Anda di halaman 1dari 61

PROPOSAL

PENGARUH EXPRESSIVE WRITING THERAPY TERHADAP


TINGKAT KECEMASAN REMAJA PADA
MASA PANDEMI COVID-19 DI
SMA NEGERI 12 PADANG

Usulan Penelitian Untuk Strata S-1

Oleh

Slamet Riadi
18101050120

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN 2021/2022
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama Lengkap : M. Fadhil Rasyid Arnaz

Nim : 18101050108

Tempat Tanggal Lahir : Padang, 27 Desember 1999

Program Studi : S1 Keperawatan

Nama Pembimbing Akademik : Ns. Edo Gusdiansyah, S.Kep, M.Kep

Nama Pembimbing I : Ns. Edo Gusdiansyah, S.Kep, M.Kep

Nama Pembimbing II : Ns. Amelia Susanti, S.Kep, M.Kep,Sp.Kep J

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan usulan skripsi
saya yang berjudul “Pengaruh Latihan Berfikir Positif Terhadap Harga Diri
Rendah Remaja di Panti Asuhan Puti Bungsu Padang Tahun 2022” Apabila
suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, dalam penulisan usulan
skripsi ini, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Padang, Juni 2022

M. Fadhil Rasyid Arnaz

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Proposal ini diajukan oleh :

Nama : M. Fadhil Rasyid Arnaz

Nim :18101050108

Program Studi : S1- Keperawatan

Judul : Pengaruh Latihan Berfikir Positif Terhadap Harga

Diri Rendah Remaja di Panti Asuhan Puti Bungsu

Padang Tahun 2022.

Telah disetujui untuk diseminarkan dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji

Seminar Proposal Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Alifah Padang.

Padang, juli 2022 Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui,
(Ns. Edo Gusdiansyah, S.Kep, M.Kep) (Ns. Amelia Susanti, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep J)
Ketua STIKes

(Dr. Ns. Asmawati, S.Kep, M.Kep)

ii
PERNYATAAN PENGUJI

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama Lengkap : M. Fadhil Rasyid Arnaz
Nim 18101050108
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Pengaruh Latihan Berfikir Positif Terhadap Harga Diri
Rendah Remaja di Panti Asuhan Puti Bungsu Padang
Tahun 2022.
Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan Penguji Seminar Proposal pada
Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I
(Ns. Edo Gusdiansyah, S.Kep, M.Kep) ( )

Pembimbing II
(Ns. Amelia Susanti, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep J) ( )

Penguji I
(Ns. Welly, S.Kep, M.Kep) ( )

Penguji II
(Hj. Fatmi Arma, SKM) ( )

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah


Ketua,

(Dr. Ns. Asmawati, S.Kep, M.Kep)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayat-Nya , shalawat beriringan salam kepada jujungan kita Nabi

Muhammad SAW, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi yang

berjudul “Pengaruh Expressive Writing Therapy Terhadap Tingkat Kecemasan

Remaja Pada Masa Pandemi Covid-19 Di SMA Negeri 12 Padang”

Dalam proses pembuatan skripsi ini, peneliti telah banyak mendapatkan bantuan

dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini peneliti

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ns.Edo Gusdiansyah, S.Kep ,M.Kep, selaku pembimbing I dan

pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu dalam membimbing,

memberikan arahan serta masukan kepada peneliti dengan penuh kesabaran

sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.

2. Ibu Ns. Amelia Susanti, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep J, selaku pembimbing II yang

telah meluangkan waktu dalam membimbing, memberikan arahan serta

masukan kepada peneliti dengan penuh kesabaran sehingga peneliti dapat

menyelesaikan proposal skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ns. Asmawati, S.Kep,M.Kep, selaku Ketua Stikes Alifah Padang

4. Ibu Ns. Ledia Restipa, S.Kep, M.Kep, selaku Ka. Prodi Keperawatan STIKes

Alifah Padang.

5. Seluruh staf dan dosen pengajar di STIKes Alifah Padang yang telah banyak

memberikan ilmu kepada peneliti selama perkuliahan.

iv
6. Teristimewa untuk kedua orang tua, kakak-kakak, adik-adik serta keluarga

besar dan orang-orang yang saya sayangi yang telah memberikan semangat dan

dukungan demi menyelesaikan penelitian ini.

7. Serta teman-teman yang seperjuangan tidak bisa disebutkan namanya satu

persatu.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayat serta

karunia-Nya yang diberikan dan peneliti berharap semoga proposal skripsi

penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.

Peneliti menyadari bahwa dalam proses penyusunan proposal skripsi ini

banyak terdapat kekurangan, hal ini bukanlah suatu kesenjangan melainkan karena

keterbatasan ilmu peneliti. Peneliti mengharapkan kritik dan saran demi

kesempurnaan proposal skripsi ini.

Padang, April 2022

Peneliti

v
DAFTAR ISI

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT..............................................................i

PERNYATAAN PERSETUJUAN.................................................................ii

PERNYATAAN PENGUJI...........................................................................iii

KATA PENGANTAR....................................................................................iv

DAFTAR ISI...................................................................................................vi

DAFTAR TABEL........................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................x

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................6

C. Tujuan Penelitian...................................................................................6

D. Manfaat Penelitian.................................................................................7

C. Ruang Lingkup......................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................9

A. Covid-19................................................................................................9

B. Kecemasan...........................................................................................17

C. Remaja.................................................................................................29

D. Expressive Writing Therapy................................................................31

E. Kerangka Teori....................................................................................34

F. Kerangka Konsep................................................................................35

G. Definisi Operasional............................................................................36

i. Hipotesis..............................................................................................37
vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................38


A. Desain Penelitian.................................................................................38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................38

C. Populasi dan Waktu Penelitian............................................................39

D. Teknik Pengumpulan Data..................................................................40

E. Teknik Pengelolahan Data...................................................................42

F. Teknik Analisa Data............................................................................43

DAFTAR PUSTAKA

vii
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Definisi Operasional..............................................................................36

Table 3.1 Desain One group pre test - post test.....................................................38

Table 3.2 Pengambilan Sampel Pada Masing-Masing Lokal.................................39

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang Respon…..............................................................................17

Gambar 2.2 Kerangka Konsep…............................................................................34

Gambar 2.3 Kerangka Teori...................................................................................35

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

1. Surat Izin Pengambilan Data Dari STIkes Alifah Padang

2. Surat Izin Pengambilan Data Dari Dinas Pendidikan Provinsi

3. Ganchart

4. Persetujuan Responden

5. Lembar Kuesioner

6. Lembar Konsul

x
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Coronavirus Disease (Covid-19) adalah nama yang diberikan oleh

World Health Organization (WHO) pada tanggal 11 Februari 2020. Covid-19

yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-

2 (SARS-CoV2) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina pada akhir

Desember 2019 yang dapat menyerang sistem pernapasan (Susilo et al.,

2020).

Menurut data dari WHO pada bulan Februari tahun 2022 jumlah orang

yang positif terinfeksi Covid-19 di dunia telah mencapai 413.111.472 orang,

serta terdapat 5.837.827 orang meninggal dunia, 73.052.596 orang positif

aktif atau yang masih dirawat, dan 334.221.049 pasien dinyatakan sudah

sembuh (WHO, 2022). Di Indonesia per 13 Februari 2022 terdapat sebanyak

4.807.778 kasus Covid-19, total kasus sembuh sebanyak 4.309.763 orang,

sedangkan kasus meninggal dunia bertambah 111 orang, sehingga total

jumlah kasus meninggal dunia sebesar 145.176 orang (Kemenkes, 2022).

Provinsi Sumatera Barat merupakan urutan ke-11 di Indonesia dengan jumlah

kasus Covid-19 sebanyak 102.527 jiwa dengan kasus tertinggi terdapat di

Kota Padang sebanyak 15.038 jiwa (Satgas Covid-19, 2022).

Merebaknya wabah pandemi Covid-19 menyebabkan masyarakat

harus menyesuaikan diri terhadap perubahan pola aktivitas serta gaya hidup

baru, oleh sebab itu kondisi kesehatan mental masyarakat dapat menurun

diakibatkan merebaknya wabah pandemi Covid-19 serta akan menimbulkan

gejala-gejala
1
2

tertentu seperti takut akan tertular Covid-19, gelisah, dan merasa tidak tenang.

