Dosen Pembimbing :
M. Taukhid,S.Kep.Ns.,M.Kep
Oleh:
Kelompok 9 :
KEDIRI
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
M. Taukhid,S.Kep.Ns.,M.Kep
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
limpahan rahmat- Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Meningitis disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan medical bedah III (KMB III), jurusan Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Pare Kediri.
Penulis
ii
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL.................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
iii
BAB IV PENUTUP
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
dengan tingkat kematian 18 40%. Pada anak gejala meningitis bakterial
yang muncul lebih bersifat non spesifik atau umum dan pada orang
dewasa. Manifestasi klinis yang sering ditemukan pada anak adalah
demam, kaku kuduk, dan perubahan kesadaran. Gejala non spesifik juga
bisa terjadi akibat oleh penyakit yang menyertai anak Penyakit yang biasa
menyertai anak pada meningitis bakterial seperti pneumonia, otitis media,
sinusitis, mastoiditis, dan infeksi gigi (Piotto, 2019). Berdasarkan hasil
penelitian Aulia, (2021) yang dilakukan di RSUP DR. M Djamil Padang
menunjukkan kejadian meningitis bakterial lebih sering terjadi pada anak
dengan jenis kelamin laki-laki (71%) dan umur dibawah 5 tahun (67%).
Manifestasi klinis terbanyak yang muncul adalah demam (91%). Pada
anak didapatkan paling banyak status gizi baik (71%) dan tidak pernah
diimunisasi hib (48%) dan angka mortalitas tinggi mencapai 24%.
Berdasarkan Medical Record RSUD dr. Chasbullah Abdul Madjid Kota
Bekasi tercatat pada bulan Januari sampai dengan Desember 2021 jumlah
anak yang dirawat sebanyak 1579 anak dan terdapat 2 orang anak yang
menderita meningitis, jika melihat jumlah anak yang menderita meningitis
sangatlah sedikit dibandingkan penyakit infeksi lainnya di ruang anggrek,
namun dampak yang ditimbulkan berdampak: kecacatan yang cukup berat,
untuk itu dibutuhkan peran perawat dan orang tua untuk mencegah
dampak gejala sisa yang berat pada anak.
Anak sakit dan dirawat dirumah sakit atau hospitalisasi
menyebabkan kecemasan pada anak dan orang tua, untuk itu anak
membutuhkan adaptasi terhadap kondisi sakit untuk tetap melanjutkan
tumbuh kembang yang normal selama anak mengalami sakit dan dirawat
di rumah sakit. Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman
yang dapat tidak menyenangkan bagi anak, hal ini disebabkan oleh
lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan atau ruang rawat, alat-alat,
bau yang khas, pakaian putih petugas rumah sakit. Di lingkungan sosial
rumah sakit seperti interaksi dengan sesame pasien anak ataupun interaksi
dan sikap petugas kesehatan menimbulkan perasaan takut, cemas tegang,
nyeri dan perasaan tidak menyenangkan lainnya yang sering dialami oleh
2
anak. Maka dari itu anak perlu mendapatkan perhatian khusus dalam
proses tumbuh kembang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut : Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Meningitis?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis meningitis
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis meningitis.
2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis meningitis.
3. Mahasiswa mampu membuat perencanaan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis meningitis.
4. Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis meningitis.
5. Mahasiswa mampu membuat implementasi keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis meningitis.
6. Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis meningitis.
1.4 Manfaat
Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu mempelajari atau mengidentifikasi tentang penyakit
Meningitis.
Bagi Masyarakat
Masyarakat mampu mengenali gejala atau ciri ciri dari penyakit
Meningitis sehingga dapat mencegah penyakit tersebut.
Bagi Instansi
Instansi dapat memberikan pengobatan secara maksimal dan melakukan
penyuluhan tentang penyakit Hipertiroid.
3
BAB II
TINJAUAN MATERI
2.1 Anatomi
Sumber: https://www.dosenpendidikan.co.id/anatomi-otak/
Sumber: https://febrilisaumi.files.wordpress.com/2014/12/otak1.gif
4
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga
disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan.
Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia
dengan binatang.Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan
berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori
dan kemampuan visual.Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga
ditentukan oleh kualitas bagian ini.
