Anda di halaman 1dari 30

SEMINAR LAPORAN KASUS PADA Ny.

I DENGAN KASUS
POST OP SECTIO CAESAREA (SC) + CPD
DI RUANG KEBIDANAN RSU AISYIYAH PADANG

Disususn Oleh:
KELOMPOK 3
Rila Driani, S.Kep (2214901015)

Silviana, S.Kep (2214901021)

Siti Muhaisyah Iskandar, S.Kep (2214901023)

Pembimbing Klinik I Pembimbing Klinik II

( Ns. Ledia Restipa, M.Kep ) ( Ns. Rika Gusneri, S.Kep )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES ALIFAH PADANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia Nya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul Seminar Kasus Pada Ny.I dengan
Kasus Post Op SC (Sectio Caesarea) + CPD Di Ruang Kebidanan RSU Aisyiyah
Padang.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Praktik Profesi Ners
Siklus Keperawatan Maternitas. Kami berterima kasih kepada Dosen
Pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan
ini.Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.Oleh karenanya, kami
dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul
guna penyempurnaan laporan kasus ini. Akhir kata, semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak.

Padang, November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi ..................................................................................................
B. Etiologi ..................................................................................................
C. Jenis – Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC) ..........................................
D. Komplikasi ............................................................................................
E. Patofisiologi ..........................................................................................
F. Pemeriksaan penunjang .........................................................................
G. Penatalaksanaan.....................................................................................
ASKEP TEORITIS
BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian .............................................................................................
B. Diagnosa.................................................................................................
C. Intervensi ...............................................................................................
D. Implementasi .........................................................................................
E. Evaluasi .................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................
B. Saran ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sectio Caesarea merupakan prosedur pembedahan untuk mengeluarkan
janin melalui insisi didinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus atau
histerektomi (Sarwono, 2021). Sectio caesarea semakin meningkat
kejadiannya sebagai pilihan melahirkan di beberapa negara dalam beberapa
tahun terakhir (Sihombing, 2019). Menurut Data Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2020 menunjukkan terjadi kecenderungan
peningkatan operasi Sectio Caesarea di Indonesia dari tahun 1991 sampai
tahun 2007 yaitu 1,3-6,8 persen. Persalinan dengan Sectio Caesarea di kota
jauh lebih tinggi dibandingkan di desa dengan presentasi 11 persen dari 3,9
persen di desa.
Pertolongan Operasi Caesarea merupakan tindakan dengan tujuan
menyelamatkan ibu maupun bayi (Manuaba,2019). Setiap pembedahan harus
didasarkan atas indikasi, yaitu pertimbangan-pertimbangan yang menentukan
bahwa tindakan perlu dilakukan demi kepentingan ibu dan janin. World
Health Organization (WHO) angka kejadian Sectio Caesarea meningkat di
negara-negara berkembang. WHO menetapkan indikator persalinan Sectio
Caesarea 10-15 % untuk setiap negara, jika tidak sesuai indikasi operasi
Sectio Caesarea dapat meningkatkan resiko morbilitas dan mortilitas pada ibu
dan bayi (World Health Organization,2019).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 menyatakan terdapat 15,3%
persalinan dilakukan melalui operasi. Provinsi tertinggi dengan persalinan
melalui Sectio Caesarea adalah DKI Jakarta (27,2%), Kepulauan Riau
(24,7%), dan Sumatera Barat (23,1%) (Depkes RI, 2018).
Berdasarkan pengamatan kelompok selama 2 minggu terdapat sekitar
15 orang pasien melahirkan dengan operasi caesarea. Tingginya angka
kejadian melahirkan dengan operasi section caesarea yang terjadi di Rumah
Sakit Umum Aisyiyah Padang, kelompok tertarik mengangkat kasus sebagai
laporan seminar kasus Post Op Sectio Caesarea (Sc) + CPD Di Ruang
Kebidanan RSU Aisyiyah Padang.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan mampu melakukan asuhan keperawatan pada ibu
melahirkan dengan operasi section caesarea.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengkaji masalah kesehatan pada ibu post operasi rahim
caesarea dengan masalah keperawatan gangguan rsa nyaman nyeri Di
Ruang Kebidanan RSU Aisyiyah Padang
b. Mampu menetapkan atau menegakkan sectio caesarea keperawatan
pada klien post operasi sectio caesarea di ruang kebidanan RSU
Aisyiyah Padang
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada ibu post operasi
sectio caesarea di ruang kebidanan RSU Aisyiyah Padang
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada ibu post operasi sectio
caesarea di ruang kebidanan RSU Aisyiyah Padang
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada ibu post operasi
caesarea di ruang kebidanan RSU Aisyiyah Padang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
“ POST SC (SECTIO CAESAREA)”

