Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

BUDAYA JAWA PADA PASIEN

Oleh:

1. Ratna Dwi Lestari (14.401.18.047)


2. Rindi Nawang Sari (14.401.18.049)
3. Silvi Ratna Fiani (14.401.18.054)
4. Siti Rosalia (14.401.18.058)
5. Yuli Naswati (14.401.18.069)

PROGAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Transkultural Budaya Jawa Pada Pasien”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai salah satu metode
pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi Akademi Kesehatan DIII Keperawatan Rustida
Krikilan.
Adapun makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari buku. Dalam
penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan pihak tertentu. Oleh karena itu,
kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu saya menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya serta
jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, harapan saya agar tulisan ini dapat diterima dan
dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Krikilan, 07 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................................................2
1. Tujuan Umum...................................................................................................................2
2. Tujuan Khusus..................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................3
A. Pengkajian Asuhan Keperawatan pada Budaya Traskultural...............................................3
B. Diagnosis Keperawatan Asuhan Keperawatan pada Budaya Traskultural...........................4
C. Perencanaan Dan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Budaya Traskultural................6
D. Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Budaya Traskultural...................................................7
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................19
A. Kesimpulan.........................................................................................................................19
B. Saran...................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai fenomena yang terjadi di tatanan praktek pelayanan keperawatan klinik
dan komunitas menuntut pengembangan yang adaptif dan fleksibel untuk diterapkan
dalam berbagai situasi dan kondisi. Hal ini tentunya memerlukan teori dan model
yang sesuai dengan mengadopsi berbagai perubahan yang terjadi di lingkungan
masyarakat, khususnya perubahan sosial, budaya, dan sistem nilai yang terjadi di
masyarakat (Tylor, 2009)
Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah untuk membentuk kesadaran
dan apresiasi terhadap perbedaan kultur. Leininger mengembangkan teorinya dari
perbedaan kultur yang universal. Perbedaan kultur tersebut dapat menjadi sumber
informasi dalam melaksanakan keperawatan. Keperawatan sebagai suatu profesi yang
memiliki landasan body of knowledge yang sangat kuat dan dapat dikembangkan serta
dapat diaplikasikan kedalam sebuah praktek keperawatan. Transcultural
nursing berasal dari disiplin ilmu antropologi yang dikembangkan ke dalam sebuah
konteks keperawatan.Konsep keperawatan transkultural ini didasari oleh pemahaman
tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat (Petter,
2013)
Sangatlah penting dalam memperhatikan keanekaragaman berbagai budaya dan
nilai-nilai dalam penerapan suatu asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut
diabaikan oleh perawat, makaakan mengakibatkan terjadinya suatu cultural shock.
Cultural shock dapat dialami oleh semua klien pada suatu kondisi dimana perawat
tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini
dapat mengakibatkan munculnya berbagai rasa ketidaknyamanan klien,
ketidakberdayaan dan beberapa klien mengalami disorientasi (Leininger, 2009)
Melakukan komunikasi dengan komunitas di lingkungannya untuk mengenal
budaya setempat dan menghormatinya Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat,

1
kebudayaan, kepercayaan bahkan seluruh peradaban manusia dan lingkungannya
berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis dan biologis tubuh manusia dapat
berinteraksi dengan lingkungan.Manusia memiliki daya adaptasi terhadap lingkungan
yang selalu berubah dan sering membawa penyakit baru yang belum dikenal atau
perkembangan/perubahan penyakit yang sudah ada. Kajian mengenai konsekuensi
kesehatan perlu memperhatikan konteks budaya dan sosial masyarakat (Brunner dan
Suddart, 2009)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada budaya traskultural.
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji asuhan keperawatan pada budaya traskultural.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan asuhan keperawatan pada budaya
traskultural.
c. Merencanakan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada budaya
traskultural.
d. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada budaya traskultural.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengkajian Asuhan Keperawatan pada Budaya Traskultural


Menurut Leininger komponen-komponen dari keperawatan transkultual meliputi:
1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau
sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan
dan keputusan.
3. Perbedaan budaya, dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai
budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan
dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi
4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
5. Etnis, berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim
6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasal manusia
7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang
tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk
mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara
keduanya.
8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan
perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi
kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia.

3
9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
10. Cultural Care. berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan
mencapai kematian dengan damai.
11. Culturtal imposition, berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya
bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada
klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui media:
verbal, non verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan
dan kesejahteraan klien.

