Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) DAN ASUHAN KEPERAWATAN

(ASKEP) MENINGITIS

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas :

Mata Kuliah : Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut

Dosen Pengampu : Ari Damayanti W, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :

Shefi Rivan Renaldi : 211314201837

Ajeng Elis Lestari : 211314201789

Ika Setia Danuari : 211314201787

Syadzwina Fadiahayya : 211314201821

Nadiva Putri Oktavia : 211314201811

M. Arizki Illahi Adi Putra : 211314201804

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEMESTER 4_KELAS A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat-Nya sehingga
Makalah Keperawatan Reproduksi “ LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN MENINGITIS” ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen kami Ibu Ari Damayanti W, S.Kep., Ns, M.Kep
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
Keperawatan Reproduksi “ LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN MENINGITIS ” ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang, 05 Mei 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar ............................................................................................... i

Daftar Isi ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1


1.2. Manfaat ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4

2.1 Definisi ........................................................................................ 4


2.2 Etiologi ........................................................................................ 4
2.3 Patofifiologi .................................................................................. 5
2.4 Manifestasi Klinis ........................................................................ 6
2.5 Klasifikasi ................................................................................... 8
2.6 Pathway ....................................................................................... 9
2.7 Pemeriksaan Penunjang ............................................................... 9
2.8 Penatalaksanaan Medis ............................................................. 10
2.9 Penatalaksanaan Non Medis ......................................................... 11

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ...................................... 14

3.1 Pengakajian .................................................................................. 14


3.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................ 18
3.3 Analisa Data ................................................................................ 18
3.4 Intervensi Keperawatan ............................................................... 21
3.5 Implementasi Keperawatan .......................................................... 23
3.6 Evaluasi ....................................................................................... 23
BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 26
4.1 Kesimpulan .................................................................................. 26
4.2 Saran ........................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Meningitis merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang


dapat menyerang semua kelompok umur, dimana kelompok umur paling
rawan terkena adalah anak-anak, balita, dan orang tua (CDC, 2017).
Setiap tahunnya sekitar 1,2 juta kasus Meningitis terjadi di dunia dengan
tingkat kematian mencapai 135.000 jiwa (WHO, 2018). Sekitar 75%
kasus meningitis terjadi pada anak dibawah usia <15 tahun. Dimana
meningitis yang disebabkan oleh bakteri menjadi penyebab cukup tinggi
angka kematian pada anak(WHO, 2018). Menurut WHO di tahun 2015
meningitis yang disebabkan oleh bakteri berada pada urutan ke-10
penyebab kematian pada anak dan menjadi salah satu infeksi yang paling
berbahaya dengan perkiraan 115.000 kematian di seluruh dunia pada
anak-anak (WHO, 2018).

Angka kejadian meningitis pada anak di Indonesia juga


tergolong tinggi, dengan menempati urutan ke-9 dari 10 penyakit yang
sering diderita anak berdasarkan data delapan Rumah Sakit Pendidikan di
Indonesia (Vemila, 2021). Kasus suspek meningitis bakterial pada anak
di Indonesia yakni sekitar 158 dari 100.000 anak per tahun (Vemila,
2021). Angka kejadian meningitis pediatrik di Indonesia diperkirakan
akan terus meningkat dengan tingkat kematian 18-40 % (Vemila, 2021).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yan Laksono di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar diperoleh data kasus meningitis yang
telah tercatat melalui data register DIKA, SIRS dan Rekam Medis pada
kurun waktu 5 tahun sejak 2014 sampai dengan 2019 yaitu sebanyak 175
kasus (Laksono, 2019).

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk menangani


dampak nyeri pada anak dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yaitu dengan menggunakan manajemen nyeri. Manajemen

2
nyeri terbagi atas dua pendekatan, yaitu farmakologi dan non
farmakalogi (Potter & Perry,2018). Salah satu tindakan mandiri dalam
penanganan nyeri yang dapat dilakukan secara non farmakologi adalah
melalui terapi musik. Terapi musik merupakan salah satu pengobatan
komplementer yang bisa diterapkan setiap waktu tanpa adanya efek
samping yang serius dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
menurunkan nyeri pada anak-anak (Lestari, 2021).

1.2. Tujuan
Berdasarkan tujuan pembuatan makalah untuk mengetahui asuhan
keperawatan dengan penyakit minginitis, maka diharapkan makalah ini
mempunyai manfaat dalam pendidikan ataupun penelitian baik secara
langsung maupun tidak langsung

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Meningitis adalah suatu penyakit infeksi cairan otak disertai radang
yang mengenai piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta
dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula
spinalis yang superfisial (Ratniasih,2017).

