DI SUSUN
OLEH : KELOMPOK 7
NAMA
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.........................................................................................................................6
BAB III..........................................................................................................................................15
STUDI KASUS.............................................................................................................................15
A. PENGKAJIAN...................................................................................................................15
B. DIAGNOSA.......................................................................................................................15
C. INTERVENSI.....................................................................................................................16
D. EVALUASI........................................................................................................................17
BAB IV..........................................................................................................................................18
PENUTUP.....................................................................................................................................18
A. Kesimpulan.........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi otak merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada jaringan otak. Penyakit
infeksi otak bermacam-macam seperti Meningitis, Meningoensefalitis, dan Abses serebri.
Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan piamater
(leptomeningens) disebut meningitis. Meningitis merupakan peradangan pada meningen
yaitu membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2013).
Batticaca (2011) menjelaskan bahwa meningitis atau radang selaput otak
merupakan infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia dan araknoid,
ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla sipinalis. Kuman-kuman dapat
masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dengan cepat sekali menyebar ke bagian lain,
sehingga leptomening medulla spinalis terkena. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
meningitis selalu merupakan suatu proses serebrospinal.
Gejala awal yang timbul akibat dari meningitis merupakan akibat dari infeksi dan
peningkatan tekanan intracranial (TIK), nyeri kepala, mual dan muntah, demam, kejang,
pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai dengan
koma (Tarwoto, 2013). Dampak yang timbul akibat meningitis yaitu peningkatan tekanan
intracranial, hyrosephalus, infark serebral, abses otak, dan kejang (Tarwoto, 2003).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu penyakit meningitis ?
2. Apa saja penyebab dari penyakit meningitis ?
3. Bagaiamana patofisiologi dari penyakit meningitis ?
4. Apa saja tanda dan gejala dari meningitis ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyakit meningitis
2. Unutk mengetahui penyebab dari penyakit meningitis
3. Unutk mengetahui patofisiologi dari penyakit meningitis
4. Unutk mengetahui tanda dan gejala dari penyakit meningitis
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Etiology
Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh berbagai
macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria meningitis (Meningococus),
Diplococus pneumonia, Streptococcus group A, Pseudomonas, Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, Klebsiella, Proteus. Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi
seperti: fraktur tengkorak, infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana akan
meningkatkan terjadinya meningitis.
1) Meningitis bakteri
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah: Haemophilus
influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides, dan Staphylococcus aureus.
Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dan dapat menimbulkan respon peradangan.
Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel-sel sebagai respon
peradangan. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk di ruang
subaraknoid. Penumpukan didalam cairan serebrospinal akan menyebabkan cairan
menjadi kental sehingga dapat menggangu aliran serebrospinal di sekitar otak dan
medulla spinalis. Sebagian akan menganggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid dan
dapat menimbulkan hidrosefalus. Penambahan eksudat di dalam ruang subaraknoid dapat
menimbulkan peradangan lebih lanjut dan peningkatan tekanan intrakranial. Eksudat
akan mengendap di otak dan saraf-saraf kranial dan spinal. Sel-sel meningeal akan
menjadi edema, membran sel tidak dapat lebih panjang mengatur aliran cairan yang
menujuh atau keluar dari sel.
2) Meningitis virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis.Meningitis ini terjadi
sebagai akibat dari berbagai macam penyakit virus yang meliputi measles, mumps,
herpes simplex dan herpes zoster.Pembentukan eskudat pada umumnya terjadi diatas
korteks serebral, substansi putih dan meningens.Kerentanan jaringan otak terhadap
berbagai macam virus tergantung pada tipe sel yang dipengaruhi.Virus herpes simplex
merubah metabolisme sel, yang mana secara cepat menyebabkan perubahan produksi
enzim atau neurotransmitter yang menyebabkan disfungsi dari sel dan kemungkinan
kelainan neurologi.
Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui beberapa cara
misalnya hematogen (paling banyak), trauma kepala yang dapat tembus pada CSF dan
arena lingkungan. Invasi bakteri pada meningen mengakibatkan respon peradangan.
Netropil bergerak ke ruang subaraknoid untuk memfagosit bakteri menghasilkan eksudat
dalam ruang subaraknoid. Eksudat ini yang dapat menimbulkan bendungan pada ruang
subaraknoid yang pada akhirnya dapat menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang
terkumpul juga akan berpengaruh terhadap saraf-saraf kranial dan perifer. Makin
bertambahnya eksudat dapat meningkatkan tekanan intracranial (Tarwoto, 2013).
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapis meningitis: dura mater, araknoid
dan piamater. CSF diproduksi di dalam fleksus koroid ventrikel yang mengalir melalui
ruang subaraknoid di dalam system ventrikel dan sekitar otak dan medulla spinalis. CSF
diabsobsi melalui araknoid pada lapisan araknoid dari meningintis. Organisme penyebab
meningitis masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Cara masuknya dapat
terjadi akibat trauma penetrasi, prosedur pembedahan atau pecahnya abses serebral.
