Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE

Disusun oleh:
Kelompok 5

1. May Dilla Faridayanti (14.401.17.059)


2. Nafiah Darmawati (14.401.17.062)
3. Nelin Rosa Sena (14.401.17.063)
4. Sabilillah (14.401.17.076)
5. Sri Kanti (14.401.17.081)
6. Taufiqur Rahman (14.401.17.082)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
2019
KATA PENGATAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Anak Dengan Diare” serta dapat penulis selesaikan dengan baik sebagai persyaratan tugas
mata kuliah Keperawatan Anak.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis harapkan dan
semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca serta perkembangan
ilmu keperawatan pada umumnya.

Banyuwangi, 15 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ...........................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................2
1.3 Tujuan ..............................................................................2
1.4 Manfaat ............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit................................................................3
2.1 Pengertian ........................................................................3
2.2 Etiologi ............................................................................3
2,3 Patofisiologi .....................................................................4
2.4 Pathway............................................................................6
2.5 Manifestasi Klinis ............................................................7
2.6 Klasifikasi ........................................................................9
2.7 Komplikasi .......................................................................9
2.8 Pemeriksaan Penunjang ...................................................10
2.9 Penatalaksanaan ...............................................................10
B. Konsep Asuhan Keperawatan............................................11
Pengkajian...........................................................................11
Diagnosa Keperawatan.......................................................15
Intervensi............................................................................19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................24
3.2 Saran ................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampai saat ini penyakit diare menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara
berkembang. Survei Kesehatan nasional tahun 2006 menempatkan diare pada posisi
tertinggi kedua sebagai penyakit paling berbahaya pada anak. Pada umumnya kasus
diare pada anak mengalami keterlambatan dalam penanganan yang dapat
menyebabkan kurangnya cairan dan elektrolit dalam tubuhnya dan jika di biarkan
akan menyebabkan kematian (Adisasmito, Wiku : 2007).
Di dunia sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare, sebagian
kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Menurut WHO tahun 2005,di negara
berkembang pada tahun 2003 di perkirakan 1,87 juta anak balita meninggal karena
dire, 8 dari 10 kematian tersebut pada umur 2 tahun. Rata – rata anak usia 3 tahun di
negra berkembang mengalami episode diare 3kali dalam setahun ( Rachman, Rizky
Alhuda, dkk : 2013).
Berdasarkan hasil survei sub Direktorat Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan (ISP)
direktorat jendral pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan (P2PL)
Kementrian kesehatan RI, angka kesakitan diare tahun 2010 adalah 411 per 1.000
penduduk, sedangkan pada tahun 2012 sebesar 214 per 1.000 penduduk. Dan
berdasarkan hasil riset kesehatan. Dasar (RISKESDAS) TAHUN 2007, diare
merupakan penyebab kematian nomor empat (13,2 %) pada semua umur dalam
kelompok penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomorsatu pada post
neonatal (31,4 %) dan pada anak balita juga berdasarkan data kasus diare menurut
kabupaten / kota di jawa timur yaitu banyuwangi pada tahun 2012 di temukan
penyakit ini sebanyak 66,42 % (profil kesehhatan provinsi jawa timur tahun : 2012 )
sedangkan angka kesakitan anak yang di rawatdi RSUD. Genteng pada tahun 2013
yaitu mencapai 286 orang.
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor di
antaranya faktor infeksi, adanya tokin bakteri, faktor malabsorbsi serta faktor
psikologis. Dari keempat faktor tersebut mengakibatkan fungsi usus gagal dalam
mengabsorbsi cairan dan elektrolit sehingga berakibatkan tekanan osmotik meningkat
dan menyebabkan pergeseran air dan elektrolit yang dapat meningkatkan isi rongga

1
usus sehingga terjadilah diare yang terus – menerus tanpa mendapatkan penanganan
yang baik akan menyebabkan timbulnya dehidrasi (Aziz,alimul : 2005).
Prinsip perawatan diare yaitu dengan pemberian cairan rehidrasi dilakukan
berdasarkan tingkat atau derajat dehidrasi. Apabila terjadi dehidrasi ringan sampai
sedang dapat di lakukan rehidrasi secara oral, kemudian meningkatkan pemberian
makanan untuk anak yang mudah di cerna seperti pisang, nasi, roti, dan ASI,
pemberian oralit juga di berikan serta obat – obatan anti sekresi (Aziz, alimul : 2005).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah bagaimana
asuhan keperawatan pada anak dengan diare?
1.3 Tujuan
a. Tujuan umum
Setelah menyelesaikan tugas ini mahasiswa mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Diare pada anak.
b. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu menyusun pengkajian pada pasien dengan Diare pada anak
b) Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa pada pasien dengan Diare pada
anak
c) Mahasiswa mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Diare pada anak
1.4 Manfaat
1. Teoritis
a. Memahami Konsep Diare
b. Memahami Konsep Asuhan Keperawatan Diare
2. Praktis
Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan bagaimana Menentukan
pengkajian, diagnosa, perencanaan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Diare