2. Cerebellum (Otak Kecil)
Sumber: amintrikh.blogspot.com
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang
kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol
banyak fungsi otomatis otak, diantaranya :mengatur sikap atau posisi
tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan
tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian
gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil,
gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dansebagainya.
Otak kecil (Cerebellum) merupakan bagian terbesar otak
belakang.Otak kecil ini terletak di bawah lobus oksipital
serebrum.Otak kecil terdiri atas dua belahan dan permukaanya
berlekuk-lekuk.Fungsi otak kecil adalah untuk mengatur sikap atau
posisi tubuh, keseimbangan, dan koordinasi gerakan otot yang terjadi
secara sadar. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan
5
gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot.Gerakan menjadi tidak
terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan
makanan kedalam mulutnya
Cerebellum adalah organ sentral yang terletak di fossa
posterior intrakranial.Bagian atas cerebellum ditutupi oleh durameter
yang disebut sebagai tentorium cerebelli.Tentorium cerebella ini
sekaligus memisahkan cerebellum dengan cerebri.Cerebellum
dihubungkan dengan batang otak melalui pedunkulus yang terdiriatas
3 macam, yaitu pedunkulus cerebella superior, pedukulus cerebella
media, sertapedunkulus cerebella inferior. Ketiga pedunkulus tadi
terdiri masing-masing sepasang di bagian lateral cerebellum yang
menghubungkan cerebellum dengan batang otak.
Ventrikel empat merupakan ruangan yang terdapat diantara
pedunkulus cerebelli.Ventrikel keempat dihubungkan dengan ruang
subarachnoid dengan foramen lucshka dibagian anterolateral serta
foramen Magendi di bagian posterior.
3. Brainstem (BatangOtak)
Sumber: dosenbiologi.com
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak
atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang
punggung atau sumsum tulang belakang.Bagian otak ini mengatur
fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur
suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber
insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawanataulari) saat
datangnya bahaya.
6
4. Limbic System (SistemLimbik)
Sumber: psikologi-bidar-rio-ps11.blogspot.com
Sistem limbic terletak di bagian tengah otak, membungkus
batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang
berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia
sehingga sering disebut dengan otak mamalia. Komponen limbic
antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hippocampus dan korteks
limbik. Sistem limbic berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur
produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar,
dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori
jangka panjang.
2.2 Definisi Meningitis
Meningitis tuberkulosis adalah peradangan selaput otak atau
meningen yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Meningitis tuberkulosis merupakan hasil dari penyebaran hematogen dan
limfogen bakteri Mycobacterium tuberculosis dari infeksi primer pada
paru. Meningitis sendiri dibagi menjadi dua menurut pemeriksaan
Cerebrospinal Fluid (CSF) atau disebut juga Liquor Cerebrospinalis
(LCS), yaitu: meningitis purulenta dengan penyebab bakteri selain bakteri
Mycobacterium tuberculosis, dan meningitis serosa dengan penyebab
bakteri tuberkulosis ataupun virus (Sharomah,2019)
7
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput
yang disebut meningen.Peradangan pada meningen khususnya pada
bagian araknoid dan plamater (leptomeningens) disebut
meningitis.Peradang pada bagian duramater disebut pakimeningen.
Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur atau karena
toksin. Namun demikian sebagian besar meningitis disebabkan
bakteri.Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu membrane
yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2013).
Tanda dan gejala klinis meningitis hampir selalu sama pada setiap
tipenya, sehingga diperlukan pengetahuan dan tindakan lebih untuk
menentukan tipe meningitis. Hal ini berkaitan dengan penanganan
selanjutnya yang disesuaikan dengan etiologinya. Untuk meningitis
tuberkulosis dibutuhkan terapi yang lebih spesifik dikarenakan
penyebabnya bukan bakteri yang begitu saja dapat diatasi dengan
antibiotik spektrum luas (Wahyu,2013).
Di Indonesia untuk mendeteksi adanya suspek meningitis pada
masyarakat digunakan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR).
