Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

ASKEP MENINGITIS

Disusun oleh :
KELOMPOK IX
Aisyah (1821041)
Winda Ulan Sari (1821021)
Yenika Marhermi

Dosen pembimbing :

Ns. Awaluddin, M.Kep

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN


STIKES TENGKU MAHARATU
PEKANBARU
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Meningitis” dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik suka maupun
duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan
tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa
syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih kepada
pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat
diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah
ini.

Pekanbaru, 25 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Pengertian..................................................................................................................................3
B. Etiologi.......................................................................................................................................3
C. Klasifikasi..................................................................................................................................4
D. Patofisiologi...............................................................................................................................4
E. Manifestasi Klinis......................................................................................................................5
F. Pemeriksaan Diagnostik............................................................................................................6
G. Penatalaksanaan Medis.............................................................................................................6
H. Komplikasi.................................................................................................................................7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................................8
A. Pengkajian.................................................................................................................................8
B. Diagnosa Keperawatan..............................................................................................................9
C. Intervensi.................................................................................................................................10
D. Implementasi...........................................................................................................................12
E. Evaluasi....................................................................................................................................12
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................................................14
B. Saran........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini penyakit meningitis merupakan penyakit yang serius karena letaknya dekat
dengan otak dan tulang belakang sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak,
pikiran, bahkan kematian. Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme
seperti virus, bakteri, jamur atau parasit yang menyebar dalam darah dan cairan otak.

Daerah “Sabuk Meningitis” di Afrika terbentang dari Senegal di barat Ethiopia di timur.
Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta jiwa manusia. Pada 1996 terjadi wabah meningitis
dimana 250.000 orang menderita penyakit ini dengan 25.000 korban jiwa. Meningitis
bacterial terjadi pada kira-kira 3 per 100.000 orang setiap tahunnya di Negara-negara barat.
Studi populasi secara luas memperlihatkan bahwa meningitis virus lebih sering terjadi sekitar
10,9 per 100.000 orang, dan lebih sering terjadi pada musim panas. Di Brasil, angka
meningitis bacterial lebih tinggi, yaitu 45,8 per 100.000 orang setiap tahun.

Oleh karena itu mengingat jumlah penyebaran penyakit infeksi meningitis semakin hari
semakin meningkat, kami bermaksud untuk mengulas lebih lanjut mengenai penyakit
Meningitis melalui makalah yang berisi laporan pendahuluan serta asuhan keperawatan teori.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan meningitis?
2. Bagaimana etiologi dari meningitis?
3. Bagaimana klasifikasi dari meningitis?
4. Bagaimana patofisiologi dari meningitis?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari meningitis?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari meningitis?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari meningitis?
8. Bagaimana komplikasi dari meningitis?

1
9. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan dari meningitis?

C. Tujuan
1. Memahami pengertian dari meningitis.
2. Memahami etiologi dari meningitis.
3. Memahami klasifikasi dari meningitis.
4. Memahami patofisiologi dari meningitis.
5. Memahami manifestasi klinis dari meningitis.
6. Memahami pemeriksaan diagnostic dari meningitis.
7. Memahami penatalaksanaan medis dari meningitis.
8. Memahami komplikasi dari meningitis.
9. Memahami konsep dasar asuhan keperawatan dari meningitis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus
merupakan penyebab utama dari meningitis.
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu
dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus
influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis / Radang selaput otak adalah Infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai
radang pada pia dan araknoid; ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla
spinalis, kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan cepat
sekali menyebar ke bagian yang lain, sehingga leptomening medulla spinalis terkena. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses
serebrospinal. (Harsono : 1996)

B. Etiologi
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa.
2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan wanita.
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan.
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.

3
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem
persarafan.

C. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang
jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya
lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa.

D. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia,
yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis,
anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan
pengaruh imunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran
mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen, semuanya ini penghubung yang
menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam
meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran
darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat
meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak
dan medula spinalis.

4
Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri
dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan
peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis.
Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan
dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat
terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh
meningokokus.

E. Manifestasi Klinis
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:
a) Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena
adanya spasme otot-otot leher.
b) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi
kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka
gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen
dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda
vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala,
muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi
purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata.

5
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah
putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa
jenis bakteri.
b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus
biasanya dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum : meningkat (meningitis).
3. LDH serum : meningkat (meningitis bakteri).
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrophil (infeksi bakteri).
5. Elektrolit darah : Abnormal.
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis.
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi
atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel;
hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu menyesuaikan
dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna sebagai bahan kolaborasi
dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi
pemberian antibiotic yang mampu melewati barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam
konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya
menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi
antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.
Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):
1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1 setengah
tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.

6
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan.

Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):


1. Sefalosporin generasi ketiga.
2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari.
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.

Pengobatan simtomatis:
1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6 mg/kgBB, atau
fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x
sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk mengobati
edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian tambahan volume
cairan intravena.

H. Komplikasi
1. Hidrosefalus obstruktif.
2. MeningococcL Septicemia (mengingocemia).
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral).
4. SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone).
5. Efusi subdural.
6. Kejang.
7. Edema dan herniasi serebral.
8. Cerebral palsy.
9. Gangguan mental.
10. Gangguan belajar.
11. Attention deficit disorder

7
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata klien, meliputi Nama, Umur, Jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan,
nomor regitrasi, status pekawinan, agama, tanggal MR

2. Riwayat kesehatan yang lalu


1) Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
2) Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
3) Pernahkah operasi daerah kepala ?

3. Data bio-psiko-sosial
1) Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).
Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.

