Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MENINGITIS

Dosen Pengampu : FADILA ABDULLAH S.Kep.,Ns,M.Kep

DI SUSUN

OLEH : KELOMPOK 7

NAMA

1. MARFA TOBUKU (21144010026)


2. MASITA B HI AJID (21144010027)
3. NADIA AULIA (21144010028)
4. NADIA JAFAR (21144010029)
5. NISRINA A SOLEMAN (21144010030)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TERNATE

PRODI D-III KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, kami panjatkan ke hadapan Allah SWT, atas izin-


Nyasehingga kami dapat menyusun  dan  menyelesaikan makalah ini.  Selanjutnya
Sholawat dan salam kami ucapkan ke arwah junjungan Nabi Besar Muhammad SAW,
karena berkat perjuangan Beliaulah kita dapat hidup di alam yang penuh ilmu pengetahuan
seperti sekarang ini. Adapun Tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk
melengkapi tugas keperawatan anak “Konsep Medis dan Konsep Keperawatan Menigitis” .

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan namun,


berkat bimbingan, arahan, masukan dan bantuan dari berbagai pihak makalah ini
dapat diselesaikan. Kami merasa bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, kami mohon pertimbangan dari semua pihak dalam
penilaian makalah ini, dan dapat dijadikan sebagai terselesainya Tugas keperawatan anak.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5

C. Tujuan...................................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

TINJAUAN TEORI.........................................................................................................................6

A. Konsep Dasar Medis.............................................................................................................6

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Meningitis..................................................................9

BAB III..........................................................................................................................................15

STUDI KASUS.............................................................................................................................15

A. PENGKAJIAN...................................................................................................................15
B. DIAGNOSA.......................................................................................................................15

C. INTERVENSI.....................................................................................................................16

D. EVALUASI........................................................................................................................17

BAB IV..........................................................................................................................................18

PENUTUP.....................................................................................................................................18

A. Kesimpulan.........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi otak merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada jaringan otak. Penyakit
infeksi otak bermacam-macam seperti Meningitis, Meningoensefalitis, dan Abses serebri.
Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan piamater
(leptomeningens) disebut meningitis. Meningitis merupakan peradangan pada meningen
yaitu membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2013).
Batticaca (2011) menjelaskan bahwa meningitis atau radang selaput otak
merupakan infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia dan araknoid,
ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla sipinalis. Kuman-kuman dapat
masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dengan cepat sekali menyebar ke bagian lain,
sehingga leptomening medulla spinalis terkena. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
meningitis selalu merupakan suatu proses serebrospinal.

Oragnisme yang merupakan penyebab umum meningitis meliputi Neisseria


meningitis (meningitis meningokok), Haemopbilus influenzae, dan Streptococcus
pneumoniae (organism ini biasanya terdapat di nasofaring). Organisme penyebab
meningitis yang sering menyerang bayi (sampai usia 3 bulan) adalah Escberichid coli
dan Listeria monocytogenes. Berdasarkan penyebabnya, meningitis dapat dibagi menjadi
meningitis aseptik (aseptic meningitis) yang disebabkan oleh virus, dan meningitis
bakterial (bacterial meningitis) yang disebabkan oleh berbagai bakteri (Batticaca, 2008).

Gejala awal yang timbul akibat dari meningitis merupakan akibat dari infeksi dan
peningkatan tekanan intracranial (TIK), nyeri kepala, mual dan muntah, demam, kejang,
pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai dengan
koma (Tarwoto, 2013). Dampak yang timbul akibat meningitis yaitu peningkatan tekanan
intracranial, hyrosephalus, infark serebral, abses otak, dan kejang (Tarwoto, 2003).

