Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENINGITIS

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB 3 (ISS)

Dosen Pembimbing :

M. Taukhid,S.Kep.Ns.,M.Kep

Oleh:

Kelompok 9 :

1. Andin Novelita Putri (202001007)


2. Asnin Firafatul Khotimah (202001010)
3. Eka Apriliani Dewi (202001019)
4. Grafindi Sepfyanola (202001025)
5. Mirza Taufan Sesarianata (202001035)
6. Aliffian Fadli Putra Winantoro (202001070)
7. Yovira Dyantika (201801104)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

KEDIRI

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Keperawatan Anak dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Meningitis” telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Pare, 20 September 2022

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

M. Taukhid,S.Kep.Ns.,M.Kep

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
limpahan rahmat- Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Meningitis disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan medical bedah III (KMB III), jurusan Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Pare Kediri.

Dalam penyusunan makalah asuhan keperawatan ini, tentunya kami


sebagai penulis berterima kasih kepada dosen pembimbing yakni Bapak M.
Taukhid,S.Kep.Ns.,M.Kep. yang telah membimbing, memotivasi dan
mendampingi kami dalam proses penyusunan Asuhan Keperawan Pada Pasien
Meningitis.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan pada


makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Meningitis tersebut, baik dari segi isi,
penyusunan bahasa, tata letak maupun aspek lainnya. Oleh karena itu, kami
selaku penyusun mengharapkan saran maupun kritik demi menyempurnakan dan
memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah asuhan keperawatan Pada Pasien


Meningitis ini bisa menambah pengetahuan para pembaca serta mampu mampu
memberikan pemahaman tentang bagaimana cara kita dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien yang mempunyai penyakit meningitis dengan baik,
benar, dan tepat. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih
baik lagi.

Pare, 20 September 2022

Penulis

ii
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL.................................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................3
1.3 Tujuan ..........................................................................................................3
1.4 Manfaat.........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi.........................................................................................................4
2.2 Definisi Meningitis.......................................................................................7
2.3 Klasifikasi Meningitis...................................................................................8
2.4 Etiologi Meningitis.......................................................................................9
2.5 Manifestasi Meningitis.................................................................................11
2.6 Patofisiologi Meningitis...............................................................................11
2.7 Penatalaksanaan meningitis.........................................................................16
2.8 Pemeriksaan Penunjang Meningitis.............................................................19
2.9 Komplikasi Meningitis.................................................................................19

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS FIKTIF

3.1 Contoh Kasus...............................................................................................20


3.2 Pengkajian ...................................................................................................20
3.3 Pemeriksaan Fisik........................................................................................21
3.4 Analisa Data.................................................................................................23
3.5 Diagnosa......................................................................................................25
3.6 Intervensi......................................................................................................27
3.7 Implementasi & Evaluasi.............................................................................26

iii
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan .................................................................................................29


4.2 Saran............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................30

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Meningitis adalah peradangan pada selaput yang melapisi otak dan
medulla spinalis dan dapat menginfeksi sistem saraf pusat
(Ferasinta,2022). Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri atau virus
sepertistreptococcus pneumoniae, neisseria meningitidis, haemophilus
influenzae, listeria monocytogenes, staphylococcus aureus dan
diplococcus pneumonia (CDC, 2019; Nurarif dan Kusuma, 2016).
Meningitis merupakan salah satu penyakit pada system syaraf pada
manusia. Penyakit saraf meningitis dapat menyerang seperti semua tingkat
usia, dari bayi hingga orang tua (Octavius. 2021). Meningitis merupakan
salah satu penyakit menular yang belum bisa diatasi dan masih menjadi
masalah di negara berkembang. Meningitis dapat menyebabkan kematian
namun dapat disembuhkan, kecacatan dapat terjadi seperti kerusakan otak,
gangguan pendengaran, dan ketidakmampuan belajar (CDC, 2019).
Secara global, diperkirakan terjadi 500.000 kasus dengan kematian
sebesar 50.000 jiwa setiap tahunnya (Borrow, 2017). Meningitis bakterial
menjadi salah satu dari 10 penyakit infeksi penyebab kematian di seluruh
dunia. WHO mencatat sampai dengan bulan Oktober 2018 dilaporkan
19.135 kasus suspek meningitis dengan 1.398 kematian di sepanjang
meningitis belt (Case Fatality Rate 7,3%). Dari 7.665 sampel yang
diperiksa diketahui 846 sampel positif bakteri Nesseria meningitis
(Kemenkes, 2019).
Di Indonesia untuk mendeteksi adanya suspek meningitis pada
masyarakat digunakan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR).
Berdasarkan data SKDR 3 tahun terakhir, jumlah kasus suspek meningitis
pada tahun 2013 sebanyak 339 kasus, pada tahun 2016 sebanyak 279
kasus, dan pada tahun 2017 sebanyak 353 kasus Kemenkes RI 2019).
Menurut Anniazi (2020), 23,9 % dan 46 pasen anak dengan meningitis
akut kini dikategorikan sebagai meningitis bakterial. Saat diperkirakan
angka kajadian meningitis pediatrik di Indonesia masih terus meningkat