Berdasarkan data SKDR 3 tahun terakhir, jumlah kasus suspek meningitis
pada tahun 2013 sebanyak 339 kasus, pada tahun 2016 sebanyak 279
kasus, dan pada tahun 2017 sebanyak 353 kasus Kemenkes RI 2019).
2.3 Klasifikasi Meningitis
meningitis di klasifikasikan sesuai dengan faktor penyebabnya antara lain
terdiri dari meningitis asepsis, sepsis dan tuberkulosa.
1. Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis
virus.Meningitis ini biasanya di sebabkan berbagai jenis penyakit
yang di sebabkan virus seperti gondongan, herpes simpleks dan
herpes zooster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis
bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak di temukan
organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh
korteks serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respons dari
8
jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel
yang terlibat.
9
meningitides, dan Staphylococcus aureus. Protein di dalam
bakteri sebagai benda asing dan dapat menimbulkan respon
peradangan. Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya
merupakan sel-sel sebagai respon peradangan. Eksudat terdiri
dari bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk di ruang
subaraknoid. Penumpukan didalam cairan serebrospinal akan
menyebabkan cairan menjadi kental sehingga dapat menggangu
aliran serebrospinal di sekitar otak dan medulla spinalis.
Sebagian akan menganggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid
dan dapat menimbulkan hidrosefalus. Penambahan eksudat di
dalam ruang subaraknoid dapat menimbulkan peradangan lebih
lanjut dan peningkatan tekanan intrakranial. Eksudat akan
mengendap di otak dan saraf-saraf kranial dan spinal. Sel-sel
meningeal akan menjadi edema, membran sel tidak dapat lebih
panjang mengatur aliran cairan yang menujuh atau keluar dari
sel.
2. Meningitis virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik
meningitis.Meningitis ini terjadi sebagai akibat dari berbagai
macam penyakit virus yang meliputi measles, mumps, herpes
simplex dan herpes zoster.Pembentukan eskudat pada
umumnya terjadi diatas korteks serebral, substansi putih dan
meningens.Kerentanan jaringan otak terhadap berbagai macam
virus tergantung pada tipe sel yang dipengaruhi.Virus herpes
simplex merubah metabolisme sel, yang mana secara cepat
menyebabkan perubahan produksi enzim atau neurotransmitter
yang menyebabkan disfungsi dari sel dan kemungkinan
kelainan neurologi.
10
2. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza,
Neiseria meningitidis dan diplococcus pneumonia.
11
Infeksi bakteri dapat mencapai selaput otak melalui aliran
darah (hematogen) atau perluasan langsung dari infeksi yang disebabkan
oleh infeksi dari sinus paranasalis, mastoid, adses otak dan sinus
cavernosus.Bakteri penyebab meningitis pada umumnya berkolonisasi di
saluran pernapasan bagian atas dengan melekatkan diri pada epitel mukosa
naso faring host. Selanjutnya setelah terhindar dari system komplemen
host dan berhasil menginvasi kedalam ruang intravascular, bakteri
kemudian melewati SDO dan masuk kedalam CSS lalu memperbanyak
diri karena mekanis mepertahanan CSS yang rendah. Dalam upaya untuk
mempertahankan diri terhadap invasi bakteri kaska deinflamasi akan
teraktivasisebagaimekanismepertahanantubuh (mace,2008).
Penyebab bakteri meningitis memiliki sifat yang dapat
meningkatkan virulensi kuman itu sendiri. Bakteri H. influenza, N.
meningitides dan S. pneumonia menghasilkan immunoglobulin A
protease. Bakteri-bakteri ini mengiaktifkan immunoglobulin A host
dengan menghancurkan antibody sehingga memungkinkan terjadinya
perlengkatan bakteri pada mukosa naso faring dan terjadinya kolonisasi.
Perlekatan pada mukosa epitel naso faring host oleh N. meningitides
terjadimelalui fimbria atausilia.Dikatakankerusakansiliaini di akibat
adanya infeksi saluran pernapasan bagian atas dan juga kebiasaan
merokok dapat mengurangi kemampuan fimbria atau silia dalam
mencegah perlekatan bakteri pada naso faring. Bakteri meningokokus
memasuki ruang intravascular melalui proses endositosis melintasi
endothelium di jaringan ikat vakuola. Sedangkan bakteri H. influenza
memisahkan tight junction apical antara sel epitel untuk menginvasi
mukosa dan mendapatkan akses keruang intravascular (mace,2008).
