Disusun Oleh:
KELOMPOK 10
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanallahwa Ta’ala atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga kelompok dapat menyelesaikan Seminar Kasus Keperawatan anak
dalam rangka memenuhi tugas Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang dengan judul
“Asuhan Keperawatan Medikal Anak Pada An. A Dengan M e n i n g i t i s Di Ruang Rawat
Anak RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2022”.
Pada kesempatan ini, kelompok hendak menyampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga Laporan
Pendahuluan ini dapat selesai. Ucapan terimakasih ini penulis tujukan kepada :
1. Ns.Rischa Hamdanesti, M.Kep selaku Preceptor Akademik dan dosen keperawatan
anak STIKes Alifah Padang
2. Teman-teman satu bimbingan yang telah berjuang bersama-sama dalam
menyelesaikan laporan ini
Kelompok menyadari bahwa Laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kelompok mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan ini.
Kelompok 10
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................2
D. Manfaat.....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian............................................................................................... 3
B. Etiologi......................................................................................................3
C. Tanda Gejala..............................................................................................4
D. Patofisiologi...............................................................................................4
E. Pathway......................................................................................................6
F. Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................7
G. Penatalaksanaan.......................................................................................10
H. Komplikasi dan Prognosis.......................................................................11
I. Konsep Asuhan Keperawatan...................................................................11
BAB III TINJAUAN KASUS.....................................................................................19
A. Pengkajian................................................................................................19
B.Diagnosa Keperawatan ............................................................................32
C. Intervensi Keperawatan...........................................................................32
D. Implementasi Keperawatan......................................................................34
E. Evaluasi....................................................................................................34
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian................................................................................................39
B. Diagnosa Keperawatan ...........................................................................39
C. Intervensi Keperawatan...........................................................................39
D. Implementasi Keperawatan......................................................................40
E. Evaluasi....................................................................................................40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................41
B. Saran……………………………………………………………….……41
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan aracnoid dan piamatter di
otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus
meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D,2015).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer,
2017).
Secara global, diperkirakan terjadi 500.000 kasus dengan kematian sebesar 50.000
jiwa setiap tahunnya (Borrow, 2017). Meningitis bakterial menjadi salah satu dari 10
penyakit infeksi penyebab kematian di seluruh dunia. WHO mencatat sampai dengan bulan
Oktober 2018 dilaporkan 19.135 kasus suspek meningitis dengan 1.398 kematian di
sepanjang meningitis belt (Case Fatality Rate 7,3%). Dari 7.665 sampel yang diperiksa
pertahun 10 – 100 per 100.000 populasi pada anak kurang dari 2 tahun dan diperkirakan
ada 3000 kasus per tahun untuk seluruh kelompok usia, dengan angka kematian pada anak
sebesar 15%, retardasi mental 17%, kejang 14% dan gangguan pendengaran 28%.
perangsangan meningen seperti Sakit kepala, kaku kuduk, fotofobia disertai peningkatan
Penyakit infeksi di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Salah
satu penyakit tersebut adalah infeksi susunan saraf pusat. Penyebab infeksi susunan saraf
pusat adalah virus, bakteri atau mikroorganisme lain. Meningitis merupakan penyakit
infeksi dengan angka kematian berkisar antara 18-40% dan angka kecacatan 30-50%.
Bakteri penyebab meningitis ditemukan di seluruh dunia, dengan angka kejadian penyakit
pada 33% diantara kasus meningitis. Pada penelitian lanjutan didapatkan 38% penyebab
digunakan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR). Berdasarkan data SKDR 3
tahun terakhir, jumlah kasus suspek meningitis pada tahun 2015 sebanyak 339 kasus, pada
tahun 2016 sebanyak 279 kasus, dan pada tahun 2017 sebanyak 353 kasus (Kemenkes RI,
2019). Menurut Anniazi (2020), 23,9 % dari 46 pasien anak dengan meningitis akut klinis
dikategorikan sebagai meningitis bakterial. Saat ini diperkirakan angka kejadian meningitis
pediatrik di Indonesia masih terus meningkat dengan tingkat kematian 18 - 40%. Pada anak
gejala meningitis bakterial yang muncul lebih bersifat non spesifik atau umum dari pada
orang dewasa. Manifestasi klinis yang sering ditemukan pada anak adalah demam, kaku
kuduk, dan perubahan kesadaran. Gejala non spesifik juga bisa terjadi akibat oleh penyakit
yang menyertai anak. Penyakit yang biasa menyertai anak pada meningitis bakterial seperti
pneumonia, otitis media, sinusitis, mastoiditis, dan infeksi gigi (Piotto, 2019).