1
dengan tingkat kematian 18 40%. Pada anak gejala meningitis bakterial
yang muncul lebih bersifat non spesifik atau umum dan pada orang
dewasa. Manifestasi klinis yang sering ditemukan pada anak adalah
demam, kaku kuduk, dan perubahan kesadaran. Gejala non spesifik juga
bisa terjadi akibat oleh penyakit yang menyertai anak Penyakit yang biasa
menyertai anak pada meningitis bakterial seperti pneumonia, otitis media,
sinusitis, mastoiditis, dan infeksi gigi (Piotto, 2019). Berdasarkan hasil
penelitian Aulia, (2021) yang dilakukan di RSUP DR. M Djamil Padang
menunjukkan kejadian meningitis bakterial lebih sering terjadi pada anak
dengan jenis kelamin laki-laki (71%) dan umur dibawah 5 tahun (67%).
Manifestasi klinis terbanyak yang muncul adalah demam (91%). Pada
anak didapatkan paling banyak status gizi baik (71%) dan tidak pernah
diimunisasi hib (48%) dan angka mortalitas tinggi mencapai 24%.
Berdasarkan Medical Record RSUD dr. Chasbullah Abdul Madjid Kota
Bekasi tercatat pada bulan Januari sampai dengan Desember 2021 jumlah
anak yang dirawat sebanyak 1579 anak dan terdapat 2 orang anak yang
menderita meningitis, jika melihat jumlah anak yang menderita meningitis
sangatlah sedikit dibandingkan penyakit infeksi lainnya di ruang anggrek,
namun dampak yang ditimbulkan berdampak: kecacatan yang cukup berat,
untuk itu dibutuhkan peran perawat dan orang tua untuk mencegah
dampak gejala sisa yang berat pada anak.
Anak sakit dan dirawat dirumah sakit atau hospitalisasi
menyebabkan kecemasan pada anak dan orang tua, untuk itu anak
membutuhkan adaptasi terhadap kondisi sakit untuk tetap melanjutkan
tumbuh kembang yang normal selama anak mengalami sakit dan dirawat
di rumah sakit. Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman
yang dapat tidak menyenangkan bagi anak, hal ini disebabkan oleh
lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan atau ruang rawat, alat-alat,
bau yang khas, pakaian putih petugas rumah sakit. Di lingkungan sosial
rumah sakit seperti interaksi dengan sesame pasien anak ataupun interaksi
dan sikap petugas kesehatan menimbulkan perasaan takut, cemas tegang,
nyeri dan perasaan tidak menyenangkan lainnya yang sering dialami oleh

2
anak. Maka dari itu anak perlu mendapatkan perhatian khusus dalam
proses tumbuh kembang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut : Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Meningitis?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis meningitis
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis meningitis.
2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis meningitis.
3. Mahasiswa mampu membuat perencanaan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis meningitis.
4. Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis meningitis.
5. Mahasiswa mampu membuat implementasi keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis meningitis.
6. Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis meningitis.
1.4 Manfaat
Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu mempelajari atau mengidentifikasi tentang penyakit
Meningitis.
Bagi Masyarakat
Masyarakat mampu mengenali gejala atau ciri ciri dari penyakit
Meningitis sehingga dapat mencegah penyakit tersebut.
Bagi Instansi
Instansi dapat memberikan pengobatan secara maksimal dan melakukan
penyuluhan tentang penyakit Hipertiroid.

3
BAB II

TINJAUAN MATERI

2.1 Anatomi

Sumber: https://www.dosenpendidikan.co.id/anatomi-otak/

Otak di bagi menjadi 4 bagian, yaitu:

1. Cerebrum (Otak Besar)

Sumber: https://febrilisaumi.files.wordpress.com/2014/12/otak1.gif

4
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga
disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan.
Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia
dengan binatang.Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan
berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori
dan kemampuan visual.Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga
ditentukan oleh kualitas bagian ini.
2. Cerebellum (Otak Kecil)

Sumber: amintrikh.blogspot.com
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang
kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol
banyak fungsi otomatis otak, diantaranya :mengatur sikap atau posisi
tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan
tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian
gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil,
gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dansebagainya.
Otak kecil (Cerebellum) merupakan bagian terbesar otak
belakang.Otak kecil ini terletak di bawah lobus oksipital
serebrum.Otak kecil terdiri atas dua belahan dan permukaanya
berlekuk-lekuk.Fungsi otak kecil adalah untuk mengatur sikap atau
posisi tubuh, keseimbangan, dan koordinasi gerakan otot yang terjadi
secara sadar. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan

5
gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot.Gerakan menjadi tidak
terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan
makanan kedalam mulutnya
Cerebellum adalah organ sentral yang terletak di fossa
posterior intrakranial.Bagian atas cerebellum ditutupi oleh durameter
yang disebut sebagai tentorium cerebelli.Tentorium cerebella ini
sekaligus memisahkan cerebellum dengan cerebri.Cerebellum
dihubungkan dengan batang otak melalui pedunkulus yang terdiriatas
3 macam, yaitu pedunkulus cerebella superior, pedukulus cerebella
media, sertapedunkulus cerebella inferior. Ketiga pedunkulus tadi
terdiri masing-masing sepasang di bagian lateral cerebellum yang
menghubungkan cerebellum dengan batang otak.
Ventrikel empat merupakan ruangan yang terdapat diantara
pedunkulus cerebelli.Ventrikel keempat dihubungkan dengan ruang
subarachnoid dengan foramen lucshka dibagian anterolateral serta
foramen Magendi di bagian posterior.
3. Brainstem (BatangOtak)

Sumber: dosenbiologi.com
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak
atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang
punggung atau sumsum tulang belakang.Bagian otak ini mengatur
fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur
suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber
insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawanataulari) saat
datangnya bahaya.