1. Pengertian Diare
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair ( setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/ 24 jam. Definisi lain memakai
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari. Buang air besar
tersebut dapat/ tanpa disertai lendir dan darah. (Amin, Hardhi,2013)
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya perubahan bentuk
konsentrasi tinja yang melembek sampai dengan cair dengan frekuensi lebih dari
lima kali sehari. Diare dapat merupakan penyakit yang sangat akut dan berbahaya
karena sering mengakibatkan kematian bila terlambat penanganannya (Pudiastuti,
2011).
2. Etiologi
Menurut (Amin, Hardhi,2013) penyebab diare dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Diare akut
Virus, protozoa; Glardia lambdila, Entamoeba hystolitica; bakteri: yang
memproduksi enterotoksin ( S aureus, C perfringens, E coli, V cholera, C
difficile) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa usus ( Shingella,
Salmonella sp, Yersinia), iskemi intestinal, inflammatory Bowel Disease
(acute on chronic), colitis radiasi
2) Diare kronik
Umumnya diare kronik dapat dikelompokan dalam 6 kategori pathogenesis
terjadinya
a) Diare osmotic
b) Diare sekretonik
c) Diare karena gangguan motilitas
d) Diare inflamatorik
e) Malabsorbsi
f) Infeksi kronik

3
3. Patofisiologi
Gangguan osmotik akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Mukosa
usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan
cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan
ekstraseluler. Diare terjadi jika bahan yang secara osmotic dan sulit diserap.
Bahan tersebut berupa larutan isotonik dan hipertonik. Larutan isotonik, air dan
bahan yang larut didalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare.
Bila substansi yang diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air, dan elektronik akan
pindah dari cairan ekstraseluler kedalam lumen usus sampai osmolaritas dari usus
sama dengan cairan ekstraseluler dan darah,sehingga terjadi pula diare. Gangguan
sekresi akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Akibat rangsangan
mediator abnormal misalnya enterotoksin, menyebabkan villi gagal mengabsorbsi
natrium, sedangkan sekresi klorida disel epitel berlangsung terus atau meningkat.
Hal ini menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus mengeluarkannya
sehingga timbul diare. Diare mengakibatkan terjadinya: (1) Kehilangan air dan
elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis
metabolik dan hypokalemia. (2) Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan
hipovolemik atau prarenjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai
dengan muntah, perpusi jaringan berkurang sehingga hipoksia dan
asidosismetabolik bertambah berat, kesadaran menurun dan bila tak cepat diobati
penderita dapat meninggal. (3) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan
yang berlebihan karena diare dan muntah. Kadang-kadang orang tuanya
menghentikan pemberian makanan karena takut bertambahnya muntah dan diare
pada anak atau bila makanan tetap diberikan dalam bentuk diencerkan.
Hipoglikemia akan sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah menderita
malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat badan, sehingga akibat
hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat menyebabkan kejang dan koma.

4
Gangguan motilitas usus mengakibatkan iperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare.
Sebaliknya bila peristaltic usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Patogenesis diare akut
adalah: (a) Masuknya jasad renik yang msih hidup kedalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung. (b) Jasad renik tersebut berkembang
biak (multiplikasi) didalam usus halus. (c) Oleh jasad renik dikeluarkan toksin
(toksin Diaregenik). (d) Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare. Patogenesis Diare kronis: Lebih kompleks
dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit,
malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain. (C.L Betz & L.A Sowden, 2010)