Berdasarkan hasil penelitian Aulia, (2021) yang dilakukan di RSUP DR. M Djamil
Padang menunjukkan kejadian meningitis bakterial lebih sering terjadi pada anak dengan
jenis kelamin laki-laki (71%) dan umur dibawah 5 tahun (67%). Manifestasi klinis
terbanyak yang muncul adalah demam (91%). Pada anak didapatkan paling banyak status
gizi baik (71%) dan tidak pernah diimunisasi hib (48%) dan angka mortalitas tinggi
mencapai 24%.
Meningitis akut memberikan manifestasi klinis dalam rentang jam hingga beberapa hari,
sedangkan meningitis kronik memiliki onset dan durasi berminggu-minggu hingga
berbulan-bulan. Pada banyak kasus, gejala klinik meningitis saling tumpang tindih karena
etiologinya sangat bervariasi. Oleh karena itu sangat diperlukan tenaga kesehatan perawat
yang kompeten dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan meningitis
(Smeltzer, 2017).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut maka kelompok tertarik untuk membuat seminar kasus
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak Pada An.A Dengan Meningitis Di Ruang
Rawat Anak RSUP DR.M. Djamil Padang Tahun 2022”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran, pengalaman dan
menganalisa secara langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan
Anak Pada An. A Dengan Meningitis Di Ruangan Rawat Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2022
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada pasien dengan meningitis
b. Mampu merumuskan masalah dan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang
diperoleh pada pasien dengan meningitis
c. Mampu membuat intervensi sesuai dengan diagnosa pada pasien dengan meningitis
d. Mampu melaksanakan implementasi pada pasien dengan meningitis
e. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien meningitis
f. Melakukan pendokumentasian pada pasien dengan meningitis
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan mahasiswa agar dapat mengaplikasikan asuhan
keperawatan anak tentang asuhan pada pasien meningitis dan meningkatkan analisa
kasus sebagai profesi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien yang mengalami meningitis.
2. Bagi Penulis Selanjutnya
Seminar kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar atau masukan untuk
melakukan Asuhan Keperawatan Anak pada pasien meningitis.
3. Bagi STIKes Alifah Padang
Seminar Kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan terhadap
pembelajaran didalam pendidikan keperawatan di STIKes Alifah, terutama pada mata
ajar keperawatan anak khususnya asuhan keperawatan pada pasien meningitis.
A. Pengertian
Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan aracnoid dan piamatter di
otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus
meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D,2015).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer,
2017).
B. Etiologi
Penyebab dari meningitis adalah :
Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri yang secara
umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah :
1. Haemophillus influenza
2. Nesseria meningitides (meningococcal)
3. Diplococcus pneumoniae (pneumococcal)
4. Streptococcus grup A
5. Staphylococcus aureus
6. Escherichia coli
a. Klebsiella, Proteus
b. Pseudomonas
Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan system kekebalan
tubuh seperti AIDS.
1. Faktor pencetus terjadinya meningitis bacterial diantaranya adalah :
a. Otitis media
b. Pneumonia
c. Sinusitis
d. Sickle cell anemia
e. Fraktur cranial, trauma otak
f. Operasi spinal
2. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki - laki lebih sering dibandingkan dengan wanita
3. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan
4. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
5. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem
persarafan
6. Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa, point d’entry
masuknya kuman juga bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak yang
pecah, penyebab lainnya adalah adanya rinorrhea, otorrhea pada fraktur bais cranii yang
memungkinkan kontaknya CSF dengan lingkungan luar.
C. Tanda Gejala
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a. Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena
adanya spasme otot-otot leher.
b. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi
kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka
gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
d. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
e. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda
vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala,
muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
f. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
g. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul,
lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata.
