Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK I

“Asuhan Keperawatan Anak dengan Penyakit Meningitis”

Dosen pengampu : Sri Hartini., S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Achmad Setiyadi (2019012160)
2. Deshinta laila putri (2019012168)
3. herlina Wietya Anggraeni (2019012175)
4. Ikhda Zulfa Istiqomah (2019012177)
5. Ingri Raiza (2019012178)
6. Munifatun Nur Rosyidah (2019012189)
PSIK 4A

STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS


PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2020
Jl .Lingkar raya Kudus-Pati km. 5 Jepang, Mejobo Kudus
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak dengan Penyakit
Meningitis” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak 1, semoga
dapat selasai tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafaatnya di akhirat nanti.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pengampu mata kuliah
Keperawatan Anak 1 yakni Ibu Sri Hartini ,S.Kep., M.Kep yang selalu memberikan
dukungan serta bimbingannya dan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, tim penyususn
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini tim penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kudus, 11 April 2021

Tim penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Meningitis pada Anak....................................................................3
B. Etiologi Meningitis pada Anak ..................................................................3
C. Patofisiologi Meningitis pada Anak...........................................................4
D. Pathway Meningitis pada Anak.................................................................5
E. Pencegahan Meningitis pada Anak ............................................................7
F. Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Penyakit Meningitis...............8
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan................................................................................................37
B. Saran ..........................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut WHO (World Healt Organization), kesehatan adalah suatu keadaan
fisik, mental, dan sosial, kesejahteraan dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau
kelemahan. Dari konsep sehat anak sangat berpotensi mengalami gangguan
kesehatan, baik yang diakibatkan oleh lingkungan. Lingkungan adalah bagian dari
kehidupan yang sangat penting, perubahan yang terjadi pada lingkungan dapat
mengakibatkan pengaruh besar pada kehidupan manusia, pengaruh tersebut dapat
bersifat positif yang bermanfaat bagai kehidupan manusia. Lingkungan yang buruk
berperan dalam penyebaran penyakit menular. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyebaran penyakit tersebut antara lain: temperatur, polusi udara dan polusi air.
Faktor sosial ekonomi seperti kepadatan penduduk, kepadatan hunian dan kemiskinan
juga mempengaruhi penyebarannya. Hal-hal tersebut dapat menjadi penyebab
penyakit infeksi pada anak, karena penularan suatu penyakit bisa lebih mudah dan
akan rentan sekali anak terkena penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi yang
mengancam adalah meningitis.
Penyakit ini beresiko tinggi, menimbulkan kematian pada bayi. Bila sembuh
pun, tidak sedikit yang menyebabkan cacat pada anak. Meningitis terutama pada bayi
dan anak dibawah dua tahun, karena pada umur tersebut sistem kekebalan tubuh
belum berkembang sempurna. Meningitis adalah peradangan pada meningia, yang
mempunyai gejala-gejala berupa bertambahnya jumlah dan berubahnya susunan
cairan serebro-spinal (CSF). Infeksi yang terjadi mungkin disebabkan bakteri atau
virus dan diagnosis dapat dilakukan dengan memeriksa cairan serebro-spinal yang di
ambil melalui fungsi lumbal (Pearce, 2009). Meningitis bakterialis adalah peradangan
pada selaput otak (meningens) yang disebabkan infeksi bakteri, ditandai adanya
bakteri penyebab dan peningkatan sel-sel polimorfonuklear pada analisis cairan
serebrospinal (CSS). Meningitis bakterialis merupakan salah satu infeksi yang paling
berbahaya pada anak karena tingginya kejadian komplikasi akut dan kecacatan
neurologis permanen di kemudian hari (Lilihata, Handryastuti, 2013). Meningitis
tuberkulosis adalah proses inflamasi di meningens (khususnya arakhnoid dan
plamater) akibat infeksi Mycobacterium tuberculosis. Meningitis tuberkulosis
ekstrapulmonal kelima yang paling sering ditemui sekaligus yang paling berbahaya,

1
dan kejadian terbanyak ditemukan pada anak-anak. Bila tidak diobati dengan tepat
akan menyebabkan gejala sisa neurologis permanen, bahkan dapat menyebabkan
kematian (Lilihata, Handryastuti, 2013).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Meningitis?
2. Bagaimanakah etiologi meningitis pada anak?
3. Bagaimanakah patofisiologi meningitis pada anak?
4. Bagaimana pencegahan meningitis pada anak?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak 1 dengan Dosen
Pengampu Ibu Sri Hartini, S.Kep., Ns., M.Kep
2. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui definisi dari Meningitis
2) Untuk mengetahui etiologi meningitis pada anak
3) Untuk mengetahui patofisiologi meningitis pada anak
4) Untuk mengetahui pencegahan meningitis pada anak