Meningitis adalah radang dari selaput otak yaitu lapisan arachnoid


dan piameter yang disebabkan oleh bakteri dan virus (Judha & Rahil,
2012). Meningitis adalah infeksi akut yang mengenai selaput mengineal
yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme dengan ditandai
adanya gejala spesifik dari sistem saraf pusat yaitu gangguan kesadaran,
gejala rangsang meningkat, gejala peningkatan tekanan intrakranial dan
gejala defisit neurologi (Widagdo, 2011).

Meningitis merupakan salah satu penyakit pada system syaraf pada


manusia. Penyakit saraf seperti meningitis dapat menyerang semua
tingkat usia,dari bayi hingga orang tua (Octavius, 2021).

2.2. Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme.
Penyebab meningitis adalah virus, bakteri, ataupun jamur meskipun
jamur jarang terjadi.Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi
seperti: fraktur tengkorak, infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana
akan meningkatkan terjadinya meningitis (Widagdo et al, 2013).

Nurarif dan Kusuma (2016), mengatakan penyebab meningitis ada 2


yaitu:

4
1. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Dipiococus
pneumonia dan neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram
negative.
2. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza,
neiseria meningitidis dan diplococcus pneumonia.

Penyebab meningitis bakteri pada neonatus adalah escherichia


coli, streptokokus grup B, dan listeria monocytogenes. Pada anak-anak
adalah Hemophilus influenze, pneumococci, dan meningicocci (neiserra
meningitides). Sedangkan penyebab meningitis bakteria pada orang
dewasa adalah pneumokokus, meningokukus, stafilokokus, dan
entrobakteria gram negativ (Karen et al, 2011).

Penyebab umum meningitis virus adalah enterovirus (virus polio


dan coxsackie), dan arbovirus. Penyebab lainnya adalah virus limfositik
koriomeningitis, cytomegalovirus, herpes virus tipe II, dan virus
gondong, epstein Barr, dan influenza virus. Virus penyebab meningitis
didentifikasi oleh pengujian serologis. Menurut (Karen et al, 2011) virus
enterovirus dan arbovirus merupakan penyebab meningoensefalitis. Virus
mups (gondongan) adalah salah satu penyebab meningitis yang umum
terjadi pada anak yang belum divaksinasi. Penyebab lain yang jarang
terjadi adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur. Meningitis jenis
ini diderita oleh orang yang mengalami kerusakan imun (daya tahan
tubuh nya berkurang) seperti pada penderita HIV dan AIDS.
Cryptococcal meningitis adalah infeksi serius yang menyerang otak dan
sumsum tulang belakang yang biasanya muncul pada 8 seseorang yang
menderita HIV. Cryptococcal meningitis disebabkan oleh jamur
Crptococcus Neoformans. Penyebab lainnya yaitu blastomyces,
histoplasma, dan coccidioides (Andareto, 2015).

2.3. Patofisiologi
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen
yaitu pada bagian paling luar adalah duramater, bagian tengah araknoid

5
dan bagian dalam piamater (Kyle dan Carman, 2018).. Cairan
serebrospinalis (CSF) merupakan bagian dari otak yang berada dalam
ruang subaraknoid yang dihasilkan dalam fleksus choroid yang kemudian
dialirkan melalui system ventrikal (Kyle dan Carman, 2018). CSF
diabsorbsi melalui araknoid pada lapisan araknoid dari meningen(Kyle
dan Carman, 2018). Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf
pusat melalui beberapa cara misalnya meningitis bakteri terjadi sebagai
infeksi sekunder akibat infeksi pernapasan atas, infeksi sinus, atau infeksi
telinga, dan bisa juga terjadi karena masuknya kuman secara langsung
melalui pungsi lumbal; fraktur tengkorak atau cedera kepala berat
(trauma kepala), intevensi bedah neuro, abnormalitas struktur kongenital,
seperti spina 10 bifida; atau adanya badan asing, seperti pirau ventrikel
atau implant koklea (Kyle dan Carman, 2018). Organisme penyebab
meningitis masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier.
Meningitis juga dapat terjadi bila adanya hubungan antara cairan
serebrospinal dan dunia luar (Tarwoto, 2019). Invasi bakteri pada
meningen mengakibatkan respon peradangan pada pia, araknoid, cairan
serebrospinal dan ventrikel(Tarwoto, 2019). Netropil bergerak ke ruang
subaraknoid untuk memfagosit bakteri menghasilkan eksudat dalam
ruang subaraknoid (Tarwoto, 2019). Eksudat yang dihasilkan dapat
menyebar melalui saraf kranial dan spinal sehingga menimbulkan
masalah neurologi. Eksudat ini yang dapat menimbulkan bendungan pada
ruang subaraknoid yang pada akhirnya dapat menyumbat aliran normal
cairan serebropinal dan menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang
terkumpul juga akan berpengaruh terhadap saraf-saraf kranial dan perifer.
Makin bertambahnya eksudat dapat meningkatkan tekanan intracranial
(Tarwoto, 2019).