D. Patofisiologi
Meningitis dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang
menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Faktor predisposisi mencakup
infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid
menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang
menyokong perkembangan bakteri. Organisme masuk ke dalam aliran darah dan
menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat
menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral.Jaringan serebral mengalami
gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat
purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis.Radang juga menyebar ke
dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan
fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah
pertahanan otak (barier otak), edema serebral dan peningkatan TIK. Pada infeksi akut
pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis.Infeksi terbanyak dari
pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya
hemoragi (pada sindrom Waterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan
endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.
Mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai membran meningen dengan cara
hematogen atau limfogen, perkontuinitatum, retrograd melalui saraf perifer atau dapat
langsung masuk CSF.
Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dapat menimbulkan respon peradangan.
Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel – sel sebagai respon
peradangan.Eksudat yang terbentuk terdiri dari bakteri – bakteri fibrin dan lekosit yang
dibentuk di ruang sub arachnoid. Penambahan eksudat di dalam ruang sub arachnoid dapat
menimbulkan respon peradangan lebih lanjut dan meningkatkan tekanan intra cranial.
Eksudat akan mengendap di otak, syaraf-syaraf spinal dan spinal. Sel – sel meningeal akan
menjadi edema dan membran sel tidak dapat lebih panjang lagi untuk mengatur aliran
cairan yang menuju atau keluar dari sel. Vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah
dapat terjadi, sehingga dapat menimbulkan ruptur atau trombosis dinding pembuluh darah.
Jaringan otak dapat menjadi infark, sehingga dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra
kranial lebih lanjut. Proses ini dapat menimbulkan infeksi sekunder dari otak jika bakteri
makin meluas menuju jaringan otak sehingga menyebabkan encephalitis dan ganggguan
neurologi lebih lanjut (Wong, 2015 dan Pillitteri, 2016).
E. Pathway
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara medis yang dapat dilakukan pada pasien dengan meningitis
adalah sebagai berikut : menurut Donna Ignativicus (1995) meliputi:
1. Pengkajian Neurologis
a. Ukur TTV sekurang-kurangnya 4 jam sekali atau sesuai indikasi
b. Pantau nervus kranial III,IV,VI dan VII dan VIII.
c. Pantau keluaran urine
2. Therapi Obat
Dilakukan untuk menghindari komplikasi termasuk hiperosmolar agen, steroid dan
antikonvulsan. Dalam memberikan therpi perwat harus :
a. Yakinkan klien tidak alergi terhadap obat
b. Mulai berikan antar 1-2 jam setelah obat diresepkan
c. Berikan pengobatan tepat waktu untuk menjaga keefektivan pengobatan.
d. Monitor dan catat respon pasien terhadap pengobatan.
3. Isolasi
Untuk pasien menigitis bakterial, perawat harus waspada pada 24 jam pertama
pengobatan.
4. Mencegah kejang
Perawat harus waspada terhadap timpbulnya kejang dengan menjaga penghalang
tempat tidur dan meposisikan tempat tidur menjadi lebih rendah. Peralatan suction dan
oksigen harus selalu tersedia. Jika terjadi kejang perwat harus melaporkan :
a. Deskripsi terjadinya kejang
b. Lamanya kejang
c. Terjadinya deviasi mata
d. Intervensi yang digunakan untuk mengatasi kejang
5. Pengendalian nyeri
Pengendalian nyeri dapat dilakukan dengan tindakan medik dan nonmedik. Perwat
dapat mengelevasikan kepala 30° dan mengajarkan agar tidak memfleksikan leher dan
pinggul.Perwat juga harus menjaga ketenangan kamar dan menghindarkan
cahaya.Analgetik seperti asetaminophen (Tylenol. Ace-tabs0 atau kodein mungkin dapat
mengurangi nyeri yang berat
Ekspresi wajah ↓
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
b. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera (peradangan pada selaput otak)
c. Hipertermi berhubungan dengan penyatkit (proses peradangan pada selaput otak)
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan
kekuatan/ ketahanan, kerusakan persepsi/ kognitif, nyeri/ ketidaknyamanan, terapi
pembatasan
e. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi; transmisi interpersonal dan keikutsertaan
mersakan, ancaman kematian/ perubahan dalam status kesehatan (keterlibtan otak),
pemisahan dari sistem pendukung (hospitalisasi).
