pola persepsi dan konsep diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan
kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang
salah
h) Pola sensori dan kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal
fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan, begitu juga
kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selian itu juga, timbul rasa nyeri
akibat fraktur
i) Pola reproduksi seksual

15
Dampak pada pasien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan
seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa
nyeri yang di alami klien
j) Pola penanggulangan stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya yaitu,
ketakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya, sehingga
mekanisme koping yang di tempuh klien bisa tidak efektif
k) Pola tata nilai dan keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan
baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa di sebabkan karena
nyeri dan keterbatasan gerak klien

B. Diangnosa Kepperawatan
1. Pre Operasi
a. Perubahan Perfusi jaringan perfier berhubunngan dengan trauma pembuluh
darah atau kompresi pada pembuuluh darah
b. Kerusakan integritas kulit beruhubungan dengan fraktur terbuka pemasangan
traksi(pen,kawat,sekrup)
c. Gangguan mobilitas fisik berubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler
nyeri, tetapi reskiratif
d. Nyeri akut berhubungan dengan spassme otot gerakan fregmen tulang edema
cedera jariingan lunak
e. Resiko ketidakseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan pendarahan
f. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan
2. Post Operasi
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuscular
nyeri, terapi reskiratif
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi pemasangan gips
c. Nyeri akut b/d gerakan spasme tulang, nyeri otot,edema cedera jaringan lunak
d. Resiko infeksi b/d ketidak seimbangan pertahanan primer (kerusakan kulit,
trauma jaringan lunak)
e. Kerusakan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (gips,pen)
f. Gangguan body image b/d perubahan pada anggota tubuh pasca post operasi

C. Intervesi keperawatan
Pre operasi
1. Perubahan perfusi jaringan perfier b/d trauma pembuluh darah atau kompresi pada
pembuluh darah
Tujuan&Kriteria hasil
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi perubahan
Perfusi jaringan
Perfusi jaringan, dengan kriteria hasil :
a. Individu akan mengidentifikasi factor-factor yang meningkatkan sirkulasi perfier
melalporkan penurunan dalam nyeri

16
Intervesi Keperawatan :
a. Kaji adanya/ kualitas nadi perfier distal terhadap cidera melalui palpasi/doopler
Rasional : Penurunan tidak adanya nadi dapat menggarmbarkan cidera vascular
dan perlunya evaluasi medic segera terhadap status sirkulasi
b. Kaji aliran kapiler warna kulit dan kehangatan distal pada fraktur
Rasional : Kembalinya warn aharus cepat 3-5 detik warna kulit putih
menunjukkan gangguan kulit arterial sianosis diduga ada gangguan
c. Lakukan pengkajian neoromuskuler perhatikan perubahan fungsi motor/sensori.
Minta pasien untuk melokalisasi nyeri
Rasional : Gangguan perasaan kebas, kesemutan,peningkatan/penyebaran nyeri
bila terjadi sirkulasi syaraf tidak adekuat atau syaraf pusat
d. Kaji jaringan sekitar akhir gips untuk titik yang kasar/tekanan selidiki keluhan
“rasa terbakar” dobawah gips
Rasional : Mengiindisikasn tekannan jaringan/iskimeal menimbulkan
kerusakan/nekrosis
e. Awasi posisi/loksdi cinci
Rasional : alat traksi menyebabkan tekanan pada pembuluh darah/syaraf
2. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan fraktur terbuka pemasangan traksi
(pen, kawat,sekrupi)
Tujuan&Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan integritas kulit pasien normal
dnegan kriteria hasil :
Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang menunjukkan perilaku teknik untuk
mencegah kerusakan kulit/ memudahkan penyembuhan sesuai indikasi mencapai
penyembuhan luka sesuai waktu penyembuhan lesi terjadi
Intervensi Keperwatan
a. Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman (keirng,bersih,alat tenun
kencang,bantalan bawah siku,tumit) \
Rasional : menurunkan resiko kerusakan/abrasi kulit yang lebih luas
b. Masase kulit terutama daerah penonjolan tulang dan area distal bebat/gips
Rasionall : meningkatkan sirkulasi perfier dan meningkatkan kelemasan kulit dan
otot terhadap tekanan yang relative konstan pada imbolisasi
c. Lindungi kulit dan gips pada daerag perianal
Rasional : mencegah gangguan integritas kulit dan jaringan akibat kontaminasi
fekal
d. Obeservasi keadaan kulit penekanan gips/beba terhadap kulit,inserasi pen/traksi
Rasional : menilai perkembangan masalah klien
3. Gangguan mobilitas fisik beruhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler
nyeri tetapi restriktif (imobilisasi)
Tujuan&Kriteria
Setelah dilakukan keperawatan diharapkan moblitas fisik klien optimal dengan
kriteria hasil :
Klien dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkkat paling tinggi
yang mungkin dapat mempertahankan posisi fungsional meningkatkan kekuatan/