Bakteri berkapsul (S. pneumonia, H. influenza dan N.
meningitides) mencegah kerusakan oleh host setelah berada dalam aliran
darah, karena kapsul polisakarida bakteri menghambat fagositosis dan
aktivitas komplemen bakterisida. Setelah bakteri berada dalam aliran
darah, bakteri akan beradhesike SDO tergantung kualitas structural dari
12
bakteri seperti fimbria pada beberapa strain E.coli, dan silia dan fimbria
pada N. meningitis (mace,2008).
System pertahanan CSS host yang rendah menyebabkan bakteri
akan cepat berkembangbiak setelah memasuki CSS. Beberapa factor host
yang berpengaruh terhadap mekanisme pertahanan dalam CSS yang
rendah adalah :kadar komplemen yang rendah, tingkat immunoglobulin
rendah, dan penurunanaktivitas opsonic, dimana menyebabkan
ketidakmampuan host dalam menghancurkan bakteri melalui mekanis
mefagositosis. Di dalam subarachnoid, komponen bakteri dalam CSS akan
memicu kaskadeinflamasi pada host. Komponen sitokin proinflamasi
seperti interleukin 1 (IL 1), Tumor necrosis Factor (TNF) dan berbagai sel
lainnya termasuk makrofag, mikroglia, sel meningeal, dansel-sel endotel.
Sitokin mengaktivasi migrasi neutrofilke CSS melalui beberapa
mekanisme. Sitokin meningkatkan afinitas pengikatan leukosit selendotel,
dan menginduksi adhesimolekul yang berinteraksi dengan reseptor
leukosit (mace,2008).
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran
penyakit di organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus/bakteri menyebar
secara hematogen sampai keselaputotak, misalnya pada penyakit
Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneumonia danEndokarditis.
Penyebaranbakteri/virus dapat pula secaraperkontinuitatumdariperadangan
organ ataujaringan yang ada di dekatselaputotak, misalnyaAbsesotak,
Otitis media, Mastoiditis, Thrombosis, Sinus Kavernosusdan Sinusitis.
Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur
terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasikuman-kuman kedalam ruang
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS
( Cairan Serebrospinal ) dan system ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang
mengalami hiperemi ;dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran
sel-sel leukosit poli morfonuklear kedalam ruang subaraknoid, kemudian
terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan
histiosit dan dalam minggu kedua sel-sel plasma. Eksudat yang terbentuk
13
terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit polimorfo
nuclear dan fibrin sedangkan di lapisan dalam terdapat makrofag.
Poses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di
korteks dan dapat menyebabkan thrombosis, infarkotak, edema otak, dan
degenerasi neuron-neuron. Thrombosis serta organisasi eksudat perineural
yang fibrino-purulen menyebabkan kelainan kraniales. Pada meningitis
yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih
dibandingkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri.
14
2.5.1 Pathway Meningitis
15
2.7 Penatalaksanaan Meningitis
1. Penatalaksanaan Medis
a. Meningitis purulenta
1) Pemberian cairan secara intravena untuk menghindari
kekurangan cairan/elektrolit akibat muntah-muntah atau
diare.
2) Bila pasien masuk dalam keadaan status konvulsivus,
diberikan diazepam 0,5 mg/kg BB/ kali intravena, dan
dapat di ulang dengan dosis yang sama 15 menit kemudian.
Bila kejang belum berhenti, ulangan pemberian diazepam
berikutnya (yang ketiga kali) dengan dosis yang sama
diberikan secara intramuskular.
3) Setelah kejang dapat di atasi, diberikan fenobarbital dosis
awal untuk neonatus 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50
mg dan di atas 1 tahun 75 mg. Selanjutnya untuk
pengobatan rumat diberikan fenobarbital dengan dosis 8-9
mg/kg BB/hari di bagi dalam 2 dosis, diberikan selama 2
hari.