2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK.
Tanda : Tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi,
disritmia.

3) Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.

4) Makan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.

5) Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.

8
6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena,
kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi
penciuman.
Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi,
kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal,
hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski
positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.

7) Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat, frontal).
Tanda : gelisah, menangis.

8) Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru.
Tanda : peningkatan kerja pernafasan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan diseminata hematogen
dari pathogen
2. Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan berhubungan dengan
edema serebral, hipovolemia.
3. Risiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan
umum, vertigo.
4. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan
kekuatan
6. Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.

9
C. Intervensi
1. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan diseminata hematogen
dari patogen.
Mandiri :
a) Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan.
b) Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.
c) Pantau suhu secara teratur.
d) Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus menerus.
e) Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan nfas dalam.
f) Cacat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau )
Kolaborasi :
a) Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol, gentamisin.
b) Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan berhubungan
dengan edema serebral, hipovolemia.

2. Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan
edema serebral, hipovolemia.
Mandiri
a) Tirah baring dengan posisi kepala datar.
b) Pantau status neurologis.
c) Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang.
d) Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan dan haluaran.
e) Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan.
Kolaborasi.
a) Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
b) Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
c) Pantau BGA.
d) Berikan obat : steoid, clorpomasin, asetaminofen

10
3. Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal, kelemahan
umum vertigo.
Mandiri
a) Pantau adanya kejang
b) Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatan
c) Tirah baring selama fase akut kolaborasi berikan obat : venitoin, diaepam,
venobarbital.

4. Nyeri (akut ) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.


Mandiri.
a) Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi yang
nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan
masage otot leher.
b) Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi)
c) Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.
d) Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul
Kolaborasi
a) Berikan anal getik, asetaminofen, codein

5. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler.


a) Kaji derajat imobilisasi pasien.
b) Bantu latihan rentang gerak.
c) Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab.
d) Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udsra atau air
perhatikan kesejajaran tubuh secara fumgsional.
e) Berikan program latihan dan penggunaan alat mobiluisasi.

6. Perubahan persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis


a) Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan, sensorik dan
proses pikir.
b) Kaji kesadara sensorik : sentuhan, panas, dingin.

11
c) Observasi respons perilaku.
d) Hilangkan suara bising yang berlebihan.
e) Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik.
f) Beri kessempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas.
g) Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi okupasi,wicara dan kognitif.

7. Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.


a) Kaji status mental dan tingkat ansietasnya.
b) Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan prosedur.
c) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
d) Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan beri dukungan serta petunjuk
sumber penyokong.

D. Implementasi
Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dari produk sisa tubuh,
reduksi/peningkatan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, pencapaian tingkat nutrisi yang
optimal, pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit, reduksi ansietas, penjelasan
informasi tentang diagnose, prosedur pembedahan, perawatan diri setelah pulang dari rumah
sakit, pemeliharaan kesehatan dan tidak adanya komplikasi.

E. Evaluasi
Adapun hasil yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut :
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau
keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik,
mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu
tidur/istirahat dengan tepat.
5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.

12
7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan
pengetahuan tentang situasi.

13
BAB IV

PENUTUP
 
A. Kesimpulan
Dari uraian singkat tentang meningitis diatas dapat diperoleh beberapa poin antara lain :
1. Menurut Smeltzer (2001), Meningitis merupakan radang pada meningen (membran yang
mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-
organ jamur.
2. Penyebab dari penyakit meningitis antara lain Bakteri; Mycobacterium tuberculosa,
Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok),
Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa. Penyebab lainnya lues,
Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
3. Faktor predisposisi yang berperan antara lain jenis kelamin laki laki lebih sering
dibandingkan dengan wanita. Faktor maternal anatar lain ruptur membran fetal, infeksi
maternal pada minggu terakhir kehamilan. Sedangkan faktor imunologinya adalah
defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin. Kelainan sistem saraf pusat,
pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan.
4. Meningitis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu Meningitis serosa dan Meningitis
purulenta.
5. Intervensi yang dapat diberikan kepada pasien dengan meningitis antara lain:
a) beri tindakan isolasi sebagai pencegahan Tirah baring dengan posisi kepala datar.
b) Pantau adanya kejang.
c) Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi yang
nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage
otot leher.
d) Kaji derajat imobilisasi pasien.
e) Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan, sensorik dan
proses pikir.
f) Kaji status mental dan tingkat ansietasnya.

14
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya mahasiswa keperawatan
dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang penyakit meningitis dan bagaimana penerapan
asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis. Semoga makalah ini dapat dijadikan
sumber literature yang layak digunakan untuk mahasiswa.

15
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made
Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.

Harsono.(1996).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada University Press.


Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia,
Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.
Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome.
Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998.
Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa
Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994.
Long, Barbara C. perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung :
yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan; 1996.
Erathenurse. 2007. Askep pada meningitis. http://erathenurse.blogspot.com/ 2007/12/askep-pada-
meningitis.html. Di akses tanggal 2 Desember 2009 pukul 18.40 
Farinqhustank. 2008. Meningitis .http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/
kedokteran/meningitis. Di akses tanggal 2 Desember 2009 pukul 18.40
Anonymous. 2010. Disitasi http://nursingbegin.com/askep-meningitis/. Diakses tanggal 12
Desember 2010.
Farly, Augus. 2010. Disitasi http://augusfarly.wordpress.com/2010/07/29/asuhan-keperawatan-
meningitis/. Diakses tanggal 12 Desember 2010
Anonymous. Disitasi http://health.allrefer.com/pictures-images/kernigs-sign-of-meningitis.html.
Diakses tanggal 12 Desember 2010

16

Anda mungkin juga menyukai