5
Patway

Infeksi makanan Psikologi

Berkembang diusus Toksis tak dapat diserap Ansietas

Hipersekresi air & Malabsorbsi


hiperperistaltik kh,lemak,protein
elektrolit

Penyerapan makanan Mening tekanan osmotik


Isi usus
diusus menurun

Pergeseran air &


elektrolit

Diare

Frekuensi BAB meningkat Distensi abdomen

Hilang cairan & Gangguan integritas Mual muntah


elektrolit berlebih kulit perianal

Gangguan Asidosis metabolik Nafsu makan menurun


keseimbangan cairan
& elektrolit
Sesak
Ketidakseimbangan
Dehidrasi nutrisi kurang dari
Gangguan kebutuhan tubuh
pertukaran gas

Kekurangan volume Resiko syok


cairan (hipovolemi)

(Amin, Hardhi,2013, hal: 129)

6
4. Manifestasi Klinis
1. Diare akut
a) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
b) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas- gas dalam perut, rasa
tidak enak, nyeri perut
c) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
d) Demam
2. Diare Kronik
a. Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
b. Penurunan BB dan nafsu makan
c. Demam indikasi terjadi infeksi
d. Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah
( Yuliana elin, 2009 ).
2.1 Tabel Bentuk Klinis Diare
Diagnose Didasarkan pada keadaan
Diare cair akut 1. Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung
kurang dari 14 hari
2. Tidak mengandung darah
Kolera 1. Diare air cucian beras yang sering ada
banyak dan cepat menimbulkan dehidrasi
berat, atau
2. Diare dengan dehidrasi berat selama
terjadi KLB kolera, atau
3. Diare dengan hasil kultur tinja positif
untuk V, cholera 01 atau 0139
Disentri Diare berdarah ( terlihat atau dilaporkan)
Diare persisten Diare berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi buruk Diare apapun yang disertai gizi buruk
Diare terkait antibiotika Mendapat pengobatan antibiotic oral spectrum
(Antibiotic Associated Diarrhea) luas
Invaginasi 1. Dominan darah dan lendir dalam tinja
2. Massa intra abdominal (andominal mass)
3. Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

7
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare
Klasifikasi Tanda- tanda atau gejala Pengobatan
Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih Beri cairan untuk diare
tanda: dengan dehidrasi ( lihat
1. Letargis/ tidak sadar rencana terapi C untuk
2. Mata cekung diare dirumah sakit di
3. Tidak bisa minum atau lab dehidrasi)
malas minum
4. Cubitan kulit perut
kembali sangat lambat
(≥ 2 detik)
Dehidrasi ringan atau Terdapat 2 atau lebih 1. Beri anak cairan
sedang tanda: dengan makanan
1. Rewel, gelisah untuk dehidrasi
2. Mata cekung ringan ( lihat
3. Cubitan kulit kembali rencana terapi B di
dengan lambat lab dehidrasi)
2. Setelah dehidrasi,
nasehati ibu untuk
penanganan dirumah
dan kapan kembali
segera
Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda 1. Beri cairan dan
untuk diklasifikasikan makanan untuk
sebagai dehidrasi ringan menangani diare
atau berat dirumah ( lihat
rencana terapi A)
2. Nasihati ibu kapan
kembali segera
3. Kunjungan ulang
dalam waktu 5 hari
jika tidak membaik

8
5. Klasifikasi
Menurut ( Djuanda Adhi, 2012 ) klasifikasi diare sebagai berikut:
1. Lama waktu diare:
a. Akut : berlangsung kurang dari 2 minggu
b. Kronik : berlangsung lebih dari 2 minggu
2. Mekanisme patofisiologis: osmotik atau sekretorik dll
3. Berat ringan diare: kecil atau besar
4. Penyebab infeksi atau tidak: infeksi atau non infeksi
5. Penyebab rehidrasi oral (CRO) menurut usia untuk 4 jam pertama pada anak
( Djuanda Adhi, 2012 )

2.2 Tabel Kebutuhan Cairan Dehidrasi

Kebutuhan cairan rehidrasi oral selama 4 jam pertama menurut usia


Usia S/D 4 bulan 4-12 bulan 12 bulan s/d 2 2-5 tahun
th
BB < 6 kg 6 - < 12 kg 10 - < 12 kg 12-19 kg
Jumlah 200-400 ml 400-700 ml 700-900 ml 900-1400
cairan
rehidrasi
oral

6. Komplikasi
Menurut (Ngastiyah, 2012) komplikasi diare sebagai berikut :
a. Dehidrasi (ringan sedang, berat, hipotnik, isotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,
perubahan elektokardiogram).
d. Hipoglikemia.
e. Intoleransi skunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktase.
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi protein, akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik

9
7. Pemeriksaan Penunjang
(A. Carpenito, 2010) menyebutkan beberapa pemeriksaan penunjang yaitu :
1. Pemeriksaan tinja: makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula jika diduga
ada intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari kuman
penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
2. Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit
(terutama natrium, kalium, kalsium dan phospor serum pada diare yang disertai
kejang).
3. pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medik primer menurut Diane C, 2013 diarahkan pada pengontrolan
dan menyembuhkan penyakit yang mendasar.
a) Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral, mungkin diserapkan
glukosa oral dan larutan eliktrolit
b) Untuk diare sedang, obat- obat non- spesifik, difenoksilat ( Lomotif) dan
loperamid ( Imodium ) untuk menurunkan motilitas dari sumber non infeksius.
c) Diserapkan antimicrobial jika telah terindetifikasi preparat infeksius atau diare
memburuk.
d) Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat muda
atau lansia.

10
B. Konsep Asuhan Keperawata Pada Diare
1. Pengkajian
a. Identitas
Diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah
golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan
terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence
penyakit pada anak yang lebih besar. (susilaningrum, dkk : 2013)
b. Keluhan Utama
Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi
gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung,
tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering,
frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
(Ayahe Dik Berlli, 2011)
c. Riwayat penyakit sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari
(diare kronis). (Ayahe Dik Berlli, 2011)
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang sering diderita pada anak di bawah dua tahun biasanya
adalah batuk, panas, pilek dan kejang, hal ini untuk melihat tanda dan
gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti otitismedia, tonsilitis,
faringitis, bronkopneumonia dan ensefalitis. (susilaningrum, dkk : 2013)
e. Riwayat nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa,
porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.
kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan
makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan
cuci tangan. ( Ayahe Dik Berlli, 2011 )
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan
lingkungan tempat tinggal. ( Ayahe Dik Berlli, 2011 )

11
g. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Tingkat kesadaran klien tergantung dari tingkat
penyebaran penyakit bisa normal, latergi, strupor, koma, apatis, dan
mengalami kelemahan fisik. (Riyadi,2009, p.73)
Tanda tanda vital menurut (Riyadi,2009, p.73)
TD : Meningkat (sistolik >75 sampai 115, diastolik >45 sampai 80)
Nadi : Meningkat (takikardi relatif >100x/ mnt
Respirasi : apabila klien tidak ada gangguan pada sistem pernafasan
maka respirasi klien normal.
Suhu : Normal
b. Head to toe
1) Kepala :
Anak yang mengalami diare ringan / sedang ubun – ubunnya akan
cekung dan untuk yang dehidrasi berat ubun – ubunnya akan sangat
cekung (Nugroho, Taufan : 2011).
2) Mata :
Bila dehidrasi ringan / sedang, kelopak mata cekung (cowong), air
mata ada tapi sedikit. Sedangkan dehidrasi berat, kelopak mata sangat
cekung, air mata tidak ada atau kering. (Nugroho, Taufan : 2011)
3) Mulut dan lidah :
Untuk anak yang mengalami dehidrasi ringan / sedang mulut dan lidah
kering, anak sering merasa haus, sedangkan yang dehidrasi berat mulut
dan lidah sangat kering bahkan sampai anak tidak bisa minum
(Nugroho, Taufan : 2011).
4) Telinga :
Infeksi telinga (OMA) dapat menyebabkan terjadinya diare diare
(Yongky : 2012)
5) Thorak / paru (Muttaqin, Arif & Kumala Sari : 2013)
Inspeksi bila terjai asidosis metabolik pasien akan tampak pucat dan
pernafasan cepat dan dalam (kusmaul)
Palpasi : fokasi premitus sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada suara wheezhing maupun rhonchi.