A. Definisi
Sectio Caesarea merupakan prosedur pembedahan untuk mengeluarkan
janin melalui insisi di dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus atau
histerektomi (Sarwono, 2021).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 2018)
“Caedere” yang artinya memotong. Seksio Cesarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalaui
dinding depan perut atau vagina (Maryunani, 2020)
B. Etiologi
Menurut Mochtar (2018) faktor dari ibu dilakukannya sectio caesarea
adalah plasenta previa, panggul sempit, partus lama, distosia serviks, pre
eklamsi dan hipertensi. Sedangkan faktor dari janin adalah letak lintang dan
letak bokong.
Menurut Manuaba (2019) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan
indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram.
Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraika beberapa
penyebab sectio caesarea sebagai berikut :
1. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
2. KPD (Ketuban Pecah Dini)
3. Janin Besar (Makrosomia)
4. Kelainan Letak Janin
5. Bayi kembar
6. Faktor hambatan jalan lahir
7. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
C. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)
1. Abdomen (SC Abdominalis)
a. Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal: dengan insisi memanjang pada
corpus uteri. Sectio caesarea profunda: dengan insisi pada segmen bawah
uterus.

b. Sectio caesarea ekstraperitonealis


Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan
dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.

2. Vagina (sectio caesarea vaginalis)


Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila:

a. Sayatan memanjang (longitudinal)


b. Sayatan melintang (tranversal)
c. Sayatan huruf T (T Insisian)
3. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
10cm.

Kelebihan:

a. Mengeluarkan janin lebih memanjang


b. Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
c. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan:

a. Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada


reperitonial yang baik.
b. Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
c. Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi
dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas
SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka
bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.
d. Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu
yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -
kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah
memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini
maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.
4. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
rahim kira-kira 10cm

Kelebihan:

a. Penjahitan luka lebih mudah


b. Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
c. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus
ke rongga perineum
d. Perdarahan kurang
e. Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih
kecil
Kekurangan:

a. Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat


menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang
banyak.
b. Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
• Komplikasi

• Infeksi Puerperalis

c. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang
arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri (Icesmi Sukarni,
2013).
D. Komplikasi
Luka kandung kemi dan embolisme paru – paru. Suatu komplikasi yang
baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding uterus,
sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan
haIni lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik (Icesmi Sukarni,
2020).

E. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic,
rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia
serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya
suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada
dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan
merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan
rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan
ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik
akan menimbulkan masalah risiko infeksi (Mochtar 2018).
Sumber : (Mochtar 2018)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis / kultur urine
5. Pemeriksaan elektrolit (Manuaba, 2018)

G. Penatalaksanaan Medis Post SC menurut (Manuaba, 2018)


1. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ
tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam
fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan.
Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.

2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10
jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.

3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:

a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.

5. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Carapemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
b. Analgetik dan obat untuk memper lancar kerja saluran pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.
c. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
d. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
Perawatan rutin

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,


tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
“POST SC (SECTIO
CAESAREA”

A. Pengkajian

Pengkajian adalah pengumpulan data secara lengkap dan sistematis


untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan
(Purba, 2019).

I. Identitias Klien
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis.

II. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang


Riwayat pada saat sebelum inpartu didapatkan cairan ketuban yang
keluar pervaginam secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda
persalinan.

b. Riwayat kesehatan dahulu


Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.

c. Riwayat Kesehatan keluarga

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,


Hipertensi, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin dapat
diturunkan kepada pasien
III. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to toe yang
meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area
kepala dan wajah, dada, abdomen, eksteremitas, dan genita-urinaria
a. Tanda-tanda vital
 Tekanan Darah
 Denyut Nadi
 Suhu
 Pernapasan
b. Pemeriksaan kepala
Inspeksi :
Keadaan rambut dan hygiene kepala :
 Warna rambut : kaji apakah warna rambut rata atau tidak
 Mudah rontok : kaji apakah rambut mudah rontok atau tidak
 Kebersihan rambut : kaji apakah rambut terlihat bersih atau tidak
Palpasi :
 Kaji apakah ada benjolan atau tidak
 Kaji Adanya nyeri tekan atau tidak
 Kaji Tekstur rambut kasar atau halus
 Kaji apakah apakah ada edema
c. Pemeriksaan muka
Inspeksi :
 Kaji kesimetrisan kiri/kanan
 Kaji bentuk wajah simetris/tidak
 Kaji ekspresi wajah
Palpasi :
 Kaji apakah ada nyeri tekan atau tidak
d. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
 Kaji apakah palpebra edema atau tidak
 Umumnya sclera ikterik
 Kaji pupil isokor atau anisokor
 Kaji gerakan bola mata, bola mata menonjol atau tidak, alis
sejajar/tidak, radang orbita, kelopak mata normal/tidak, bulu mata
normal/tidak, Visus Mata, dan penglihatan kabur/tidak
Palpasi :
 Kaji edema dan nyeri tekan.