World Health Organization (2009), menyebutkan Afrika terjadi sebanyak 78,416


kasus meningitis dengan jumlah kematian 4,053. Di Negara-negara berkembang seperti
Gambia diperkirakan 2% dari semua anak < 5 tahun meninggal karena kasus meningitis
(Simanullang, dkk, 2014). Di Indonesia meningitis merupakan penyebab kematian pada
semua umur dengan urutan ke 17 (0,8%) setelah malaria (simanullang, 2014). Menurut
Riskesdas 2007 pneumonia dengan jumlah 15,5% merupkan penyakit penyebab kematian
kedua, sedangkan meningitis dengan jumlah 8,8% merupakan penyebab kematian ke
empat di Indonesia (Riskesdas, 2007). RSUP Dr. Kariadi Semarang ditemukan (35,3%)
pasien dengan penyakit meningitis TB dan ditemukan sejumlah (17,64%) pasien dengan
diagnosa meningitis (Masfiyah, dkk, 2013).
Penelitian dari Jannis, dkk tahun 2006 di RSUP. Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta ada 273 pasien meningitis dirawat bangsal selama perio yang dari 9 tahun, terdiri
dari 42 (15,4%) meningitis akut dan 231 (84,61%) kronis meningitis pasien. Sebagaian
besar pasien adalah laki-laki sebanyak 192 (70,3%), sementara hanya 81 (29,7%) adalah
perempuan.

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien meningitis


dapat berupa pengobatan akan kebutuhan fisik serta kebutuhan psikologis pasien.
Perawat dalam merawat pasien dengan meningitis harus memantau kondisi pasien yang
lemah mengharuskan pasien untuk menjaga kondisinya agar tidak terjadinya peningkatan
tekanan intracranial (TIK) dengan memaksimalkan dan meminimalkannya. Membantu
pasien meningitis untuk bisa kembali ke keadaan sebelum hospitalisasi serta memberikan
kebutuhan psikologis pasien seperti menghilangkan ansietas, memberikan dukungan
spiritual dan mendiskusikan masalah yang berhubungan dengan rasa sakit yang dirasakan
oleh pasien meningitis merupakan salah satu peran yang bisa dilakukan oleh seorang
perawat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu penyakit meningitis ?
2. Apa saja penyebab dari penyakit meningitis ?
3. Bagaiamana patofisiologi dari penyakit meningitis ?
4. Apa saja tanda dan gejala dari meningitis ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyakit meningitis
2. Unutk mengetahui penyebab dari penyakit meningitis
3. Unutk mengetahui patofisiologi dari penyakit meningitis
4. Unutk mengetahui tanda dan gejala dari penyakit meningitis
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang disebut
meningen.Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan plamater
(leptomeningens) disebut meningitis. Peradang pada bagian duramater disebut
pakimeningen. Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur atau karena
toksin. Namun demikian sebagian besar meningitis disebabkan bakteri.Meningitis adalah
peradangan pada meningen yaitu membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis
(Tarwoto, 2013).

Batticaca (2008), mengatakan meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada


meningen otak dan medulla spinalis, gangguan ini biasanya merupakan komplikasi
bakteri (infeksi sekunder) seperti pneumonia, endokarditis, atau osteomielitis.

2. Etiology
Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh berbagai
macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria meningitis (Meningococus),
Diplococus pneumonia, Streptococcus group A, Pseudomonas, Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, Klebsiella, Proteus. Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi
seperti: fraktur tengkorak, infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana akan
meningkatkan terjadinya meningitis.
1) Meningitis bakteri
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah: Haemophilus
influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides, dan Staphylococcus aureus.
Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dan dapat menimbulkan respon peradangan.
Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel-sel sebagai respon
peradangan. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk di ruang
subaraknoid. Penumpukan didalam cairan serebrospinal akan menyebabkan cairan
menjadi kental sehingga dapat menggangu aliran serebrospinal di sekitar otak dan
medulla spinalis. Sebagian akan menganggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid dan
dapat menimbulkan hidrosefalus. Penambahan eksudat di dalam ruang subaraknoid dapat
menimbulkan peradangan lebih lanjut dan peningkatan tekanan intrakranial. Eksudat
akan mengendap di otak dan saraf-saraf kranial dan spinal. Sel-sel meningeal akan
menjadi edema, membran sel tidak dapat lebih panjang mengatur aliran cairan yang
menujuh atau keluar dari sel.

2) Meningitis virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis.Meningitis ini terjadi
sebagai akibat dari berbagai macam penyakit virus yang meliputi measles, mumps,
herpes simplex dan herpes zoster.Pembentukan eskudat pada umumnya terjadi diatas
korteks serebral, substansi putih dan meningens.Kerentanan jaringan otak terhadap
berbagai macam virus tergantung pada tipe sel yang dipengaruhi.Virus herpes simplex
merubah metabolisme sel, yang mana secara cepat menyebabkan perubahan produksi
enzim atau neurotransmitter yang menyebabkan disfungsi dari sel dan kemungkinan
kelainan neurologi.