B. Diagnosis Keperawatan Asuhan Keperawatan pada Budaya Traskultural


Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar,
1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu:
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
2. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
3. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
 Beberapa cara dalam penentuan Diagnosa
1. Interpretasi /identifiikasi kelebihan dan masalah
Identifikasi masalah klien dibagi menjadi: pasien tidak bermasalah, pasien yang
kemungkinan mempunyai masalah, pasien yang mempunyai masalah potensial
sehingga kemungkinan besar mempunyai masalah dan pasien yang mempunyai
masalah aktual.

4
a. Menentukan kelebihan klien
Apabila klien memenuhi standar kriteria kesehatan, perawat kemudian
menyimpulkan bahwa klien memiliki kelebihan dalam hal tertentu. Kelebihan
tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan atau membantu memecahkan
masalah yang klien hadapi.
b. Menentukan masalah klien
Jika klien tidak memenuhi standar kriteria, maka klien tersebut mengalami
keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
c. Menentukan masalah yang pernah dialami oleh klien
Pada tahap ini, penting untuk menentukan masalah potensial klien. Misalnya
ditemukan adanya tanda-tanda infeksi pada luka klien, tetapi dari hasil test
laboratorium, tidak menunjukkan adanya suatu kelainan. Sesuai dengan teori,
maka akan timbul adanya infeksi. Perawat kemudian menyimpulkan bahwa daya
tahan tubuh klien tidak mampu melawan infeksi.
d. Penentuan keputusan
1) Tidak ada masalah, tetapi perlu peningkatan status dan fungsi
(kesejahteraan): tidak ada indikasi respon keperawatan, meningkatnya status
kesehatan dan kebiasaan, serta danya inisiatif promosi kesehatan untuk
memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga.
Masalah kemungkinan (possible problem): pola mengumpulkan data yang
lengkap untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga,
pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencegahmenurunkan atau menyelesaikan
masalah. Masalah kolaboratif: konsultasikan dengan tenaga kesehatan
profesional yang ompeten dan bekerja secara kolaboratif pada masalah
tersebut. Masalah kolaboratif adalah komplikasi fisiologis yang diakibatkan
dari patofisiologi, berhubungan dengan pengobatan dan situasi yang lain.
Tugas perawat adalah memonitor, untuk mendeteksi status klien dan
kolaboratif dengan tenaga medis guna pengobatan yang tepat.
2. Memvalidasi diagnosa keperawatan
Menghubungkan dengan klasifikasi gejala dan tanda-tanda yang kemudian merujuk
kepada kelengkapan dan ketepatan data. Untuk kelengkapan dan ketepatan data,

5
kerja sama dengan klien sangat penting untuk saling percaya, sehingga mendapatkan
data yang tepat.

C. Perencanaan Dan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Budaya Traskultural


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang
budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu:
1. Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan kesehatan,
2. Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan
3. Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c. Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan Perawat dan
klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses

6
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya
yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak
memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga
hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman
budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan
perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

D. Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Budaya Traskultural


Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang
tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

7
 Contoh Kasus
Keluarga Tn. X (30 Tahun) mempunyai istri Ny. H (26 th) Anak Y (4 tahun) dan Anak K
(1 tahun) serta Ny. C (50 th) . Tn. X berasal dari suku Sunda, sedangkan Ny. H berasal dari
suku Jawa. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Hasil wawancara dengan
keluarga, anaknya sudah diimunisasi lengkap sambil menunjukkan kartu sehat. Selama ini
anaknya hanya sakit batuk pilek biasa, cukup dibelikan obat umum dan sembuh. Tetapi
akhir-akhir ini keluarga sedikit pusing memikirkan ibunya , karena 3 bulan yang lalu ibunya
dinyatakan positif kencing manis (DM), ibu hanya dibawa ke alternatif, tidak kontrol teratur
ke puskesmas dan dibelikan obat ke toko terdekat untuk mengurangi gejala, misalnya nyeri di
kakinya. Hasil observasi jari kaki ibu C sebelah kiri terdapat luka kecil sudah 3 minggu,
belum sembuh. Pemeriksaan glukotest 200 mg/dl.