e. Hidung dan Sinus

Inspeksi :

Kaji Ukuran proporsional, secret , bulu hidung normal/tidak, rhinorea,


apakah ada perdarahan, lesi.

f. Telinga

Inspeksi :

Kaji posisi sejajar, proporsional, kesimetrisan, otorea, ,serumen,


kebersihan.

Palpasi :

Kaji tekstur lembut/kasar, pembengkakan.

g. Mulut

Inspeksi:

Kaji Bibir nampak pucat/normal, lesi, mukosa bibir kering/tidak, gigi


utuh bersih/tidak, pendarahan gusi, kebersihan lidah, bau mulut, faring
kemerahan.

h. Leher

Inspeksi:

Kaji adanya pembesaran kelenjer tiroid, apakah pembesaran kelenjer


limfe.

Palpasi :

Kaji Posisi trakea pada garis tengah, pembesaran tiroid, nyeri tekan,
pembesaran limfe.
i. Thorax dan pernapasan

Inspeksi:

Kaji Bentuk normal, kesimetrisan, lesi, keimetrisan ekspansi dinding


dada, retraksi otot bantu pernafasan, kulit halus/kasar, pernapasan, dan
rasio inspirasi ekspirasi.

Palpasi:

Kaji Massa (-)/(+), nyeri tekan (-)/(+),fremitus.

j. Payudara

kaji bentuk payudara, puting susu menonjol atau tidak dan pengeluaran
ASI

k. Jantung

Inspeksi:

Ictus cordis umumnya tidak terlihat

Palpasi:

ictus cordis teraba di midclavikula sinistra teraba/tidak, pembengkakan)

Perkusi:

Kaji Pekak, batas jantung kiri, pembesaran jantung (-)/(+).

Auskultasi :

Kaji adanya Bunyi tambahan.

l. Abdomen

Inspeksi:

Kaji adanya luka operasi, apakah ada perdarahan, berapa tinggi fundus
uteri

Auskultasi :

Kaji adanya Bising usus.

Perkusi :
Kaji bunyi tympani/redup.

Palpasi:

ada tidaknya distensi abdomen, , bagaimana dengan bising usus dan


adakah nyeri tekan atau tidak.

m. Genetalia dan Anus

Kaji kebersihan genitalia, apakah bersih atau tidak

n. Ekstremitas

Inspeksi:

Kaji apakah ada oedema pada kaki juga pada tangan dan jari-jari

Palpasi:

Kaji Kekuatan tendon (-)/(+), nyeri tekan (-)/(+), deformitas (-)/(+).

Kaji Pergerakan normal, kekuatan otot5/5.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering
bekas operasi
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi
C. Rencana Asuhan Keperawatan
No SDKI SLKI SI
KI

1 Nyeri Setelah diberikan 1. Lakukan pengkajian secara


akut asuhan keperawatan komprehensif tentang nyeri
berhubungan selama 3 x 24 jam meliputi lokasi,
dengan pelepasan diharapkan nyeri karakteristik, durasi,
mediator klien berkurang / frekuensi, kualitas,
terkontrol dengan intensitas nyeri dan faktor
nyeri (histamin, kriteria hasil : presipitasi.
prostaglandin)
akibat  Klien 2. Observasi respon nonverbal
melaporkan dari ketidaknyamanan
trauma jaringan nyeri berkurang / (misalnya wajah meringis)
terkontrol terutama ketidakmampuan
dalam untuk berkomunikasi secara
 Wajahtidak efektif.
pembedahan tampak meringis
(section 3. Kaji efek pengalaman nyeri
caesarea)  Klien tampak terhadap kualitas hidup (ex:
rileks, dapat beraktivitas, tidur, istirahat,
berisitirahat, dan rileks, kognisi, perasaan,
beraktivitas dan hubungan sosial)
sesuai
kemampuan 4. Ajarkan menggunakan
teknik nonanalgetik
(relaksasi progresif, latihan
napas dalam, imajinasi,
sentuhan terapeutik.)