2.4. Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis meningitis bakterial pada bayi dan anak-anak
dapat bersifat tidak spesifik. Pada anak usia kurang dari 3 bulan, gejala
klinis yang ditemukan adalah hipertermia atau hipotermia, perubahan

6
kebiasaan tidur atau makan, irritability atau lesu, muntah, tangisan
bernada tinggi, atau kejang. Anak dengan usia lebih dari 3 bulan
menunjukkan gejala demam, muntah, irritability, lesu, atau perubahan
perilaku. Setelah usia 2-3 tahun, anak dapat mengeluh sakit kepala, leher
kaku, dan fotofobia (Emedicine Medscape, 2022).Tanda-tanda iritasi
meningeal positif pada 75% anak-anak dengan meningitis bakterial pada
saat presentasi (Prober et al, 2015; Kenneth et al, 2017).Tidak adanya
tanda iritasi meningeal dengan meningitis bakterial dapat terjadi dan
lebih umum pada mereka yang lebih muda dari 12 bulan (Thomas et al,
2016; Prober et al, 2015; Kenneth et al, 2017).

Manifestasi klinis menurut Tarwoto (2017)


a. Meningitis bakteri
1) Nyeri kepala
2) Demam
3) Mual dan muntah
4) Kejang umum
5) Fotofobia
6) Penurunan kesadaran (koma)
7) Kaku kaduk
8) Brudzinski dan kernig positif

b. Meningitis virus
1) Nyeri kepala
2) Nyeri sekitar muka dan mata
3) Photofobia
4) Kaku kuduk
5) Kelemahan
6) Demam
7) Kelemahan
8) Rash (lesi kulit)
9) Nyeri pada ekstremitas
10) Brudzinski dan kernig positif

7
2.5. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang
terjadi pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan
piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya
adalah Mycobacterium Tuberculosa. Penyebab lainnya lues, virus,
toxoplasma gondhii dan ricketsia. Menurut (Tanto, 2014) bakteri
tuberculosis masuk kedalam tubuh yaitu ke bagian paru secara
inhalasi, setelah di fagosit oleh makrofag alveolar, system imun
seluler mengenali antigen bakteri kemudian limfosit mengaktifkan
system pertahanan. Meningitis terjadi apabila bakteri berhasil
mencapai meningens dalam jumlah yang banyak. Namun, apabila
bakteri yang mencapai meningens dalam julam yang kecil, bakteri
tersebut akan berkolonisasi, bereplikasi, dan akan membentuk
tuberkel yang disebut focus rich di sekitar area subtal. Setelah
bertahun-tahun focus rich dapat menyebabkan meningitis tuberculosis.

2. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan
piameter yang melingkupi otak dan medulla spinalis. Penyebab dari
penyakit ini 9 berdasarkan golongan umur adalah masa neonatus oleh
E.coli, streptokokkus beta hemolitikus, dan listeria monositogenes.
Kelompok umur anak dibawah 4 tahun yaitu hemofilus influenza,
meningokokus, dan pneumokokus. Kelompok umur diatas 4 tahun dan
orang dewasa adalah meningokokus dan pneumokokus (Harsono,
2015).
Penderita meningitis purulenta biasanya mengalami kesadaran
yang menurun dan seringkali disertai dengan diare dan muntah-
muntah. Meningitis purulenta umunya terjadi akibat adanya
komplikasi lain. Kuman secara hematogen sampai ke selaput otak

8
seperti pada penyakit pneumonia, bronkopneumonia, endocarditis dan
lain-lain (Fauziah, 2017).