17
fungsi sakit dan mengkomperasi bagian tubuh, menunjukkan tehnik yang
memampukan melakukan aktivitas
Intervesi Keperawatan
a. Perubahan pelaksanaan aktivitas rekreasi teraupetik (radio,Koran,kunjungan
teman/keluarga) sesuai keadaan klien
Rasional : memfokkuskan perhatian meningkatkan rasa control diri/harga diri
membantu menurunkan isolasi social
b. Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang
sehat sesuai keadaan klien
Rasional : meningkatkan sirkulasi darah musculoskeletal,mempeprtahankan tonus
otot mempertahankan gerak sendi,mencegah kontraktuur/atrofi dan mencegah
reabsrobsi kalsium karena imobilisasi
c. Berikan papan penyangga kaki,gulungan sesuai indikasi
Rasional : mempertahankan posisi fungsional ekstremitas
d. Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi)sesuai keadaan klien
Rasional : meningkatkan kemandirian klien dalm perawatan diri sesuai kondisi
keterbatasan klien
4. Nyeri akut b/d spasme otot gerakan fregmen tulang edema cedera jaringan lunak
Tujuan&Kriterian hasil
Setelah dilakukam keperawatan diharapkan klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
dengan kriteria hasil :
Menunjukkan tindakan santai mampu beraktvitas,tidur,istirahat dengan tepat
Menunjukkan penggunaan ketrampilan relaksasi dan aktivitas trapeutik sesuai indikasi
untuk situasi individual
Intervensi Keperawatan
a. Pertahankan bagian yang sakit dengan tirah baring
Rasional mengurangi nyeri dan mencegah malformasi
b. Tinggikan posiso ekstremitas yang terkena
Rasional meningkatkan aliran balik vena,mengurangi edema/nyeri
c. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif
Rasional mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi vaskuler
d. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan
e. Rasional meningkatkan sirkulasi umum,menurunkan area tekanan local dan
kelelahan oto
f. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri(latihan nafas dalam,imajinasi
visual)
Rasional mengalihkan perhatian terhadap nhyeri, meningkatkan control terhadap
nyeri yang mungkin berlangsung lama
g. Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan
Rasional menurunkan edema dan mengurangi rasa nyeri
h. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
Rasional menurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang nyeri
baik secara sentral maupun perfier