Gejala tersebut muncul dikarenakan menurunya kesehatan mental masyarakat

salah satu dampaknya yaitu cemas, cemas yang dirasakan masyarakat bisa

berupa cemas ringan, sedang hingga berat, gangguan kecemasan dapat

disebabkan akibat ketidaktahuan dalam menghadapi suatu hal yang baru

seperti pada masa pandemi Covid-19. Kecemasan merupakan reaksi

pertahanan seseorang untuk melindungi diri dari gangguan mental emosional

kecemasan yang bisa berakibat lebih berat lagi (Murtiwidayanti & Ikawati,

2021). Kecemasan juga berdampak pada kesehatan mental seluruh masyarakat

di semua kalangan usia salah satunya pada remaja, karena sifat remaja yang

masih labil dalam menghadapi kondisi yang tidak terduga. Kondisi emosi

pada remaja akan mudah terguncang seperti merasa cemas yang berlebihan,

ketakutan akan tertular virus Covid-19 dan sebagainya (Fitria & Ifdhil, 2021).

Kecemasan merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa umum yang

prevalensinya paling tinggi yaitu lebih dari 300.000.000 orang di seluruh

dunia mengalami kecemasan (WHO, 2019). Di Indonesia untuk prevalensi

gangguan mental kecemasan tahun 2018 yang terjadi pada remaja usia 15

tahun ke atas sebesar 9,8%. Sumatera Barat merupakan peringkat ke-11

dengan gangguan mental kecemasan yaitu 13.0% sebanyak 13.682 jiwa.

Berdasarkan data riskesdas 2018, prevelensi penduduk yang paling banyak

mengalami gangguan mental kecemasan terdapat di Kota Padang yaitu

14.20% sebanyak 4.547 jiwa. Kelompok umur terbanyak yang menderita

gangguan mental kecemasan pada umur 15-24 yaitu 12.79% sebanyak

5.980 jiwa, dan pada pendidikan


3

SLTA/SMA yang paling banyak mengalami gangguan mental kecemasan

yaitu 11,79% sebesar 7.985 jiwa.

Dampak yang mungkin akan terjadi apabila kecemasan pada remaja

tidak segera di tangani yaitu terjadinya gangguan kesehatan fisik dan

gangguan psikologis yang lain sehingga akan menyebabkan kesehatan fisik

dan gangguan psikologis yang lebih parah lagi pada remaja tersebut karena

terjadi secara terus menerus dan juga berlebihan. Berbagai macam intervensi

telah dilakukan dalam mengatasi masalah psikologis seperti kecemasan, yaitu

dengan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi non

farmakologi merupakan terapi pengobatan yang dilakukan tanpa

menggunakan obat-obatan salah satunya yaitu expressive writing therapy.

Expressive writing therapy merupakan suatu terapi teknik menulis tentang

pengalaman yang mengganggu pikiran. Terapi ini juga digunakan sebagai

sarana apabila kita merasakan hal- hal yang tidak disenangi tetapi sulit untuk

menceritakanya pada orang lain, terapi ini juga mudah untuk diikuti baik

dengan terapis maupun secara mandiri. Kegiatan sederhana ini bermanfaat

untuk memperbaiki kesehatan fisik dan mental seseorang selama berminggu-

minggu, berbulan-bulan, dan bahkan bertahun-tahun. Terapi ini merupakan

teknik penulisan singkat yang membantu seseorang memahami dan mengatasi

gejolak emosional dalam kehidupan mereka (Pennebaker & J.M, 2016).

Kasus kecemasan yang terjadi pada remaja yaitu di Jakarta pada tahun

2019, remaja tersebut telah mengalami gangguan mental kecemasan sejak

duduk di bangku SMP hingga beranjak ke SMA, gejala yang ia alami pada

pada
4

saat SMP seperti gemetar hebat dan keenganan untuk datang ke sekolah.

Kondisinya semakin menjadi-jadi karena tanggapan orangtua yang

menganggap bahwa kondisinya terbentuk karena kurang dekat dengan tuhan

sehingga perlu di ruqiyah. Namun dampak paling parah terjadi pada saat

SMA, remaja tersebut sampai melakukan upaya cutting pada tanganya dan itu

menjadi sebuah kebiasaan. Remaja tersebut mengatakan rasa sakit yang yang

disalurkan dengan melakukan cutting semakin dalam luka yang dilakukan,

maka perasaanya juga semakin nyaman.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Prihati & Supriyanti

(2021) dengan judul terapi expressive writing therapy terhadap tingkat

kecemasan remaja di masa pandemi Covid-19 di PSAA Nurul Mursyid

Mangunharjo Semarang dengan hasil didapatkan dari 31 responden terhadap

tingkat kecemasan sebeleum dilakukan expressive writing therapy diperoleh

sebanyak 23 responden (74,2%) mengalami cemas ringan, sebanyak 7

responden (22,6%) mengalami cemas sedang, sebanyak 1 responden (3,2%)

mengalami cemas berat. Setelah dilakukan expressive writing therapy

terhadap tingkat kecemasan didapatkan hasil sebanyak 14 responden (45,2%)

tidak mengalami kecemasan, sebanyak 10 responden (32,3%) mengalami

cemas ringan, sebanyak 6

responden (19,4%) mengalami cemas sedang, sebanyak 1 responden (3,2%)

mengalami cemas berat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Danarti dkk (2018)

tentang pengaruh expressive writing therapy terhadap penurunan cemas,

depresi dan stress pada remaja di PSMP Antasena Magelang dengan hasil

didapatkan pada
5

kelompok intervensi sebelum dilakukan expressive writing therapy dari 18

responden diperoleh sebanyak 11 responden tidak mengalami kecemasan,

sebanyak 5 responden mengalami cemas ringan, sebanyak 2 responden

mengalami cemas sedang. Sedangkan kelompok intervensi yang sudah

dilakukan expressive writing therapy diperoleh sebanyak 18 responden tidak

mengalami kecemasan.

Di Provinsi Sumatera Barat khususnya Kota Padang terdapat sebanyak

72 SMA negeri maupun swasta, diantaranya terdapat sebanyak 20 SMA yang

negeri dan 52 SMA swasta salah satunya yaitu SMA Negeri 12 padang

(Kemendikbud, 2022). Berdasarkan data yang didapatkan oleh peneliti

dengan membandingkan 5 SMA yang berada di Kota Padang yaitu SMAN 1,

SMAN 2, SMAN 6, SMAN 3 dan SMA 12. SMA 12 menduduki urutan ke-3

dengan jumlah siswa terbanyak, tetapi pada data Covid-19 Kecamatan

Nanggalo menduduki urutan pertama dengan jumlah kasus Covid terbanyak

yang merupakan lokasi SMA Negeri 12 Padang dibandingkan dengan lokasi 4

SMA lainya. Menurut hasil survei yang dilakukan peneliti selama 2 hari pada

tanggal 24 dan 26 maret 2022 dengan menggunakan metode wawancara ke 10

siswa SMA Negeri 12 Padang didapatkan hasil dari 10 siswa menyatakan

bahwa sebanyak 6 siswa mengalami tingkat kecemasan sedang dengan gejala

bingung, banyak bicara, susah tidur dan merasa tidak aman, 3 siswa

mengalami tingkat kecemasan ringan dengan gejala penurunan konsentrasi,

merasa tidak tenang, wajah berkerut saat berbicara dan 1 siswa tidak

mengalami kecemasan.
6

Berdasarkan penjelasan dan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk

meneliti mengenai pengaruh Expressive Writing Therapy terhadap tingkat

kecemasan remaja pada masa pandemi Covid-19 di SMA Negeri 12 Padang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perumusan

masalah penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh Expressive Writing

Therapy terhadap tingkat kecemasan remaja pada masa pandemi Covid-19 di

SMA Negeri 12 Padang?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh

Expressive Writing Therapy terhadap tingkat kecemasan remaja di SMA

Negeri 12 Padang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat kecemasan remaja terhadap

pandemi Covid-19 sebelum dilakukan Expressive Writing Therapy di

SMA Negeri 12 Padang.

b. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat kecemasan remaja terhadap

pandemi Covid-19 sesudah dilakukan Expressive Writing Therapy di

SMA Negeri 12 Padang.


