(ASKEP) MENINGITIS
Disusun oleh :
WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat-Nya sehingga
Makalah Keperawatan Reproduksi “ LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN MENINGITIS” ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen kami Ibu Ari Damayanti W, S.Kep., Ns, M.Kep
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
Keperawatan Reproduksi “ LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN MENINGITIS ” ini bisa bermanfaat bagi pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
nyeri terbagi atas dua pendekatan, yaitu farmakologi dan non
farmakalogi (Potter & Perry,2018). Salah satu tindakan mandiri dalam
penanganan nyeri yang dapat dilakukan secara non farmakologi adalah
melalui terapi musik. Terapi musik merupakan salah satu pengobatan
komplementer yang bisa diterapkan setiap waktu tanpa adanya efek
samping yang serius dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
menurunkan nyeri pada anak-anak (Lestari, 2021).
1.2. Tujuan
Berdasarkan tujuan pembuatan makalah untuk mengetahui asuhan
keperawatan dengan penyakit minginitis, maka diharapkan makalah ini
mempunyai manfaat dalam pendidikan ataupun penelitian baik secara
langsung maupun tidak langsung
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Meningitis adalah suatu penyakit infeksi cairan otak disertai radang
yang mengenai piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta
dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula
spinalis yang superfisial (Ratniasih,2017).
2.2. Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme.
Penyebab meningitis adalah virus, bakteri, ataupun jamur meskipun
jamur jarang terjadi.Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi
seperti: fraktur tengkorak, infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana
akan meningkatkan terjadinya meningitis (Widagdo et al, 2013).
4
1. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Dipiococus
pneumonia dan neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram
negative.
2. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza,
neiseria meningitidis dan diplococcus pneumonia.
2.3. Patofisiologi
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen
yaitu pada bagian paling luar adalah duramater, bagian tengah araknoid
5
dan bagian dalam piamater (Kyle dan Carman, 2018).. Cairan
serebrospinalis (CSF) merupakan bagian dari otak yang berada dalam
ruang subaraknoid yang dihasilkan dalam fleksus choroid yang kemudian
dialirkan melalui system ventrikal (Kyle dan Carman, 2018). CSF
diabsorbsi melalui araknoid pada lapisan araknoid dari meningen(Kyle
dan Carman, 2018). Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf
pusat melalui beberapa cara misalnya meningitis bakteri terjadi sebagai
infeksi sekunder akibat infeksi pernapasan atas, infeksi sinus, atau infeksi
telinga, dan bisa juga terjadi karena masuknya kuman secara langsung
melalui pungsi lumbal; fraktur tengkorak atau cedera kepala berat
(trauma kepala), intevensi bedah neuro, abnormalitas struktur kongenital,
seperti spina 10 bifida; atau adanya badan asing, seperti pirau ventrikel
atau implant koklea (Kyle dan Carman, 2018). Organisme penyebab
meningitis masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier.
Meningitis juga dapat terjadi bila adanya hubungan antara cairan
serebrospinal dan dunia luar (Tarwoto, 2019). Invasi bakteri pada
meningen mengakibatkan respon peradangan pada pia, araknoid, cairan
serebrospinal dan ventrikel(Tarwoto, 2019). Netropil bergerak ke ruang
subaraknoid untuk memfagosit bakteri menghasilkan eksudat dalam
ruang subaraknoid (Tarwoto, 2019). Eksudat yang dihasilkan dapat
menyebar melalui saraf kranial dan spinal sehingga menimbulkan
masalah neurologi. Eksudat ini yang dapat menimbulkan bendungan pada
ruang subaraknoid yang pada akhirnya dapat menyumbat aliran normal
cairan serebropinal dan menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang
terkumpul juga akan berpengaruh terhadap saraf-saraf kranial dan perifer.
Makin bertambahnya eksudat dapat meningkatkan tekanan intracranial
(Tarwoto, 2019).
6
kebiasaan tidur atau makan, irritability atau lesu, muntah, tangisan
bernada tinggi, atau kejang. Anak dengan usia lebih dari 3 bulan
menunjukkan gejala demam, muntah, irritability, lesu, atau perubahan
perilaku. Setelah usia 2-3 tahun, anak dapat mengeluh sakit kepala, leher
kaku, dan fotofobia (Emedicine Medscape, 2022).Tanda-tanda iritasi
meningeal positif pada 75% anak-anak dengan meningitis bakterial pada
saat presentasi (Prober et al, 2015; Kenneth et al, 2017).Tidak adanya
tanda iritasi meningeal dengan meningitis bakterial dapat terjadi dan
lebih umum pada mereka yang lebih muda dari 12 bulan (Thomas et al,
2016; Prober et al, 2015; Kenneth et al, 2017).