2.6. Pathway

Bakteri, Virus, Jamur

Hematogen Secara langsung Trauma Peradangan

Infeksi

Peradangan meningen, lapisan korteks, sub arachnoid


Hipertermi
Eksudat meningkat, trombosit

Hidrosefalus / oedema Peningkatan TIK Penurunan aliran


otak

Perubahan Perfusi Sakit kepala, Kelemahan Hipoksemia & Hipoksia


Serebral mual, muntah

Depresi sum-sum tulang Metabolisme Infark jaringan otak


Nyeri anaerob

Eritrosit menurun Leukosit Peningkatan as. Gangguan Mobilitas


meningkat Laktat Fisik

Anemia Pertahanan Pompa Na/K


tubuh menurun terganggu

O2 menurun Resiko Infeksi Edeme serebral

Dispnea Vasodilatasi
serebral

Intoleransi Aktivitas Peningkatan


TIK

Perubahan
perfusi serebral

2.7. Pemeriksaan penunjang

9
Diagnosis meningitis menurut (Harsono, 2015) dapat ditegakkan
melalui,diantaranya adalah :
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah : Pemeriksaan darah lengkap, peningkatan sel
darah
putih (10.000-40.000/mm3), pemeriksaan
koagulasi, kultur adanya mikroorganisme
pathogen.
b. Urine : Albumin, sel darah merah, sel darah putih ada
dalam
urine.

2. Radiografi, Untuk menentukan adanya sumberinfeksi misalnya


Rongen dada untuk menentukan adanya penyakit paru seperti TBC
paru, pneumonia, abses paru. Scan otak untuk menentukan kelainan
otak.
3. Pemeriksaan lumbal pungsi, untuk membandingkan keadaan CSF
normal dengan meningitis.
4. CT Scan.

2.8. Penatalaksanaan medis


Penatalakasanaan Menigitis dibagi menjadi 2 menurut (Tarwoto, 2013)
yaitu:
1. Penatalaksanaan umum
a. Pasien diisolasi
b. Pasien diistirahatkan/ bedrest
c. Kontrol hipertermi dengan kompres
d. Kontrol kejang
e. Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi
2. Pemberian antibiotik
a. Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari bebas panas

10
b. Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin, Gentamisin,
Kloromfenikol, Sefalosporin. 13
c. Jika pasien terindikasi meningitis tuberkolusis diberikan obatobatan
TBC.

Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) penatalaksanaan medis yang


secara umum yang dilakukan di rumah sakit antara lain :
1. Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti
asering atau ringer laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui
penurunan berat badan anak atau tingkat degidrasi yang diberikan
karena pada anak yang menderita meningitis sering datang dengan
penurunan kesadaran karena kekurangan cairan akibat muntah,
pengeluaran cairan melalui proses evaporasi akibat hipertermia dan
intake cairan yang kurang akibat kesadaran yang menurun.
2. Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Dosis awal
diberikan diazepam 0,5 mg/Kg BB/kali pemberian melalui intravena.
Setelah kejang dapat diatasi maka diberikan fenobarbital dengan dosis
awal pada neonates 30m, anak kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan
anak yang lebih dari 1 tahun 75 mg. Untuk rumatannya diberikan
fenobarbital 8-10 mg/Kg BB/ di bagi dalam dua kali pemberian
diberikan selama dua hari. Sedangkan pemberian fenobarbital dua hari
berikutnya dosis diturunkan menjadi 4-5 mg/Kg BB/ dibagi dua kali
pemberian. Pemberian diazepam selain untuk menurunkan kejangjuga
diharapkan dapat menurunkan suhu tubuh karena selain hasil toksik
kumanpeningkatan suhu tubuh berasal dari kontraksi otot akibat
kejang. 13
3. Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab.
Antibiotik yang sering dipakai adalah ampisilin dengan dosis 300-400
mg/KgBB dibagi dalam enam dosis pemberian secara intravena
dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam
empat dosis pemberian. Pemberian antibiotik ini yang paling rasional

11
melalui kultur dari pengambilan cairan serebrospinal melalui pungsi
lumbal.
4. Penempatan pada ruang yang minimal rangsangan seperti rangsangan
suara, cahaya dan rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan
dapat membangkitkan kejang pada anak karena peningkatan rangsang
depolarisasi neuron yang dapat berlangsung cepat.
5. Pembebasan jalan napas dengan menghisap lendir melalui suction dan
memposisikan anak pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan
pembebasan jalan napas dipadu dengan pemberian oksigen untuk
mendukung kebutuhan metabolism yang meningkat selain itu
mungkin juga terjadi depresi pusat pernapasan karena peningkatan
tekanan intracranial sehingga peril diberikan oksigen bertekanan lebih
tinggi yang lebih mudah masuk ke saluran pernapasan. Pemberian
oksigen pada anak meningitis dianjurkan konsentrasi yang masuk bisa
tinggi melalui masker oksigen.