7

c. Mengetahui pengaruh Expressive Writing Therapy terhadap tingkat

kecemasan remaja pada masa pandemi Covid-19 di SMA Negeri 12

Padang.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan peneliti mengenai pengaruh Expressive Writing

Therapy terhadap tingkat kecemasan remaja pada masa Covid-19 di

SMA Negeri 12 Padang.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan dalam

mengembangkan praktek keperawatan dan membantu dalam

pemecahan masalah keperawatan khususnya pada pengaruh

Expressive Writing Therapy terhadap tingkat kecemasan remaja di

SMA Negeri 12 Padang

2. Praktis

a Bagi Insititusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai perbandingan

pedoman dan masukan dalam mengembangkan proses belajar

mengajar serta dapat menjadi referensi dalam melakukan penelitian


8

selanjutnya mengenai pengaruh Expressive Writing Therapy terhadap

tingkat kecemasan remaja di masa pandemi Covid-19.

b. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi berupa data

serta dapat menjadi bahan masukan untuk menegakan dan menyusun

intervensi keperawatan untuk mengatasi kecemasan.

C. Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Expressive Writing Therapy

Terhadap Tingkat Kecemasan Remaja Pada Masa Pandemi Covid-19 di SMA

Negeri 12 Padang. Dengan Variabel independen pada penelitian ini adalah

expressive writing therapy sedangkan dependen adalah kecemasan remaja

akibat Covid-19. Penelitian ini rencana akan dilakukan di SMA Negeri 12

Padang, padan bulan April s/d Juni tahun 2022. Populasi pada penelitian ini

adalah siswa kelas XI SMA Negeri 12 Padang yang berjumlah 396 siswa.

Sampel penelitian ini berjumlah 30 siswa, teknik pengambilan sampel

menggunakan teknik Purposive Sampling, data dikumpulkan menggunakan

kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Analisa data yang

digunakan adalah Analisa Univariat dan Bivariat dengan teknik

komputerisasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Covid-19

1. Defenisi Covid-19

Corona Virus Disease 2019 atau biasa dikenal dengan sebutan

Covid-19 adalah sebuah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS

CoV-2, salah satu jenis koronavirus yang dapat menyebar antara orang-

orang melalui percikan pernapasan atau disebut juga dengan doplet. Sejak

Maret tahun 2020, WHO telah menyatakan bahwa Covid-19 sebagai

pandemi global (Mahfud & Gumantan, 2020).

Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO China Country Office

melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota

Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, China

mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru coronavirus. Pada

tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan kejadian tersebut sebagai

Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD),

Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) dan pada

tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan Covid-19 sebagai

pandemi (Menkes, 2020).

Wabah penyakit ini sangat mengguncang masyarakat dunia, karena

hampir 200 Negara di Dunia sudah terjangkit oleh virus ini termasuk

Indonesia. Akibatnya timbulnya rasa gelisah, ketakutan dan Kecemasan

kepada setiap orang (Suryaatmaja & Wulandari, 2020)

9
10

2. Epidemiologi Covid-19

Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) merupakan penyakit

menular yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit ini

diawali dengan munculnya kasus pneumonia yang tidak diketahui

etiologinya di Wuhan, China pada akhir Desember 2019 (Li et al, 2020).

Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, kasus tersebut diduga

berhubungan dengan Pasar Seafood di Wuhan. Pada tanggal 7 Januari

2020, Pemerintah China kemudian mengumumkan bahwa penyebab kasus

tersebut adalah Coronavirus jenis baru yang kemudian diberi nama

SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2). Virus

ini berasal dari famili yang sama dengan virus penyebab SARS dan

MERS. Meskipun berasal dari famili yang sama, namun SARS-CoV-2

lebih menular dibandingkan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV

(Menkes, 2020).

Pada 28 Maret 2020, jumlah kasus infeksi Covid-19 terkonfirmasi

mencapai 571.678 kasus. Awalnya kasus terbanyak terdapat di Cina,

namun saat ini kasus terbanyak terdapat di Italia dengan 86.498 kasus,

dikuti oleh Amerika dengan 85.228 kasus dan Cina 82.230 kasus. Virus

ini telah menyebar hingga ke 199 negara. Kematian akibat virus ini telah

mencapai 26.494 kasus. Tingkat kematian akibat penyakit ini mencapai 4-

5% dengan kematian terbanyak terjadi pada kelompok usia di atas 65

tahun. Indonesia melaporkan kasus pertama pada 2 Maret 2020, yang

diduga tertular dari orang asing yang berkunjung ke Indonesia. Kasus di

Indonesia pun terus bertambah, hingga tanggal 29 Maret 2020 telah

terdapat 1.115 kasus dengan kematian mencapai 102 jiwa. Tingkat

kematian Indonesia
11

9%, termasuk angka kematian tertinggi (Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia (PDPI), 2020).

3. Etiologi Covid-19

Penyebab Covid-19 adalah virus yang tergolong dalam family

coronavirus. Co ronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif,

berkapsul dan tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada

Coronavirus yaitu: protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran),

glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung). Coronavirus tergolong

ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronavirus ini dapat

menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4 jenis yaitu

alphacoronavirus, betacoronavirus, gamacoronavirus, dan deltacoronavirus.

Sebelum adanya Covid-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat

menginfeksi manusia, yaitu HCoV-229E (alphacoronavirus), HCoV-

OC43 (betacoronavirus), HCoVNL63 (alphacoronavirus) HCoV-HKU1

(betacoronavirus), SARSCoV (betacoronavirus), dan MERS-CoV

(betacoronavirus) (Menkes, 2020).

4. Patofisiologi

Virus corona merupakan zoonosis, sehingga terdapat

kemungkinkan virus berasal dari hewan dan ditularkan ke manusia. Pada

Covid-19 belum dik`etahui dengan pasti proses penularan dari hewan ke

manusia, tetapi data filogenetik memungkinkan Covid-19 juga

merupakan zoonosis. Perkembangan data selanjutnya menunjukkan

penularan antar manusia (human to human), yaitu diprediksi melalui

droplet dan kontak dengan virus yang dikeluarkan dalam droplet.


12

Hal ini sesuai dengan kejadian penularan kepada petugas kesehatan

yang merawat pasien Covid-19, disertai bukti lain penularan di luar Cina

dari seorang yang datang dari Kota Shanghai, Cina ke Jerman dan

diiringi penemuan hasil positif pada orang yang ditemui dalam kantor.

Pada laporan kasus ini bahkan dikatakan penularan terjadi pada saat

kasus indeks belum mengalami gejala (asimtomatik) atau masih dalam

masa inkubasi. Laporan lain mendukung penularan antar manusia adalah

laporan 9 kasus penularan langsung antar manusia di luar Cina dari kasus

index ke orang kontak erat yang tidak memiliki riwayat perjalanan

manapun.

Penularan ini terjadi umumnya melalui droplet dan kontak dengan

virus kemudian virus dapat masuk ke dalam mukosa yang terbuka. Suatu

analisis mencoba mengukur laju penularan berdasarkan masa inkubasi,

gejala dan durasi antara gejala dengan pasien yang diisolasi. Analisis

tersebut mendapatkan hasil penularan dari 1 pasien ke sekitar 3 orang di

sekitarnya, tetapi kemungkinan penularan di masa inkubasi menyebabkan

masa kontak pasien ke orang sekitar lebih lama sehingga risiko jumlah

kontak tertular dari 1 pasien mungkin dapat lebih besar (Perhimpunan

Dokter Paru Indonesia (PDPI), 2020).

5. Manifestasi Klinis

Masa inkubasi Covid-19 adalah 1-14 hari, paling sering 4-5 hari 2

Covid-19 memiliki spektrum gejala luas, mulai dari tanpa gejala hingga

gejala berat yaitu gagal napas. Penelitian di China menunjukkan 81%

pasien tanpa gejala atau dengan gejala pneumonia ringan, 14% kasus
13

dengan gejala berat, meliputi sesak napas hingga hipoksia, 5% kasus

dengan critically disease, misalnya gagal nafas, syok, hingga disfungsi

multiorgan.