b. Meningitis virus
1) Nyeri kepala
2) Nyeri sekitar muka dan mata
3) Photofobia
4) Kaku kuduk
5) Kelemahan
6) Demam
7) Kelemahan
8) Rash (lesi kulit)
9) Nyeri pada ekstremitas
10) Brudzinski dan kernig positif
7
2.5. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang
terjadi pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan
piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya
adalah Mycobacterium Tuberculosa. Penyebab lainnya lues, virus,
toxoplasma gondhii dan ricketsia. Menurut (Tanto, 2014) bakteri
tuberculosis masuk kedalam tubuh yaitu ke bagian paru secara
inhalasi, setelah di fagosit oleh makrofag alveolar, system imun
seluler mengenali antigen bakteri kemudian limfosit mengaktifkan
system pertahanan. Meningitis terjadi apabila bakteri berhasil
mencapai meningens dalam jumlah yang banyak. Namun, apabila
bakteri yang mencapai meningens dalam julam yang kecil, bakteri
tersebut akan berkolonisasi, bereplikasi, dan akan membentuk
tuberkel yang disebut focus rich di sekitar area subtal. Setelah
bertahun-tahun focus rich dapat menyebabkan meningitis tuberculosis.
2. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan
piameter yang melingkupi otak dan medulla spinalis. Penyebab dari
penyakit ini 9 berdasarkan golongan umur adalah masa neonatus oleh
E.coli, streptokokkus beta hemolitikus, dan listeria monositogenes.
Kelompok umur anak dibawah 4 tahun yaitu hemofilus influenza,
meningokokus, dan pneumokokus. Kelompok umur diatas 4 tahun dan
orang dewasa adalah meningokokus dan pneumokokus (Harsono,
2015).
Penderita meningitis purulenta biasanya mengalami kesadaran
yang menurun dan seringkali disertai dengan diare dan muntah-
muntah. Meningitis purulenta umunya terjadi akibat adanya
komplikasi lain. Kuman secara hematogen sampai ke selaput otak
8
seperti pada penyakit pneumonia, bronkopneumonia, endocarditis dan
lain-lain (Fauziah, 2017).
2.6. Pathway
Infeksi
Dispnea Vasodilatasi
serebral
Perubahan
perfusi serebral
9
Diagnosis meningitis menurut (Harsono, 2015) dapat ditegakkan
melalui,diantaranya adalah :
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah : Pemeriksaan darah lengkap, peningkatan sel
darah
putih (10.000-40.000/mm3), pemeriksaan
koagulasi, kultur adanya mikroorganisme
pathogen.
b. Urine : Albumin, sel darah merah, sel darah putih ada
dalam
urine.
10
b. Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin, Gentamisin,
Kloromfenikol, Sefalosporin. 13
c. Jika pasien terindikasi meningitis tuberkolusis diberikan obatobatan
TBC.
11
melalui kultur dari pengambilan cairan serebrospinal melalui pungsi
lumbal.
4. Penempatan pada ruang yang minimal rangsangan seperti rangsangan
suara, cahaya dan rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan
dapat membangkitkan kejang pada anak karena peningkatan rangsang
depolarisasi neuron yang dapat berlangsung cepat.
5. Pembebasan jalan napas dengan menghisap lendir melalui suction dan
memposisikan anak pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan
pembebasan jalan napas dipadu dengan pemberian oksigen untuk
mendukung kebutuhan metabolism yang meningkat selain itu
mungkin juga terjadi depresi pusat pernapasan karena peningkatan
tekanan intracranial sehingga peril diberikan oksigen bertekanan lebih
tinggi yang lebih mudah masuk ke saluran pernapasan. Pemberian
oksigen pada anak meningitis dianjurkan konsentrasi yang masuk bisa
tinggi melalui masker oksigen.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Lakukan pengkajian dengan cermat untuk memantau karakteristik
klinis tahap awal penyakit
b. Pantau suhu dan tanda vital dengan sering
c. Pantau asupan dan haluaran serta keseimbangan cairan dan
elektrolita.
12
1) Anak-anak dengan penurunan kesadaran sebaiknya dipuasakan
(NPO); sedangkanyang lainnya diperbolehkan menerima
cairan dan diet secara pogresif jika dapatditoleransi.
2) Asupan cairan dapat tetap dibatasi sebanyak dua per tiga dari
asupan normaluntuk mencegah edema serebral.
3) Kelebihan cairan dihindari untuk mencegah terjadinya SIADH
(Syndrome ofInappropriate Diuretic Hormone), yaitu sindrome
ketidaktepatan hormon diuretik.4)
d. Periksa fungsi neurologik dan pantau tingkat kesadarana.