18
i. Evaluasi keluhan nyeri (skala,petunjuk verbal dan non verbal perubahan tanda
tanda vital)
Rasional menilai perkembangan masalah klien
5. Resiko ketidak seimbangan cairan elektrolit b/d pendarahan
Tujuan&Kriteria Hasil
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan volume cairan pasien
adekuat,kriteria hasil :
Ciran dalam tubuh klien kembali normal
Intervensi Keperawatan
a. Rerncakanan tujuan masukan cairan untuk setiap pergantian (missal 1000ml
selama siang hari,800ml selama sore hari,300ml selama malam hari)
Rasional diteksi dini memungkingkan tetapi pergantian cairan segera untuk
memperbaiki deficit
b. Jelaskan tentang alsan-alasan untuk mempertahankan cairan yang adekuat dan
metoda-metoda untuk mecapai tujuan masukkan cairan
Rasional Informasi yang jelas akan meningkatkan kerja sama klien untuk terapi
6. Ansietas b/d prosedur pembedahan
Tujuan&kriteria hasil
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapakan cemas pasien berkurang kriteria
hasil:
Pasien menggunakan mekanisme koping yang efektif
Intervensi keperawatan
a. Kaji tingkat kecemasan klien (ringan,sedang,berat)
Rasional untuk mengetahui tingkat kecemasan klien
b. Damping kllien
Rasional agar klien merasa aman dan nyaman
c. Beri support system dan motivasi klien
Rasional meningkatkan pola koping yang efektif
d. Beri dorongan spiritual
Rasional agar klien dapat menerima kondisi saat ini
e. Jelaskan jenis prosedur dan tindakan pengobatan
Rasional informasi yang lengkap dapat mengurangi ansietas klien
Post Operasi
1. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler,nyeri,terapi resriktif
Tujuan &kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatn diharapkan mobilitas fisikklien
normal,dengan criteria hasil :
Klien dapat meningkatkan mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi
yang mungkin dapat mempertahankan posisi fungsional meningkatkan
kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensai bagian tubuh menunjukkan tehnik
yang memampukan melakukan aktivitas
Intervensi Keperawatan
a. Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik(radio,Koran) sesuai
keadaan klien

19
Rasional memfokuskan perhatian meningkatkan rasa peercaya
diri/hargadiri/control diri membantu menurunkan isolasi social
b. Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit
Rasional meningkatkan sirkulasi darah muskuloskletal
c. Berikan papan penyangga kaki gulungan trokanter/tangan sesuai indikasi
Rasional mempertahankan posisi fungsional ekstremitas
d. Bantu dan dorong perawatan diri sesuai keadaan klien kita
Rasional memingkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai
kondidi keterbatasan klien
e. Ubah posisi secara periodic sesuai keadaan klien
Rasional menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapasan
f. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi
Rasional kerja sama dengan fisioterapi perlu untuk menyusun program
aktivitas fisik secara individual
2. Intoleransi aktivitas b/d imobilisasi pemasangan gips
Tujuan& kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien memiliki cukup energy
untuk berkaktifitas dnegan kriteria hasil:
- Klien menampakkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhhan diri
- Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan bebrapa aktivitass tanpa
dibantu
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainnya
Intervensi keperawatan
a. Rencanakan periode istirahat yang cukup
Rasional mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan dan energy terkumpul
dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secara optimal
b. Berikan latihan aktivitas secara bertahap
Rasional tahap tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara
perlahan dengan menghemat tenaga namuntujuan yang tepat mobilisasi dini
c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan
Rasional mengurangi pemakaian energy sampai kekuatan psien pulih
d. Setelah latihan dan aktivitas kaji respon pasien
Rasional menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubbuh sebagau
akibat dari latihan
3. Nyeri akut b/d spasme otot gerakan fregmen tulang edema
Tujuan&kriteria hasil
Setelah dilakukan keperawatan diharapkan klien dapat mengattakan nyeri
berkurang atau hilang dengan kriteria hasil :
- Menunjukkan tindakan santai mampu berpartisipasi dalam beraktivitas tidur
dan istirahat dengan cepat
- Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas traeputik sesuai
indiksi untuk situasi individual
Intervensi keperawatan
a. Pertahankan bagian yang sakit dengan tirah baring