Meningitis juga dapat terjadi bila adanya hubungan antara cairan serebrospinal dan dunia
luar. Masuknya mikroorganisme menuju ke susunan saraf pusat melalui ruang
subarakhoid dapat menimbulkan respon peradangan pada pia, araknoid, cairan
serebrospinal dan ventrikel. Eksudat yang dihasilkan dapat menyebar melalui saraf
kranial dan spinal sehingga menimbulkan masalah neurologi. Eksudat dapat menyumbat
aliran normal cairan serebropinal dan menimbulkan hidrosefalus (Widagdo, dkk, 2013)
4. Manifestasi klinis
Tarwoto (2013) mengatakan manifestasi klinik pada meningitis bakteri diantaranya:
a. Demam, merupakan gejala awal
b. Nyeri kepala
c. Mual dan muntah
d. Kejang umum
e. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai
dengan koma.
5. Dampak Masalah
Tarwoto ( 2013), dampak maslah yang ditimbulkan pada pasien meningitis berupa:
a. Peningkatan tekanan intrakranial
b. Hyrosephalus
c. Infark serebral
d. Abses otak
e. Kejang
f. Pnemonia
g. Syok sepsis
h. Defisit intelektual
6. Penatalaksanaan
Tarwoto ( 2013), mengatakan penatalakasanaan dibagi 2 yaitu:
1. Penatalaksanaan umum
a. Pasien diisolasi
b. Pasien diistirahatkan/ bedrest
c. Kontrol hipertermi dengan kompres
d. Kontrol kejang
e. Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi
2. Pemberian antibiotik
a. Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari bebas panas
b. Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin, Gentamisin, Kloromfenikol,
Sefalosporin.
c. Jika pasien terindikasi meningitis tuberkolusis diberikan obat-obatan TBC.
2. Diagnosa
Kemungkinan diagnose keperawatan yang muncul pada pasien dengan penyakit
Meningitis, yaitu:
a. Risiko perfusi serebral tidak efektif d/d cedera kepala.
b. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif.
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d proses infeksi.
d. Pola nafas tidak efektif b/d depresi pusat pernapasan di otak.
e. Nyeri akut b/d agen pencegahan fisiologi (msl, inflamasi,iskemia)
f. Resiko infeksi d/d imunosupresi
g. Ketidakseimbangan nutrsi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak mampuan untuk
maka
h. Hipertermi b/d peningkatan laju metabolism
i. Kekurangan volume cairan b/d diaphoresis
j. Resiko cedera d/d hipoksia jaringan
3. Intervensi
Bulechek (2009) dan Moorhead (2009), menjelaskan teori rencana keperawatan
yang dapat dilakukan untuk diagnosa keperawatan diatas adalah :
a. Risiko perfusi serebral tidak efektif d/d cedera kepala.
Observasi :
identifikasi penyebab peningkatan tekanan intrakarnial
monitor tanda gejala peningkatan intrakarnial
monitor MAP
Terapeutik
berikan posisi semi fowler
hindari pemberian cairan IV hipotonik
cegah terjadinya kejang
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
kolaborasi dalam pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat melaksanakan
rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Berdasarkan terminology
NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan
tindakan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi (Kozier et al., 2010)
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah fase kelima dan fase terakhir dalam proses
keperawatan. Evaluasi merupakan aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan
terarah ketika pasien dan professional kesehatan menentukan kemajuan pasien menuju
pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi ini akan
menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan atau diubah
(Kozier et al., 2010).
BAB III
STUDI KASUS
An. F umur 1 tahun di rujuk di IGD dengan penurunan kesadaran, demam, sakit kepala,
mual, dan kejang sejak ± 1 bulan, penderita mengalami demam, tidak terlalu tinggi 37,8 C hilang
timbul disertai batuk, pilek. Penderita dibawa berobat ke puskesmas dan diobati oleh dokter
umum, keluhan berkurang namun timbul lagi.
Sejak ± 2 hari penderita demam tinggi, demam tidak turun 39C menggigil , batuk .
Penderita juga mengalami BAB cair, frekuensi 4x/hari, lebih banyak air daripada ampas, ada
lendir, dan tidak ada darah. Penderita dibawa berobat ke dokter umum, diberi 3 macam obat
sirup, BAB cair tidak lagi namun demam masih ada.
Sejak 1 hari, penderita masih mengalami demam tinggi, kejang . frekuensi 3x/24 jam,
lama ±5 menit, post iktal penderita tidak sadar. Penderita dibawa ke RS Bari Palembang, lalu
dirujuk ke RS Palembang dan dirawat di bagian anak divisi neurologi RS Palembang.