2.9. Penatalaksanaan Non-Medis


1. Jenis Diet
Diet yang diberikan bagi anak penderita Meningitis adalah Diet
Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP). Pada pasien meningitis selama
masa perawatan dirumah sakit, sering kali mual, muntah lewat hidung,
batuk 14 dan lain sebagainya yang menyebabkan pasien perlu asupan
makanan sesuai dengan keadaannya (Putri, dkk, 2016)

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Lakukan pengkajian dengan cermat untuk memantau karakteristik
klinis tahap awal penyakit
b. Pantau suhu dan tanda vital dengan sering
c. Pantau asupan dan haluaran serta keseimbangan cairan dan
elektrolita.

12
1) Anak-anak dengan penurunan kesadaran sebaiknya dipuasakan
(NPO); sedangkanyang lainnya diperbolehkan menerima
cairan dan diet secara pogresif jika dapatditoleransi.
2) Asupan cairan dapat tetap dibatasi sebanyak dua per tiga dari
asupan normaluntuk mencegah edema serebral.
3) Kelebihan cairan dihindari untuk mencegah terjadinya SIADH
(Syndrome ofInappropriate Diuretic Hormone), yaitu sindrome
ketidaktepatan hormon diuretik.4)
d. Periksa fungsi neurologik dan pantau tingkat kesadarana.
1) Ukur lingkar kepala untuk pemantauan efusi subdural dan
hidrosefalus obstruktif, yang dapat berkembang sebagai
komplikasinya.
2) Kaji adanya tanda-tanda peningkatan TIK5)
e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi , seperti antibiotik (jenisnya
bergantung padaorganisme penyebab), steroid (untuk menurunkan
edema serebral), dan antikonsulvan.
f. Berikan intervensi penunjang, termasuk tindakan mempertahankan
kestabilan suhutubuh.
g. Cegah penyebaran infeksi kepada orang lain. Lakukan prosedur
isolasi untuktindakan pencegahan pernapasan selama 24 sampai 48
jam setelah dimulainya pemberian antibiotik.
h. Jaga ketenangan ruangan untuk menurunkan stimulus dari
lingkungan.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian Umum


a. Identitas Klien
- Nama : An R
- Umur : 8 Tahum
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Pekerjaan : Pelajar
- Berat Badan : 22 kg
- Tinggi Badan : 127

b. Status Kesehatan saat ini


- Keluhan Utama : ibu pasien mengatakan,pasien mengalami
demam tinggi ,dan mengeluh nyeri di area kepala,ibu klien
mengatakan anaknya juga mengalami mual dan muntah Ibu
pasien mengatakan pasien mengalami demam yang naik turun,
mual, muntah 2-4x/hari. Pasien mengatakan sakit kepala, pasien
mengatakan nyeri seperti ditusuk tusuk. Pasien mengatakan
aktivitasnya (mandi, makan, ganti pakaian) sering dibantu orang
tua selama sakit.
- Faktor Pencetus : Pasien mengalami demam tinggi
sebelum
dirujuk rumah sakit
- Faktor Pemberat : Saat Pasien Beraktivitas
- Riwayat Pengobatan : Tidak Ada

c. Riwayat Kesehatan saat ini;


Data Subyektif : Ibu pasien mengatakan pasien menderita sakit
kepala sekitar ±1 tahun yang lalu dan memberat sejak 1 bulan
terakhir.Ibu pasien mengatakan ketika pasien demam pasti akan
disertai dengan sakit kepala.

14
Data Obyektif :
i. TTV;
1. Tekanan Darah ; 120/85 mmHg
2. Nadi : 100 x/menit
3. Respirasi : 28 x/ menit/takipneu
4. Suhu : 38,5 °C
ii. Kaji Skala Nyeri;
P. Nyeri pada area kepala nyeri hilang timbul
Q. Seperti ditusuk ditusuk
R. Nyeri pada area kepala
S. 8
T. 10-15 menit