Nurarif dan Kusuma (2016), mengatakan penyebab meningitisada 2 yaitu:


a. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Dipiococus pneumonia dan
Neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negative.
b. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria meningitidis
dan diplococcus pneumonia.
3. Patofisiologi
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu pada
bagian paling luar adalah duramater, bagian tengah araknoid dan bagian dalam
piamater.Cairan serebrospinalis merupakan bagian dari otak yang berada dalam ruang
subaraknoid yang dihasilkan dalam fleksus choroid yang kemudian dialirkan melalui
system ventrikal.

Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui beberapa cara
misalnya hematogen (paling banyak), trauma kepala yang dapat tembus pada CSF dan
arena lingkungan. Invasi bakteri pada meningen mengakibatkan respon peradangan.
Netropil bergerak ke ruang subaraknoid untuk memfagosit bakteri menghasilkan eksudat
dalam ruang subaraknoid. Eksudat ini yang dapat menimbulkan bendungan pada ruang
subaraknoid yang pada akhirnya dapat menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang
terkumpul juga akan berpengaruh terhadap saraf-saraf kranial dan perifer. Makin
bertambahnya eksudat dapat meningkatkan tekanan intracranial (Tarwoto, 2013).

Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapis meningitis: dura mater, araknoid
dan piamater. CSF diproduksi di dalam fleksus koroid ventrikel yang mengalir melalui
ruang subaraknoid di dalam system ventrikel dan sekitar otak dan medulla spinalis. CSF
diabsobsi melalui araknoid pada lapisan araknoid dari meningintis. Organisme penyebab
meningitis masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Cara masuknya dapat
terjadi akibat trauma penetrasi, prosedur pembedahan atau pecahnya abses serebral.
Meningitis juga dapat terjadi bila adanya hubungan antara cairan serebrospinal dan dunia
luar. Masuknya mikroorganisme menuju ke susunan saraf pusat melalui ruang
subarakhoid dapat menimbulkan respon peradangan pada pia, araknoid, cairan
serebrospinal dan ventrikel. Eksudat yang dihasilkan dapat menyebar melalui saraf
kranial dan spinal sehingga menimbulkan masalah neurologi. Eksudat dapat menyumbat
aliran normal cairan serebropinal dan menimbulkan hidrosefalus (Widagdo, dkk, 2013)

4. Manifestasi klinis
Tarwoto (2013) mengatakan manifestasi klinik pada meningitis bakteri diantaranya:
a. Demam, merupakan gejala awal
b. Nyeri kepala
c. Mual dan muntah
d. Kejang umum
e. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai
dengan koma.

Sedangkan menurut (Widago, dkk, 2013) manifestasi klinis klien meningitis


meliputi:
a. Sakit kepala
b. Mual muntah
c. Demam
d. Sakit dan nyeri secara umum
e. Perubahan tingkat kesadaran
f. Bingung
g. Perubahan pola nafas
h. Ataksia
i. Kaku kuduk
j. Ptechialrash
k. Kejang (fokal, umum)
l. Opistotonus
m. Nistagmus
n. Ptosis
o. Gangguan pendengaran
p. Tanda brundzinki’s dan kerniq’s positif
q. Fotophobia

5. Dampak Masalah
Tarwoto ( 2013), dampak maslah yang ditimbulkan pada pasien meningitis berupa:
a. Peningkatan tekanan intrakranial
b. Hyrosephalus
c. Infark serebral
d. Abses otak
e. Kejang
f. Pnemonia
g. Syok sepsis
h. Defisit intelektual

6. Penatalaksanaan
Tarwoto ( 2013), mengatakan penatalakasanaan dibagi 2 yaitu:
1. Penatalaksanaan umum
a. Pasien diisolasi
b. Pasien diistirahatkan/ bedrest
c. Kontrol hipertermi dengan kompres
d. Kontrol kejang
e. Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi
2. Pemberian antibiotik
a. Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari bebas panas
b. Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin, Gentamisin, Kloromfenikol,
Sefalosporin.
c. Jika pasien terindikasi meningitis tuberkolusis diberikan obat-obatan TBC.