Data Fokus
Ds :
Mual
Demam
BAB Cair frekuensi 4x/m
Sakit kepala
Do :
Mengigil
Kejang
Penurunan kesadaran
A. Pengkajian
1) Identitas
2) Anamesa : (Alloanamnesis dengan ibu penderita. 31 Juli 2013)
Keluhan Utama : penurunan kesadaran
Keluhan Tambahan: Demam dan kejang
Riwayat perjalanan penyakit : sejak ± 1 bulan , penderita mengalami demam, tidak
terlalu tinggi, hilang timbul disertai batuk (+), pilek (-). Penderita dibawa berobat ke
puskesmas dan diobati oleh dokter umum, keluhan berkurang namun timbul lagi.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat menderita sakit yang sama sebelumnya (+), kejang dengandemam pada
usia 5 bulan
Riwayat batuk berulang (+)
Riwayat kontak dengan penderita TB (+) → tetangga sebelah rumah
Riwayat sering berkeringat pada malam hari (-)
Riwayat sering demam sejak 1 bulan yang lalu (+)
Riwayat berat badan tertinggi saat usia 1 tahun → 8,9 kg
B. Diagnosa
1) Resiko perfusi serebral tidak efektif d.d cedra kepala
2) Hipertermi b/d peningkatan laju metabolism
3) Resiko cedera d/d hipoksia jaringan
4) Termoregulasi tidak efektif b.d proses penyakit (miss, infeksi) d.d mengigil dan kejang
C. Intervensi
1) Resiko perfusi serebral tidak efektif d.d cedra kepala
Tujuan: keadekuatan aliran darah serebral untuk menunjang fungsi otak
KH: tingkat kesadaran meningkat, sakit kepala menurun dan demam menurun
Observasi :
identifikasi penyebab peningkatan tekanan intrakarnial
monitor tanda gejala peningkatan intrakarnial
monitor MAP
Terapeutik
berikan posisi semi fowler
hindari pemberian cairan IV hipotonik
cegah terjadinya kejang
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
kolaborasi dalam pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu
2) Hipertermi b/d peningkatan laju metabolism
Tujuan: pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal
KH: mengigil menurun, kejang menurun.
Temeperatur
Observasi
Identifikasi penyebab hipertermia penggunaan inkubator
Monitor suhu tubuh
Monitor kadar elektralit
Monitor haluaran urine
Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
Sediakan lingkungan yang dingin
Longgarkan atau lepaskan pakaian
Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih) -Lakukan pendinginan eksternal (mis, selimut hipotermia atau kompres
dingin padadahi, leher, dada, abdomen, aksila)
Hindari pemberian antipiretik atau aspirin hBenkan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
3) Resiko cedera d/d hipoksia jaringan
Tujuan :
KH :
Observasi
Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis. kondisi fisik. fungsi kognitif dan riwayat
perlaku)
Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
Terapeutik
Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (mis. fisik, biologi.dan kimia), ja
memungkinkan
Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko
Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis. commode chair dan pegangan tangan)
Gunakan perangkat pelindung (mis. pengekangan fisik, rel samping, pintu terkunci,
pagar)
Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas (mis, puskesmas. polisi, damkar)
Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
Lakukan program skrining bahaya lingkungan (mis. timbal)
Edukasi.
Ajarkan individu, keluarga dan kelompok risiko tinggi bahaya lingkungan
D. Evaluasi
1) Diare b.d proses infeksi d.d feses lembek atau cair
S:-
O: klien mengatakan BAB cair mulai membaik
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
2) Resiko perfusi serebral tidak efektif d.d cedra kepala
S:-
O: kesadaran meningkat
A: masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
3) Termoregulasi tidak efektif b.d proses penyakit (miss, infeksi) d.d mengigil dan
kejang
S:-
O: kejang menurun, mengigil menurun.
A: masalah teratasi hentikan intervensi
P: intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meningitis ialah Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang
disebut meningen.Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan plamater
(leptomeningens) disebut meningitis. Peradang pada bagian duramater disebut pakimeningen.
Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur atau karena toksin. Namun demikian
sebagian besar meningitis disebabkan bakteri.Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu
membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2013).
Diagnosa : Diare b.d proses infeksi d.d feses lembek atau cair, Resiko perfusi serebral
tidak efektif d.d cedra kepala dan Termoregulasi tidak efektif b.d proses penyakit (miss, infeksi)
d.d mengigil dan kejang
DAFTAR PUSTAKA
Jannis & Hendrik. 2006. Meningitis Mortallty In Neurologi Ward Of Dr. Cipto
Mangukusumo Hospital. Jakarta: Med J Indones. Tersedia pada http://www.google.com/
www.jurnal.ipi.ac.id di akses pada tanggal 6 Febuari 2017.
https://www.scribd.com/doc/160206873/CASE-MENINGITIS-ANAK