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Meningitis
Meningitis adalah peradangan pada leptomeningens, dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, atau meski jarang, jamur.Meningitis bakteri merupakan salah satu dari
infeksi yang kemungkinan paling serius pada bayi dan anak yang lebih tua (Karen
dkk, 2011). Terjadinya meningitis dapat secara langsung sebagai akibat cedera
traumatis atau secara langsung dipindahkan dari tempat lain di dalam tubuh kedalam
cairan serebrospinalis (Hidayat,2008). Meningitis adalah suatu reaksi keradangan
yang mengenai dan sebagian atau seluruh selaput otak (meningen) yang melapisi otak
dan medulla spinalis, yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam cairan
serebrospinal (Soegeng, 2002). Pasien mengeluh sakit kepala terus-menerus yang
meliputi seluruh bagian kepala. Jika sakit kepala menyerang selama lebih dari 3 jam
sampai 3 hari,pasien mungkin mengalami meningitis virus atau bakteri, jika lebih
lama, pasien mungkin mengalami meningitis tuberkulosis (Andrew&David,2012).
Meningitis bakterial adalah inflamasi meningen, terutama arakhnoid dan piameter,
yang terjadi karena invasi bakteri ke dalam ruang subaraknoid. Pada meningitis
bakterial, terjadi rekrutmen leukosit ke dalam cairan serebrospinal (CSS). Biasanya
proses inflamasi tidak terbatas hanya di meningen, tapi juga mengenai parenkim otak
(meningoensefalitis), ventrikel (ventrikulitis), bahkan bisa menyebar ke medulla
spinalis. Kerusakan neuron, terutama pada struktur hipokampus, diduga sebagai
penyebab potensial defisit neuro psikologik persisten pada pasien yang sembuh dari
meningitis bakterial (Ropper dkk, 2005).

B. Etiologi Meningitis
Penyakit meningitis memang tidak begitu populer di Indonesia, apalagi jika
dibandingkan dengan wabah penyakit tropis, semisal demam berdarah dengue atau flu
burung. Padahal, penyakit yang juga dikenal sebagai radang selaput otak ini sangat
mematikan, apalagi pada anak-anak dan bayi.Meningitis adalah infeksi otak, terutama
terjadi pada membran (meninges) yang melindungi otak dan tulang belakang manusia.
Kondisi ini bisa menyerang bayi, anak-anak, hingga orang dewasa dengan ciri-ciri
meningitis yang paling awam, yaitu leher kaku, demam tinggi, kepala terasa berat,

3
sangat sensitif terhadap cahaya, sering sakit kepala, dan muntah-muntah.Penderita
meningitis harus ditangani segera, namun tetap saja ada kemungkinan yang
mengancam nyawa dalam 24-48 jam setelah muncul gejala meningitis. Jika tidak
cepat ditangani, kemungkinan nyawa penderita meningitis tidak terselamatkan akan
semakin besar.

C. Patofisiologi Meningitis
Virus masuk kedalam susunan saraf pusat (SSP) melalui berbagai mekanisme.
Pada umumnya virus bereplikasi di luar SSP dan menginvasi SSP melalui penyebaran
secara hematogen, seperti pada enterovirus.Selain itu, virus dapat langsung melintasi
sawar darah otak, atau diangkut oleh leukosit yang terinfeksi dan kemudian
menginfeksi endotel pembuluh darah, misalnya pada mumps, measles, atau herpes
virus. Virus yang lain menginvasi melalui saraf perifer dan saraf otak, seperti polio
dan HIV. Pada saat virus telah berada di SSP, kemudian menyebar melalui ruang
subarachnoid dan menyebabkan respons inflamasi sehingga terjadi meningitis.Virus
dapat langsung menyebar secara langsung melalui leukosit menuju jaringan saraf
(Chadwick DR, 2005).
Bakteri memasuki ruang subarakhnoid dan cairan serebrospinal (CSS) melalui
pleksus koroid atau kapiler serebral. Seluruh area ruang subarakhnoid yang meliputi
otak, medula spinalis, dan nervus optikus dapat dimasuki oleh bakteri dan akan
menyebar dengan cepat. Infeksi juga mengenai ventrikel, baik secara langsung
melalui peksus koroid maupun melalui refluks lewat foramina Magendie dan Luschka
(Ropper dkk, 2005).
Infeksi bakteri mencapai sistem saraf pusat melalui invasi langsung,
penyebaran hematogen, atau embolisasi trombus yang terinfeksi.Infeksi juga dapat
terjadi melalui perluasan langsung dari struktur yang terinfeksi. Transmisi bakteri
patogen umumnya melalui droplet respirasi atau kontak langsung dengan karier.
Proses masuknya bakteri ke dalam sistem saraf pusat merupakan mekanisme yang
kompleks. Awalnya, bakteri melakukan kolonisasi nasofaring dengan berikatan pada
sel epitel menggunakan villi adhesive dan membrane protein Risiko kolonisasi epitel
nasofaring meningkat pada individu yang mengalami infeksi virus pada sistem
pernapasan atau pada perokok (Ropper dkk, 2005; Clarke dkk, 2009).
Di otak mikroorganisme berkembangbiak membentuk koloni.Koloni
mikroorganisme itulah yang mampu menginfeksi lapisan otak (meningen).

4
Mikroorganisme menghasilkan toksik dan merusak meningen.Kumpulan toksik
mikroorganisme, jaringan meningen yang rusak, cairan sel berkumpul menjadi satu
membentuk cairan yang kental yang disebut pustule. Karena sifat cairannya tersebut
penyakit ini popular disebut meningitis purulenta (Sujono dkk, 2009).