6
4. Limbic System (SistemLimbik)

Sumber: psikologi-bidar-rio-ps11.blogspot.com
Sistem limbic terletak di bagian tengah otak, membungkus
batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang
berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia
sehingga sering disebut dengan otak mamalia. Komponen limbic
antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hippocampus dan korteks
limbik. Sistem limbic berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur
produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar,
dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori
jangka panjang.
2.2 Definisi Meningitis
Meningitis tuberkulosis adalah peradangan selaput otak atau
meningen yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Meningitis tuberkulosis merupakan hasil dari penyebaran hematogen dan
limfogen bakteri Mycobacterium tuberculosis dari infeksi primer pada
paru. Meningitis sendiri dibagi menjadi dua menurut pemeriksaan
Cerebrospinal Fluid (CSF) atau disebut juga Liquor Cerebrospinalis
(LCS), yaitu: meningitis purulenta dengan penyebab bakteri selain bakteri
Mycobacterium tuberculosis, dan meningitis serosa dengan penyebab
bakteri tuberkulosis ataupun virus (Sharomah,2019)

7
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput
yang disebut meningen.Peradangan pada meningen khususnya pada
bagian araknoid dan plamater (leptomeningens) disebut
meningitis.Peradang pada bagian duramater disebut pakimeningen.
Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur atau karena
toksin. Namun demikian sebagian besar meningitis disebabkan
bakteri.Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu membrane
yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2013).
Tanda dan gejala klinis meningitis hampir selalu sama pada setiap
tipenya, sehingga diperlukan pengetahuan dan tindakan lebih untuk
menentukan tipe meningitis. Hal ini berkaitan dengan penanganan
selanjutnya yang disesuaikan dengan etiologinya. Untuk meningitis
tuberkulosis dibutuhkan terapi yang lebih spesifik dikarenakan
penyebabnya bukan bakteri yang begitu saja dapat diatasi dengan
antibiotik spektrum luas (Wahyu,2013).
Di Indonesia untuk mendeteksi adanya suspek meningitis pada
masyarakat digunakan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR).
Berdasarkan data SKDR 3 tahun terakhir, jumlah kasus suspek meningitis
pada tahun 2013 sebanyak 339 kasus, pada tahun 2016 sebanyak 279
kasus, dan pada tahun 2017 sebanyak 353 kasus Kemenkes RI 2019).
2.3 Klasifikasi Meningitis
meningitis di klasifikasikan sesuai dengan faktor penyebabnya antara lain
terdiri dari meningitis asepsis, sepsis dan tuberkulosa.
1. Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis
virus.Meningitis ini biasanya di sebabkan berbagai jenis penyakit
yang di sebabkan virus seperti gondongan, herpes simpleks dan
herpes zooster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis
bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak di temukan
organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh
korteks serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respons dari

8
jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel
yang terlibat.

2. Sepsis/ Meningitis Purulenta


Meningitis sepsis merupakan meningitis yang di sebabkan oleh
organisme bakteri. Penyebab meningitis bakteri akut yaitu
Neisseria meningitidis (meningitis meningokokus), streptococus
pneumoniae (pada dewasa), dan haemophilus influenzae(pada
anak-anak dan dewasa muda).
3. Tuberkulosa
Meningitis tuberculosa di sebabkan oleh basilus tuberkel.Menurut
Rich & McCoredck, Meningitis tuberkulosa terjadi akibat
komplikasi penyebaran tuberkulosis primer, biasanya dari paru.
Meningitis terjadi bukan karena terinfeksinya selaput otak
langsung oleh penyebaran hematogen, tetapi biasanya sekunder
melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum
tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam
rongga arachnoid. Kadang dapat juga terjadi perkontinuitatum dari
mastoiditis atau spondilitis. Pada pemeriksaan histologis,
meningitis tuberkulosa ternyata merupakan meningoensefalitis.
(Ngastiyah, 2012).
2.4 Etiologi Meningitis
Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan
oleh berbagai macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria
meningitis (Meningococus), Diplococus pneumonia, Streptococcus group
A, Pseudomonas, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella,
Proteus. Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur
tengkorak, infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana akan
meningkatkan terjadinya meningitis.
1. Meningitis bakteri
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah:
Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria

9
meningitides, dan Staphylococcus aureus. Protein di dalam
bakteri sebagai benda asing dan dapat menimbulkan respon
peradangan. Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya
merupakan sel-sel sebagai respon peradangan. Eksudat terdiri
dari bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk di ruang
subaraknoid. Penumpukan didalam cairan serebrospinal akan
menyebabkan cairan menjadi kental sehingga dapat menggangu
aliran serebrospinal di sekitar otak dan medulla spinalis.
Sebagian akan menganggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid
dan dapat menimbulkan hidrosefalus. Penambahan eksudat di
dalam ruang subaraknoid dapat menimbulkan peradangan lebih
lanjut dan peningkatan tekanan intrakranial. Eksudat akan
mengendap di otak dan saraf-saraf kranial dan spinal. Sel-sel
meningeal akan menjadi edema, membran sel tidak dapat lebih
panjang mengatur aliran cairan yang menujuh atau keluar dari
sel.
2. Meningitis virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik
meningitis.Meningitis ini terjadi sebagai akibat dari berbagai
macam penyakit virus yang meliputi measles, mumps, herpes
simplex dan herpes zoster.Pembentukan eskudat pada
umumnya terjadi diatas korteks serebral, substansi putih dan
meningens.Kerentanan jaringan otak terhadap berbagai macam
virus tergantung pada tipe sel yang dipengaruhi.Virus herpes
simplex merubah metabolisme sel, yang mana secara cepat
menyebabkan perubahan produksi enzim atau neurotransmitter
yang menyebabkan disfungsi dari sel dan kemungkinan
kelainan neurologi.