Pemeriksaan penujang (Hudak dan Gallao, 2012)


1. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar glukosa
darah mrenurun, protein meningkat, glukosa serum meningkat
2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3. Kultur urim, untuk menetapkan organisme penyebab
4. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K + turun
5. MRI, CT-scan/ angiorafi
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Meningitis
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus meningitis meliputi :
1) Identitas Pasien
Identitas pasien yang perlu dikaji meliputi; nama, tempat tanggal lahir/umur,jenis
kelamin, beratbadan lahir, serta apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak, anak ke,
jumlah saudara dan identitas orang tua.
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Alasan anak di bawa ke rumah sakit karena mengalami demam tinggi, sakit
kepala berat, kejang dan penurunan kesadaran.
b. Riwayat penyakit saat ini
Biasanya pasien meningitis keluhan gejala awal berupa sakit kepala dan
demam. Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian
lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering
menimbulkan kejang dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya
menurunkan keluhan kejang tersebut.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien meningitis biasanya pernah memiliki riwayat penyakit yang meliputi;
infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan
adanya pengaruh imunologis pada masa sebelumya. Meningitis tuberkulosis
perlu dikaji tentang riwayat sakit TB. Riwayat imunisasi juga perlu di ketahui
seperti pemberian imunisasi BCG dan DPT Hib pada anak.
d. Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan anak
Pada pasien dengan meningitis organ yang mengalami gangguan adalah organ
yang berdekatan dengan fungsi memori, fungsi pengaturan motorik dan
sensorik, maka kemungkinan besar anak mengalami masalah ancaman
pertumbuhan dan perkembangan seperti retardasi mental, gangguan
kelemahan atau ketidakmampuan menggerakkan tangan maupun kaki
(paralisis). Akibat gangguan tersebut anak dapat mengalami keterlambatan
dalam mencapai kemampuan sesuai dengan tahapan usia.
3) Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat Kesadaran
kesadaran anak menurun apatis sampai dengan koma. Nilai GCS yang
berkisar antara 3 sampai dengan 9 (GCS normal 15) (Riyadi & Sukarmin,
2009).
b. Tanda-tanda vital
Pada pasien dengan meningitis biasanya di dapatkan peningkatan suhu tubuh
lebih dari normal. penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-
tanda peningkatan TIK, pernapasan meningkat > 30 x/menit dan tekanan
darah biasanya normal atau meningkat karena tanda-tanda peningktan TIK.
(suhu normal 36,5-37,40 C, pernapasan normal : untuk anak 2 bulan -< 12
bulan < 50 x/menit, 12 bulan-<5 tahun < 40x/menit) (Muttaqin, 2008).
c. Kepala
Pada neonatus di temukan ubun-ubun menonjol, sedangkan pada anak yang
lebih besar jarang di temukan kelainan. Pada pemeriksaan meningeal pada
anak dengan meningitis akan ditemukan kuduk kaku. Terkadang perlu
dilakukan pemeriksaan lingkar kepala untuk mengetahui apakah ada
pembesaran kepala pada anak (Wong, dkk, 2009).
d. Mata
Pada neonatus di temukan ubun-ubun menonjol, sedangkan pada anak yang
lebih besar jarang di temukan kelainan. Pada pemeriksaan meningeal pada
anak dengan meningitis akan ditemukan kuduk kaku. Terkadang perlu
dilakukan pemeriksaan lingkar kepala untuk mengetahui apakah ada
pembesaran kepala pada anak (Wong, dkk, 2009).
e. Hidung
Biasanya tidak ditemukan kelainan.
f. Mulut
Mukosa bibir kering akibat kehilangan cairan melalui proses evaporasi.
g. Telinga
Terkadang di temukan keluarnya cairan dari telinga pada anak dengan
meningitis pneumokokus dan sinus dermal kongenital terutama di sebabkan
oleh infeksi E.colli.
h. Dada
a) Thoraks
 Inspeksi, akan nampak penggunaan otot bantu penapasan.
 Palpasi, pada pasien dengan meningitis jarang dilakukan dan biasanya
tidak ditemukan kelainan.
 Auskultasi, ditemukannya bunyi nafas tambahan seperti ronkhi pada
pasien dengan meningitis tuberkulosa dengan penyebaran primer dari
paru.
b) Jantung : penurunan kesadaran pada anak akan di ikuti dengan denyut
jantung yang terkesan lemah < 100x/menit. (normal 100-140x/i).
i. Kulit
Pada kulit saat inspeksi akan ditemukan ruam petekia dengan lesi purpura sampai
ekimosis pada daerah luas. Selain itu turgor kulit mengalami penurunan akibat
peningkatan kehilangan cairan.
j. Ekstremitas
Kekuatan otot menurun dan mengalami opistotonus. Pada tahap lanjut anak
mengalami gangguan koordinasi dan keseimbangan pada alat gerak.
k. Genitalia, jarang di temukan kelainan.
l. Pemeriksaan saraf kranial
a) Saraf I, biasanya pada pasien dengan meningitis fungsi penciuman tidak ada
kelainan.
b) Saraf II, tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan
papiledema mungkin didapatkan terutama pada meningitis supuratif disertai
abses serebri dan efusi subdural yang menyebabkan terjadinya peningkatan
TIK berlangsung lama.
c) Saraf III, IV dan VI, pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada pasien dengan
meningitis yang tidak disertai penurunan Poltekkes Kemenkes Padang
23kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang telah
mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil
akan di dapatkan. Dengan alasan yang tidak di ketahui pasien meningitis
mengeluh mengalami fotofobia atau sensitif yang berlebihan terhadap cahaya.
d) Saraf V, pada pasien dengan meningitis biasanya tidak di dapatkan paralis
pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
e) Saraf VII, persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah sismetris.
f) Saraf VIII, tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
g) Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik.
h) Saraf XI, tidak ada atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius. Adanya
usaha dari pasien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk.
i) Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi serta indra pengecap normal.
m. Sistem motorik
Kekuatan otot menurun, mengalami gangguan koordinasi pada alat gerak, anak
bisa mengalami hemiplegi dan/atau hemiparise.
n. Pemeriksaan ransangan meningeal
a) Kaku kuduk
Kaku kuduk adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher. Fleksi paksaan
menyebabkan nyeri berat.
b) Tanda kernig positif
Ketika pasien di baringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kearah
abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
4) Pemeriksaan Penunjang
a. Pungsi lumbal dan kultur CSS dengan hasil sebagai berikut :
a) Hitung sel darah putih, biasanya meningkat sampai lebih dari
100/mm3(normal : < 6/µL).
b) Pewarnaan gram CSS
c) Kadar glukosa cairan otak menurun pada meningitis bakterial dan pada
meningitis dengan penyebab virus kadar glukosa biasanya normal. (normal
kadar glukosa cairan otak 2/3 dari nilai serum glukosa).
d) Protein, tinggi (bakterial, tuberkular, infeksi kongenital) dan pada meningtis
virus protein sedikit meningkat.