5. Kontrol faktor - faktor


lingkungan yang yang
dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (ruangan,
suhu, cahaya, dan suara)

6. Kolaborasi untuk
penggunaan kontrol
analgetik, jika perlu.
2 Risiko Setelah diberikan 1. Tinjau ulang
asuhan keperawatan kondisi
tinggi terhadap dasar /
Selama 3 x 24 jam faktor risiko
Infeksi diharapkan klien yang ada sebelumnya.
tidak mengalami Catat waktu
berhubungan infeksi dengan
dengan trauma kriteria hasil : pecah ketuban.
jaringa /
luka bekas operasi  Tidak terjadi 2. Kaji adanya tanda infeksi
(SC) tanda - tanda (kalor, rubor, dolor, tumor,
infeksi (kalor, fungsio laesa)
rubor, dolor,
3. Lakukan perawatan luka
tumor, fungsio dengan teknik aseptik
laesea)
4. Inspeksi balutan abdominal
 Suhu dan nadi terhadap eksudat /
dalam batas rembesan. Lepaskan
normal ( suhu balutan sesuai indikasi
= 36,5 -37,50
C, frekuensi 5. Anjurkan klien dan
nadi = 60 - keluarga untuk mencuci
100x/ menit) tangan sebelum / sesudah
menyentuh luka
 WBC dalam
batas normal 6. Pantau peningkatan suhu,
(4,10- nadi, dan pemeriksaan
laboratorium jumlah
10,9 10^3 / uL) WBC / sel darah putih

7. Kolaborasi untuk
pemeriksaan Hb dan Ht.
Catat perkiraan kehilangan
darah selama prosedur
pembedahan

8. Anjurkan intake nutrisi yang


cukup

9. Kolaborasi
penggunaan antibiotik sesuai
indikasi
3 Ansietas Setelah diberikan 1. Kaji respon psikologis
berhubunga asuhan keperawatan terhadap kejadian dan
n dengan selama 3 x 24 jam ketersediaan sistem
kurangnya diharapkan ansietas pendukung
informasi klien berkurang
tentang 2. Tetap bersama klien,
prosedur dengan kriteria hasil bersikap tenang dan
: menunjukkan rasa empati
pembedahan,
penyembuhan,  Klien lebih tenang 3. Observasi respon nonverbal
dan perawatan dan tidak gelisah klien (misalnya: gelisah)
post operasi berkaitan dengan ansietas
 Klien yang dirasakan
mengungkapkan 4. Dukung dan arahkan
bahwa ansietasnya kembali mekanisme
berkurang terlihat

koping

5. Berikan informasi yang


benar mengenai prosedur
pembedahan,
penyembuhan, dan
perawatan post operasi

6. Diskusikan pengalaman /
harapan kelahiran anak
pada masa lalu

7. Evaluasi perubahan ansietas


yang dialami

klien secara verbal

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Purba, 2019).

E. Evaluasi keperawatan

Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan


seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu
sendiri (Purba, 2019).
BAB IV

PEMBAHASAN

Sectio Caesarea merupakan prosedur pembedahan untuk mengeluarkan


janin melalui insisi didinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus atau
histerektomi (Sarwono, 2021). Pertolongan Operasi Caesarea merupakan
tindakan dengan tujuan menyelamatkan ibu maupun bayi (Manuaba,2019).
Setiap pembedahan harus didasarkan atas indikasi, yaitu pertimbangan-
pertimbangan yang menentukan bahwa tindakan perlu dilakukan demi
kepentingan ibu dan janin.

Pada kasus Ny. E dengan diagnose medic G4 P3 A0 H3 Gravid Aterm


37-38 minggu datang melalui poli RSU Aisyiyah Padang pada tanggal 31
Oktober 2022 pukul 14.50 WIB, datang dengan keluhan sering kontraksi,
merasakan sakit pinggang sampai menjalar ke ari-ari.

Pada saaat dilakukan pengkajian pada tanggal 1 november pukul 17.00


WIB, klien sudah melahirkan dengan sectio caesarea. Berat bada bayi 2700
gram dan panjang bayi 47 cm. Ddidapatkan juga hasil pengkajian, klien
mengatakan nyeri pada bagian luka post operasi dibagian bawah abdomen,
klien tampak meringis menahan sakit. P : Klien mengatakan nyeri pada sayatan
bawah abdomen post operasi. Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri dibagian
bawah abdomen, luka post op SC, S : skala nyeri 5, T: merasa nyeri pada saat
melakukan aktivitas ataupun bergerak. Didapatkan juga hasil pengkajian
terdapat luka sayatan post op, luka masih tampak basah, dan ditutupi perban,
panjang luka sekitar 10 cm.