Fitrah Fauziah.2017 jurnal karakteristik meningitis pada anak di ruang inap di RDUP
H. Adam Malik medan.
D. Pencegahan Meningitis pada Anak
Sebagai orangtua, tentu mengkhawatirkan jika anak sampai terkena meningitis.
Namun, terdapat banyak cara untuk mencegah penyakit mematikan ini hinggap di
tubuh anak.
1. Vaksin meningitis
Beberapa tipe bakteri bisa dicegah ketika anak melakukan imunisasi. Terdapat dua
vaksin meningitis untuk bayi dan anak, yaitu:
a. Imunisasi Hib
Imunisasi Hib bisa mencegah bayi terkena penyebab meningitis bakteri
akibat bakteri Haemophilus influenzae tipe B (Hib). Di Indonesia, vaksin
ini mudah didapat di pusat kesehatan manapun karena termasuk imunisasi
dasar yang diprogramkan oleh pemerintah Indonesia dan sebaiknya diberi
saat bayi berusia 2, 3, dan 4 bulan.
b. Imunisasi PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine)
Imunisasi PCV bisa mencegah penyakit radang paru (penumonia), radang
otak (meningitis), dan infeksi darah (bakteremia). Imunisasi PCV ini
dilakukan 3 kali, mulai bayi berusia 2 bulan dengan jarak pemberian 4-8
minggu.Setelah anak berusia 11 hingga 12 tahun, ia bisa diberikan vaksin
meningitis dengan booster pada usia 16 tahun. Namun, bayi mulai usia 2
bulan hingga 11 tahun juga bisa mendapatkan imunisasi ini lebih awal jika
memenuhi syarat imunisasi meningitis sebagai berikut:
 Tinggal atau akan bepergian ke negara endemik penyakit meningitis
 Memiliki kelainan sistem imun
 Berada pada kelompok masyarakat yang banyak terdapat penderita
meningitis
2. Jaga kebersihan

5
Jangan malas untuk mencuci tangan sebelum makan dan selesai menggunakan
kamar mandi. Sebaiknya, orangtua juga mengajari anak untuk tidak berbagi
makanan, minuman, serta peralatan makan, handuk, dan benda milik pribadi
dengan anak lain, apalagi yang terlihat sedang tidak sehat.
3. Batasi kontak dengan penderita meningitis
Anak memang tidak akan terinfeksi bakteri meningitis hanya dengan bermain
dengan temannya yang sedang sakit meningitis karena radang otak tidak menular
lewat udara. Namun, anak bisa terkena penyakit yang sama jika bergaul terlalu
dekat atau lama dengan penderita tersebut.
Seseorang yang menderita penyakit meningitis bakeri akan bersifat menular dalam
kurun 24 jam setelah ia mengonsumsi antibiotik. Jika Anda khawatir anak akan
terpapar bakteri yang menjadi penyebab meningitis, bicarakan dengan dokter
untuk mengonsumsi antibiotik sebagai langkah pencegahan.
4. Meningkatkan daya tahan tubuh
Menjaga daya tahan tubuh agar selalu sehat dapat mencegah masuknya virus dan
bakteri yang menjadi penyebab meningitis ke dalam tubuh anak Anda. Cara untuk
mendapatkan daya tahan tubuh prima, di antaranya:
 Menjalani pola makan yang sehat serta tidak lupa mengonsumsi banyak sayur
dan buah
 Beristirahat yang cukup
 Berolahraga secara teratur
 Menghindari rokok, obat-obatan terlarang, dan alkohol
Meningitis pada bayi maupun anak-anak bisa berakibat fatal hingga menyebabkan
kematian. Jangan tunda untuk memeriksakan anak ke dokter jika Anda mencurigai
adanya gejala meningitis pada buah hati Anda

6
E. Pathway meningitis

7
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Meningitis
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus meningitis meliputi :
a. Identitas Pasien
Identitas pasien yang perlu dikaji meliputi; nama, tempat tanggal lahir/umur,jenis
kelamin, beratbadan lahir, serta apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak, anak ke,
jumlah saudara dan identitas orang tua.

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Alasan anak di bawa ke rumah sakit karena mengalami demam tinggi, sakit
kepala berat, kejang dan penurunan kesadaran.
2) Riwayat penyakit saat ini
Biasanya pasien meningitis keluhan gejala awal berupa sakit kepala dan
demam.Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian
lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering
menimbulkan kejang dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya
menurunkan keluhan kejang tersebut. Terkadang pada sebagian anak mengalami
penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran, Keluhan perubahan perilaku
juga umum terjadi, sesuai dengan perkembangan penyakit dapat terjadi letargi,
tidak responsif dan koma.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pasien meningitis biasanya pernah memiliki riwayat penyakit yang meliputi;
infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya
pengaruh imunologis pada masa sebelumya. Meningitis tuberkulosis perlu dikaji
tentang riwayat sakit TB. Riwayat imunisasi juga perlu di ketahui seperti
pemberian imunisasi BCG dan DPT Hib pada anak. Selain itu pengkajian tentang
riwayat kehamilan pada ibu diperlukan untuk melihat apakah ibu pernah
mengalami penyakit infeksi pada saat hamil (Muttaqin, 2008).
4) Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan anak
Pada pasien dengan meningitis organ yang mengalami gangguan adalah organ
yang berdekatan dengan fungsi memori, fungsi pengaturan motorik dan sensorik,

8
maka kemungkinan besar anak mengalami masalah ancaman pertumbuhan dan
perkembangan seperti retardasi mental, gangguan kelemahan atau
ketidakmampuan menggerakkan tangan maupun kaki (paralisis). Akibat gangguan
tersebut anak dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan
sesuai dengan tahapan usia.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Tingkat Keadaran kesadaran anak menurun apatis sampai dengan koma. Nilai
GCS yang berkisar antara 3 sampai dengan 9 (GCS normal 15) (Riyadi &
Sukarmin, 2009).
2) Tanda-tanda vital
Pada pasien dengan meningitis biasanya di dapatkan peningkatan suhu tubuh
lebih dari normal. penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-
tanda peningkatan TIK, pernapasan meningkat > 30 x/menit dan tekanan darah
biasanya normal atau meningkat karena tanda-tanda peningktan TIK.(suhu normal
36,5-37,40 C, pernapasan normal : untuk anak 2 bulan -< 12 bulan < 50 x/menit,
12 bulan-<5 tahun < 40x/menit) (Muttaqin, 2008).
3) Kepala
Pada neonatus di temukan ubun-ubun menonjol, sedangkan pada anak yang
lebih besar jarang di temukan kelainan. Pada pemeriksaan meningeal pada anak
dengan meningitis akan ditemukan kuduk kaku. Terkadang perlu dilakukan
pemeriksaan lingkar kepala untuk mengetahui apakah ada pembesaran kepala
pada anak (Wong, dkk, 2009).
4) Mata
Pada pasien dengan kesadaran yang masih baik fungsi dan reaksi pupil
biasanya tidak ada kelainan, sedangkan pada pasien dengan penurunan kesadaran
tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil mungkin akan di
temukan,dengan alasan yang tidak di ketahui pasien meningitis mengeluh
mengalami fotofobia atau sensitif yang berlebihan terhadap cahaya.
5) Hidung
Biasanya tidak ditemukan kelainan.
6) Mulut
Mukosa bibir kering akibat kehilangan cairan melalui proses evaporasi.
7) Telinga