1) Ukur lingkar kepala untuk pemantauan efusi subdural dan
hidrosefalus obstruktif, yang dapat berkembang sebagai
komplikasinya.
2) Kaji adanya tanda-tanda peningkatan TIK5)
e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi , seperti antibiotik (jenisnya
bergantung padaorganisme penyebab), steroid (untuk menurunkan
edema serebral), dan antikonsulvan.
f. Berikan intervensi penunjang, termasuk tindakan mempertahankan
kestabilan suhutubuh.
g. Cegah penyebaran infeksi kepada orang lain. Lakukan prosedur
isolasi untuktindakan pencegahan pernapasan selama 24 sampai 48
jam setelah dimulainya pemberian antibiotik.
h. Jaga ketenangan ruangan untuk menurunkan stimulus dari
lingkungan.
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
14
Data Obyektif :
i. TTV;
1. Tekanan Darah ; 120/85 mmHg
2. Nadi : 100 x/menit
3. Respirasi : 28 x/ menit/takipneu
4. Suhu : 38,5 °C
ii. Kaji Skala Nyeri;
P. Nyeri pada area kepala nyeri hilang timbul
Q. Seperti ditusuk ditusuk
R. Nyeri pada area kepala
S. 8
T. 10-15 menit
e. Riwayat Nutrisi
1) Pemberian Asi
- Pertama kali disusui : Sejak lahir
- Cara pemberian : Ibu pasien mengatakan secara langsung
dan
terjadwal
- Lama pemberian : 6 bulan, setelah itu diberikan susu
formula
(SGM) +ASI
2) Pemberian susu formula
- Alasan pemberian : ASI sudah berkurang
- Jumlah pemberian : Ibu pasien mengatakan 3 kali dalam
sehari
15
- Cara pemberian : Ibu pasien mengatakan pemberian
dengan
cara dot
f. Riwayat Psikososial
- Apakah anak dan orang tua tinggal di : Rumah sendiri.
- Lingkungan berada di : Kota
- Apakah rumah dekat dengan sekolah : TK ; Memiliki ruang
bermain:
- Tidak; Memiliki kamar tidur sendiri : Ibu pasien mengatakan
An. R
Tidur dengan kakaknya
- Apakah ada tangga yang bisa membahayakan anak :
Ibu pasien mengatakan memiliki tangga di rumahnya
- Hubungan antara anggota keluarga : Harmonis.
- Pengasuh anak : Orang tua
g. Riwayat Spiritual
- Support sistem dalam keluarga : Ibu pasien mengatakan semua
keluarga membantu jika ada
masalah
- .Kegiatan keagamaan : Ibu pasien mengatakan aktif
dalam
kegiatan keagamaan di masjid.
Ibu
pasien mengatakan An.R aktif
belajar mengaji di TPA dekat
rumah.
h. Reaksi Hospitalisasi
a) Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
16
- Mengapa ibu membawa anaknya ke RS :
Ibu pasien mengatakan anaknya mengeluh sakit kepala
- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : Ya
- Bagaimana perasaan orangtua saat ini
Ibu pasien mengatakan merasa cemas khawatir dan sedih
dengan kondisi anaknya sekarang
17
3.2. Pemeriksaan Fisik ;
a) Keadaan umum klien :
Composmentis, Klien tampak lemah, meringis dan gelisah
b) Tanda-tanda vital
1. Suhu : 38,5 °C
2. Nadi : 100 x/menit
3. Penapasan : 28 x/menit/takipneu
4. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
c) Pernafasan
Hidung nampak simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung,
tidak ada Secret, tidak nampak ada polip,tidak ada epistaksis
1) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada tumor
2) Dada
Bentuk dada normal chest,Perbandingan ukuran AP dengan
Transversal Gerakan dada : Simetris kiri dan kanan; Terdapat
retraksi otot bantu pernapasan : tidak nampak retraksi otot bantu
pernapasan ,Suara napas : Vesikuler diseluruh lapang paru,tidak
nampak clubbing finger
18
1. Data Subjektif: Trauma Kepala Infeksi Nyeri Akut
- - Ibu pasien mengatakan
pasien menderita sakit Peradangan meningen,
lapisan korteks, sub
kepala dan memberat
arachnoid
sejak 1 bulan terakhir
Eksudat meningkat
- Pasien mengatakan
sakit pada kepala
Peningkatan TIK Sakit
P : Nyeri pada Kepala Kepala (Nyeri)
Q : Nyeri seperti
ditusuktusuk,
S : skala 8
R : Oksipital, temporal,
parietal dan frontal
T: hilang timbuldurasi
10-15 menit
Data Objektif
- Pasien nampak
menangis apabila nyeri
kepalanya timbul.