4) Berikan ampisisilin intravena sebanyak 400 mg/kg BB/ hari
di bagi dalam 6 dosis di tambah kloramfenikol 100 mg/ Kg
BB/hari intravena dibagi dalam 4 dosis . Pada hari ke-10
pengobatan di lakukan pungsi lumbal ulangan dan bila
ternyata menunjukkan hasil yang normal pengobatan
tersebut di lanjutkan 2 hari lagi. Tetapi jika masih belum
normal pengobatan di lanjutkan dengan obat yang sama
seperti di atas atau di ganti dengan obat yang sesuai dengan
hasil biakan dan uji resisten kuman.
b. Dasar pengobatan meningitis tuberkulosa ialah pemberian
kombinasi obat antituberkulosis dan di tambahkan dengan
kortikosteroid, pengobatan sitomatik bila terdapat kejang,
koreksi dehidrasi akibat masukan makanan yang kurang atau
16
muntah dan fisioterapi. Umumnya di pakai kombinasi
streptomisin, PAS dan INH. Bila ada resisten terhadap salah
satu obat tersebut maka dapat digantikan dengan reserve
drugs. Streptomisin di berikan dengan dosis 30-50 mg/kg
BB/hari selama 3 bulan atau jika perlu di teruskan 2 kali
seminggu selama 2-3 bulan lagi sampai likuor serebrospinalis
menjadi normal. PAS dan INH di teruskan paling sedikit
sampai 2 tahun. Kortikostreoid biasanya di berikan berupa
prednison dengan dosis 2-3 mg/kg BB/hari (dosis minimum 20
mg/ hari) dibagi 3 dosis selama 2-4 minggu, kemudian di
turunkan 1 mg/kg BB/hari setiap 1-2 minggu. Pemberian
kortikosteroid seluruhnya selama 3 bulan dan dihentikan
bertahap untuk menghindarkan terjadinya rebound
phenomenon.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien dengan meningitis
adalah gangguan kesadaran, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa
aman dan nyaman serta kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit.
1. Gangguan kesadaran
Pasien meningitis yang mengalami koma memerlukan pengawasan
tanda-tanda vital secara cermat karena pernapasannya sering
cheyne-Stokes sehingg terdapat gangguan O2. Untuk membantu
pemasukan O2perlu diberikan oksigen yaitu 1-2 liter/ menit. Selain
itu pasien koma juga mengalami inkontinensia urine maka perlu di
pasang penampung urine. Kebersihan kulit perlu di perhatiakn
terutama sekitar genitalia dan bagian tubuh yang tertekan. Oleh
karena itu jika akan memasang kateter urine harus konsultasi
dahulu dengan dokter. Buat catatan khusus jika belum ada catatan
perawatan untuk mencatat hasil observasi pasien.
2. Resiko terjadi komplikasi
17
Dehidrasi asidosis dapat terjadi pada pasien, oleh sebab itu untuk
memenuhi kebutuhan pasien perlu dilakukan pemasangan sonde
tetapi untuk kebutuhan elektroloit tidak akan cukup. Bila terjadi
dehidrasi cairan yang di berikan biasanya glukosa 10 % dan NACl
0,9% dalam perbandingan 3:1. Pengawasan tetesan perlu dilakukan
secara cermat dan setiap mengganti cairan harus dicatat pada pukul
berapa agar mudah diketahui untuk memperhitungkan kecukupan
cairan atau tidak. Pengaturan posisi pada pasien juga perlu di
perhatikan, teutama pada pasien dengan penurunan kesadaran.
Ubahlah sikap berbaringnya setiap tiga jam, sekali-sekali lakukan
gerakan pada
3. Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan aman dan nyaman perlu diperhatikan dengan selalu
bersikap lembut (jangan berpikir bahwa pasien koma tidak akan
tahu). Salah satu kesalahan yang sering terjadi ialah membaringkan
pasien tersebut menghadap cahaya matahari, sedangkan pasien
koma matanya selalu terbuka. Untuk menghindarkan silau yang
terus menerus jangan baringkan pasien kearah jendela. Untuk
pasien yang akan melakukan tindakan, ajak lah pasien berbicara
sewaktu melakukan tindakan tersebut walaupun pasien tidak sadar
(Ngastiyah, 2012).