2. Diagnosa
Kemungkinan diagnose keperawatan yang muncul pada pasien dengan penyakit
Meningitis, yaitu:
a. Risiko perfusi serebral tidak efektif d/d cedera kepala.
b. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif.
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d proses infeksi.
d. Pola nafas tidak efektif b/d depresi pusat pernapasan di otak.
e. Nyeri akut b/d agen pencegahan fisiologi (msl, inflamasi,iskemia)
f. Resiko infeksi d/d imunosupresi
g. Ketidakseimbangan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan untuk
maka
h. Hipertermi b/d peningkatan laju metabolism
i. Kekurangan volume cairan b/d diaphoresis
j. Resiko cedera d/d hipoksia jaringan

3. Intervensi
Bulechek (2009) dan Moorhead (2009), menjelaskan teori rencana keperawatan
yang dapat dilakukan untuk diagnosa keperawatan diatas adalah :
a. Risiko perfusi serebral tidak efektif d/d cedera kepala.
Observasi :
 identifikasi penyebab peningkatan tekanan intrakarnial
 monitor tanda gejala peningkatan intrakarnial
 monitor MAP
Terapeutik
 berikan posisi semi fowler
 hindari pemberian cairan IV hipotonik
 cegah terjadinya kejang
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
 kolaborasi dalam pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu

b. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif.