Nurarif dan Kusuma (2016), mengatakan penyebab meningitis ada 2 yaitu:

1. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah


Dipiococus pneumonia dan Neiseria meningitidis, stafilokokus,
dan gram negative.

10
2. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza,
Neiseria meningitidis dan diplococcus pneumonia.

2.5 Manifestasi Klinis Meningitis


Tarwoto (2013) mengatakan manifestasi klinik pada meningitis bakteri
diantaranya :
1. Demam, merupakan gejala awal
2. Nyeri kepala
3. Mual dan muntah
4. Kejang umum
5. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan
kesadaran sampai dengan koma.
Sedangkan menurut (Widago, dkk, 2013) manifestasi klinis klien
meningitis meliputi:
1. Sakit kepala
2. Mual muntah
3. Demam
4. Sakit dan nyeri secara umum
5. Perubahan tingkat kesadaran
6. Bingung
7. Perubahan pola nafas
8. Ataksia
9. Kaku kuduk
10. Ptechialrash
11. Kejang (fokal, umum)
12. Opistotonus
13. Nistagmus
14. Ptosis
15. Gangguan pendengaran
16. Tanda brundzinki’s dan kerniq’s positif
17. Fotophobia
2.6 Patofisiologi Meningitis

11
Infeksi bakteri dapat mencapai selaput otak melalui aliran
darah (hematogen) atau perluasan langsung dari infeksi yang disebabkan
oleh infeksi dari sinus paranasalis, mastoid, adses otak dan sinus
cavernosus.Bakteri penyebab meningitis pada umumnya berkolonisasi di
saluran pernapasan bagian atas dengan melekatkan diri pada epitel mukosa
naso faring host. Selanjutnya setelah terhindar dari system komplemen
host dan berhasil menginvasi kedalam ruang intravascular, bakteri
kemudian melewati SDO dan masuk kedalam CSS lalu memperbanyak
diri karena mekanis mepertahanan CSS yang rendah. Dalam upaya untuk
mempertahankan diri terhadap invasi bakteri kaska deinflamasi akan
teraktivasisebagaimekanismepertahanantubuh (mace,2008).
Penyebab bakteri meningitis memiliki sifat yang dapat
meningkatkan virulensi kuman itu sendiri. Bakteri H. influenza, N.
meningitides dan S. pneumonia menghasilkan immunoglobulin A
protease. Bakteri-bakteri ini mengiaktifkan immunoglobulin A host
dengan menghancurkan antibody sehingga memungkinkan terjadinya
perlengkatan bakteri pada mukosa naso faring dan terjadinya kolonisasi.
Perlekatan pada mukosa epitel naso faring host oleh N. meningitides
terjadimelalui fimbria atausilia.Dikatakankerusakansiliaini di akibat
adanya infeksi saluran pernapasan bagian atas dan juga kebiasaan
merokok dapat mengurangi kemampuan fimbria atau silia dalam
mencegah perlekatan bakteri pada naso faring. Bakteri meningokokus
memasuki ruang intravascular melalui proses endositosis melintasi
endothelium di jaringan ikat vakuola. Sedangkan bakteri H. influenza
memisahkan tight junction apical antara sel epitel untuk menginvasi
mukosa dan mendapatkan akses keruang intravascular (mace,2008).
Bakteri berkapsul (S. pneumonia, H. influenza dan N.
meningitides) mencegah kerusakan oleh host setelah berada dalam aliran
darah, karena kapsul polisakarida bakteri menghambat fagositosis dan
aktivitas komplemen bakterisida. Setelah bakteri berada dalam aliran
darah, bakteri akan beradhesike SDO tergantung kualitas structural dari

12
bakteri seperti fimbria pada beberapa strain E.coli, dan silia dan fimbria
pada N. meningitis (mace,2008).
System pertahanan CSS host yang rendah menyebabkan bakteri
akan cepat berkembangbiak setelah memasuki CSS. Beberapa factor host
yang berpengaruh terhadap mekanisme pertahanan dalam CSS yang
rendah adalah :kadar komplemen yang rendah, tingkat immunoglobulin
rendah, dan penurunanaktivitas opsonic, dimana menyebabkan
ketidakmampuan host dalam menghancurkan bakteri melalui mekanis
mefagositosis. Di dalam subarachnoid, komponen bakteri dalam CSS akan
memicu kaskadeinflamasi pada host. Komponen sitokin proinflamasi
seperti interleukin 1 (IL 1), Tumor necrosis Factor (TNF) dan berbagai sel
lainnya termasuk makrofag, mikroglia, sel meningeal, dansel-sel endotel.
Sitokin mengaktivasi migrasi neutrofilke CSS melalui beberapa
mekanisme. Sitokin meningkatkan afinitas pengikatan leukosit selendotel,
dan menginduksi adhesimolekul yang berinteraksi dengan reseptor
leukosit (mace,2008).
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran
penyakit di organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus/bakteri menyebar
secara hematogen sampai keselaputotak, misalnya pada penyakit
Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneumonia danEndokarditis.
Penyebaranbakteri/virus dapat pula secaraperkontinuitatumdariperadangan
organ ataujaringan yang ada di dekatselaputotak, misalnyaAbsesotak,
Otitis media, Mastoiditis, Thrombosis, Sinus Kavernosusdan Sinusitis.
Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur
terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasikuman-kuman kedalam ruang
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS
( Cairan Serebrospinal ) dan system ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang
mengalami hiperemi ;dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran
sel-sel leukosit poli morfonuklear kedalam ruang subaraknoid, kemudian
terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan
histiosit dan dalam minggu kedua sel-sel plasma. Eksudat yang terbentuk