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
1) Nama : Ny. C
2) Umur : 50 th
3) Jenis kelamin: Perempuan
4) Suku bangsa: Jawa
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Status pernikahan : menikah

b. Penanggung jawab
1) Nama : Tn X
2) Umur : 30 tahun
3) Jenis kelamin: laki-laki
4) Suku bangsa: Sunda
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : -
7) Pekerjaan : -

8
2. Biokultural
a. Faktor Teknologi (Technological Factors)
1) Kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan :
Keluarga Tn. X biasa berobat ke alternatif terlebih dahulu, dan dibelikan obat
ke toko terdekat.setelah keadaan tidak ada perubahan baru keluarga
membawanya ke Puskesmas
b. Faktor Agama dan fasalfah hidup (Religious and Phylosophical Faktors)
1) Agama yang dianut : Islam
2) Kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan :
-.
3) Berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus asa :
-
4) Mempunyai konsep diri yang utuh : keluarga Tn. X mempercayai pengobatan
alternatif
a) Gambaran diri : Klien dan keluarga lebih mempercayai pengobatan
alternatif
b) Ideal diri : Klien hanya dibawa ke alternatif oleh Tn. X dan saat klien
nyeri tak kunjung sembuh baru dibawah ke Puskesmas
c) Harga diri : Klien dan keluarga lebih meyakini pengobatan
alternatif
d) Peran diri : Keluarga Tn. X biasa berobat ke alternatif terlebih
dahulu, setelah keadaan tidak ada perubahan baru keluarga membawanya ke
tenaga kesehatan terdekat.
e) Identitas diri : keluarga Tn.X percaya pada pengobatan alternatif
5) Status pernikahan : menikah
6) Persepsi klien terhadap kesehatan dan cara beradaptasi terhadap situasinya saat
ini : keluarga Tn.X biasa berobat ke alternatif terebih dahulu, setelah keadaan
anknya tidak kunjung membaik baru dibawah ke puskesmas,
7) Cara pandang klien terhadap penyebab penyakit :
Keluarga percaya bahwa penyebab sakit orangtuanya karena
8) Cara pengobatan dan penularan terhadap penyakit : Dibawa ke alternatif

9
c. Faktor Sosial dan Keterikatan Kekeluargaan (Khinsip and Social Faktors)
1) Nama lengkap : Ny. C
2) Nama panggilan dalam keluarga : Ibu C
3) Umur : 50 Tahun
4) Jenis kelamin : Perempuan
5) Status : menikah
6) Tipe keluarga : Keluarga Inti
7) Pengambilan keputusan dalam anggota keluarga : Tn. X
8) Hubungan klien dengan kepala keluarga : Ibu dari Ny. H
9) Kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga :-
10) Kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat :-
d. Faktor Nilai-nilai Budaya dan Gaya Hidup (Cultural Values and Lifeways)
1) Posisidan jabatan : Tidak memiliki jabatan
2) Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
3) Kebiasaan membersihkan diri : Mandi 2x sehari
4) Kebiasaan makan : Ny C makan teratur 3x sehari
5) Makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit :
-
6) Sarana hiburan yang bisa dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari : menonton TV
e. Faktor Kebijakan dan Peraturan Rumah Sakit yang Berlaku (Political and Legal
Factors)
1) Peraturan dan kebijakan berkenaan dengan jam berkunjung : Pagi pukul 11.00-
13.00, sore pukul 16.00-18.00, hari libur pukul 09.00-14.00 dan 16.00-18.00
2) Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu : 2 orang
3) Hak dan kewajiban klien yang harus dikontrakkan klien oleh rumah sakit : Hak
pasien adalah memperoleh pelayanan kesehatan yang baik dan pengakuan
tentang sakitnya. Kewajibannya adalah memperoleh kesembuhan dan tidak
menularkan penyakitnya kepada orang lain
4) Cara pembayaran untuk klien yang dirawat : kartu sehat

10
f. Faktor Ekonomi (Economial Factors)
Latar belakang pendidikan klien, meliputi:
1) Sumber ekonomi yang dimanfaatkan oleh klien : penghasilan Tn. X
2) Tabungan dan patungan antar anggota keluarga : tidak ada
3) Pekerjaan klien : tidak bekerja
4) Kebiasaan menabung dan jumlahnya dalam sebulan : tidak ada
g. Faktor Pendidikan (Education Factors)
1) Latar belakang pendidikan klien meliputi :
2) Tingkat pendidikan klien :
3) Tingkat pendidikan keluarga : -
4) Jenis pendidikan :
5) Kemampuan klien belajar secara aktif mandiri, tentang pengalaman sakitnya
sehingga tidak terulang kembali : -
3. Pemeriksaan fisik (Head to toe)
a) Kepala dan leher
Kepala : wajah terlihat simetris, beberapa rambut berwarna Putih,
penyebaran merata, kulit kepala bersih, tidak terdapat nyeri tekan.
Mata : mata kanan kiri simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda, pupil
isokor, reflek cahaya +/+
Hidung : simetris, tidak terdapat sekret, tidak terdapat polip, tidak terdapat
pernafasan cuping hidung
Mulut dan tenggorokan: mukosa bibir lembab, tidak terdapat pembesaran tonsil
Telinga : simetris, tidak terdapat serumen
Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
b) Dada
Paru-paru
I : bentuk dada simetris, ekspansi paru teratur
P : vocal fremitus kanan kiri sama
P : bunyi sonor
A: tidak ada suara napas tambahan