f. Defisiensi pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyebab infeksi dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpreasi
informasi, kurang mengingat, keterbatasan kognitif
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama : An. A
2. Tempat tgl lahir/ Usia : 17 April 2006/ 16 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Alamat : Jl. Ampelo Pengambiran
7. Tgl masuk : 03 Januari 2023
8. Tgl pengkajian : 06 Januari 2023
9. Sumber Informasi : Ibu Klien, Buku Rekam Medik
10. Diagnosa Medik : Meningitis TB
B. Identitas orang tua
1. Ayah
a. nama : Tn. D
b. Usia : 30 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Agama : Islam
f. Alamat :Jl. Ampelo Pengambiran
2. Ibu
a. Nama : Ny. N
b. Usia : 28 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : IRT
e. Agama : Islam
f. Alamat :Jl. Ampelo Pengambiran.
C. Identitas Saudara Kandung
No Nama Usia Hubungan Status Kesehatan
1. An.R 22 tahun Kakak Kandung Sehat
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal Serumah
: Meninggal
B. cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jenis minuman Air Putih Air Putih
2. Frekuensi minum 8 liter sehari 50 cc, 8x/hari
3. Cara pemenuhan Oral dengan gelas Minum melalui NGT
C. olah raga
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Program Olahraga Senam Tidak ada
Jenis dan Frekuensi 1 x 2 minggu -
Kondisi Setelah Olahraga Klien merasa sehat -
D. Personal Hyhiene
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Mandi
- Cara - Menggunakan air di - Menggunakan air hangat di
kamar mandi Waskom dengan di lap
- Frekuensi - 1 x sehari - 1x setiap pagi
- Sabun mandi, sampo - Sabun mandi
- Alat mandi
Cuci rambut
- Frekuensi - 1 x/ sehari - Belum ada cuci rambut
- Cara - Mengunakan - Di lap, menggunakan
sampo bayi sedikit sampo
Gunting kuku
- Frekuensi - 1 kali seminggu - 1 kali seminggu
- Cara - Menggunakan - Menggunakan gunting
guntig kuku kuku
E. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Kegiatan sehari- hari Sekolah Tidak ada
Pengaturan jadwal Tidak ada Tidak ada
harian
Penggunaan alat bantu Tidak ada Klien tidak menggunakan alat
aktifitas batu seperti tongkat atau kaca
mata
F. Rekreasi
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Perasaan saat sekolah Klien merasa senang Klien tidak sekolah
Waktu luang Bermain bersama teman Tidak ada kegiatan
Perasaan setelah rekreasi Klien merasa senang Klien tidak pergi rekreasi
Waktu senggang Menonton TV Tidak ada
keluarga
Kegiatan hari libur Bermain bersama teman Tidak ada
XI. Pemeriksaan Fisik
1. keadaan umum: Berat
2. Kesadaran: Somnolen (E4 V2 M3)
3. tanda-tanda vital
a. tekanan darah :110/70 mmHg
b. Nadi : 87x/menit
c. Suhu : 37,8℃
d. Pernafasan : 29 x/ menit
4. Berat badan : 41 kg
5. Tinggi badan : 145 cm
6. Kepala
inspeksi
keadaan rambut dan hygiene kepala
a. Warna rambut : Hitam
b. Penyebaran: penyebaran tampak merata
c. Mudah rontok: Tidak ada rontok
d. Kebersihan rambut: Bersih
Palpasi
a. Benjolan : Tidak terdapat benjolan
b. Nyeri tekan: tidak ada nyeri tekan
c. Tekstur rambut: Tampak halus
7. Muka
Inspeksi
- Simetris/tidak: simetris kiri dan kanan wajah tampak pucat
- Bentuk wajah: oval
- Gerakan abnormal: tidak ada ekspresi wajah: normal
Palpasi
- Nyeri tekan: Tidak ada nyeri tekan
- Wajah teraba panas
8. Mata
Inspeksi
- Palpebra: Tidak ada radang dan edema
- Sclera : Sclera tampak tidak ikterik
- Konjungtiva : Tampak anemis
- Pupil : isokor
Reflek pupil terhadap cahaya: pupil mengecil saat didekatkan cahaya
- Posisi mata : Simetris kiri dan kanan
- Gerakan bola mata : Klien dapat menggerakkan bola mata dengan baik
- Penutupan kelopak mata: Klien dapat membuka dan menutup kelopak mata
- Keadaan bulu mata: Bulu mata tampak baik
- Penglihatan: Klien dapat melihat dengan baik
9. Hidung dan sinus
Inspeksi
- Posisi hidung : Simetris kanan dan kiri
- Bentuk hidung: Normal, tidak ada kelainan