13
terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit polimorfo
nuclear dan fibrin sedangkan di lapisan dalam terdapat makrofag.
Poses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di
korteks dan dapat menyebabkan thrombosis, infarkotak, edema otak, dan
degenerasi neuron-neuron. Thrombosis serta organisasi eksudat perineural
yang fibrino-purulen menyebabkan kelainan kraniales. Pada meningitis
yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih
dibandingkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri.

14
2.5.1 Pathway Meningitis

15
2.7 Penatalaksanaan Meningitis
1. Penatalaksanaan Medis
a. Meningitis purulenta
1) Pemberian cairan secara intravena untuk menghindari
kekurangan cairan/elektrolit akibat muntah-muntah atau
diare.
2) Bila pasien masuk dalam keadaan status konvulsivus,
diberikan diazepam 0,5 mg/kg BB/ kali intravena, dan
dapat di ulang dengan dosis yang sama 15 menit kemudian.
Bila kejang belum berhenti, ulangan pemberian diazepam
berikutnya (yang ketiga kali) dengan dosis yang sama
diberikan secara intramuskular.
3) Setelah kejang dapat di atasi, diberikan fenobarbital dosis
awal untuk neonatus 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50
mg dan di atas 1 tahun 75 mg. Selanjutnya untuk
pengobatan rumat diberikan fenobarbital dengan dosis 8-9
mg/kg BB/hari di bagi dalam 2 dosis, diberikan selama 2
hari.
4) Berikan ampisisilin intravena sebanyak 400 mg/kg BB/ hari
di bagi dalam 6 dosis di tambah kloramfenikol 100 mg/ Kg
BB/hari intravena dibagi dalam 4 dosis . Pada hari ke-10
pengobatan di lakukan pungsi lumbal ulangan dan bila
ternyata menunjukkan hasil yang normal pengobatan
tersebut di lanjutkan 2 hari lagi. Tetapi jika masih belum
normal pengobatan di lanjutkan dengan obat yang sama
seperti di atas atau di ganti dengan obat yang sesuai dengan
hasil biakan dan uji resisten kuman.
b. Dasar pengobatan meningitis tuberkulosa ialah pemberian
kombinasi obat antituberkulosis dan di tambahkan dengan
kortikosteroid, pengobatan sitomatik bila terdapat kejang,
koreksi dehidrasi akibat masukan makanan yang kurang atau

16
muntah dan fisioterapi. Umumnya di pakai kombinasi
streptomisin, PAS dan INH. Bila ada resisten terhadap salah
satu obat tersebut maka dapat digantikan dengan reserve
drugs. Streptomisin di berikan dengan dosis 30-50 mg/kg
BB/hari selama 3 bulan atau jika perlu di teruskan 2 kali
seminggu selama 2-3 bulan lagi sampai likuor serebrospinalis
menjadi normal. PAS dan INH di teruskan paling sedikit
sampai 2 tahun. Kortikostreoid biasanya di berikan berupa
prednison dengan dosis 2-3 mg/kg BB/hari (dosis minimum 20
mg/ hari) dibagi 3 dosis selama 2-4 minggu, kemudian di
turunkan 1 mg/kg BB/hari setiap 1-2 minggu. Pemberian
kortikosteroid seluruhnya selama 3 bulan dan dihentikan
bertahap untuk menghindarkan terjadinya rebound
phenomenon.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien dengan meningitis
adalah gangguan kesadaran, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa
aman dan nyaman serta kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit.
1. Gangguan kesadaran
Pasien meningitis yang mengalami koma memerlukan pengawasan
tanda-tanda vital secara cermat karena pernapasannya sering
cheyne-Stokes sehingg terdapat gangguan O2. Untuk membantu
pemasukan O2perlu diberikan oksigen yaitu 1-2 liter/ menit. Selain
itu pasien koma juga mengalami inkontinensia urine maka perlu di
pasang penampung urine. Kebersihan kulit perlu di perhatiakn
terutama sekitar genitalia dan bagian tubuh yang tertekan. Oleh
karena itu jika akan memasang kateter urine harus konsultasi
dahulu dengan dokter. Buat catatan khusus jika belum ada catatan
perawatan untuk mencatat hasil observasi pasien.
2. Resiko terjadi komplikasi