Pneumonia merupakan manifestasi klinis paling sering. Gejala

dapat berupa demam, batuk, sesak napas, serta gambaran infiltrat di foto

toraks. Sebuah studi pada 138 pasien Covid-19 di Wuhan menunjukkan

bahwa gejala klinis yang sering adalah demam (99%), mudah lelah

(70%), batuk tanpa dahak (59%), anoreksia (40%), mialgia (35%), sesak

napas (31%), dan produksi sputum Gejala lain yang jarang ditemukan

adalah nyeri kepala, nyeri tenggorokan, hidung berair, serta gejala

gastrointestinal berupa mual, muntah, dan diare. Variasi gejala cukup

banyak sehingga Covid-19 disebut the great imitator.

Gejala berat Covid-19 adalah gagal napas, syok, hingga disfungsi

multiorgan dengan acute respiratory distress syndrome (ARDS) sebagai

komplikasi utama. ARDS terjadi pada 20% pasien setelah onset 8 hari ll

dan omorbid yang menyertai adalah usia lebih dari 65 tahun, diabetes

melitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan penyakit sistem respirasi

(Guo et al., 2020).

6. Dampak Covid-19

Adapun dampak yang ditimbulkan akibat Covid-19 di semua

kalangan masyarakat yaitu sebagai berikut :

a. Dampak Aspek Kesehatan

Pada aspek kesehatan, dampak pandemi Covid-19 adalah

tingginya jumlah kasus positif dan kematian aki bat Covid-19.

WHO
14

menyatakan bahwa selama kurang lebih 17 bulan sejak kasus

infeksi pertama di Wuhan, Cina, Covid-19 sudah menjadi wabah di

lebih dari 220 negara dengan kasus positif berjumlah 160 juta jiwa

dengan kematian mencapai 31 juta orang (WHO, 2021). Tingginya

jumlah kasus positif Covid-19 membuat sumber daya yang dimiliki

oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah dikonsentrasikan untuk

penanganan Covid-19. Sebagai akibatnya, pelayanan kesehatan

untuk selain Covid-19 menjadi terhambat (Moynihan et al., 2021).

b. Dampak Ekonomi

Negara yang mengalami pandemi Covid-19 akan

mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi dengan tingkat yang

berbeda, bergantung pada kebijakan yang dijalankan dan jumlah

penduduk. Perlambatan ekonomi pada masa pandemi Covid-19

utamanya disebabkan oleh perubahan penyaluran dan permintaan

akan barang dan jasa karena kebijakan pembatasan aktivitas yang

dijalankan (Asare Vitenu-Sackey & Barfi, 2021).

Covid-19 menyebabkan banyak pekerja yang kehilangan

pekerjaan, sementara angkatan kerja baru juga tidak berusaha

mencari pekerjaan karena ketidaktersediaan lapangan kerja baru.

Selanjutnya, pandemi Covid-19 juga menyebabkan penurunan

pendapatan yang diikuti meningkatnya jumlah penduduk miskin.

Dan penduduk miskin merupakan kelompok yang paling rentan

terkena dampak Pandemi Covid-19 (Coibion et al., 2020).


15

Bank Dunia memprediksi jumlah penduduk miskin secara

global di tahun 2020 mengalami peningkatan hingga mencapai 130

juta jiwa (Tateno & Zoundi, 2021). Kondisi yang sama juga terjadi

di Indonesia. Covid-19 ini menyebabkan peningkatan

pengangguran menjadi lebih dari 7%, sementara kemiskinan juga

meningkat menjadi 9,77% (BPS, 2021).

c. Dampak Psikologis

Wabah Covid-19 ini mengganggu kesehatan fisik dan

kesehatan psikologis setiap individu dan masyarakat. Efek

psikologis yang ditimbulkan dapat berdampak ringan hingga berat.

Gangguan psikis pada masa pandemi disebabkan karena beberapa

faktor, yaitu ketakutan akan wabah, rasa terasingkan, rasa sedih

jauh dari keluarga, rasa cemas terhadap kebutuhan hidup sehari-

hari, serta adanya berita simpang siur.

Beredarnya informasi tentang penyakit ini, menyebabkan

dampak positif dan negatif. Kita dianjurkan meng-update informasi

agar selalu waspada. Namun, jika secara terus menerus, dapat

menimbulkan efek tidak baik terhadap kesehatan mental, seperti

memicu timbulnya stres, cemas, panik, dan rasa takut. Kondisi

yang secara tiba-tiba datang menyebabkan masyarakat belum siap

menghadapi secara fisik maupun psikis (Mohammad et al, 2019).

Hal tersebut menyebabkan beberapa gangguan yang terjadi

pada dampak psikolgis di antaranya :


16

1) Stress

Covid-19 juga memberikan dampak stres yang tidak

biasa karena seseorang dapat terpapar dengan beberapa

sumber stres secara bersamaan. Saat pandemi ini, seseorang

dapat mengalami stres ganda yaitu takut akan terjangkit atau

kematian yang secara bersamaan mengalami stres karena

kondisi finansial, anak belajar di rumah, banyak mendapatkan

informasi negatif dari sumber yang tidak kredibel, bekerja di

rumah, hingga pembatasan melakukan aktivitas di luar rumah

(nurliza siregar, 2021).

2) Depresi

Depresi merupakan salah satu dari gangguan

kesehatan mental yang biasanya ditandai dengan perasaaan

sedih, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah

pa da diri sendiri atau rendah diri, gangguan tidur atau nafsu

makan yang menurun, perasaan lelah, dan konsentrasi yang

buruk. Salah satu dampak yang diakibatkan dari pandemi

Covid-19 saat ini adalah gangguan kesehatan mental berupa

meningkatnya jumlah kasus depresi (nurliza siregar, 2021).

3) Kecemasan

partisipan juga merasakan pera saan takut dan

cemas terkait dengan penyebaran Covid-19 dimana jumlah

penderita yang terjangkit semakin bertambah dan begitu

cepat. Freud memandang kecemasan sebagai komponen

utama dan
17

memainkan peran penting dalam dinamika kepribadian

individu. kecemasan dalam tiga tipe yaitu kecemasan

realistik, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral (Sejati &

Ghazali, 2021) .

B. Kecemasan

1. Defenisi Kecemasan

Menurut Harlock kecemasan merupakan bentuk perasaan

khawatir, gelisah dan perasaan perasaan lain yang kurang

menyenangkan. Kecemasan sering timbul pada individu saat sedang

berhadapan dengan situasi yang tidak menyenangkan (Muyasaroh,

2020).

Kecemasan adalah keadaan ketika emosi negatif muncul

akibat kekhawatiran akan bahaya yang tidak terduga yang mungkin

terjadi di masa depan (Annisa & Ifdil, 2017). Kecemasan sebenarnya

adalah perasaan yang normal dimiliki oleh manusia, karena saat cemas

manusia disadarkan dan diingatkan tentang bahaya yang mengancam

(Suwandi & Malinti, 2020).

2. Tanda dan Gejala Kecemasan

Adapun tanda dan gejala menurut (Nurhalimah, 2016) sebagai

berikut:

a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri

serta mudah tersinggung

b. Pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah

terkejut
18

c. Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada keramaian

dan banyak orang

d. Mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang

menegangkan

e. Gangguan konsenstrasi dan daya ingat

f. Adanya keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan

tulang belakang, pendengaran yang berdenging atau

berdebar- debar, sesak nafas, mengalami gangguan

pencernaan , berkemih atau sakit kepala.

3. Rentang Respon

Rentang respon kecemasan antara respons adaptif dan mal adaptif.

Gambar 2.1 Rentang Respon


( Sumber : Stuart, 2012 )

4. Tingkatan Kecemasan

Adapun tingkatan Kecemasan dalam buku (Nurhalimah,

2016) terbagi dalam beberapa tingkatan sebagai berikut.

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan sering kali berhubungan dengan

ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan

seseorang menjadi waspada dan memperluas pandangan persepsi.