9
Terkadang di temukan keluarnya cairan dari telinga pada anak dengan
meningitis pneumokokus dan sinus dermal kongenital terutama di sebabkan oleh
infeksi E.colli.
8) Dada
a) Thoraks
1. Inspeksi, akan nampak penggunaan otot bantu
penapasan.
2. Palpasi, pada pasien dengan meningitis jarang dilakukan dan biasanya
tidak ditemukan kelainan.
3. Auskultasi, ditemukannya bunyi nafas tambahan seperti ronkhi pada
pasien dengan meningitis tuberkulosa dengan penyebaran primer dari
paru.
b) Jantung penurunan kesadaran pada anak akan di ikuti dengan denyut jantung
yang terkesan lemah < 100x/menit. (normal 100-140x/i).
c) Kulit
Pada kulit saat inspeksi akan ditemukan ruam petekia dengan lesi
purpura sampai ekimosis pada daerah luas. Selain itu turgor kulit mengalami
penurunan akibat peningkatan kehilangan cairan.
d) Ekstremitas
Kekuatan otot menurun dan mengalami opistotonus. Pada tahap lanjut
anak mengalami gangguan koordinasi dan keseimbangan pada alat gerak.
e) Genitalia, jarang di temukan kelainan.
f) Pemeriksaan saraf kranial
1. Saraf I, biasanya pada pasien dengan meningitis fungsi penciuman
tidak ada kelainan.
2. Saraf II, tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan
papiledema mungkin didapatkan terutama pada meningitis supuratif
disertai abses serebri dan efusi subdural yang menyebabkan terjadinya
peningkatan TIK berlangsung lama.
3. Saraf III, IV dan VI, pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada pasien
dengan meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa
kelainan. Pada tahap lanjut meningitis yang telah mengganggu kesadaran,
tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akan di dapatkan.

10
Dengan alasan yang tidak di ketahui pasien meningitis mengeluh
mengalami fotofobia atau sensitif yang berlebihan terhadap cahaya.
4. Saraf V, pada pasien dengan meningitis biasanya tidak di dapatkan
paralis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
5. Saraf VII, persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
sismetris.
6. Saraf VIII, tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
7. Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik.
8. Saraf XI, tidak ada atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
Adanya usaha dari pasien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk.
9. Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi serta indra pengecap normal.
g) Sistem motorik
Kekuatan otot menurun, mengalami gangguan koordinasi pada alat
gerak, anak bisa mengalami hemiplegi dan/atau hemiparise.
h) Pemeriksaan ransangan meningeal
1. Kaku kuduk
Kaku kuduk adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi kepala
mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher. Fleksi
paksaan menyebabkan nyeri berat.
2. Tanda kernig positif
Ketika pasien di baringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kearah
abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
3. Tanda brudzinski
Tanda ini di dapatkan apabila leher pasien di fleksikan, maka d
hasilnya fleksi lutut dan pinggul, bila di lakukan fleksi pasif pada
ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat
pada sisi ekstremitas yang berlawanan (Muttaqin, 2008).

d. Pemeriksaan Penunjang
1) fungsi lumbal dan kultur CSS dengan hasil sebagai berikut :
a) Hitung sel darah putih, biasanya meningkat sampai lebih dari
100/mm3(normal : < 6/µL).
b) Pewarnaan gram CSS

11
c) Kadar glukosa cairan otak menurun pada meningitis bakterial dan pada
meningitis dengan penyebab virus kadar glukosa biasanya normal. (normal
kadar glukosa cairan otak 2/3 dari nilai serum glukosa).
d) Protein, tinggi (bakterial, tuberkular, infeksi kongenital) dan pada meningtis
virus protein sedikit meningkat.

Karakteristik cairan serebrospinal (LCS) pada bayi dan anak


Normal Meningitis viral Meningitis bakterial
Penampakan Jernih Jernih atau agak Berkabut atau purulen
keruh
3
Sel (mm ) 0-4 20-100 500-5000
Tipe Limfosit Limfosit Neutrofil
Protein g/L 0,2-0,4 ↑ ↑↑
Glukosa 3-6 3.6 ↓
mmol/L
Sumber : Meadow & Newell (2006).

2) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Leukosit dan
trombosit, protombin dan tromboplastin parsial. Pemeriksaan leukosit
diperlukan untuk menentukan kemungkinan adanya infeksi bakteri berat dan
leukopenia mungkin merupakan tanda prognosis yang buruk terutama pada
penyakit akibat meningokokus dan pneumokokus. Sama halnya dengan
memanjangnya waktu protombin dan tromboplastin parsial yang di sertai
trombositopenia menunjukkan koagulasi intravaskuler deseminata. (leukosit
normal : 5000-10000/mm3, trombosit normal : 150.000-400.000/mm3, Hb
normal pada perempuan: 12-14gr/dl, pada laki-laki : 14-18gr/dl).
b) Pemeriksaan glukosa darah. (Glukosa darah normal < 200 gr/dl).
3) Pemeriksaan cairan dan elektrolit
a) Kadar elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi, natrium serum (Na +)
naik, kalium serum (K+)turun. (Na+ normal : 136145mmol/L, K+ normal :
3,5-5,1 mmol/L).
b) Osmolaritas urine meningkat dengan peningkatan sekresi ADH.
4) Pemeriksaan kultur

12
a) Kultur darah berguna untuk mengidentifikasi organisme penyebab.
b) Kultur urien/urinalisis, untuk mengidentifikasi organisme penyebab.
c) Kultur nasofaring, untuk mengidentifikasi organisme penyebab.
5) Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan rontgenografi jarang diperlukan dalam mendiagnosis meningitis
namun pemeriksaan tersebut bisa berguna dalam mengenali faktor resiko. CT
scan dilakukan untuk menentukan adanya edema serebri atau penyakit saraf
lainya (Betz & Sowden, 2009).

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Berdasarkan Diagnosis Keperawatan Nanda 2015-2017, diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul antara lain:
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d proses inflamasi, edema pada
otak.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret,
penurunan kesadaran.
d. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan depresi pusat pernapasan di otak,
perubahan tingkat kesadaran.
e. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak.
f. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, proses inflamasi.
g. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
h. Resiko cedera berhubungan dengan kejang berulang, fiksasi kurang optimal.

3. Intervensi Keperawatan
Bulechek (2009) dan Moorhead (2009), menjelaskan teori rencana keperawatan yang
dapat dilakukan untuk diagnosa keperawatan diatas adalah :
Tabel: Diagnosis dan perencanaan keperawatan

No Diagnosa NOC NIC

13
1. Resiko a. Status sirkulasi Terapi oksigen
ketidakefektifan 1) Tekanan darah sistol 1) Periksa mulut, hidung,
perfusi jaringan 2) Tekanan darah dan sekret trakea
serebral diastol 2) Pertahankan jalan
3) Tekanan nadi napas yang paten
Faktor resiko 4) PaO2 (tekanan parsial 3) Atur peralatan
a. Gangguan oksigen dalam darah oksigenasi
serebrovaskuler arteri) 4) Monitor aliran
b. penyakit 5) PaCO2 (tekanan parial oksigen
neurologis. karbondioksida dalam 5) Pertahankan posisi
darah arteri pasien
6) Saturasi oksigen 6) Observasi tanda-tanda
7) Urine output hipoventilasi
8) Capillary refill. 7) Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi.

14
b. Status neurologi Manajemen edema
1) Kesadaran serebral
2) Fungsi sensorik 1. Monitor adanya
dan motorik kranial kebingungan, perubahan
3) Tekanan pikiran, keluhan pusing,
intrakranial pingsan
4) Ukuran pupil 2. Monitor tanda-tanda vital
5) Pola istirahat-tidur 3. Monitor karakteristik
6) Orientasi kognitif cairan serebrospinal :
7) Aktivitas kejang warna,kejernihan,konsistensi
8) Sakit kepala. 4. Monitor status
pernapasan: frekuensi,
irama, kedalaman
pernapasan,
PaO2,PaCO2,pH,
Bicarbonat
5. Catat perubahan pasien
dalam berespon terhadap
stimulus
6. Berikan anti kejang
sesuai kebutuhan
7. Batasi cairan
8. Dorong keluarga/orang
yang penting untuk bicara
pada pasien
9. Posisikan tinggi kepala
30o atau lebih.

Monitoring peningkatan
intrakranial
1. Monitor tekanan perfusi
serebral

15
2. Monitor jumlah, nilai dan
karakteristik pengeluaran
cairan serebrispinal (CSF)
3. Monitor intake dan output
4. Monitor suhu dan
jumlah leukosit
5. Periksa pasien terkait ada
tidaknya gejala kaku kuduk
6. Berikan antibiotik
7. Letakkan kepala dan leher
pasien dalam posisi netral,
hindari fleksi pinggang
yang berlebihan
8. Sesuaikan kepala tempat
tidur untuk
mengoptimalkan perfusi
serebral
9. Berikan agen farmakologis
untuk mempertahankan
TIK dalam jangkauan
tertentu.

16
Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu dan
status pernapasan
dengan cepat
2. Monitor kualitas
dari nadi
3. Monitor frekuensi
dan irama pernapasan
4. Monitor pola
pernapasan abnormal
(misalnya,
cheynestokes,
kussmaul,
biot,apneustic,ataksia
dan bernapas
berlebihan)
5. Monitor suhu,
warna, dan kelembaban
kulit
6. Monitor adanya
cushling triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
7. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign.