11
c) Jantung
I : ictus kordis tidak tampak
P : ictus cordis teraba pada ICS 5
P : batas atas ICS 2, batas bawah ICS 5, batas kiri ICS 5 mid clavikula
sinistra, batas kanan ICS 4 mid sternalis
A: Suara jantung 1 dan 2 tunggal
d) Payuda dan ketiak
Simetris, tidak ada benjolan abnormal
e) Abdomen
I : bentuk perut cembung, tidak ada hiperpigmentasi
A: peristaltik usus 15x/menit
P : suara tympani
P : tidak ada nyeri tekan
f) Genetalia
tidak terdapat lesi
g) Ekstremitas
Atas
Tangan kanan dan kiri dapat digerakkan dengan baik, tidak terdapat odema
Bawah
Terdapat luka kecil telapak kaki kiri
h) Integumen
Warna kulit sawo matang, tidak ada hiperpigmentasi, turgor kulit < 2 detik
4. Pemeriksaan penunjang : -

12
B. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1. DS : Klien mengatakan tidak Budaya masyarakat Ketidakpatuhan
ingin melakukan pengecekkan Dalam Pengobatan
gula darah secara rutin
DO : Px berobat secara
alternatif,
tidak kontrol teratur di
puskesmas dan hanya dibelikan
obat ke toko terdekat.
2. DS : Klien mengatakan belum Mempertahankan budaya Kurang Pengetahuan
mengerti tentang diit yang benar
DO : Pendidikan klien (SLTA)
Informasi yang kurang

Kurang pengetahuan

C. Diagnosa Keperawatan
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurangnya informasi
2. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan Budaya di masyarakat

D. Rencana Asuhan Keperawatan

No Dx Tujuan Rencana Keperawatan Intervensi


1. 1. Setelah diberikan askep selama 1. Melakukan pendekatan

13
(...x...) diharapkan klien mau penuh dengan cara
dalam mengikuti pengobatan, restrukturisasi.
dengan KH : 2. Memberikan penjelasan
1. Klien bersedia untuk dan pengertian, bahwa
dilakukan pengecekan gula Diabetes Milietus ini
darah secara teratur harus dilakukan
2. Klien menerima didiagnosa pengecekan gula darah
Diabetes Milietus oleh secara rutin.
dokter. 3. Kembangkan diskusi
3. menerima diagnosis terbuka terkait dengan
promosi kesehatan persamaan dan
4. Memodifikasi aturan atau perbedaan budaya
regimen yang diarahkan 4. Beri informasi yang
oleh tenaga kesehatan tepat kepada keluarga
mengenai Diet yang
tepat pada penderita
Diabetes Milietus
5. Diskusikan perbedaan
dengan terbuka dan
klarisfikasi konfliknya

2. 2. Setelah diberikan askep selama 1. Kita sebagai perawat


(...x...) diharapkan klien memahami hendaknya melakukan
tentang penyakit yang dialaminya pendekatan secara
dan cara penangannya. Dengan negosiasi, dengan
KH : membantu klien memilih
1. Pengetahuan serta menyarankan hal-
2. Klien bersedia hal yang dapat
dilakukan tindakan mendukung
pengecekan gula darah 2. Meningkatkan derajat
3. Klien mengetahui dan kesehatan klien. Sebagai

14
mengerti jenis makanan contoh klien menerapkan
yang dapat diet yang baik dan benar
meningkatkan Gula sesuai anjuran yang
darah diberikan.
3. Menyarankan klien
untuk melakukan senam
Diabetic
4. Memberikan informasi
tentang pentingnya
menjaga pola makan.
5. Memberikan informasi
tentang pentingnya
motivasi atau koping
efektif baik dari klien
sendiri maupun keluarga.