19

Kecemasan ringan memiliki aspek positif yaitu memotivasi

individu untuk belajar dan menghasilkan serta meningkatkan

pertumbuhan dan kreativitas. Respon dari kecemasan ringan

sebagai berikut :

1) Respon fisiologis meliputi sesekali nafas pendek, mampu

menerima rangsang yang pendek, muka berkerut dan bibir

bergetar. Pasien mengalami ketegangan otot ringan.

2) Respon kognitif meliputi koping persepsi luas, mampu

menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada

masalah, dan menyelesaikan masalah.

3) Respon perilaku dan emosi meliputi tidak dapat duduk

tenang, tremor halus pada lengan, dan suara kadang

meninggi.

b. Kecemasan Sedang

Pada kecemasan tingkat ini, memungkinkan seseorang

untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan

yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif

namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Manifestasi

yang muncul pada kecemasan sedang sebagai berikut :

1) Respon fisiologis meliputi sering napas pendek, nadi dan

tekanan darah naik, mulut kering, diare atau konstipasi, tidak

nafsu makan, mual, dan berkeringat setempat.


20

2) Respon kognitif meliputi respon pandang menyempit,

rangsangan luas mampu diterima, berfokus pada apa yang

menjadi perhatian dan bingung.

3) Respon perilaku dan emosi meliputi bicara banyak, lebih

cepat, susah tidur dan tidak aman.

c. Kecemasan Berat

Pada kecemasan berat pasien lapangan persepsi pasien

menyempit. Seseorang cendrung untuk memusatkan pada sesuatu

yang terinci, spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain.

Semua perilaku pasien hanya ditujukan untuk mengurangi

ketegangan. Pasien tersebut memerlukan banyak pengarahan

untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. Manifestasi yang

muncul pada kecemasan berat antara lain:

1) Respon fisiologis meliputi napas pendek, nadi dan tekanan

darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur,

dan ketegangan.

2) Respon kognitif meliputi lapang persepsi sangat sempit, dan

tidak mampu menyelesaikan masalah.

3) Respon perilaku dan emosi meliputi perasaan terancam

meningkat, verbalisasi cepat, dan menarik diri dari hubungan

interpersonal.

d. Tingkat Panik

Perilaku yang tampak pada pasien dengan kecemasan

tingkat panik adalah pasien tampak ketakutan dan mengatakan

mengalami
21

teror, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan

pengarahan serta disorganisasi kepribadian. Terjadi peningkatan

aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan

orang lain, persepsi menyimpang, kehilangan pemikiran rasional.

Manifestasi yang muncul terdiri dari sebagai berikut :

1) Respon fisiologis meliputi napas pendek, rasa tercekik dan

palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, dan koordinasi motorik

rendah.

2) Lapang kognitif meliputi lapang persepsi sangat sempit, dan

tidak dapat berfikir logis.

3) Respon perilaku dan emosi meliputi mengamuk- amuk dan

v marah- marah, ketakutan, berteriak- teriak, menarik diri

dari hubungan interpersonal, kehilangan kendali atau kontrol

diri dan persepsi kacau.

5. Faktor Predisposisi

Menurut Nurhalimah (2016) faktor penyebab terjadinya kecemasan.

Adapun teori yang dapat menjelaskan sebagai berikut.

a. Faktor Biologis

Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung

reseptor khusus untuk benzodiazepine, yang membantu

mengatur Kecemasan. Penghambat GABA juga berperan utama

dalam mekanisme biologis timbulnya kecemasan sebagaimana

halnya dengan endorfin. Kecemasan mungkin disertai dengan

gangguan
22

fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk

mengatasi stressor (Nurhalimah, 2016).

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis dapat dilihat dari pandangan psikonalitik,

pandangan interpersonal, dan pandangan perilaku sebagai

berikut.

1) Pandangan Psikoanalitik

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi

antara 2 elemen kepribadian – id dan superego.id mewakili

dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani seseorang yang dikendalikan

oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi

menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan

fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa akan

bahaya (Nurhalimah, 2016).

2) Pandangan Interpersonal

Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap

penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan

berhubungan dengan kejadian trauma, seperti perpisahan

dan kehilangan dari lingkungan maupun orang yang berarti

bagi pasien. Individu dengan harga diri rendah sangat

mudah mengalami perkembangan Kecemasan yang berat

(Nurhalimah, 2016).
23

3) Pandangan Perilaku

Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala

sesuatuyang mengganggu kemampuan seseorang untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku

menganggap kecemasan sebagai dorongan belajar dari

dalam diri unntuk menghindari kepedihan. Individu yang

sejak kecil terbiasa menghadapi ketakutan yang berlebihan

lebih sering menunjukkan kecemasan dalam ketakutan

dalam kehidupannya (Nurhalimah, 2016).

6. Faktor Presipitasi

Adapun faktor presipitasi yang dapat mempengaruhi kecemasan

sebagai berikut :

a. Ancaman terhadap integritas fisik, ketenangan yang dapat

mengancam integritas fisik meliputi :

1) Sumber internal

Sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisiologis

sistem imun, regulasi tubuh badan serta perubahan biologis

yang normal.

2) Sumber lingkungan

Sumber lingkungan meliputi paparan terhadap infeksi virus

dan bakteri, kecelakaan, nutrisi serta ketidakadekuatan tempat

tinggal.
24

b. Ancaman terhadap harga diri

1) Sumber internal meliputi kesulitan dalam berhubungan

interpersonal di rumah, tempat kerja dan penyesuaian dengan

peran baru.

2) Sumber eksternal meliputi rasa berduka dan kehilangan, tekanan

kelompok dan sosial budaya.

Menurut (Sugihartiningsih, 2016) adapun faktor-faktor

risiko yang dapat mempengaruhi kecemasan seseorang sebagai

berikut :

1) Jenis kelamin

Umumnya seorang laki-laki mempunyai mental yang lebih

kuat terhadap sesuatu yang dianggap dapat mengancam dirinya

dibanding perempuan. Ansietas lebih banyak terjadi pada wanita

karena wanita kurang mampu dalam strategi pengendalian dan

tingkat kepercayaan serta mempunyai perasaan yang lebih

sensitif dibandingkan laki-laki.

2) Usia

Umur menunjukkan ukuran waktu pertumbuhan dan

perkembangan individu. Kematangan dalam proses berpikir

pada individu yang berumur dewasa lebih memungkinkannya

menggunakan mekanisme koping yang baik dibandingkan

kelompok umur remaja. Semakin bertambahnya usia maka

semakin bijaksana seseorang dalam menghadapi masalah.


25

Seseorang yang umurnya lebih muda ternyata lebih mudah

mengalami gangguan stress dari pada usia nya lebih tua.

3) Status penghasilan

Status penghasilan dapat memicu terjadinya ansietas

terutama bagi orang tua yang tidak bekerja. Perbandingannya

dengan orang tua yang bekerja, tingkat ansietas terhadap orang

tua tidak bekerja lebih tinggi dikarenakan penghasilan yang

tidak menentu dan tetap dapat merangsang emosional meningkat

karena berbagai macam pikiran dan tuntutan yang ada.

4) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan pengalaman yang

mengembangkan kemampuan dan kualitas seseorang dalam

menghadapi persoalan yang ada, dimana semakin tinggi tingkat

pendidikan semakin mampu individu dalam mengontrol tingkat

emosional dibanding individu dengan tingkat pendidikan

rendah. Pengetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang

mudah mengalami stress. Ketidaktahuan terhadap suatu hal

dianggap sebagai tekanan yang dapat menimbulkan kecemasan,

kecemasan terjadi pada individu dengan tingkat pengetahuan

yang rendah karena kurangnya informasi yang diperoleh.

5) Status pernikahan

Pernikahan dapat memicu terjadiya ansietas pada individu

hal tersebut berhubungan dengan orang lain, kelompok sosial,


26

institusi sosial yang membuat individu memiliki tambahan

dukungan sosial.

7. Alat Ukur Tingkat Kecemasan

Menurut (Saputro dan Fazrin, 2017) alat untuk mengukur tingkat

kecemasan yaitu Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) pertama kali

dikembangkan oleh Max Hamilton pada tahun 1956 untuk mengukur

semua tanda kecemasan baik psikis maupun somatik. Alat ukur yang

digunakan dalam kecemasan yaitu Hamilton Anxiety Rating Scale

(HARS). Kuesioner ini digunakan untuk menilai kecemasan selama dan

setelah seseorang mendapatkan terapi atas gangguan psikologis

kecemasan yang dialami individu.