- Secret/cairan : Tidak ada secret maupun cairan yang keluar dari hidung
10. Telinga
Inspeksi
- Posisi telinga: Kiri dan kanan tidak ada kelainan
- Ukuran/ bentuk telinga: Simetris kiri dan kanan
- Daun telinga: Tampak bersih dan tidak ada kelaianan
- Lubang telinga: Tidak ada secret berlebihan
- Pemakaian alat bantu: tidak menggunakan alat bantu
Palpasi
Nyeri tekan: tidak ada nyeri tekan
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi: Gigi tampak lengkap
b. Gusi: tidak ada peradangan pada gusi
c. Lidah: tampak bersih
d. Bibir
Sianosis : Tidak ada sisnosis
Basah/kering/pucat : Bibir tampak kering dan sering mengalami sariawan
serta bengkak dan berdarah
Mulut berbau : Mulut tidak berbau
Kemampuan bicara : Anak tampak mampu berbicara dengan baik
12. Tenggorokkan
a. Warna mukosa: Kemerahan
b. Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
c. Nyeri menelan: Tidak ada gangguan atau kesulitan menelan
13. Leher
Inspeksi
Kelenjer tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjer tyroid
Palpasi
- Kelenjer tyroid : Tidak teraba adanya kelenjer tyroid
- Kaku kuduk : Tidak ada kaku kuduk
- Kelenjer limfe : Tampak pembesaran kelenjar getah bening , ukuran
1x1x1 cm
14. Thorax dan pernafasan
- Bentuk dada : Simetris kiri dan kanan. Tampak
penggunaan otot bantu nafas
- Irama pernafasan : Teratur
- Pengembangan di waktu bernapas : Lebih cepat
- Tipe pernapasan : Tidak sesak
Palpasi
- Vocal fremitus : Vocal fremitus teraba sama kiri dan kanan
- Massa / nyeri : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi
- Suara nafas : Vesikular
- Suara tambahan : tidak ada suara nafas tambahan
15. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pembesaran jantung tidak ada
Auskultasi:
a. BJ I: regular
b. BJ II: regular
c. BJ III: regular
d. Bunyi jantung tambahan: tidak ada
16. Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit : Perut tampak tidak membuncit
b. Ada luka/tidak : Tidak ada luka, tampak bintik – bintik merah
Palpasi
a. Hepar : Hepar teraba 1/3 pinggir tajam
b. Lien : Lien teraba di S 1
c. Nyeri tekan : Nyeri pada ulu hati
Perkusi
- Tympani: -
- Redup: Redup
Auskultasi : Peristaltik 20x/menit
17. Genetalia dan anus:
I: Tidak ada hemoroid, Tidak ada pendarahan, Terpasang kateter
18. Ekstremitas
Ekstermitas atas
Tampak bintik – bintik merah pada ekstremitas
CRT >3 detik
a. Motorik
- Pergerakan kanan/kiri: normal
- Pergerakan abnormal: tidak ada
- Kekuatan otot kanan/kiri: 5 5
5 5
- Tonus otot kanan/kiri: normal
- Koordinasi gerak: normal
b. Refleks
- Biceps kanan/kiri: (+)
- Triceps kanan/kiri: (+)
c. sensori
- nyeri: tidak ada
Ekstremitas bawah
a. Motorik
b. Saat berjalan: Anak tampak bisa berjalan
c. Refleks
- Kpr kanan/kiri: kanan kiri (+)
- Apr kanan/kiri: kanan kiri (+)
- Babinsky kanan/kiri: kanan kiri (+)
d. Sensori
- Nyeri: nyeri tekan tidak ada
- Ransangan suhu: (+)
19. Status neurologi
Saraf-saraf cranial
a. Nervus I (alfactorius) : Anak dapat membedakan bau-bauan
b. Nervus II (opticus) : Anak dapat melihat dengan baik
c. Nervus III, IV, VI (oculomotorius, trochlearis, abducens): Anak dapat
menggerakakan bola mata ,dapat menggerakan kelopak mata, anak dapat
menggerakkan mata kebawah dan dalam
d. Nervus V (trigeminus) : Anak dapat menggerakkan rahang dengan baik, anak
dapat merasakan sentuhan kapas
e. Nervus VII (facialis) : Anak dapat membedakan rasa, anak dapat senyum dan
mengangkat alis mata
f. Nervus VIII (Acisticus) : Anak mampu mendengar dengan baik
g. Nervus IX dan X (glosopharingeus dan Vagus): Anak dapat membedakan
manis dan asam , anak dapat menelan seliva, adanya refleks muntah
h. Nervus XI (assesosius) : Anak dapat menganggkat bahu, memalingkan kepala
kekiri dan kana
i. Nervus XII (hypoghlosus): Anak mampu menggerakkan lidah
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Termoregulasi b.d
2. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d Dengan peningkatan tekanan intrakranial.