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


1. Penyakit anggota keluarga :
Ibu pasien mengatakan ibunya mempunyai riwayat penyakit
DiabetesMelitus

e. Riwayat Nutrisi
1) Pemberian Asi
- Pertama kali disusui : Sejak lahir
- Cara pemberian : Ibu pasien mengatakan secara langsung
dan
terjadwal
- Lama pemberian : 6 bulan, setelah itu diberikan susu
formula
(SGM) +ASI
2) Pemberian susu formula
- Alasan pemberian : ASI sudah berkurang
- Jumlah pemberian : Ibu pasien mengatakan 3 kali dalam
sehari

15
- Cara pemberian : Ibu pasien mengatakan pemberian
dengan
cara dot

f. Riwayat Psikososial
- Apakah anak dan orang tua tinggal di : Rumah sendiri.
- Lingkungan berada di : Kota
- Apakah rumah dekat dengan sekolah : TK ; Memiliki ruang
bermain:
- Tidak; Memiliki kamar tidur sendiri : Ibu pasien mengatakan
An. R
Tidur dengan kakaknya
- Apakah ada tangga yang bisa membahayakan anak :
Ibu pasien mengatakan memiliki tangga di rumahnya
- Hubungan antara anggota keluarga : Harmonis.
- Pengasuh anak : Orang tua

g. Riwayat Spiritual
- Support sistem dalam keluarga : Ibu pasien mengatakan semua
keluarga membantu jika ada
masalah
- .Kegiatan keagamaan : Ibu pasien mengatakan aktif
dalam
kegiatan keagamaan di masjid.
Ibu
pasien mengatakan An.R aktif
belajar mengaji di TPA dekat
rumah.

h. Reaksi Hospitalisasi
a) Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

16
- Mengapa ibu membawa anaknya ke RS :
Ibu pasien mengatakan anaknya mengeluh sakit kepala
- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : Ya
- Bagaimana perasaan orangtua saat ini
Ibu pasien mengatakan merasa cemas khawatir dan sedih
dengan kondisi anaknya sekarang

b) Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap


- Mengapa keluarga/orangtua membawa kamu ke RS ? An.R
mengatakan kepalanya sakit
- Menurutmu apa penyebab kamu sakit ? An.R mengatakan
tidak tahu penyebab sakitnya
- Apakah dokter meceritakan keadaanmu ? An.R mengatakan
dokter tidak menceritakan keadaanya
- Bagaimanan rasanya dirawat di RS ? An. R mengatakan
sedih, cemas, khawatir dan takut selama di rumah sakit. An.
R tampak menangis dan takut ketika akan diberikan
pengobatan (disuntikkan obat)

i. Kebiasaan Kehidupan Sehari-hari;


a) Pola Makan : Mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti
nasi
Lauk dan sayur frekuensi makan 4x sehari
untuk
kebutuhan cairan pasien minum sekitar 1 ½
liter
Dalam sehari
b) Pola Tidur : Pasien jarang tidur siang tidur malam sekitar 9
jam
c) Pola aktivitas : Pasien Sekolah Online dan bermain dan untuk
Kegiatan dan aktivitas lainnya diatur oleh orang
tua

17
3.2. Pemeriksaan Fisik ;
a) Keadaan umum klien :
Composmentis, Klien tampak lemah, meringis dan gelisah

b) Tanda-tanda vital
1. Suhu : 38,5 °C
2. Nadi : 100 x/menit
3. Penapasan : 28 x/menit/takipneu
4. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
c) Pernafasan
Hidung nampak simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung,
tidak ada Secret, tidak nampak ada polip,tidak ada epistaksis
1) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada tumor
2) Dada
Bentuk dada normal chest,Perbandingan ukuran AP dengan
Transversal Gerakan dada : Simetris kiri dan kanan; Terdapat
retraksi otot bantu pernapasan : tidak nampak retraksi otot bantu
pernapasan ,Suara napas : Vesikuler diseluruh lapang paru,tidak
nampak clubbing finger

3.3. Diagnosa keperawatan


1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis
2. Hipetermia berhubungan dengan proses penyakit
3. Risiko Perfusi Jaringan Selebral berhubungan dengan berhubungan
dengan penurunan sirkulasi darah ke otak

3.4. Analisa Data


No Data Etiologi Masalah

18
1. Data Subjektif: Trauma Kepala Infeksi Nyeri Akut
- - Ibu pasien mengatakan
pasien menderita sakit Peradangan meningen,
lapisan korteks, sub
kepala dan memberat
arachnoid
sejak 1 bulan terakhir

Eksudat meningkat
- Pasien mengatakan
sakit pada kepala
Peningkatan TIK Sakit
P : Nyeri pada Kepala Kepala (Nyeri)
Q : Nyeri seperti
ditusuktusuk,
S : skala 8
R : Oksipital, temporal,
parietal dan frontal
T: hilang timbuldurasi
10-15 menit