E. Implementasi

No. Tanggal Implementasi Ttd


Dx
1. 11 Februari 1. Memberikan pendekatan kepada klien dengan cara
2021 restruktur
07.15 Respon : Klien dan keluarga mampu menerima
WIB pendekatan yang dilakukan oleh perawat dan
kooperatif
2. Memberikan HE tentang penjelasan dan pengertian,
bahwa Diabetes Milietus ini harus dilakukan
pengecekan gula darah secara rutin.
Respon : pasien dan keluarga mampu menerima
informasi yang diberikan oleh perawat dan mampu
mengajukan pertanyaan yang belum dipahami
3. Mengembangkan diskusi terbuka terkait dengan

15
persamaan dan perbedaan budaya.
Respon :Klien mau mendiskusikan kepada tenaga
kesehatan tentang perbedaan budaya dan cara
pengobatan yang akan dilakukan.
4. Memberi informasi yang tepat kepada keluarga
tentang diet yang tepat pada penderita diabetes
milletus
Respon :klien mampu memahami dan mengerti
tentang diet yang baik pada penderita diabetes
milletus

2. 11 Februari 1. Melakukan pendekatan secara negosiasi, dengan


2021 membantu klien memilih serta menyarankan hal-hal
09.00 WIB yang dapat mendukung
Respon :klien masih mempertahankan budaya yang
dianggapnya benar tetapi menurut medis masih
belum baik.
2. Meningkatkan derajat kesehatan klien. Sebagai
contoh klien menerapkan diet yang baik dan benar
sesuai anjuran yang diberikan
Respon : klien memahami apa yang di jelaskan dan
klien sudah menerapkan cara diet yang benar.
3. Memberikan informasi tentang pentingnya senam
diabetik
Respon :klien memahami pentingnya melakukan
senam untuk kesehatan tubuh bagi penderita DM.
4. Memberikan informasi tentang pentingnya motivasi
atau koping efektif baik dari klien sendiri maupun
keluarga.
Respon :klien belum sepenuhnya mengerti atau
memahami tentang budaya kesehatan yang baik.

16
F. Evaluasi

No. Tanggal Evaluasi Ttd


Dx
1. 11 Februari S : Klien mengatakan akan melakukan
2021 pengecekkan gula darah secara rutin
13.00 WIB O:
1. Klien menggunakan pengobatan alternatif
2. Klien sering membeli obat ditoko

A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
2. 11 Februari S : Klien mengatakan masih belum mengerti
2021 tentang diit yang benar.
13.10 WIB O :
1. Klien telah mengkonsumsi yang di
anjurkan perawat
2. Klien mengkonsumsi makanan yang rendah
gula.
3. Klien mengerti tentang kondisi
kesehatannya.
A : Masalah teratasi sebagaian
P : Lanjutkan intervensi

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Budaya bisa diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan wujudnya misalnya,


kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu kebudayaan material dan
nonmaterial. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan aplikasi keperawatan transkultural
dalam adalah: Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya, Strategi II,
Mengakomodasi/negoasiasi budaya, Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien.

B. Saran

Untuk seluruh teman-teman perawat, semoga dengan adanya informasi dari makalah
ini, kita menjadi lebih mampu melakukan pengkajian keperawatan transkultural dengan cara
yang benar. Perlu diperhatikan agar mempelajari lebih dalam tentang ‘komunikasi’ agar kita

18
lebih baik dalam berinteraksi dengan pasien, keluarga maupun masyarakat yang menjadi
sasaran pengkajian kita.

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, F.(Salemba Medika). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: 2009.


Kumalasari, (2008). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta: Sunter
Agung Podomoro.
Liewollyn. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam.Yogyakarta: Nuha
Medika.
Leininger. (2009). "Konsep Keperawatan Transkultural (Madeleine Leininger)".
Yogyakarta: Pustaka Indah.
Sumijatun. (2011). Membudayakan Etika dalam praktik keperawatan. Jakarta: Salemba
medika
Titian, (2011). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat Profesional.
Jakarta, Prestasi Pustaka.
Tylor, E. (2010).Ringkasan Materi: Unit 2 Keragaman budaya dan perspektif transkultural
dalam keperawatan. Jakarta: EGC.

19
Zanden. Abraham. (2010).Konsep Budaya Keperawatan Transkultural .Jakarta: EGC.

20

Anda mungkin juga menyukai