20
Rasional mengurangi nyeri dan menvegah malformasi
b. Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena
Rasional meningkatkan aliran balik vena mengurangi edema/nyeri
c. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif
Rasional mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi vaskuler
d. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan
Rasional meningkatkan sirkulasi umum menurunkan area tekanan local dan
kelelahan otot
e. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri latihan napas dalam imajinasi
visual
Rasional mengalihkan perhatian terhadap nyeri meningkatkan control terhadap
nyeri yang mungkkin berlangsung lama
f. Lakukan kompres dingin selama fse akut
Rasional menurunkan kan mengurangi rasa nyeri
g. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
Rasional menurunkan nyeri melalui mekanisme rangsang nyeri baik secara
sentral maupun perfier
h. Evaluasi keluhan nyeri sklaa,petunujuk verbal,nonverbal
Rasional menilai masalah perkembangan klien
4. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerussakan primer
jarinngan lunak)
Tujuan&kriterian hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mencapai
penyembuhanluka sesuai waktu
Intervensi Keperawatan
a. Lakukan perawatan pen steril dan perawatan luka sesuai protocol
Rasional mencegah infeksi sekunder dan mempercepat penyembuhan luka
b. Ajarkan klien untuk mempertahankan steriliasi pen
Rasional meminimalkan kontaminasi
c. Kolaborasi pemberian antibiotika dan toksoid tetanus sesuai indikasi
Rasional antibiotika spectrum luas atau spesifik dapat digunakan secra
profilaksis mencegah atau mengatasi infeksi
d. Obeservasi tanda tanda peradangan local
Rasional mengevaluasi perkembangan masalah klien
5. Kerusakan integrutas kulit b/d fraktur terbuka
Tujuan&kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan integritas kulit pasien normal
dengan kriteria hasil :
- Klien mengatakan ketidak nyamanan hilang menunjukan tehnik untuk
menvegah kerusakan kulit
Intervensi keperawatan
a. Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman (kering bersih alat tenun
kencang)
Rasional menurunkan resiko kerusakan/abrasi kulit yang lebih luas

21
b. Masase kulit terutama daerah penonjolan tulang dan area bebat/gips
Rasional meningkatkan sirkulasi perfier dan meningkatkan kelemasan kulit
dan otot terhadap tekanan yang relative konstan pada imobilisasi
c. Lindungi kulit dan gips pada daerah perianal
Rasional mencegah gangguan integritas kulit dan jaringan akibat kontaminasi
fekal
d. Observasi keadaan kulit penekanan gips/bebat terhadap kulit nsersi pen
Rsional menilai perkembangan masalah klien
6. Gangguan body image b/d perubahan pada anggota tubuh pasca post operasi
Tujuan&kriteriahasil
Setelah dilakuukan tindakan keperawwatan diharapakan klien dapat menerima
situasi dengan realitas dengan kriteria hasil
- Mulai menunjukkan adaptasi dan menyatakan penerimaan pada situasi diri
- Mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat
tanpa harga diri negative
- Membuat rencana nytaa untuk adaptasi peran baru/perubahan peran
Intervensi Keperawatan
a. Dorong kliern untuk mengekspresikan ketakukatan perasaan negative dan
perubahan bagian tubuh
Rasional ekspresi emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan dan
realita hidup
b. Beri pengetahuan informasi pasca operasi harapan tindakan operasi termasuk
control nyri dan rehabilitas
Rasional memberikan kesempatan untuk menanykan dan mengasimilasi
infromasi dan mulai menerima perubahan golongan gambaran diri
c. Kaji derajat lingkungan yang ada
Rasional dukungan yang cukup dari orang terdekat dapat membantu proses
rehabilitasi
d. Diskusikan peresepsi psien tentang diri dan hubungannya dengan peurbahan
dan bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/peran fungsi yang biasa
Rasional membantu mengartikan maslah sehubungan dengan pola hidup
sebelumnya dan membantu pemecahan masalah sebagai contoh takut
kehillangan mandirian kemampuan bekerja dan sbagainya
e. Dorong partisipasi dalm kegiatan sehari-hari
Rasional meningkatkan kemandirian dan meningkatkan perasaan harga diri
f. Berikan lingkungan yang teruka pada pasien untuk mmendiskusikan masalah
Rasional meningkatkan pernyataan keyakinan/nilai tentang subjek positif dan
mengidentifikasi kesalahan konsep/mitos yang dapat mempengarui penialaian
situasi