Skala HARS penilaian tingkat kecemasan terdiri dari 14 buah

item, yaitu :

a. Perasaan cemas yang meliputi firasat buruk, takut akan pikiran

sendiri, mudah tersinggung dan merasa cemas.

b. Ketegangan yang meliputi sukar masuk tidur, tidak dapat istirahat

dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, dan

gelisah.

c. Gangguan tidur yang meliputi sukar masuk tidur, terbangun malam

hari, tidak tidur dengan nyenyak, bangun dengan lesu, banyak

mimpi burk dan juga menakutkan.

d. Ketakutan yang meliputi ketakutan terhadap gelap, pada orang

asing, ditinggal sendiri, takut pada binatang yang besar, takut

terhadap keramaian lalu lintas, takut pada kerumunan orang

banyak.
27

e. Gangguan kecerdasan yang meliputi hilangnya minat,

berkurangnya kesenangan pada hobi, bangun dini hari, perasaan

berubah-ubah sepanjang hari.

f. Perasaan deperesi (murung) yang meliputi hilangnya atau

berkurangnya kesenangan terhadap hobi, bangun dini hari,

perasaan berubah-ubah sepanjang hari.

g. Gejala somatik fisik yang meliputi sakit dan nyeri di bagian otot-

otot, kaku, kekuatan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil.

h. Gejala kardiovaskuler yang meliputi denyut jantung yang cepat,

nyeri pada bagian dada, rasa lesu, detak jantung menghilang.

i. Sulit untuk menelan, perut melilit gangguan pencernaan, nyeri

sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut.

j. Gejala urogenital yang meliputi sering buang air kecil.

k. Gejala autoimun yang meliputi mulut kering, berkeringat pada

tangan. Bulu roma berdiri.

l. Gejala perubahan yang meliputi rasa gelisah, ketegangan fisik,

gugup bicara cepat, lambat dalam beraktivitas.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilan

dengan kategori :

0 = Tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu gejala yang ada

2 = Sedang/separuh gejala yang ada

3 = Berat/lebih dari separuh gejala yang ada

4 = Sangat berat semua gejala yang ada


28

Adapun derajat kecemasan menurut Videbeck (dalam

Asmawati, 2022) penentuan derajat kecemasan dengan cara

menjumlahkan skor 1-14 dengan hasil :

Skor 0-20 = Kecemasan ringan

Skor 21-27 = Kecemasan sedang

Skor 28-56 = Kecemasan berat

8. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Kecemasan dapat disebabkan karena individu terpapar zat

bebahaya atau racun (toksin), konflik tidak disadari tentang tujuan

hidup, hambatan hubungan dengan kekeluargaan atau keturunan,

adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi, gangguan dalam hubungan

interpersonal, krisis situasional atau maturasi, ancaman kematian,

ancaman terhadap konsep diri, stress, penyalahgunaan zat, perubahan

dalam status peran, status kesehatan, polainteraksi, fungsi peran,

perubahan lingkungan dan perubahan status ekonomi (Nurhalimah,

2016).

9. Penatalaksanaan Kecemasan

Menurut Tafet and Nemeroff (2020) penatalaksanan kecemasan

dibagi menjadi 2 yaitu farmakologi dan non farmakologi adalah sebagai

berikut :

a. Farmakologi

Golongan obat yang direkomendasikan untuk

pengobatan kecemasan yaitu, benzodiazepam dan buspiron serta

anti depresi yaitu golongan Tricyclic Antidepressants (TCAs),

Selective
29

Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) dan obat Serotonin

Norepinefrin Reuptake Inhobitors (SNRI) pengobatan yang paling

efektif dengan pasien ansietas menyeluruh merupakan pengobatan

yang mengkombinasikan psikoterapi dengan farmakoterapi,

namun memiliki banyak waktu bagi klinis yang terlibat (Fatimah

Azzahra, Rasmi Zakiah Oktarlina, 2020).

b. Non farmakologi

Terapi non farmakologis yang bisa digunakan dalam

menurunkan ansietas pada pasien kecemasan yaitu :

Terapi non-farmakologi (secara alami) atau dengan psikoterapi

Salah satu terapi non-farmakologi yaitu dengan terapi musik, relaksasi

nafas dalam, distraksi, aromaterapi dan pemberian expressive writing

theraphy. Expressive writing theraphy ini dianggap mampu mereduksi

kecemasan karena saat individu berhasil mengeluarkan perasaannya

kedalam tulisan tangan, sehingga individu tersebut dapat memulai

merubah sikap, meningkatkan kreativitas, mengaktifkan memori,

memperbaiki kinerja dan kepuasan hidup serta meningkatkan kekebalan

tubuh agar terhindar dari psikomatik (Hafilda et al., 2020).

C. Remaja

1. Defenisi Remaja

Menurut World Health Organization (WHO), rentang usia

remaja adalah 10 sampai 19 tahun. Jadi seseorang dapat dikatakan

remaja karena sudah tidak bisa lagi disebut kanak-kanak namun,

belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa atau bisa dibilang

sebagai masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa (Ruskandi,

2021).
30

2. Tahapan Perkembangan Remaja

Terdapat 3 tahapan dalam perkembangan remaja yaitu :

1) Remaja awal

Seorang remaja pada tahap ini, usia 10 hingga 12

tahun, menjadi seseorang yang masih takjub dengan perubahan

yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan yang

menyertai perubahan tersebut. Mengembangkan pemikiran

baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang.

Hanya dipeluk oleh lawan jenis, sudah berfantasi tentang

erotisme. Hipersensivitas ini berjalan dengan penurunan

kendali atas ego. Hal ini membuat sulit bagi orang dewasa

muda untuk memahami (Yuliandra & Fahrizqi, 2020).

2) Remaja Madya

Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini, remaja

sangat membutuhkan teman. Ia senang banyak teman yang

menyukai mereka. Ada kecendrungan narsis untuk mencintai

diri sendiri dengan menyukai teman yang memiliki kualitas

yang sama. Juga, bingung karena tidak tahu harus memilih

yang mana: sensitif atau acuh tak acuh, ramai atau sepi,

optimis atau pesimis, idealis atau materialistis, dan lain-lain.

3) Fase akhir

Fase ini 16-19 tahun yang merupakan fase pemantapan

menuju perubahan dan ditandai dengan tercapainya lima hal

berikut :
31

a) Tumbuhnya minat terhadap fungsi-fungsi lokal

b) Ego mencari peluang untuk terikat dengan orang lain dan

mendapatkan pengalaman baru

c) Ia membentuk identitas seksual yang tidak akan pernah

berubah lagi.

d) Keegoisan (terlalu egois) digantikan oleh keseimbangan

antara kepentingan diri sendiri dan orang lain.

e) Membangun tembok yang memisahkan diri pribadi dan

masyarakat umum (Pratama & Sari, 2021).

D. Expressive Writing Therapy

1. Defenisi Expressive Writing Therapy

Expressive writing therapy merupakan sebuah bentuk kegiatan

yang mengekspresikan perasaan, pikiran dan pengalaman melalui

metode menulis (Faruqi et al., 2021). Expressive writing therapy

termasuk salah satu intervensi, teknik ini mampu mengungkapkan atau

menggambarkan pengalaman hidup penulis pada masa lalu, sekarang

dan masa depan (Rohmah & Pratikto, 2019).

Expressive Writing pertama kali dicetuskan oleh Pennebeker

pada tahun 1989. Pennebeker yang merupakan seorang professor di

bidang Psikologi Sosial banyak meneliti manfaat dari kegiatan

menulis. Pada awal penelitiannya, Pennbeker meneliti manfaat

menulis pada Subyek dengan gangguan Post Traumatic and Stress

Disorder. Kemudian Pennebeker memperluas penemuannya dengan

melakukan
32

eksperimen bidang psikososial, yaitu mengenai relasi sosial dan

hubungan romantis (Rohmah & Pratikto, 2019).