12
6) Jantung (Muttaqin, Arif & Kumala Sari : 2013)
Inspeksi : pergerakan dada simetris, tidak ada oedem
Palpasi : respon akut akibat kehilangan cairan tubuh akan
mempengaruhi volume darah, maka curah jantung pun menurun
sehingga tekanan darah turun, denyut nadi cepat dan lemah, serta
pasien mempunyai resiko timbulnya tanda dan gejala syok.
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 S2 tunggal
7) Abdomen (Muttaqin, Arif & Kumala Sari : 2013)
Inspeksi : pada pasien dengan dehidrasi berat akan terlihat lemas,
sering BAB, pada anak dengan diare akut mungkin didapatkan
kembung, distensi abdomen.
Auskultasi : didapatkan peningkatan bising usus lebih dari 25kali /
menit yang berhubungan dengan peningkatan motilitas usus dan
peradangan pada saluran gastrointestinal.
Perkusi : didapatkan suara timpani abdomen yang mengalami
kembung.
Palpasi : di dapatkan nyeri tekan pada abdomen.
8) Genetalia dan Anus :
Daerah sekitar anus biasanya mengalami iritasi karena frekuensi BAB
yang sering (Susilaningrum, dkk : 2013). Pada kondisi dehidrasi berat
akan di dapatkan penurunan urine. Semakin berat kondisi dehidrasi,
maka akan di dapatkan kondisi oliguria sampai anuria (Muttaqin, Arif
& Kumala Sari : 2013)
9) Integument :
Pada anak yang mengalami dehidrasi ringan / sedang elastis turgor
kulitnya akan kembali lambat, sedangkan yang mengalami dehidrasi
berat elastis turgor kulitnya akan kembali sangat lambat, CRT kembali
lebih dari 2 detik. (Nugroho, Taufan : 2011).
10) Musculoskeletal :
Respon dehidrasi dan penurunan volume cairan tubuh akut akan
menyebabkan kelemahan fiik umum. Pada kondisi diare kronis dengan
deplesi nutrisi dan elektrolit akan di dapatkan kram otot ekstremitas.
(Muttaqin, Arif & Kumala Sari : 2013)

13
h. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga
berat badan menurun.
i. Pengkajian fungsional gordon
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Keluarga mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada
keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan
terdekat.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Makan : tidak nafsu makan, makan hanya 3 sendok, tapi sebelum sakit
diare mau menghabiskan 1 porsi makan.
Minum : minumnya tidak terlalu banyak.
3. Pola eliminasi
Akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang.
4. Pola aktivitas dan latihan
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
distensi abdomen.
5. Pola istirahat tidur
Pasien sering mengeluh tentang untuk tidur, dan akan terganggu karena
adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
6. Pola persepsi sensoris dan kognitif
Pasien mengenal dengan orang- orang di sekilingnya
7. Pola hubungan dengan orang lain
Pasien sudah saling mengenal orang- orang disekilingnya
8. Pola reproduksi / seksual
Klien tidak mengalami gangguan genetalia
9. Pola persepsi diri dan konsep diri
Klien ingin sembuh dengan cepat
10. Pola mekanisme koping
Jika pasien tidak enak badan, maka akan mengeluh kesakitan
11. Pola nilai kepercayaan / keyakinan

14
Keluarga semua beragama islam, keluarga yakin semuanya sudah
diatur oleh Allah SWT.
j. Pemeriksaan penunjang.
Menurut (A. Carpenito, 2010) ada 3 pemeriksaan penunjang yaitu :
1. Dilakukan Pemeriksaan tinja: makroskopis dan mikroskopis, pH dan
kadar gula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance), biakan
kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap
berbagai antibiotika (pada diare persisten).
2. Pemeriksaan darah : pemeriksaan gas darah, elektrolit, ureum,
kreatinin dan penurunan PH darah disebabkan karena terjadi
penurunan bikarbonas sehingga frekuensi nafas cepat.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.

2. Diagnosa yang muncul


a. Hipovolemia (PPNI, 2017, p.64)
Definisi
Penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan atau intraselular.
Penyebab
1) Kehilangan cairan aktif
2) Kegagalan mekanisme regulasi
3) Peningkatan permeabilitas kapiler
4) Kekurangan intake cairan
5) Evaporasi
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1) Frekuensi nadi meningkat
2) Nadi teraba lemah
3) Tekanan darah menurun
4) Tekanan nadi menyempit

15
5) Turgor kulit menurun
6) Membram mukosa kering
7) Volume urin menurun
8) Hematokrit meningkat
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Merasa lemah
2) Mengeluh haus
Objektif
1) Pengisian vena menurun
2) Status mental berubah
3) Suhu tubuh meningkat
4) Konsentrasi urin meningkat
5) Berat badan turun tiba tiba
Kondisi klinis terkait
1) Penyakit addison
2) Trauma atau perdarahan
3) Luka bakar
4) AIDS
5) Penyakit crohn
6) Muntah
7) Diare
8) Kolitis ulseratif
9) Hipoalbuminemia
b. Resiko defisit nutrisi (PPNI, 2017, p.81)
Definisi
Beresiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Faktor resiko
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)