Klien mengatakan semua aktivitasnya di rumah sakit dibantu oleh orang


tua (ibu), suami dan petugas kesehatan dirumah sakit, klien tidak mampu
melakukan aktivitas secara mandiri karena adanya luka post operasi yang dpat
menimbulkan nyeri saat beraktivitas. Didapatkan hasil tanda-tanda vital : TD:
120/70 mmHg, S: 36,4 C, N: 84 xi, RR: 20 x/i.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan dapat ditegakkan diagnosa


keperawatan yaitu sebagai berikut:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (fisik), ditandai adanya luka
post op SC

2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi sectio caesarea (SC)

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik post op SC

Intervensi yang diberikan pada klien tersebut adalah sesuai dengan dengan
diagnosa yang telah ditegakkan:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (fisik), ditandai adanya


luka post op SC

Intervensi :

a. lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

b. observasi reaksi nonverbal

c. kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

d. kaji tipe nyeri dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

e. ajarkan teknik non farmakologi: relaksasi

f. berikan analgesic

2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi section caesarea


(SC)
Intervensi

a. Pertahankan teknik aseptic

b. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan

c. Monitor tanda gejala infeksi sistemik dan local

d. Ajarkan passion dan keluarga tanda gejala infeksi

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik post op


SC

Intervensi :

a. Monitor vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon
pasien saat latihan

b. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai


kebutuhan

c. Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi

d. Latih pasien dalam pemenuhan ADLs secara mandiri sesuai


kebutuhan

e. Ajarkan klien bagaimana merubah posisi.

Implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan


berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat. Evaluasi keperawatan
dilakukan selama 3 hari dengan melihat perkembangan pasien yang terdiri
dari S: subjektif, O: objektif, A: Anlisa, dan P: planning (perencanaan).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sectio Caesarea merupakan prosedur pembedahan untuk


mengeluarkan janin melalui insisi didinding abdomen (laparatomi) dan
dinding uterus atau histerektomi (Sarwono, 2021). Pertolongan Operasi
Caesarea merupakan tindakan dengan tujuan menyelamatkan ibu maupun
bayi (Manuaba,2019). Setiap pembedahan harus didasarkan atas indikasi,
yaitu pertimbangan-pertimbangan yang menentukan bahwa tindakan perlu
dilakukan demi kepentingan ibu dan janin.

Berdasarkan hasil studi kasus Asuhan Keperawatan Pasien dengan


Post Op Sectio Caesarea di Ruang Kebidanan RSU Aisyiyah Padang.
Kelompok dapat mengambil kesimpulan berupa penegakkan diagnose
sebagai berikut:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (fisik), ditandai adanya


luka post op SC

2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi sectio caesarea


(SC)

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik post op


SC
4. Implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan
berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat.

5. Evaluasi keperawatan dilakukan selama 3 hari dengan melihat


perkembangan pasien yang terdiri dari S: subjektif, O: objektif, A:
Anlisa, dan P: planning (perencanaan).

B. Saran

1. Bagi Instansi Rmah Sakit

Instalasi pelayanan kesehatan diharapkan mampu meningkatkan


kinerja perawat dan tenaga medis yang lain sehingga mampu
meningkatkan asuhan keperawata pada pasien dengan Post Op Sectio
Caesarea. Dan memberikan pendidikan kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan ibu.

2. Bagi keluarga Pasien dan keluarga

pasien diharapkan mampu mengenali atau mengetahui bagaimana


tanda dan gejala infeksi dan mampu tertib dalam mendampingi ibu
Post Op Sectio Caesarea dan mengkonsumsi terapi yang diberikan
tenaga kesehatan.

3. Bagi penulis selanjutnya

Hasil studi kasus ini dapat dijadikan data dasar untuk melakukan studi
kasus selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2018. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil. Kementrian Kesehatan
RI. Jakarta
Icesmi Sukarni K, Margareth Zh. 2020. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta : Citra Pustaka.

Manuaba, I.B. 2020. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi


dan KB. Jakarta : EGC

Manuaba, I.B. 2019. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana


Untuk Dokter Umum. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam. 2018. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, S. 2019. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan


neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono, Prawiroharjo,2021. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT


Gramedi

Wilkinson M. Judith. 2019. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan


Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta:EGC

Purba, M. A. (2019). Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.


https://doi.org/https://doi.org/10.31227/osf.io/pz42x

Anda mungkin juga menyukai