- Pasien tampak lemah,
Pasien tampak Meringis
19
2. Data Subjektif: Trauma Kepala Hipetermia
- Ibu pasien mengatakan
demam pasien naik turun
- Ibu pasien mengatakan Infeksi Peradangan
20
Lemas, Letih, Pasien
terlihat Mual Muntah,
Pasien tampak meringis
karena nyeri pada kepala
Diagnosis
NO Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238) :
(D.0077) tindakan keperawatan Observasi
selama 1x24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
diharapkan tingkat durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri menurun dan nyeri.
kontrol nyeri 2. Identifikasi skala nyeri.
meningkat dengan 3. Identifikasi respon nyeri non verbal.
kriteria hasil : 4. Identifikasi pengaruh nyeri pada
Tingkat Nyeri kualitas hidup
(L.08066) Terapeutik
a. keluhan nyeri 1. Berikan teknik non farmakologis
menurun untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
b. Meringis menurun Terapi pijat, kompres hangat/dingin,
c. Sikap protektif hypnosis, relaksasi napas dalam)
menurun 2. Kontrol lingkungan yang dapat
d. Gelisah menurun mempengaruhi nyeri
e. Kesulitan tidur 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
menurun Edukasi
21
f. Frekuensi nadi 1. Jelaskan penyebab, periode dan
membaik pemicu nyeri.
g. Tekanan darah 2. Jelaskan strategi mengatasi nyeri
membaik 3. Anjurkan untuk memonitor nyeri
secara mandiri
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetic
2 Hipertermi Termogulasi Manajemen Hipertermia (I.15506)
(SLKI.14134) Observasi
Setelah dilakukan 1. Identifikasi penyebab hipertermia
tindakan keperawatan 2. Monitor suhu tubuh
selama 1x24 jam 3. Monitor kadar elektrolit
diharapkan Terapeutik
termogulasi membaik, 1. Longgarkan atau lepaskan
dengan kriteria hasil: pakaian
a. Kulit merah 2. Lakukan pendinginan
menurun eksternal (mis. Selimut
b. Kejang menurun hiportermia, kompres dingin
c. Pucat menurun pada dahi, leher, dada,
d. Takipneu menurun abdomen, aksila)
e. Hipoksia menurun Edukasi
f. Suhu tubuh 1. Anjurkan tirah baring
membaik Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian Terapi medis
22
diharapkan 3. Monitor tingkat keasadaran
keadekuatan aliran 4. Monitor tekanan perfusi serebral
darah serebral untuk Terapeutik
menunjang fungsi 1. Atur interval pemamntauan sesuai
otak menurun dan kondisi pasien
membaik. Dengan 2. Dokumentasi hasil pemantauan
kriteria hasil:
Edukasi
1. Tekanan intra 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
kranial menurun pemantauan
2. Sakit kepala 2. Informasikan hasil pemantauan, jika
menurun perlu
3. gelisah menurun
4. cemas menurun
5. demam menurun
23
5. Memerikan teknik non A :
farmakologis untuk Nyeri akut belum teratasi
mengurangi rasa nyeri (mis.
Terapi pijat, kompres P :
hangat/dingin, hypnosis, lanjutkan Intervensi
relaksasi napas dalam) - Pantau skala nyeri
6. Mengontrol lingkungan yang - Berikan Terapi musik
dapat mempengaruhi nyeri - Ajarkan teknik relaksasi
7. Memfasilitasi istirahat dan nafas dalam
tidur
8. Menjelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri.
9. Menjelaskan strategi
mengatasi nyeri
10. Menganjurkan untuk
memonitor nyeri secara
mandiri
11. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
12. Mengkolaborasi pemberian
analgetic
24
hiportermia, kompres dingin P:
pada dahi, leher, dada, Pertahankan Intervensi
abdomen, aksila) - Monitor suhu tubuh.
6. Menganjurkan tirah baring - Anjurkan tirah baring.
7. Mengkolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.
25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan penulis,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil pengkajian yang dilakukan terhadap An. R diperoleh keluhan
berupa nyeri kepala, diare, muntah yang terjadi 3-4 x/hari, demam
yang naik turun,tanda kaku kuduk dan tanda Brudzinsky I/II positif.
4.2. Saran
1. Profesi Keperawatan
Bagi Profesi Keperawatan, karya akhir ini bisa dijadikan sebagai
bahan referensi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
khususnya dalam pemberian terapi.
2. Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan penulisan ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai referensi tambahan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien
26
DAFTAR PUSTAKA
27