3. Bersihan Jalan Tidak Efektif
RENCANA KEPERAWATAN
No SDKI SLKI SIKI
1 Resiko Setelah dilakukan asuhan Manajemen kejang
Termoregulasi keperawatan selama 3x24 jam Observasi
maka diharapkan kriteria hasil 1. Monitor terjadinya kejang
1.Kejang menurun berulang
2. Pucat menurun 2. Monitor tanda-tanda vital
3. Suhu tubuh membaik 3. Monitor status neurologis
1. Terapeutik
1.baringkan pasien agar tidak
jatuh
2. Berikan alas empuk dibawah
kepala
3. Pertahankan kepatenan jalan
napas
4. Longgarkan pakaian, terutama
dibagian leher
5. Catat durasi kejang
Edukasi
1.anjurkan keluarga menghindari
memasukkan apapun kedalam
mulut pasien saat periode kejang
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 06 Januari pukul 14.30 wib pada An.A
dengan hari rawatan ke 4. Ibu klien mengatakan anaknya mengalami penurunan
kesadaran. Demam, kejang , anak batuk berdahak, reflek batuk lemah, tampak sesak,
tidak bisa bicara dan hanya mengerang, mukosa bibir tampak kering dengan tanda-
tanda vital, Nadi: 110 x/i, RR: 38x/i, Suhu: 37,8.
Menurut teori, Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada lapisan aracnoid
dan piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh
bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga
terjadi.Meningitis merupakan radang pada meningen (membran yang mengelilingi
otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur.
Berdasarkan analisa kelompok bahwa meningitis merupakan suatu inflamasi
yang terjadi pada lapisan aracnoid dan piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini
lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti
jamur dan protozoa juga terjadi. Meningitis merupakan radang pada meningen
(membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus,
bakteri atau organ-organ jamur. Hal ini dibuktikan sesuai dengan data yang didapatkan
selama pengkajian pada tanggal 06 Januari 2023.
B. Diagnosa
Pada kasus kelolaan penulis, berdasarkan hasil pengkajian penulis menemukan tiga
masalah keperawatan pada An. A yaitu Resiko Termoregulasi, Risiko Perfusi Serebral
Tidak Efektif, Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif. Masalah tersebut berdasarkan pada
data langsung dari pasien dan data observasi perawat serta hasil pemeriksaan
penunjang.
1. Resiko Termoregulasi
Menurut SDKI (2016), batasan karakteristik untuk menegakkan hipertermi
yaitu, suhu tubuh diatas normal, kulit kemerahan, kejang, takikardia dan takipnea.
Menurut analisa penulis pada kasus An. A ditemukan beberapa batasan
karakteristik tersebut yaitu berupa suhu tubuh diatas normal, kulit kemerahan
disertai kejang.
2. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
3. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif.
C. Intervensi
Intervensi merupakan suatu strategi untuk mengatasi masalah pasien yang perlu
ditegakkan diagnose dengan tujuan yang akan dicapai serta kriteria hasil. Umumnya
perencanaan yang ada pada tinjauan teoritis dapat diaplikasikan dan diterapkan dalam
tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang ada atau sesuai dengan prioritas
masalah.
D. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus An. A ini mengacu pada
intervensi yang telah disusun oleh penulis pada Asuhan Keperawatan pada klien An. A
dengan meningitis tidak semua intervensi dilakukan karena disesuaikan dengan
kondisi klien.