D. Implementasi Keperawatan
1. Pre operasi
a. Nyeri akut
1) Pertahankan bagian yang sakit dengan tirah baring

22
R / untuk mengurangi nyeri
2) Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena
R/ untuk mengurangi nyeri
3) Lakukan dan awasi latihan gerak pasif
R/ untuk melatih bagian tubuh agar tidak kaku
4) Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan
R/ untuk mengurangi nyeri
5) Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri(latihan nafas dalam,imajinasi
visual)
R/ untuk mengurangi nyeri
6) Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai
keperluan
R/ untuk mengurangi nyeri
7) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
R/ untuk mengurangi nyeri
8) Evaluasi keluhan nyeri (skala,petunjuk verbal dan non verbal perubahan tanda
tanda vital)
R/ untuk mengetahui sejauh mana nyeri nyeri dirasakan
2. Post operasi
a. Kerusakan integritas kulit
1) Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman (kering bersih alat tenun
kencang)
R/ untuk memberikan kenyamanan dan keamanan pada pasien
2) Masase kulit terutama daerah penonjolan tulang dan area bebat/gips
R/ untuk mrngurangi kekakuan dikulit
3) Lindungi kulit dan gips pada daerah perianal
R/ u
4) Observasi keadaan kulit penekanan gips/bebat terhadap kulit nsersi pen
R/untuk mengetahui kelembaban kulit

E. Evaluasi
Pre operasi
Dx 1 = Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan
Dx 2 = Klien mengatakan ketidak nyamanan hilang menunjukkan perilaku tehnik untuk
mencegah kerusakan kulit memudahkan penyembuhan sesuai indikasi
Dx 3 = Klien dapat menerima situasi dengan realitas
Dx 4 = Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
Dx 5 = Kebutuhan volume cairan pasien yang adekuat
Dx 6 = Cemas pasien berkurang.
Post Operasi

23
Dx 1 = Klien dapat meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
dapat mempertahankkan posisi fungsional
Dx 2 = Pasien memiliki cukup energy untuk beraktifitas
Dx 3 = Klien mengatakan bahwa nyeri berkurang/hilang
Dx 4 = Tidak tejadi infeksi
Dx 5 = Klien mengatakan ketidak nyamanan hilang
Dx 6 = Mulai menunjukkan adaptasi dan menyatakan penerimaan pada situassi diri

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

24
Fraktur adalah kondisi tulang yang patah atau terputus sambungannya akibat
tekanan berat. Tulang merupakan bagian tubuh yang keras, namun jika diberi gaya
tekan yang lebih besar daripada yang dapat diabsorpsi, maka bisa terjadi fraktur. Gaya
tekan berlebihan yang dimaksud antara lain seperti pukulan keras, gerakan memuntir
atau meremuk yang terjadi mendadak, dan bahkan kontraksi otot ektrem. (Brunner
dan Suddarth,2002).

B. SARAN
Di harapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep asuhan kepeerawatan
dengan klien fraktur dengan semaksimal mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

References
Kholid Rosyidi MN, S. (2014). Mukuloskeletal. CV. TRANS INFO MEDIA.

25
muskuloskeletal. (2014). Kholid Rosyidi MN, S.Kep,Ns. CV. TRANS INFO MEDIA.

Ningsih, L. d. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta: Salemba Medika.

Noor, Z. (2016). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

NS.Umi Istianah, M. (2014). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal.
yogyakarta: PUSTA BARU PRESS.

LITERASI

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

Anda mungkin juga menyukai