17
2. Kekurangan a. Keseimbangan cairan Manajemen cairan
volume cairan Kriteria hasil : 1. Timbang BB
1) Tekanan setiap hari dan
Batasan darah monitor status pasien
karakteristik 2) Keseimbanga 2. Hitung atau
a. Haus n intake output dalam timbang popok
b. Kelemahan 24 jam dengan baik
c. Kulit kering 3) Berat badan 3. Jaga dan catat
d. Membran stabil intake dan output
mukosa kering 4) Turgor kulit 4. Monitir status
e. Peningkatan 5) Kelembaban hidrasi
frekuensi nadi membran mukosa 5. Monitor hasil
f. Peningkatan 6) Serum laboratorium yang
hematokrit elektrolit relevan dengan
g. Peningkatan 7) Hematokrit dengan retensi cairan
kosentrasi urine 8) Edema 6. Monitor
h. Peningkatan perifer status
suhu tubuh 9) Bola mata hemodinamik
i. Penurunan cekung dan lembek 7. Monitor
berat badan tiba- 10) Kehausan 11) tanda-tanda
tiba Pusing. vital
j. Penurunan 8. Berikan terapi IV
haluan urine b. Dehidrasi seperti yang
k. Penurunan Kriteria hasil : ditentukan
pengisian vena 1) Warna urine 9. Berikan cairan
l. Penurunan keruh dengan tepat
tekanan darah 2) Fontanela 10.Tingkatkan
m. Penurunan cekung asupan
turgor kulit. 3) Nadi cepat oral
dan lambat 11.Dukung pasien
Faktor yang 4) Peningkatan dan keluarga untuk
berhubungan BUN blood urea membantu dalam
a. Kegagalan Nitrogen) pemberian makan

18
mekanisme 5) Peningkatan dengan baik
regulasi suhu tubuh. 12.Berikan
b. Kehilangan produkproduk darah.
cairan aktif.
Manajemen elektrolit
1. Monitor nilai
serum elektrolit
abnormal
2. Monitor
manifestasi
ketidakseimbangan
elektrolit
3. Pertahankan
kepatenan akses IV
4. Berikan cairan
sesuai resep, jika
diperlukan
5. Ambil spesimen
sesuai order untuk
dapat melakukan
analisis level
elektrolit (ABG,
urine, dan level
serum) dengan tepat

6. Konsultasikan
dengan dokter jika
tanda-tanda dan
gejala
ketidakseimbangan
cairan dan/elektrolit
menetap atau
memburuk
7. Monitor respon
19
pasien terhadap terapi
elektrolit yang
diberikan.

Manajemen muntah
1. Identifikasi
faktorfaktor yang
dapat menyebabkan
atau berkontribusi
terhadap muntah
(obat-obatan dan
prosedur)
2. Posisikan untuk
mencegah aspirasi
3. Tunggu minimal
30 menit setelah
episode mutah
sebelum menawarkan
cairan kepada pasien
4. Tingkatkan
pemberian cairan
secara bertahap jika
tidak ada muntah yang
terjadi selama 30
menit.

3. Ketidakefektifan a. Status penrnapasan : Terapi oksigen


pola nafas ventilasi 1. Bersihkan mulut,
Kriteria hasil hidung dan sekret
Batasan 1)Frekuensi trakea dengan tepat
karakteristik pernapasan 2. Pertahankan
a. Bradipnea 2)Irama pernapasan kepatenan jalan nafas
b. Dispnea 3)Kedalaman 3. Berikan oksigen
c. Penggunaan pernapasan tambahan seperti yang

20
otot bantu 4)Penggunaan otot diperintahkan
penapasan bantu nafas 4. Monitor aliran
d. Penurunan 5)Suara nafas oksigen
e. kapasitas vital tambahan 5. Periksa perangkat
f. Penurunan 6)Retraksi pemberian oksigen
tekanan dinding dada secara berkala untuk
g. ekspirasi 7)Dispnea saat memastikan bahwa
h. Penurunan istirahat kosentrasi yang telah
tekanan 8)Atelektasis. di tentukan sedang di
inpsirasi

g. Pernapasan Status berikan


bibir b. pernapasa 6. Pastikan
h. Pernapasan kepatenan n: penggantian masker
cuping jalan nafas Frekuensi oksigen/kanul nasal
hidung Kriteria pernapasa setiap kali
i. Pola nafas Hasil : n cuping perangkat diganti
abnormal 1) 7. Pantau adanya
j. Takipnea. pernapasan tanda-
hidung tanda keracunan
Faktor yang mendesah oksigen dan
berhubungan kejadian atelektasis.
a. Cedera
medula Monitor neurologi
spinalis 1. Pantau ukuran
b. Gangguan pupil, bentuk
neurologis kesimetrisan dan
c. Nyeri reaktivitas
2. Monitor
tingkat kesadaran
3. Monitor GCS
4. Monitor
status pernapasan.
21
Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2. Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
3. Monitor kualitas
nadi
4. Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
5. Monitor suara paru
6. Monitor pola
pernapasan abnormal
7. Monitor suhu,
warna, dan
kelembapan kulit.
8. Identifikasi dari
penyebab perubahan
vital sign.
4. Ketidakefektifan a. Status pernapasan: Kepatenan jalan nafas
bersihan jalan kepatenan jalan 1. Pastikan
nafas nafas kebutuhan oral
Kriteria hasil: suctioning
Batasan 1) Frekuensi 2. Auskultasi suara
karakteristik pernapasan nafas sebelum dan
a. Batuk yang 2) Irama sesudah suctioning
tidak efektif pernapasan 3. Informasikan
b. Gelisah 3) Kemampua pada klien dan
c. Dispnea n untuk keluarga tentang
d. Mata mengeluarkan suctioning
terbuka sekret 4. Monitor status

22
lebar 4) Penggunaa oksigen pasien
n otot

e. Perubahan bantu pernapasan 5. Berikan oksigen


pola nafas 5) Batuk. dengan menggunakan
f. Sianosis nasal untuk
g. Sputum b. Status pernapasan memfasilitasi suction
dalam jumlah Kriteria hasil: nasotrakeal
yang 1) Kedalaman
berlebihan inspirasi Manajemen jalan nafas
h. Suara nafas 2) Suara 1. Buka jalan nafas.
tambahan auskultasi nafas 2. Posisikan pasien
3) Kepatenan untuk memaksimalkan
Faktor yang jalan nafas ventilasi.
berhubungan 4) Kapasitas 3. Lakukan
a. Infeksi vital fisioterapi dada bila
b. Difungsi perlu
neuromuskular 4. Auskultasi suara
c. Mukus nafas , catat adanya
berlebihan suara tambahan
d. Benda asing 5. Monitor respirasi
di jalan nafas. dan status O2