Menurut asumsi kelompok berdasarkan dari pencernaan keperawatan pada
klien kelompok melakukan beberapa aktivitas pada masing-masing diagnosa, tindakan
yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan intervensi yang sudah dirancang
sebelumnya dan disesuaikan dengan kondisi klien.
E. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap dalam asuhan keperawatan dimana kelompok
menilai asuhan asuhan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi pada klien An. A
dengan meningitis menurut diagnosa keperawatan yang ditemukan diantaranya:
1. Resiko Termoregulasi
Ditandai dengan ibu pasien mengatakan anak kejang demam dan suhu
anak naik turun. Menurut diagnosa ini dapat teratasi dalam waktu 3x24 jam
ditandai dengan suhu tubuh membaik. Dalam hal ini terdapat kesesuaian antara
fakta dan teori karena pada kasus ini ibu klien mengatakan bahwa anaknya
tidak demam kejang lagi dan suhunya sudah turun.
2. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Ditandai dengan ibu mengatakan anak tidak bisa bicara dan anak hanya
diam saja. Dalam teori diagnose ini rentan mengalamai penurunan sirkulasi
jaringan otak yang dapat menganggu kesehatan. Dalam hal ini masalah belum
teratasi dalam waktu 3x24 dan intervensi tetap dilanjutkan karena ibu klien
mengatakan anak belum bisa bicara dan anak masih mengerang.
3. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Ditandai dengan ibu mengatakan anak batuk berdahak dan sesak nafas.
Menurut teori diagnose ini dapat teratasi dalam waktu 3x24 jam ditandai
dengan produksi sputum menurun. Dalam hal ini terdapat keseuaian antara
fakta dan teori karena pada kasus ini ibu klien mengatakan batuk anak sudah
berkurang dan sesak pada anak sudah tidak ada lagi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan proses keperawatan didapatkan kesimpulan:
1. Pada pengkajian didapatkan tanda dan gejala utama yang muncul adalah demam
yang disertai dengan kejang serta kesadaran yang menurun.
2. Diagnosa keperawatan yaitu Risiko Termoregulasi, Risiko Perfusi Serebral Tidak
Efektif, Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada pasien umumnya perencanaan yang
ada pada tinjauan teoritis dapat diaplikasikan dan diterapkan dalam tindakan
keperawatan sesuai dengan masalah yang ada atau sesuai dengan prioritas masalah.
4. Implementasi keperawatan terhadap klien sesuaikan dengan intervensi yang telah
penulis rumuskan yang didaptkan dari teoritis. Semua intervensi diimplementasikan
oleh penulis dan dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
5. Evaluasi oleh kelompok sudah dilakukan selama tiga hari dan mendapatkan hasil
sesuai dengan teori yang sudah tercantum.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan hasil karya ilmiah ners ini dapat menambah wawasan mahasiswa
Diharapkan hasil karya ilmiah akhir ners ini akan memberikan manfaat bagi
Sebagai media informasi tentang penyakit yang diderita pasien dan bagaimana
penanganan bagi pasien dan keluarga baik dirumah sakit maupun dirumah.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, A.P. (2021). Profil Pasien Meningitis Bakterial Pada Anak di RSUP DR. M. Djamil
Padang Periode 2018-2020. Diploma thesis, Universitas andalas
Borrow, R., Caugant, D. A., Ceyhan, M., Christensen, H., Dinleyici, E. C., & Findlow, J.
(2017). Meningococcal disease in the Middle East and Africa: Findings and updates
from the Global Meningococcal Initiative. Journal of Infection, 75(1), 1-11
Kemenkes RI. (2019). Panduan Diteksi dan Respon Penyakit Meningitis Meningokokus
Long, Barbara C. 2016. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Bandung : yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.
L. Betz, Cecily, Linda A. Sowden. 2015. Buku Saku Keperawatan Pediatric.Jakarta : EGC.
http://gudangkeperawatan.blogspot.com/2009/02/laporan-pendahuluan-meningitis.html.
Diakses pada tanggal 2 Januari 2016.
Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And
Outcome. Alih bahasa Yasmin asih.Ed.5.Jakarta : EGC; 2015.
Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G..Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.