Data Objektif
- Pasien nampak
menangis apabila nyeri
kepalanya timbul.
- Pasien tampak lemah,
Pasien tampak Meringis

19
2. Data Subjektif: Trauma Kepala Hipetermia
- Ibu pasien mengatakan
demam pasien naik turun
- Ibu pasien mengatakan Infeksi Peradangan

ketika meningen, lapisan korteks,

pasien demam pasti akan sub arachnoid

disertai dengan nyeri


kepala
Proses demam
Data Objektif:
- Tubuh pasien teraba
panas.
Hipetermia
- TTV:
a. S: 38,5o C.
b. N: 100 x/ menit.
c. P: 28 x/ menit.
3. Data Subjektif : Faktor inveksi dari Resiko Perfusi Serebral
ibu pasien virus, bakteri atau jamur Tidak Efektif
mengatakan,pasien
mengalami demam tinggi
,dan mengeluh nyeri di Peradangan Meningen
area kepala,ibu klien
mengatakan anaknya Eksudat Meningkat,
juga mengalami mual Trombosit meningkat
dan muntah Ibu pasien
mengatakan pasien Terjadi oedem di otak
mengalami demam yang
naik turun, mual, muntah Perfusi serebral tidak
2-4x/hari efektif ditandai pasien
mengeluh nyeri pada area
kepala
Data Objektif :
Keadaan Umum;

20
Lemas, Letih, Pasien
terlihat Mual Muntah,
Pasien tampak meringis
karena nyeri pada kepala

3.5. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosis
NO Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238) :
(D.0077) tindakan keperawatan Observasi
selama 1x24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
diharapkan tingkat durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri menurun dan nyeri.
kontrol nyeri 2. Identifikasi skala nyeri.
meningkat dengan 3. Identifikasi respon nyeri non verbal.
kriteria hasil : 4. Identifikasi pengaruh nyeri pada
Tingkat Nyeri kualitas hidup
(L.08066) Terapeutik
a. keluhan nyeri 1. Berikan teknik non farmakologis
menurun untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
b. Meringis menurun Terapi pijat, kompres hangat/dingin,
c. Sikap protektif hypnosis, relaksasi napas dalam)
menurun 2. Kontrol lingkungan yang dapat
d. Gelisah menurun mempengaruhi nyeri
e. Kesulitan tidur 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
menurun Edukasi

21
f. Frekuensi nadi 1. Jelaskan penyebab, periode dan
membaik pemicu nyeri.
g. Tekanan darah 2. Jelaskan strategi mengatasi nyeri
membaik 3. Anjurkan untuk memonitor nyeri
secara mandiri
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetic
2 Hipertermi Termogulasi Manajemen Hipertermia (I.15506)
(SLKI.14134) Observasi
Setelah dilakukan 1. Identifikasi penyebab hipertermia
tindakan keperawatan 2. Monitor suhu tubuh
selama 1x24 jam 3. Monitor kadar elektrolit
diharapkan Terapeutik
termogulasi membaik, 1. Longgarkan atau lepaskan
dengan kriteria hasil: pakaian
a. Kulit merah 2. Lakukan pendinginan
menurun eksternal (mis. Selimut
b. Kejang menurun hiportermia, kompres dingin
c. Pucat menurun pada dahi, leher, dada,
d. Takipneu menurun abdomen, aksila)
e. Hipoksia menurun Edukasi
f. Suhu tubuh 1. Anjurkan tirah baring
membaik Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian Terapi medis

3 Resiko Perfusi serebral Pemantauan Tekanan Intrakranial


Perfusi (SLKI. 02014) (SIKI. 06198)
Serebral Setelah dilakukan Observasi
tidak efektif tindakan keperawatan 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
selama 1x24 jam 2. Monitor peningkatan TD

22
diharapkan 3. Monitor tingkat keasadaran
keadekuatan aliran 4. Monitor tekanan perfusi serebral
darah serebral untuk Terapeutik
menunjang fungsi 1. Atur interval pemamntauan sesuai
otak menurun dan kondisi pasien
membaik. Dengan 2. Dokumentasi hasil pemantauan
kriteria hasil:
Edukasi
1. Tekanan intra 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
kranial menurun pemantauan
2. Sakit kepala 2. Informasikan hasil pemantauan, jika
menurun perlu
3. gelisah menurun
4. cemas menurun
5. demam menurun