16
6) faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)
Kondisi klinis terkait
1) Stroke
2) Parkinson
3) Mobius syndrome
4) Cerebral palsy
5) Cleft lip
6) Cleft palate
7) Amyotripic lateral sclerosis
8) Kerusakan neuromuskular
9) Luka bakar
10) Kanker
11) Infeksi
12) AIDS
13) Penyakit crohn’s
14) Enterokolitis
15) Fibrosis kistik
c. Nyeri Akut (PPNI,2017, p.172)
Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab
1) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan mimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan tanda mayor
subjektif
1) Mengeluh nyeri
Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif
3) Gelisah

17
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola nafas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berfikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaforesis
Kondisi Klinis Terkait
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrome koroner akut
5) Glaukoma
d. Resiko gangguan integritas kulit/jaringan (PPNI, 2017, p.300)
Definisi
Beresiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan atau epidermis) atau
jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago,
kapsul sendi dan atau ligamen)
Faktor Resiko
1) Perubahan sirkulasi
2) Perubahan status nutrisi
3) Kekurangan atau kelebihan volume cairan
4) Penurunan mobilitas
5) Bahan kimia iritatif
6) Suhu lingkungan yang ekstrim
7) Faktor mekanis (mis. Penekanan, gesekan) atau faktor elektris
8) Terapi radiasi
9) Kelembaban

18
10) Proses penuaan
11) Neuropati perifer
12) Perubahan pigmentasi
13) Perubahan hormonal
14) Penekanan pada tonjolan tulang
15) Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan atau
melindungi integritas jaringan
Kondisi Klinis Terkait
1) Imobilisasi
2) Gagal jantung kongestif
3) Gagal ginjal
4) Diabetus melitus
5) Imunodefisiensi (AIDS)
6) Kateterisasi jantung

3. Intervensi Keperawatan
a. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif (Kusuma & Amin Huda
Naratif : 2012).
Tujuan:
setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam di harapkan
volume cairan terpenuhi.
Kriteria hasil :
a) Intake seimbang dengan output.
b) TTV dalam batas normal.
c) Membran mukosa dan kulit lembab.
d) Capillary refill < 3 detik.
e) berat badan seimbang.
Intervensi :
a) Monitor dan catat masukan dan pengeluaran cairan : urine feses (jumlah,
konsistensi dan warna).
b) Observasi tanda – tanda vital(TTV).
c) Observasi adanya kulit kering dan membran mukosa kering, penurunan
turgor kulit, pengisian kapiler lambat.
d) Ukur berat badan (BB) tiap hari.

19
e) Pertahankan pembatasan per oral (pemberian minum sedikit tapi sering).
f) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian : cairan parenteral sesuai
indikasi.
g) Berikan terapi anti diare sesuai program medis.
Rasional :
1) Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan merupakan
pedoman untuk penggantian cairan.
2) Hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap
kehilangan cairan.
3) Menunjukkan kehilangan cairan berlebih / dehidrasi.
4) Indikasi cairan.
5) Kolon di istirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan
kehilangan cairan tubuh.
6) Menurunkan kehilangan cairan dari usus.
7) Digunakan untuk mengontrol mual / muntah.
b. Resiko defisit nutrisi b/d gangguan absorbsi nutrient, status
hipermetabolik (Suratun & lusiana : 2010)
Tujuan :
Setelah di lakukan asuhan keperawatan selama ...x24 jam di harapkan nutrisi
dalam tubuh seimbang.
Kriteria hasil :
a. BB stabil / naik
b. Makan habis 1 porsi
c. Mual berkurang
Intervensi :
1) Timbang BB setiap hari.
2) Dorong tirah baring dan / pembatasan aktivitas selama sakit.
3) Anjurkan istirahat sebelum makan.
4) Berikan perawatan mulut sebelum makan.
5) Ciptakan lingkungan yang nyaman.
6) Kolaborasi dengan tim gizi / ahli diet untuk menentukan diet TKTP rendah
serat.
7) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian preparat besi.