17
Dehidrasi asidosis dapat terjadi pada pasien, oleh sebab itu untuk
memenuhi kebutuhan pasien perlu dilakukan pemasangan sonde
tetapi untuk kebutuhan elektroloit tidak akan cukup. Bila terjadi
dehidrasi cairan yang di berikan biasanya glukosa 10 % dan NACl
0,9% dalam perbandingan 3:1. Pengawasan tetesan perlu dilakukan
secara cermat dan setiap mengganti cairan harus dicatat pada pukul
berapa agar mudah diketahui untuk memperhitungkan kecukupan
cairan atau tidak. Pengaturan posisi pada pasien juga perlu di
perhatikan, teutama pada pasien dengan penurunan kesadaran.
Ubahlah sikap berbaringnya setiap tiga jam, sekali-sekali lakukan
gerakan pada
3. Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan aman dan nyaman perlu diperhatikan dengan selalu
bersikap lembut (jangan berpikir bahwa pasien koma tidak akan
tahu). Salah satu kesalahan yang sering terjadi ialah membaringkan
pasien tersebut menghadap cahaya matahari, sedangkan pasien
koma matanya selalu terbuka. Untuk menghindarkan silau yang
terus menerus jangan baringkan pasien kearah jendela. Untuk
pasien yang akan melakukan tindakan, ajak lah pasien berbicara
sewaktu melakukan tindakan tersebut walaupun pasien tidak sadar
(Ngastiyah, 2012).
4. Pemeriksaaan Kejang
a. Airway
1) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan
dan pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau
bila ada guedel lebih baik.
2) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien,
lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan
3) berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.
b. Breathing
1) Isap lendir sampai bersih

c. Circulation

18
1) Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif.
2) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat
(berbeda dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap
sadar).

2.8 Pemeriksaan Penunjang Meningitis


1. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat,
kadar glukosa darah mrenurun, protein meningkat, glukosa serum
meningkat
2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3. Kultur urim, untuk menetapkan organisme penyebab
4. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K +
turun
5. MRI, CT-scan/ angiorafi
2.9 Komplikasi Meningitis
1. Hidrosefalus
2. Infark serebral
3. Syndrome waterhouse Friederichsen : hipotensi, perdarahan kulit dan
kelenjar adrenal
4. Defisit saraf kranial
5. Ensefalitis
6. Abses otak
7. Kerusakan visual
8. Deficit intelektual
9. Kejang
10. Endokarditis
11. Pneumonia
12. Gangguan pembekuan darah
13. Syok septic
14. Efusi subdural
15. Demam yang memanjang
16. Peningkatan intracranial

19
BAB III

ASKEP PADA KASUS FIKTIF

3.1 Contoh Kasus


Tn. N, usia 40 tahun, datang di RS. Karya Husada Pare
padatanggal 12 agustus 2022. Pasien tersebut datang dengan keluhan
demam,sakit kepala , kaku leher dan demam tinggi sejak satu minggu
yang lalu..Istri klien juga mengatakan suaminya juga sering mengeluh
sulit tidur ketika hendak tidur. Hal ini membuat klien terlihat lemah dan
juga lemas. Dari hasil pemeriksaan fisik ekstremitas teraba dingin dan
didapatkan TD: 110/80 mmHg, S: 38,5 derajat celcius, N:62 x/mnt, RR:
23x/mnt. Pada hasil CT scan menunjukan terdapat edema kepala pada
bagian pariental, hasil pemeriksaan darah lengkap yaitu : Hb : 12,1 g/dl,
Leukosit : 13.680/mm, Trombosit : 284.000/mm, Glukosa sewaktu : 96
mg/dl, Ureum darah : 26 mg/dl, Kreatin darah : 0,5 mg/dl, Natrium : 127
mmol/L, Kalium : 3,5 mmol/L, Klorida serum : 97 mmol/L, pH : 7,47
mmHg, pCO2 : 31 mmHg, p02 : 199 mmHg, Na+ : 128 mmol/L, K+ : 3,0
mmol/L, Ca+ : 0,55 mmol/L.
3.2 Pengkajian

1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. N
No RM : 10045
Usia : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Blimbing, Kediri
Tgl Mrs : 04-10-2022
Tgl Pengkajian : 05-10-2022
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam

20
Suku : Jawa
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : PNS
Diagnose Medis : Maningitis
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri di bagian kepala, kaku pada leher dan
merasa badannya panas.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bahwa sudah merasakan pusing sejak 3 hari
yang lalu dan nyeri di kepala, dan juga merasakan kaku pada
leher .sudah mengalami demam 1 minggu yang lalu, istri klien
sudah memberikan obat untuk menurunkan demam akan tetapi tidak
kunjug turun juga.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pernah sakit akan tetapi hanya sakit pada
umumnya
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa di anggota keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit seperti yang di deritanya.
3.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum
Kesadaran : Apatis
GCS : 3,5,6
TTV : TD : 110/80 mmHg
:N : 62 x/mnt
: RR : 23 x/mnt
:S : 38,5 derajat Celcius
P : Tn. N mengatakan nyerinya muncuk sejak ia mengalami meningitis
dan nyeri bertambah jika ia terlalu menggerakkan kepalanya
Q : Kualitasi nyeri klien tajam seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri dirasakan di area kepala bagian frontalis
S : Skala nyeri 8 (antara 1-10)
T : Nyeri muncul secara tiba tiba dengan durasi +- 30 detik
a. Kepala
Inspeksi : Penyebaran Rambut (merata), Lesi (-), Benjolan (-),
Pendarahan (-), Ukuran dan bentuk (simetris)
Palpasi : Nyeri tekan (+), Benjolan Abnormal (-)
b. Mata
Inpeksi : Sclera (icterus), Pendarahan (-)
Palpasi : Conjungtiva (anemis), Pandangan (jelas)
c. Hidung
Inspeksi :Bentuk (proposional), Sekresi (-), Gangguan Penciuman (-)