3.6. Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Nyeri akut 1. Megidentifikasi lokasi, S ;
karakteristik, durasi, frekuensi, Pasien mengatakan nyeri
kualitas, intensitas nyeri. pada kepala berkurang
2. Megidentifikasi skala nyeri.
3. Megidentifikasi respon nyeri O :
non verbal. pasien tampak tenang Skala
4. Megidentifikasi pengaruh nyeri 4 (sedikit lebih nyeri)
nyeri pada kualitas hidup

23
5. Memerikan teknik non A :
farmakologis untuk Nyeri akut belum teratasi
mengurangi rasa nyeri (mis.
Terapi pijat, kompres P :
hangat/dingin, hypnosis, lanjutkan Intervensi
relaksasi napas dalam) - Pantau skala nyeri
6. Mengontrol lingkungan yang - Berikan Terapi musik
dapat mempengaruhi nyeri - Ajarkan teknik relaksasi
7. Memfasilitasi istirahat dan nafas dalam
tidur
8. Menjelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri.
9. Menjelaskan strategi
mengatasi nyeri
10. Menganjurkan untuk
memonitor nyeri secara
mandiri
11. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
12. Mengkolaborasi pemberian
analgetic

2 Hipertermia 1. Mengidentifikasi penyebab S :


hipertermia Ibu Pasien mengatakan
2. Memonitor suhu tubuh pasien tidak demam lagi
3. Memonitor kadar elektrolit
4. Melonggarkan atau lepaskan O: Suhu tubuh 37,0 °C
pakaian
5. Melakukan pendinginan A: Hipertermi teratasi
eksternal (mis. Selimut

24
hiportermia, kompres dingin P:
pada dahi, leher, dada, Pertahankan Intervensi
abdomen, aksila) - Monitor suhu tubuh.
6. Menganjurkan tirah baring - Anjurkan tirah baring.
7. Mengkolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.

3. Resiko 1. Mengidentifikasi penyebab S:


Perfusi peningkatan TIK ibu pasien mengatakan suda
Serebral 2. Memonitor peningkatan TD htidak demam dn tidak
Tidak 3. Memonitor tingkat merasakan sakit diarea
Efektif keasadaran kepala
4. Memonitor tekanan perfusi
serebral O:
5. Mengatur interval Pasien tampak tidak mual
pemamntauan sesuai kondisi dan muntah
pasien
6. Mendokumentasi hasil A: Resiko perfusi serebral
pemantauan tidak efektif teratasi
7. Menjelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan P:
8. Meninformasikan hasil Pertahankan intervensi
pemantauan, jika perlu - Monitor tekanan perfusi
serebral

25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan penulis,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil pengkajian yang dilakukan terhadap An. R diperoleh keluhan
berupa nyeri kepala, diare, muntah yang terjadi 3-4 x/hari, demam
yang naik turun,tanda kaku kuduk dan tanda Brudzinsky I/II positif.

2. Diagnosis keperawatan An. R yaitu :


a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
b. Hipetermia berhubungan dengan proses penyakit
c. Risiko Perfusi Jaringan Selebral berhubungan dengan
berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah ke otak

3. Hasil implementasi dan evaluasi terhadap An. R dengan masalah nyeri


pada meningitis yaitu sebelum diberikan tindakan keperawatan skala
nyeri 6 dan menurun menjadi skala nyeri
4. Maka dapat disimpulkan terjadi penurunan skala nyeri namun nyeri
belum teratasi sepenuhnya.

4.2. Saran
1. Profesi Keperawatan
Bagi Profesi Keperawatan, karya akhir ini bisa dijadikan sebagai
bahan referensi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
khususnya dalam pemberian terapi.

2. Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan penulisan ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai referensi tambahan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien

26
DAFTAR PUSTAKA

Adityoputri. (2021). DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA MENINGITIS


BAKTERIAL PADA ANAK.

Fitriati. (2021). SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT MENINGITIS.

Fransisca. (2022). Asuhan keperawatan dengan kasus Minginitis. Jurnal Ilmu


keperawatan.

Hahiyanti. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK PASIEN


MENINGITIS DENGAN NYERI MENGGUNAKAN INTERVENSI
TERAPI MUSIK DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR.

Purnamawati. (2019). ASUHAN KEPERAWATANPADA ANAK DENGAN


MENINGITIS. Jurnal Ilmu Keperawatan.

27

Anda mungkin juga menyukai