Manajemen batuk
1. Bantu pasien untuk
mengatur posisi
duduk.
2. Dorong pasien
untuk melakukan
latihan nafas dalam
3. Dorong pasien
untuk tarik nafas
dalam selama dua
detik dan batukkan,

23
lakukan dua atau tiga
kali berturut
turut

Monitor tanda-
tanda vital
1. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2. Catat adanya
fluktuasi tekanan darah
3. Monitor kualitas
nadi
4. Monitor frekuensi
dan irama pernapasan
5. Monitor suara paru
6. Monitor pola
pernapasan abnormal
7. Monitor suhu,
warna, dan
kelembapan kulit.
8. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign.

5. Nyeri akut Batasan a. Tingkat nyeri Manajemen nyeri


karakteristik Kriteria hasil : 1. Lakukan
a. Diaforesis 1)Nyeri yang di pengkajian nyeri
b. Ekspresi laporkan secara
wajah nyeri 2)Panjangnya episode komprehensif
c. Keluhan nyeri termasuk lokasi,
tentang 3)Ekspresi nyeri wajah karakteristik, durasi,
karakteristik 4)Berkeringat frekuensi, kualitas
nyeri berlebihan dan faktor presipitasi
dengan 5)Kehilangan nafsu 2. Observasi reaksi
24
menggunakan makan. nonverbal dari
standar ketidaknyamanan
instrumen nyeri d. b. Kontrol nyeri 3. Gunakan teknik
Mengekspresika Kriteria hasil : komunikasi
n perilaku 1) Mengenali kapan terapeutik untuk
(gelisah,mereng nyeri terjadi mengetahui
ek, menangis, 2) Menggambarkan pengalaman nyeri
waspada) faktor penyebab pasien
e. perubahan 3) Menggunakan 4. Kaji kultur yang
pada parameter tindakan pencegahan mempengaruhi
fisiologis 4) Menggunakan respon nyeri
(mis.,tekanan tindakan pengurangan 5. Kontrol
darah, frekueni nyeri tanpa analgesik. lingkungan yang
jantung, dapat
frekuensi c. Status kenyamanan mempengaruhi nyeri
pernapasan) Kriteria hasil : seperti suhu ruangan,
f. perubahan 1)Nyeri berkurang pencahayaan dan
selera makan 2)Kecemasan kebisingan
Faktor yang berkurang 6. Kurangi
berhubungan 3)Stres berkurang faktor
Agen cedera 4)Ketakutan presipitasi nyeri
biologis berkurang. 7. Pilih dan lakukan
(infeksi, iskemia). penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi,
interpersonal)
8. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
9. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
10. Evaluasi tingkat

25
keefektifan kontrol
nyeri
11. Tingkatkan
istirahat
12. Monitor
penerimaan pasien
tentang manajemen
nyeri.

Pemberian Analgesik
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2. Cek instruksi
dokter tentang jenis
obat,dosis dan
frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
5. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
6. Evaluasi efektifitas
analgesik, tanda dan
gejala.

Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor tekanan
26
darah, nadi, suhu dan
status pernapasan
dengan cepat
2. Monitor kualitas
dari nadi
3. Monitor frekuensi
dan irama pernapasan
4. Monitor pola
pernapasan abnormal
(misalnya,
cheynestokes,
kussmaul,
biot,apneustic,ataksia
dan bernapas
berlebihan)
5. Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
6. Monitor adanya
cushling triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
7. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital

sign.

27
6. Hipertermia Batasan a. Termoregulasi Perawatan demam
karakteristik Kriteria hasil : 1. Pantau suhu dan
a. Apnea 1) Merasa tanda-tanda vital
b. Bayi tidak merinding saat lainya
dapat dingin 2. Monitor warna
mempertahanka n 2) Berkeringat kulit dan suhu
menyusu saat panas 3. Monitor asupan
c. Gelisah 3) Tingkat dan keluaran, sadari
d. Hipotensi pernapasan perubahan kehilangan
e. Kulit 4) Melaporkan cairan yang tak di
kemerahan kenyamanan suhu rasakan
f. Kulit terasa 5) Perubahan 4. Beri obat atau
hangat warna cairan IV
g. Latergi kulit 5. Tutup pasien
h. Kejang 6) Sakit dengan selimut atau
i. Koma kepala pakaian ringan
j. Stupor 6. Dorong
k. Takikardia konsumsi
l. Takipnea cairan
m. Vasodilatasi 7. Fasilitasi istirahat,
terapkan pembatasan
Faktor yang aktivitas jika di
berhubungan perlukan
a. Peningkatan 8. Berikan oksigen
laju yang
metabolisme sesuai
b. Penyakit 9. Tingkatkan
c. Sepsis sirkulasi udara
10.Mandikan pasien
dengan spon hangat
dengan hati-hati.

Pengaturan suhu

28
1. monitor suhu
paling tidak setiap 2
jam sesuai kebutuhan
2. monitor dan
laporkan adanya
tanda gejala
hipotermia dan
hipertermia
3. tingkatka intake
cairan dan nutrisi
adekuat
4. berikan
pengobatan
antipiretik sesuai
kebutuhan.

Manajemen
pengobatan
1. Tentukan obat
apa yang di
perlukan, dan
kelola menurut
resep dan/atau
protokol
2. Monitor
efektivitas cara
pemberian obat
yang sesuai.