21
Palpasi : Nyeri Tekan (-)
d. Mulut
Inspeksi : Mukusa Bibir (pucat), Pendarahan (-), Kebersihan Mulut
(bersih), Gangguan menelan (-)
e. Telinga
Inspeksi : Bentuk (simetris), Pendarahan (-), Serumen (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Gangguan pendengaran (-)
f. Leher
Inspeksi : Bentuk (tidak simetris), JVD (Teraba di bagian kanan
leher), masa abnormal (+)
g. Dada/Thorax
Inspeksi : pergerakan dinding dada (simetris), normal chest
Palpasi : Nyeri tekan (-), Masa abnormal (-)
Perkusi : suaru paru sonor
h. Abdomen
Inspeksi : Bentuk (normlal), Lesi (-), Asites (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Massa abnormal (-)
Auskultasi : Bising usus 5x/mnt
Perkusi : Tympani
i. Genetalia
Tidak dilakukan pengkajian
j. Ekstremitas

4 4

4 4

Akral (dingin)
CRT (4detik)
Keringat (+)
Lemah (+)
6. Pemeriksaan Penunjang

a. Hematologi

No Nama Hasil Normal


1. Hemoglobin 12,1 g/dl 13,5-17,5
g/dl
2. Leukosit 13,680 /mm 4.000-
11.000/mm

22
No Nama Hasil Normal
3. Trombosit 284.000/mm 150.000-
400.000/mm
4. Glukosa sewaktu 96 mg/dl 70-130
mg/dl
5. Ureum darah 26 mg/dl 8-24 mg/dl

6. Keratin 0,5 mg/dl 0,5-11


mg/dl
7. Natrium 127 mmol/l 135-145
mmol/L
8. Kalium 3,5 mmol/L 3,7-5,2
mmol/L
3.4 Analisa Data

23
No Data Etiologi Patofisiologi
1 Ds : px mengatakan Hipertermi Memicu Respon Inflamasi
demam Meningen

Do :
k/u : lemah Akumulasi monosit,
Ttv : makrofag sel T helper dan
Td : 110/80 mmHg fibroblast
N : 62 x/mnt
RR : 28 x/mnt
S : 38,5 C Pelepasan Sitokin

Merangsang Syaraf Vagus

Sinyal Mencapai Sistem


Syaraf Pusat

Pembentukan
Prostaglandin Otak

Merangsang Hipotalamus
Meningkatkan Titik
Patokan Suhu

Menggigil, Meningkatkan
Suhu

Hipertermia

2 Ds : Nyeri akut Infeksi bakteri


Px mengeluh nyeri statphylococus aureus

Do : menyebar ke otak melalui


k/u : lemah darah
Ttv :
Td : 110/80 mmHg Peningkatan Tekanan
N : 80 x/mnt Intrakranial
RR : 23 x/mnt
S : 38 C Merangsang Nosisaptor
(Reseptor Nyeri)
Skala Nyeri
P :Tn. N mengatakan Dihantarakan ke Medula
nyerinya muncuk sejak ia Spinalis
mengalami meningitis
dan nyeri bertambah jika Otak Menerima

24
Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi
2. Nyeri Akut
3. Gangguan Rasa Nyaman
3.5 Intervensi

NO DIAGNOSA SLKI SIKI


1. Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia :
berhubungan tindakan Observasi :
dengan keperawatan 1. Monitor suhu tubuh dan
peningkatan selama 3x24 jam
warna kulit klien
laju diharapkan
metabolisme Hipertermi pada Terapeutik :
pasiendari level 1 1) Kompres hangat pasien
(tidak pernah) ke
pada lipat paha dan aksila
level 3 (kadang
kadang) dengan 2) Tingkatkan sirkulasi udara
kritesia hasil :
menggunakan kipas angina
1. Suhu tubuh
Edukasi :
dalam
1. Anjurkan klien
rentang
untuk tirah baring
normal
(istirahat total)
(36,5-37,5
2. Anjurkan klen untuk
C)
minum banyak air
2. Nadi RR
Kolaborasi :
dalam 1. Kolaborasi pemberian
rentang cairan dan elektrolit
normal intravena (infus)
3. Warna kulit 2. Kolaborasi dengan tim
tidak medis dalam pemberian
kemerahan obat antipiretik
4. Kulit tidak (paracetamol)
terasa
hangat

25
3.6 Implementasi dan Evaluasi

dx Tgl Implementasi Evaluasi

1 12 Ds:pasien mnengatakan bahwa S : px mengatakan


Agustus badanya terasa panas badan terasa hangat
2022 Do:
 mengukur suhu O : suhu tubuh
jam menurun 38,5 ke 37,5
07.00  Kompres hangat pasien pada
A : masalah teratasi
lipat paha dan aksila
sebagaian
 Anjurkan klien untuk tirah
P : intervensi
baring (istirahat total) dilanjutkan
 Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena (infus)

26
2 12 Ds: Tn. N mengatakan nyerinya muncul S : px mengatakan
Agustus sejak ia mengalami meningitis dan nyeri nyeri kepala
2022 bertambah jika ia terlalu menggerakkan berkurang
kepalanya
10.00 Do :pasien tampak meringis O : p : px
mengatakan nyeri
 Kaji nyeri secara komprehensif berkurang
termasuk lokasi, karakteristik, Q : nyeri bertusuk
berkurang
durasi, frekuensi, kualitas dan
factor presipitasi R : nyeri kepala
berkurang
P :Tn. N mengatakan nyerinya muncuk
sejak ia mengalami meningitis dan nyeri S : skala nyeri 6
bertambah jika ia terlalu menggerakkan
kepalanya T : munculnya nyeri
Q : Kualitasi nyeri klien tajam seperti berkurang
ditusuk tusuk A : maslaah teratasi
R : Nyeri dirasakan di area kepala sebgaian
bagian frontalis
S : Skala nyeri 8 (antara 1-10) P : [intervensi
T : Nyeri muncul secara tiba tiba dengan dilanjutkan
durasi +- 30 detik