20
8) Berikan nutrisi parenteral total, terapi intravena sesuai indikasi.
Rasional :
1) Memberikan informasi tentang kebutuhan diet / keefektifan terapi.
2) Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori.
3) Menurunkan peristaltic usus dan meningkatkan energy untuk makan.
4) Mulut yang bersih dapat meningkatkan selera makan.
5) Lingkungan yang nyaman menurunkan stress dan lebih kondusif untuk
makan.
6) Protein untuk penyembuhan integritas jaringan. Rendah serat menurunkan
peristatic usus terhadap makanan.
7) Mencegah mengobati anemia karena proses infeksi lama.
8) Mengistirahatkan usus sementara dan memberikan nutrisi penting.
c. Nyeri b/d hiperperistaltik usus, diare lama (Suratun & lusiana : 2010)
Tujuan :
setelah di lakukan asuhan keperawatan selama ...x24 jam di harapkan nyeri
hilang / terkontrol.
Kriteria hasil :
1. Ekspresi wajah rileks
2. Skala nyeri 0 – 2
TTV dalam batas normal
Intervensi :
1.) Dorong klien untuk melaporkan nyeri yang di alami.
2.) Observasi laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya,
intensitas (skala 0 - 10), selidiki dan laporkan karakteristik nyeri.
3.) Observasi adanya respon non verbal dan perubahannya.
4.) Kaji ulang faktor – faktor yang menyebabkan meningkatnya /
menghilangnya nyeri.
5.) Berikan tindakan nyaman seperti pijatan punggung, ubah posisi dan
aktifitas senggang.
6.) Observasi atau catat adanya distensi abdomen dan perubahan TTV.
7.) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik.
8.) Berikan terapi antikolinergik sesuai program medis.
9.) Berikan terapi anodin sup sesuai program medis.

21
Rasional :
1) Untuk mmengetahui derajat nyeri.
2) Perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan penyebaran penyakit atau
terjadinya komplikasi.
3) Bahasaa tubuh / respons non verbal dapat di gunakan untuk mengetahui
besarnya nyeri yang di alami klien.
4) Untuk mengetahui faktor pencetus nyeri.
5) Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali dan meningkatkan
kemampuan koping.
6) Menunjukkan terjadinya obstruksi usus karena inflamasi, edema, dan
jaringan parut.
7) Untuk menurunkan nyeri dan memudahkan istirahat.
8) Menghilangkan spasme saluran gastrointestinal dan berlanjutnya nyeri
kolik.
9) Merilekskan otot rectal dan menurunkan nyeri spasme.
d. Risiko kerusakan integritas kulit b/d iritasi pada anus (Muttaqin, Arif :
2013)
Tujuan :
setelah di lakukan asuhan keperawatan selama ...24jam di harapkan tidak
terjadi iritasi pada anus.
Kriteria hasil :
Anus lembab atau tidak kering, bersih, tidak ada tanda – tanda inflamasi anus
1.) Tidak terjadi iritasi pada area anus
2.) Keluarga mampu mendemonstrasikan perawatan perienal dengan baik dan
benar
Intervensi
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
2) Demonstrasikn serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah
dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang 2 sampai 3 jam

22
Rasional:
1) Untuk kebersihan klien dan mencegah dan mencegah perkembangbiakan
kuman
2) Mencegah terjadinya iritasi kulit yang tak diharapkan oleh karena
kelembaban dan keasaman feses
3) Melancarkan vaskularisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak
terjadi iskemi dan iritasi.

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.
Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap
tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara
berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi.Gangguan diare dapat
melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis),usus halus(enteritis),kolon(colitis) atau
kolon dan usus(enterokolitis). Diare biasanya diklasifikasikan sebagai diare akut dan
kronis(Wong,2009).
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih
dari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau
lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
3.2 Saran
Setelah penulis membuat makalah asuhan keperawatan dengan pasien diare pada
anak, penulis mengalami beberapa hambatan dalam penulisan ini. Namun, dengan
bantuan dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juan.2007.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Edisi 10.Jakarta : EGC.


Crain, William.2007.Teori Perkembangan:Konsep dan Aplikasi ed.3.Yogyakarta. Pustaka
pelajar.
Muttaqin, Arif. 2011.Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi asuhan keperawatan Medikal
Bedah.Jakata : Salemba Medika.
Mansjoer, Arif. 2007.Kapita Selekta Kedokteran.FKUI : Media Aesculapius.
Nanda Internasional.2011.Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011.Jakarta:EGC.
Suriadi dan Yuliani, Rita.2010.Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi 2.Jakarta : Sagung
Seto.
Sodikin.2011Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobilier.Jakarta : Salemba Medika.

25

Anda mungkin juga menyukai