Manajemen kejang
1. Pertahankan
jalan nafas
2. Balikkan badan
pasien
29
ke satu sisi
3. Longgarkan
pakaian
4. Tetap disisi
pasien selama
kejang
5. Catat lama
kejang
6. Monitor tingkat
obatobatan anti
epilepsi dengan
benar.
7. Resiko Aspirasi a. Status pernapasan: Pencegahan aspirasi
kepatenan jalan nafas 1. Monitor tingkat
Faktor resiko 1)Frekuensi pernapasan kesadaran, refleks
a. Penurunan 2)Irama pernapasan batuk dan
motilitas 3)Tersedak kemampuan
gastrointestinal 4)Suara nafas tambahan menelan
b. Penurunan 2. Monitor
tingkat kesadarn stastus
c. Peningkatan b. Pencegahan aspirasi pernapasan
residu lambung 1)Memposisikan tubuh 3. Jaga kepala
untuk miring ketika tempat tidur
makan dan minum jika ditinggikan 30
dibutuhkan. menit setelah
2)Mengidentifikasi pemberian makan
faktor-faktor resiko. 4. Periksa residu
pada selang
makanan atau lebih
besar 100 cc pada
selang.

Manajemen muntah
1. Kaji emesis

30
terkait dengan
warna, konsistensi,
akan adanya darah,
waktu dan sejauh
mana kekuatan
emesis.
2. Ukur atau
perkirakan volume
emesis.pastikan obat

antiemetik yang di
berikan untuk
mencegah muntah
bila memungkinkan
3. Tingkatkan
pemberian cairan
secara bertahap jika
tidak ada muntah
yang terjadi selama
30 menit.
4. Monitor efek
manajemen muntah
secara menyeluruh.
Pengaturan posisi
1. Jelaskan kepada
pasien badan pasien
akan di balik
2. Jangan
menempatkan
pasien pada posisi
yang bisa
meningkatkan nyeri.

31
8. Resiko cidera a. Kontrol resiko Manajemen lingkungan
Faktor resiko Kriteria hasil : 1. Sediakan
1) Eksternal 1) Klien lingkungan yang
a) Gangguan terbebas dari cidera aman untuk
fungsi kognitif 2) Klien pasien
b)Agens mampu menjelaskan 2. Identifikasi
nosokomial cara atau metode kebutuhan keamanan
2) Internal untuk mencegah pasien sesuai dengan
a) Hipoksia cidera kondisi
jaringan 3) Klien fisik
b)Gangguan mampu menjelaskan 3. Dan fungsi
sensasi (akibat faktor resiko dari kognitif pasien dan
dari cedera lingkungan riwayat penyakir
medula 4) Mengguna dahulu pasien
spinalis, dll) kan fasilitas 4. Memasang side
kesehatan yang ada rail
5) Mampu tempat tidur
mengenali 5. Menyediakan
perubahan status tempat tidur yang
kesehatan. aman dan
bersih
b. Kejadian jatuh 6. Membatasi
1) Jatuh dari pengunjunng
tempat 7. Memberikan
tidur penerangan yang
2) Jatuh saat cukup
di pindahkan. 8. Berikan
penjelasan pada
pasien dan keluarga
atau pengunjung
adanya

32
c) Malnutrisi. perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit.

Pencegahan jatuh
1. Identifikasi
perilaku dan faktor
yang mempengaruhi
resiko
jatuh
2. Sediakan
pengawasan ketat dan
/atau alat pengikatan

33
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Meningitis adalah peradangan pada leptomeningens, dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, atau meski jarang, jamur.Meningitis bakteri merupakan salah satu dari
infeksi yang kemungkinan paling serius pada bayi dan anak yang lebih tua.
Meningitis pada anak-anak masih sering dijumpai, meskipun sudah ada
kemoterapeutik, karena anak-anak biasanya tidak kebal terhadap bakteri. Penyebab
utama meningitis pada anak adalah Haemophilus Influenzae tipe B (Hib) dan
Streptococcus pnemoniae (invasive pneumococcal disease/IPD).

B. Saran
Terdapat banyak cara untuk mencegah penyakit mematikan ini hinggap di
tubuh anak. Sebagai orangtua, tentu mengkhawatirkan jika anak sampai terkena
meningitis maka dari itu, sebaiknya anak mendapatkan Vaksinasi meningitis,
menjaga kebersihan, dan menghindari kontak langsung dengan penderita untuk
pencegahan terjadinya meningitis.

34
DAFTAR PUSTAKA

Alfina Yulita. 2017. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KASUS


MENINGITIS DI RUANG RAWAT ANAK IRNA KEBIDANAN DAN
ANAKRSUP Dr. M. DJAMIL PADANG, (Online),
(http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ALFINIA_YULITA.pdf
,diakses pada 11 April 2021).

Fitrah Fauziah.2017 jurnal karakteristik meningitis pada anak di ruang inap di RDUP
H. Adam Malik medan.

Asni Harismi. 2019. “4 Langkah Efektif Mencegah Meningitis pada Bayi dan Anak-
Anak”, (Online),
(https://www.google.com/amp/s/www.sehatq.com/artikel/langkah-efektif-
mencegah-meningitis-pada-bayi-dan-anak/amp ,diakses pada 11 April 2021).

Asni Harismi. 2019 “Mengenal Penyebab Meningitis pada Anak yang Perlu
Diwaspadai”, (online)
https://www.sehatq.com/artikel/penyakit-meningitis-radang-selaput-otak-
mengintai-bayi-dan-anak , diakses 11 april 2021).

Anda mungkin juga menyukai