4. Pemeriksaaan Kejang
a. Airway
1) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan
dan pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau
bila ada guedel lebih baik.
2) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien,
lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan
3) berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.
b. Breathing
1) Isap lendir sampai bersih
c. Circulation
18
1) Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif.
2) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat
(berbeda dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap
sadar).
19
BAB III
1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. N
No RM : 10045
Usia : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Blimbing, Kediri
Tgl Mrs : 04-10-2022
Tgl Pengkajian : 05-10-2022
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
20
Suku : Jawa
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : PNS
Diagnose Medis : Maningitis
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri di bagian kepala, kaku pada leher dan
merasa badannya panas.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bahwa sudah merasakan pusing sejak 3 hari
yang lalu dan nyeri di kepala, dan juga merasakan kaku pada
leher .sudah mengalami demam 1 minggu yang lalu, istri klien
sudah memberikan obat untuk menurunkan demam akan tetapi tidak
kunjug turun juga.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pernah sakit akan tetapi hanya sakit pada
umumnya
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa di anggota keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit seperti yang di deritanya.
3.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran : Apatis
GCS : 3,5,6
TTV : TD : 110/80 mmHg
:N : 62 x/mnt
: RR : 23 x/mnt
:S : 38,5 derajat Celcius
P : Tn. N mengatakan nyerinya muncuk sejak ia mengalami meningitis
dan nyeri bertambah jika ia terlalu menggerakkan kepalanya
Q : Kualitasi nyeri klien tajam seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri dirasakan di area kepala bagian frontalis
S : Skala nyeri 8 (antara 1-10)
T : Nyeri muncul secara tiba tiba dengan durasi +- 30 detik
a. Kepala
Inspeksi : Penyebaran Rambut (merata), Lesi (-), Benjolan (-),
Pendarahan (-), Ukuran dan bentuk (simetris)
Palpasi : Nyeri tekan (+), Benjolan Abnormal (-)
b. Mata
Inpeksi : Sclera (icterus), Pendarahan (-)
Palpasi : Conjungtiva (anemis), Pandangan (jelas)
c. Hidung
Inspeksi :Bentuk (proposional), Sekresi (-), Gangguan Penciuman (-)
21
Palpasi : Nyeri Tekan (-)
d. Mulut
Inspeksi : Mukusa Bibir (pucat), Pendarahan (-), Kebersihan Mulut
(bersih), Gangguan menelan (-)
e. Telinga
Inspeksi : Bentuk (simetris), Pendarahan (-), Serumen (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Gangguan pendengaran (-)
f. Leher
Inspeksi : Bentuk (tidak simetris), JVD (Teraba di bagian kanan
leher), masa abnormal (+)
g. Dada/Thorax
Inspeksi : pergerakan dinding dada (simetris), normal chest
Palpasi : Nyeri tekan (-), Masa abnormal (-)
Perkusi : suaru paru sonor
h. Abdomen
Inspeksi : Bentuk (normlal), Lesi (-), Asites (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Massa abnormal (-)
Auskultasi : Bising usus 5x/mnt
Perkusi : Tympani
i. Genetalia
Tidak dilakukan pengkajian
j. Ekstremitas
4 4
4 4
Akral (dingin)
CRT (4detik)
Keringat (+)
Lemah (+)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Hematologi
22
No Nama Hasil Normal
3. Trombosit 284.000/mm 150.000-
400.000/mm
4. Glukosa sewaktu 96 mg/dl 70-130
mg/dl
5. Ureum darah 26 mg/dl 8-24 mg/dl
23
No Data Etiologi Patofisiologi
1 Ds : px mengatakan Hipertermi Memicu Respon Inflamasi
demam Meningen
Do :
k/u : lemah Akumulasi monosit,
Ttv : makrofag sel T helper dan
Td : 110/80 mmHg fibroblast
N : 62 x/mnt
RR : 28 x/mnt
S : 38,5 C Pelepasan Sitokin
Pembentukan
Prostaglandin Otak
Merangsang Hipotalamus
Meningkatkan Titik