Observasi

 Timbang BB setiap hari dan monitor status pasien


 Hitung atau timbang popok dengan baik
 Jaga dan catat intake dan output
 Monitor status hidrasi
 Monitor hasil laboraterium yang relevan dengan retensi cairan
 Monitor status himodenamik
 Monitor TTV
 Berikan terapi IV seperti yang di tentukan
 Berikan cairan dengan tepat
 Tingkatkan asupan oral
 Dukung pasien dan keluaraga unutk membantu dalam pemberian makan
dengan baik
 Berikan produk darah
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d proses infeksi.
Observasi
 Monitor pola napas
 Monitor bunyi napas tambahan
 Monitor sputum (jumlah warna,aroma)
Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Posisikan semi fowler atau fowler
 Lakukan fisioterapi dada, jiksa perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator , ekspektoram, mukolitik, jika perlu
d. Pola nafas tidak efektif b/d depresi pusat pernapasan di otak.
Pemantauan respirasi
Observasi
 Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napas
 Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Terapeutik
 Atur interval pemantauan respirasi sesua kondisi pasien
 Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perluh
e. Nyeri akut b/d pencegahan fisiologi (msl, inflamasi,iskemia)
Manajemen nyeri
Observasi:
 Identifikasi lokasi, karakteristik, duras, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyerri
 Identifikasi respons nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nveri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik:
 Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicunveri Jelaskan strategi meredakan
nveri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat melaksanakan
rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Berdasarkan terminology
NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan
tindakan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi (Kozier et al., 2010)
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah fase kelima dan fase terakhir dalam proses
keperawatan. Evaluasi merupakan aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan
terarah ketika pasien dan professional kesehatan menentukan kemajuan pasien menuju
pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi ini akan
menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan atau diubah
(Kozier et al., 2010).

BAB III

STUDI KASUS

An. F umur 1 tahun di rujuk di IGD dengan penurunan kesadaran, demam, sakit kepala,
mual, dan kejang sejak ± 1 bulan, penderita mengalami demam, tidak terlalu tinggi 37,8 C hilang
timbul disertai batuk, pilek. Penderita dibawa berobat ke puskesmas dan diobati oleh dokter
umum, keluhan berkurang namun timbul lagi.

Sejak ± 2 hari penderita demam tinggi, demam tidak turun 39C menggigil , batuk .
Penderita juga mengalami BAB cair, frekuensi 4x/hari, lebih banyak air daripada ampas, ada
lendir, dan tidak ada darah. Penderita dibawa berobat ke dokter umum, diberi 3 macam obat
sirup, BAB cair tidak lagi namun demam masih ada.

Sejak 1 hari, penderita masih mengalami demam tinggi, kejang . frekuensi 3x/24 jam,
lama ±5 menit, post iktal penderita tidak sadar. Penderita dibawa ke RS Bari Palembang, lalu
dirujuk ke RS Palembang dan dirawat di bagian anak divisi neurologi RS Palembang.

Data Fokus

Ds :

 Mual
 Demam
 BAB Cair frekuensi 4x/m
 Sakit kepala

Do :

 Mengigil
 Kejang
 Penurunan kesadaran

A. Pengkajian
1) Identitas
2) Anamesa : (Alloanamnesis dengan ibu penderita. 31 Juli 2013)
Keluhan Utama : penurunan kesadaran
Keluhan Tambahan: Demam dan kejang
Riwayat perjalanan penyakit : sejak ± 1 bulan , penderita mengalami demam, tidak
terlalu tinggi, hilang timbul disertai batuk (+), pilek (-). Penderita dibawa berobat ke
puskesmas dan diobati oleh dokter umum, keluhan berkurang namun timbul lagi.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat menderita sakit yang sama sebelumnya (+), kejang dengandemam pada
usia 5 bulan
 Riwayat batuk berulang (+)
 Riwayat kontak dengan penderita TB (+) → tetangga sebelah rumah
 Riwayat sering berkeringat pada malam hari (-)
 Riwayat sering demam sejak 1 bulan yang lalu (+)
 Riwayat berat badan tertinggi saat usia 1 tahun → 8,9 kg