 Mengajarkan teknik non


farmakologi untuk meredakan
nyeri

3 12 Ds : pasien mengatakan sulit tidur dan S : px mengatakan


agustus mual muntah,px merassa tidak nyaman keluhan tidur
2022 berkurang dan mual
Do : pasien tampak gelisah berkurang,merasa
Jam lebih nyaman
12.00
O : px tampak lebih
tenang
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan

27
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Meningitis tuberkulosis adalah peradangan selaput otak atau
meningen yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Meningitis tuberkulosis merupakan hasil dari penyebaran hematogen dan
limfogen bakteri Mycobacterium tuberculosis dari infeksi primer pada
paru. tuberkulosis ataupun virus.
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput
yang disebut meningen.Peradangan pada meningen khususnya pada
bagian araknoid dan plamater (leptomeningens) disebut
meningitis.Peradang pada bagian duramater disebut pakimeningen.

28
Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur atau karena
toksin. Namun demikian sebagian besar meningitis disebabkan
bakteri.Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu membrane
yang melapisi otak dan medulla spinalis.
Tanda dan gejala klinis meningitis hampir selalu sama pada setiap
tipenya, sehingga diperlukan pengetahuan dan tindakan lebih untuk
menentukan tipe meningitis. Hal ini berkaitan dengan penanganan
selanjutnya yang disesuaikan dengan etiologinya. Untuk meningitis
tuberkulosis dibutuhkan terapi yang lebih spesifik dikarenakan
penyebabnya bukan bakteri yang begitu saja dapat diatasi dengan
antibiotik spektrum luas
4.2 Saran
Mahasiswa mampu memahami mengenai pengertian, penyebab, anatomi
dan fisiologi pada penyakit meningitis, penatalaksanaan penyakit
meningitis, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostic agar dalam
menjalankan proses keperawatan dapat membuat intervensi dan
menjalankan implementasi dengan tepat sehingga mencapai evaluasi dan
tingkat kesembuhan yang maksimal pada klien atau pasien dengan
penyakit meningitis. Mahasiswa juga dapat memperbanyak ilmu dengan
mengunjungi seminar dan membaca dari banyak sumber.

DAFTAR PUSTAKA

Anniazi.M. L (2020).Nilai Diagnostik Tnf-? Dalam Cairan Serebrospinalis


Membedakan Meningitis Bakterialis Dengan Meningitis Viral
Anak(Doctoral dissertation, UNS (Sebelas Maret University)).

Aulia, A.P.(2021). Profil Pasien Meningitis Bakterial Pada Anak di RSUP


DR. M. Djamil Padang Periode 2018-2020.Diploma thesis,
Universitas Andalas

Borrow, R., Caugant, D. A., Ceyhan, M., Christensen, H., Dinleyici, E. C., &
Findlow, J.(2017). Meningococcal disease in the Middle East
and Africa: Findings and updates from the Global
Meningococcal Initiative. Journal of Infection, 75(1), 1-11.

29
CDC.(2019).Bacterial Meningitis.
https://www.cdc.gov/meningitis/bacterial.html diakses pada tanggal
19 September 2022

Dhevi, K. (2021). asuhan keperawatan keluarga pada klien anak dengan riwayat
kejang demam di wilayah kerja puskesmas baru ulu.

Ferasinta, dkk. (2022). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Aceh: Yayasan


Penerbit Muhammad Zaini.

Huldani, H. (2012). diagnosis dan penatalaksanaan meningitis tuberkulosis.

Kemenkes RI, (2019), Panduan Diteksidan Respon Penyakit Meningitis


Meningokokus.

Melia Husni, P. (2020). Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien Anak
Meningitis (Studi Kasus) (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Riau).

Octavius, G. S., Raditya, A. B., Kimberly, E., Suwandi, J., Christy,


M., & Juliansen, A. (2021). Infeksi Susunan Saraf Pusat pada
Anak: Sebuah Studi Potong Lintang Deskriptif Selama Lima
120Buletin Kesehatan Vol.6No.1 Januari-Juli 2022E-ISSN:2746-
5810 ISSN: 2614-8080Tahun.Sari Pediatri,23(1), 6-14.

Piotto. (2019). Paradoxical Inflammatory Response Syndrome in a Previously


Healthy, HIV-Negative, Pediatric Patient With Cryptococcus
gatii Meningitis. Frontiers in Pediatrics. Vol. 9. Tarwoto. (2013).

Rizky, Sahla, and IGA Dewi Purnamawati. "Studi Kasus: Asuhan Keperawatan
Pada Anak dengan Meningitis." Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah
Bidang kesehatan 6.1 (2022): 112-120.

Sharomah, y. w. i. (2019). Tingkat Kepatuhan Pengobatan Pada Penderita


Tuberkulosis Di Klinik Sartika (Doctoral Dissertation, Universitas
Muhammadiyah Gresik).

Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Sagung Seto

30
Widago, wahyu., Toto Suharyanto, S. Kep, Ns., Ratna Aryani, S. Kep, Ns. 2013.
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB; Keperawatan Medikal Bedah


(Keperawatan Dewasa).

31

Anda mungkin juga menyukai