Patokan Suhu
Menggigil, Meningkatkan
Suhu
Hipertermia
24
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi
2. Nyeri Akut
3. Gangguan Rasa Nyaman
3.5 Intervensi
25
3.6 Implementasi dan Evaluasi
26
2 12 Ds: Tn. N mengatakan nyerinya muncul S : px mengatakan
Agustus sejak ia mengalami meningitis dan nyeri nyeri kepala
2022 bertambah jika ia terlalu menggerakkan berkurang
kepalanya
10.00 Do :pasien tampak meringis O : p : px
mengatakan nyeri
Kaji nyeri secara komprehensif berkurang
termasuk lokasi, karakteristik, Q : nyeri bertusuk
berkurang
durasi, frekuensi, kualitas dan
factor presipitasi R : nyeri kepala
berkurang
P :Tn. N mengatakan nyerinya muncuk
sejak ia mengalami meningitis dan nyeri S : skala nyeri 6
bertambah jika ia terlalu menggerakkan
kepalanya T : munculnya nyeri
Q : Kualitasi nyeri klien tajam seperti berkurang
ditusuk tusuk A : maslaah teratasi
R : Nyeri dirasakan di area kepala sebgaian
bagian frontalis
S : Skala nyeri 8 (antara 1-10) P : [intervensi
T : Nyeri muncul secara tiba tiba dengan dilanjutkan
durasi +- 30 detik
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Meningitis tuberkulosis adalah peradangan selaput otak atau
meningen yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Meningitis tuberkulosis merupakan hasil dari penyebaran hematogen dan
limfogen bakteri Mycobacterium tuberculosis dari infeksi primer pada
paru. tuberkulosis ataupun virus.
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput
yang disebut meningen.Peradangan pada meningen khususnya pada
bagian araknoid dan plamater (leptomeningens) disebut
meningitis.Peradang pada bagian duramater disebut pakimeningen.
28
Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur atau karena
toksin. Namun demikian sebagian besar meningitis disebabkan
bakteri.Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu membrane
yang melapisi otak dan medulla spinalis.
Tanda dan gejala klinis meningitis hampir selalu sama pada setiap
tipenya, sehingga diperlukan pengetahuan dan tindakan lebih untuk
menentukan tipe meningitis. Hal ini berkaitan dengan penanganan
selanjutnya yang disesuaikan dengan etiologinya. Untuk meningitis
tuberkulosis dibutuhkan terapi yang lebih spesifik dikarenakan
penyebabnya bukan bakteri yang begitu saja dapat diatasi dengan
antibiotik spektrum luas
4.2 Saran
Mahasiswa mampu memahami mengenai pengertian, penyebab, anatomi
dan fisiologi pada penyakit meningitis, penatalaksanaan penyakit
meningitis, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostic agar dalam
menjalankan proses keperawatan dapat membuat intervensi dan
menjalankan implementasi dengan tepat sehingga mencapai evaluasi dan
tingkat kesembuhan yang maksimal pada klien atau pasien dengan
penyakit meningitis. Mahasiswa juga dapat memperbanyak ilmu dengan
mengunjungi seminar dan membaca dari banyak sumber.
DAFTAR PUSTAKA
Borrow, R., Caugant, D. A., Ceyhan, M., Christensen, H., Dinleyici, E. C., &
Findlow, J.(2017). Meningococcal disease in the Middle East
and Africa: Findings and updates from the Global
Meningococcal Initiative. Journal of Infection, 75(1), 1-11.
29
CDC.(2019).Bacterial Meningitis.
https://www.cdc.gov/meningitis/bacterial.html diakses pada tanggal
19 September 2022
Dhevi, K. (2021). asuhan keperawatan keluarga pada klien anak dengan riwayat
kejang demam di wilayah kerja puskesmas baru ulu.
Melia Husni, P. (2020). Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien Anak
Meningitis (Studi Kasus) (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Riau).
Rizky, Sahla, and IGA Dewi Purnamawati. "Studi Kasus: Asuhan Keperawatan
Pada Anak dengan Meningitis." Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah
Bidang kesehatan 6.1 (2022): 112-120.
30
Widago, wahyu., Toto Suharyanto, S. Kep, Ns., Ratna Aryani, S. Kep, Ns. 2013.
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
31