B. Diagnosa
1) Resiko perfusi serebral tidak efektif d.d cedra kepala
2) Hipertermi b/d peningkatan laju metabolism
3) Resiko cedera d/d hipoksia jaringan
4) Termoregulasi tidak efektif b.d proses penyakit (miss, infeksi) d.d mengigil dan kejang

C. Intervensi
1) Resiko perfusi serebral tidak efektif d.d cedra kepala
Tujuan: keadekuatan aliran darah serebral untuk menunjang fungsi otak
KH: tingkat kesadaran meningkat, sakit kepala menurun dan demam menurun
Observasi :
 identifikasi penyebab peningkatan tekanan intrakarnial
 monitor tanda gejala peningkatan intrakarnial
 monitor MAP
Terapeutik
 berikan posisi semi fowler
 hindari pemberian cairan IV hipotonik
 cegah terjadinya kejang
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
 kolaborasi dalam pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu
2) Hipertermi b/d peningkatan laju metabolism
Tujuan: pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal
KH: mengigil menurun, kejang menurun.
Temeperatur
Observasi
 Identifikasi penyebab hipertermia penggunaan inkubator
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektralit
 Monitor haluaran urine
 Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih) -Lakukan pendinginan eksternal (mis, selimut hipotermia atau kompres
dingin padadahi, leher, dada, abdomen, aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin hBenkan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
3) Resiko cedera d/d hipoksia jaringan
Tujuan :
KH :
Observasi
 Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis. kondisi fisik. fungsi kognitif dan riwayat
perlaku)
 Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
Terapeutik
 Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (mis. fisik, biologi.dan kimia), ja
memungkinkan
 Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko
 Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis. commode chair dan pegangan tangan)
 Gunakan perangkat pelindung (mis. pengekangan fisik, rel samping, pintu terkunci,
pagar)
 Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas (mis, puskesmas. polisi, damkar)
 Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
 Lakukan program skrining bahaya lingkungan (mis. timbal)
Edukasi.
 Ajarkan individu, keluarga dan kelompok risiko tinggi bahaya lingkungan

D. Evaluasi
1) Diare b.d proses infeksi d.d feses lembek atau cair
S:-
O: klien mengatakan BAB cair mulai membaik
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
2) Resiko perfusi serebral tidak efektif d.d cedra kepala
S:-
O: kesadaran meningkat
A: masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
3) Termoregulasi tidak efektif b.d proses penyakit (miss, infeksi) d.d mengigil dan
kejang
S:-
O: kejang menurun, mengigil menurun.
A: masalah teratasi hentikan intervensi
P: intervensi dihentikan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Meningitis ialah Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang
disebut meningen.Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan plamater
(leptomeningens) disebut meningitis. Peradang pada bagian duramater disebut pakimeningen.
Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur atau karena toksin. Namun demikian
sebagian besar meningitis disebabkan bakteri.Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu
membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2013).

Etiologi Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh berbagai


macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria meningitis (Meningococus), Diplococus
pneumonia, Streptococcus group A, Pseudomonas, Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
Klebsiella, Proteus. Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak,
infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana akan meningkatkan terjadinya meningitis.

Tarwoto (2013) mengatakanmanifestasi klinik pada meningitis bakteri diantaranya:


Demam, merupakan gejala awal, Nyeri kepala, Mual dan muntah, Kejang umum, Pada keadaan
lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai dengan koma.

Diagnosa : Diare b.d proses infeksi d.d feses lembek atau cair, Resiko perfusi serebral
tidak efektif d.d cedra kepala dan Termoregulasi tidak efektif b.d proses penyakit (miss, infeksi)
d.d mengigil dan kejang
DAFTAR PUSTAKA

Jannis & Hendrik. 2006. Meningitis Mortallty In Neurologi Ward Of Dr. Cipto
Mangukusumo Hospital. Jakarta: Med J Indones. Tersedia pada http://www.google.com/
www.jurnal.ipi.ac.id di akses pada tanggal 6 Febuari 2017.

Arydina, dkk. 2014. Bacterial Meningeal Score (BMS) Sebagai Indikator


Diagnosis Meningitis Bakterialis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Sari Pediatri, vol 5.
http://id.portalgaruda.org/?Ref=browse&mod=viewarticle&article=473972.

https://www.scribd.com/doc/160206873/CASE-MENINGITIS-ANAK

Anda mungkin juga menyukai