2. Manfaat Expressive Writing Therapy

Expressive writing therapy dapat diterapkan kepada semua

rentang usia, yaitu mulai dari anak-anak, remaja, bahkan dewasa yang

pasangan suami istri. Therapy ini dapat digunakan secara individual

maupun kelompok. Manfaat expressive writing therapy antara lain :

a. Individu menjadi lebih mudah dalam mengekspresikan emosi-

emosinya secara tepat.

b. Individu mampu memisahkan masalah dari diri sendiri.

c. Individu mampu mengurangi munculnya gejala-gejala negatif

akibat timbulnya masalah (pusing, sakit perut, dll).

d. Meningkatkan pemberdayaan diri (Dari et al., 2017).

3. Tujuan Expressive Writing Therapy

Expressive writing therapy merupakan terapi menulis yang

digunakan untuk menyembuhkan dan juga untuk peningkatan

kesehatan mental. Dan secara umum tujuan dari expressive writing

therapy diantaranya:

1) Meningkatkan pemahaman bagi diri sendiri maupun orang lain

dalam bentuk tulisan dan literatur lain

2) Meningkatkan kreatifitas, ekspresi diri dan harga diri

3) Memperkuat kemampuan komunikasi dan interpersonal

4) Mengekspresikan suatu emosi yang berlebihan (katarsis) dan

menurunkan ketegangan
33

5) Meningkatkan kemampuan individu dalam menghadapi suatu

masalah dan beradaptasi (Davis & Kumolohadi, 2015).

4. Tahapan Expressive Writing Therapy

Ada beberapa tahap dalam melakukan expressive writing

therapy yaitu :

a. Recognition (Initial Write), pada tahap yang pertama ini

dimana responden diberi kesempatan untuk menulis secara

bebas dengan mengungkapkan perasaan yang dialaminya

b. Examination (Writing Exercise), yaitu untuk menggali

perasaan responden terhadap kondisi terkini yang di alaminya,

misalnya dimasa pandemi Covid-19, setelah menulis

responden diminta untuk membaca kembali tulisan yang ditulis

c. Juxtaposition (Feedback), tahap ini yaitu untuk mengetahui

bagaimana perasaan responden setelah menulis atau saat

membaca, dimana tulisan dapat dibaca, direfleksikan, atau

didiskusikan dengan orang lain

d. Aplication to the self, responden diminta untuk refleksi tentang

manfaat menulis dan masalah yang mereka ungkapkan dalam

tulisan tersebut (Prihati & Supriyanti, 2021).


34

E. Kerangka Teori

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka teori penelitian ini digambarkan

sebagai berikut : Covid-19

Dampak Psikologis

Stress Kecemasan Depresi

Tingkat kecemasan :
Kecemasan ringan
Kecemasan sedang
Kecemasan berat
panik

Penatalaksanaan

Farmakologi : Non Farmakologi :


Golongan obat Benzodiazepan
1. Terapi musik Relaksasi nafas dalam Distra
Golongan obat Serotonin Norepinefrin Reuptake (SNRI), Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI),
2. Aromaterapi
(TCAs).
3.
4.

5. Expressive Writing
Keterangan :
: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Teori “Pengaruh Expressive Writing Therapy


Terhadap Tingkat Kecemasan Remaja Dimasa Pandemi Covid-19”.
Sumber : ( Mohammad 2021 ; Nurhalimah 2016 )
35

F. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka dalam penelitian ini tentang

Pengaruh Expressive Writing Therapy Terhadap Tingkat Kecemasan Remaja

Pada Masa Pandemi Covid-19 di SMA Negeri 12 Padang

Ini digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengaruh Expressive Writing


Kecemasan Remaja
Therapy

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep pengaruh Expressive Writing Therapy


Terhadap Tingkat Kecemasan Remaja Pada Masa Pandemi Covid-19
di SMA 12 Negeri Padang
36

G. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan untuk

melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena

(Sugiyono, 2018).

Tabel 2.1
Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala


No. Operasional Ukur Ukur

1. Variabel Merupakan bentuk


Independen kegiatan yang - - - -
mengekspresikan
Terapi perasaan, pikiran
Expressive dan pengalaman
Writing yang kurang
menyenangkan
melalui metode
menulis
2. Variabel Gambaran rentang Kuesione Angket 1.Tidak cemas jika Ordinal
Dependen respon emosional r skor : < 14
terhadap perasaan menurut 2.Kecemasan
Kecemasan tidak pasti, tidak Hamilton ringan jika skor :
Remaja menyenangkan Anxiety 14 – 20
Akibat yang dirasakan Rating 3. Kecemasan
Pandemi remaja terhadap Scale sedang jika skor :
Covid-19 Covid-19 For 21 – 27
(HRS- 4. Kecemasan
A). berat jika skor :
28-41
5. Kecemasan berat
sekali jika skor :
42-56
37

i. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah dan

membutuhkan pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut

dapat diterima atau harus ditolak, berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan maka hipotesis yang di uji yaitu :

Ha : Ada pengaruh expressive writing therapy terhadap tingkat

kecemasan pada masa pendemi Covid-19 di SMA Negeri 12

Padang

H0 : Tidak ada pengaruh expressive writing therapy terhadap tingkat

kecemasan pada masa pandemi Covid-19 di SMA Negeri 12

Padang.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini disebut analitik kuantitif dengan rancangan quasy

experiment one-group pretest-posttest design yaitu peneliti melakukan

percobaan atau perlakuan terhadap variabel indepedenya, kemudian

mengukur akibat atau pengaruh dari percobaan tersebut pada variabel

dependen. Dalam hal ini mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara

melibatkan satu kelompok perlakuan (Notoatmodjo, 2016).

Tabel 3.1
Rancangan Quasy Eksperiment dengan desain One- Group Pre-
Test-Post-Test

Pretest Treatment Posttest

O1 X O2

Keterangan :

O1 : Kelompok perlakuan dengan pengukuran tingkat kecemasan

sebelum diberikan terapi expressive writing.

X : Perlakuan (pemberian terapi expressive writing)

O2 : Kelompok perlakuan dengan pengukuran tingkat kecemasan

sesudah diberikan terapi expressive writing

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian rencana akan dilakukan di SMA Negeri 12 Padang.

Perencanaan penelitian akan dilakukan pada April-Juni 2022. Pengumpulan

data dilakukan di SMA Negeri 12 padang.

38
39

C. Populasi dan Waktu Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri

12 Padang yaitu sebanyak 396 siswa.

2. Sampel

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah teknik purposive sampling, sesuai dengan kriteria sebanyak 30

sampel.

Tabel 3.2
Pengambilan Sampel Pada Masing-Masing Lokal

NO Lokal Jumlah Rumus Jumlah Sample


40
× 30 = 3,03 = 3
1 XI IPA 1 40 396 3 Orang

40
× 30 = 3,03 = 3
2 XI IPA 2 40 396 3 Orang

39
× 30 = 2,95 = 3
3 XI IPA 3 39 396 3 Orang

39
× 30 = 2,95 = 3
4 XI IPA 4 39 396 3 Orang

39
× 30 = 2,95 = 3
5 XI IPA 5 39 396 3 Orang

39
× 30 = 2,95 = 3
6 XI IPS 1 39 396 3 Orang

40
× 30 = 3,03 = 3
7 XI IPS 2 40 396 3 Orang

40
× 30 = 3,03 = 3
8 XI IPS 3 40 396 3 Orang

40
× 30 = 3,03 = 3
9 XI IPS 4 40 396 3 Orang
40

40
× 30 = 3,03 = 3
10 XI IPS 5 40 396 3 Orang

Jumlah 396 30 Orang

Prosedur pengambilan sampel dalam masing-masing lokal yaitu

dengan cara undian. Proses pengundianya adalah dengan membuat lot.

Setelah itu lot tersebut dikocok diambil angka jumlah sampel permasing-

lokal. Selanjutnya lot nama yang muncul atau tercabut itu yang akan

dijadikan sampel.

3. Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

1) Bersedia menjadi responden

2) Siswa dan siswi kelas XI SMA Negeri 12 Padang

3) Siswa dan siswi yang belum pernah dilakukan terapi expressive

writing

b. Kriteria Eklusi

1) Responden yang tidak hadir ke sekolah

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari responden. Data

primer peneliti menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti yaitu

kuesioner Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) dan juga

melekukan observasi/wawancara. Penelitian dilakukan pada bulan

April- Mei sebanyak 30 responden.


41

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari pihak lain seperti buku, artikel dan hasil

observasi dari siswa SMA Negeri 12 Padang.

3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

a. Tahap Pretest

1) Peneliti mengajukan surat permohonan pengambilan data dari

Stikes Alifah Padang yang ditujukan ke Sma Negeri 12 padang.

2) Setelah mendapatkan izin, penelitian menemui siswa dan siswi

Sma Negeri 12 Padang serta menjelaskan tujuan, manfaat,

prosedur dalam penelitian pada responden.

3) Selanjutnya menyeleksi responden yang memenuhi kriteria

inklusi.

4) Memberikan Informed consent kepada responden.

5) Mengisi data demografi responden melalui wawancara.

6) Mengukur tingkat kecemasan responden dengan memberikan

kuesioner penelitian.

b. Pemberian Terapi Expressive Writing

1) Meminta responden untuk berada dalam posisi rileks.

2) Memberikan terapi expressive writing kepada responden 1 tahap

selama 45 menit, pada point 1 dilakukan selama 15 menit, point

2 dilakukan selama 10 menit, ponit ke 3 dilakukan selama 10

menit, dan point ke 4 dilakukan selama 10 menit. Terapi

dilakukan sebanyak 4 tahap selama 4 hari.

Tahap-tahap yang dilakukan yaitu :


42

a) Pada tahap yang pertama ini dimana responden diberi

kesempatan untuk menulis secara bebas tanpa ada aturan

ejaan kata yang benar dengan mengungkapkan perasaan yang

dialaminya

b) Menggali perasaan responden terhadap kondisi terkini yang di

alaminya, misalnya dimasa pandemi Covid-19, setelah

menulis responden diminta untuk membaca kembali tulisan

yang ditulis

c) Mengetahui bagaimana perasaan responden setelah menulis

atau saat membaca, dimana tulisan dapat dibaca,

direfleksikan, atau didiskusikan dengan orang lain

d) Responden diminta untuk refleksi tentang manfaat menulis

dan masalah yang mereka ungkapkan dalam tulisan tersebut.

c. Tahap Postest

1) Setelah memberikan terapi expressive writing kepada responden,

peneliti kembali mengukur tingkat kecemasan responden dengan

memberikan kuesioner penelitian.

2) Peneliti memeriksa kelengkapan data yang sudah didapatkan

E. Teknik Pengelolahan Data

1. Editing, peneliti melakukan pemeriksaan ulang semua data yang telah

dikumpulkan. Pemeriksaan data dilakukan dengan cara menjumlahkan,

mengoreksi, mengedit dan pengeditan yang dilakukan pada saat

pengumpulan data.
43

2. Coding, pada proses coding peneliti telah melakukan pengubahan data

dari huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan sehingga mudah

dalam pengolahan data. Untuk pengkodean dengan tingkatan cemas

berat diberi kode 0, cemas sedang diberi kode 1, cemas ringan diberi

kode 2.

3. Procesing, Peneliti telah melakukan pemindahan dan memasukkan data

hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner HRS-A ke dalam

komputer untuk di proses menggunakan software statistik.

4. Entry, peneliti telah memasukkan seluruh data yang sudah didapat ke

dalam computer dengan cara di input dan di olah.

5. Cleaning, peneliti telah melakukan pengecekkan kembali semua data

yang sudah terkumpul apakah terdapat kesalahan atau tidak.

F. Teknik Analisa Data

Analisa data diolah dengan sistem komputerisasi, kemudian

dilakukan analisa dengan menggunakan analisa univariat dan analisa

bivariat.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap masing-

masing variabel dan hasil penelitian dan dianalisis untuk mendapatkan

gambaran distribusi dan presentase dari tiap variabel. Analisa data yang

disajikan adalah nilai statistik deskriptif meliputi mean (rata-rata) dan

standar deviasi untuk dua pengukuran (tingkat kecemasan siswa

sebelum dan sesudah diberikan terapi expressive writing).

2. Analisa Bivariat

Data diolah dengan cara komputerisasi untuk mengetahui

pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen yang


44
diteliti dengan
45

menggunakan uji non parametrik yaitu uji t test dependen Hasil

penelitian diperoleh ada pengaruh antara tingkat kecemasan sebelum

dan sesudah diberikan expressive writing therapy (Ha diterima).


DAFTAR PUSTAKA

Asare Vitenu-Sackey, P., & Barfi, R. (2021). The Impact of Covid-19 Pandemic
on the Global Economy: Emphasis on Poverty Alleviation and Economic
Growth. The Economics and Finance Letters, 8(1), 32–43.
https://doi.org/10.18488/ journal.29.2021.81.32.43
Asmawati. 2022. Pengaruh Terapi Spiritual Qur’anic Freedom Technique
(SQEFT) Terhadap Ansietas dan Kadar Kortisol Darah Pada Residen Napza.
Makassar : Massagena Pres
BPS, B. P. S. (2021). Hasil Survei Kegiatan Usaha Pada Masa Pandemi COVID-
19.https://www.bps.go.id/publication/2021/12/20/6f33d7296975e65db707fad
e/hasil-survei-kegiatan-usaha-pada-masa-pandemi-covid-19.html
Coibion, O., Gorodnichenko, Y., & Weber, M. (2020). Labor Markets During the
COVID-19 Crisis: A Preliminary View. SSRN Electronic Journal. https://doi.
org/10.2139/ssrn.3574736
Dari, D., Kepribadian, T., & Dan, I. (2017). Shanaz N. A.M. , IGAA Noviekayati,
Tatik M. 98–110.
Dinkes Provinsi Sumatera Barat. 2020. “Profil Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat Terkait Ansietas”
Faruqi, A., Shabrina, F. R., Almira, D. R., Putri, S. A., Ramadhani, N. N., & Qudsyi,
H. (2021). Pengaruh Expressive Writing Terhadap Penurunan Depresi Pada
Mahasiswa. Univeritas Islam Indonesia, April.
Fatimah Azzahra, Rasmi Zakiah Oktarlina, H. B. K. H. (2020). 44-Article Text-
246-1-10-20200226.pdf. In Farmakoterapi Gangguan Ansietas dan
Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Efikasi Ansietas: Vol. 8 No. 1 (pp. 96–
103). https://bapin-ismki.e-journal.id/jimki/article/download/44/23/
Fitria, L. I. (2021). Kecemasan Remaja pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
PenelitianPerawatProfesional3(3),483492.https://doi.org/10.37287/jppp.v3i3
.530
Guo, Y., Cao, Q., Hong, Z., Tan, Y., Chen, S., Jin, H., Tan, K., Wang, D., & Yan,
Y. (2020). The origin , transmission and clinical therapies on coronavirus
disease 2019 ( COVID-19 ) outbreak – an update on the status. 1–10.
Hafilda, F. N., Utami, R. D. P., & Irdianty, M. S. (2020). Pengaruh Terapi
Expressive Writing Terhadap Tingkat Kecamasan Mahasiswa Tingkat Akhir
Sarjana Keperawatan Di Universitas Kusuma Husada Surakarta. Universitas
Kusuma Husada Surakarta, 56. http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/
603/1Naskah Publikasi_Fiola Nurul.pdf
Imam Mahfud, A. G. (2020). Survey Of Student Anxiety Levels During The
Covid- 19 Pandemic (Vol. IV). Jurnal Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan. doi:https://doi.org/10.33503/jp.jok.v4i1.1103
Kemendikbud. (2022). Jumlah Data Satuan Pendidikan (Sekolah) Per
Kabupaten/Kota : Kota Padang. https://referensi.data.kemdikbud.go.id/index
11.php?kode=086100&level=2
Menkes, 2020. (2020). KMK No. HK.01.07/MenKes/413/2020 PEDOMAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN CORONAVIRUS DISEASE
2019
(COVID-19). MenKes/413/2020, 2019, 207. https://persi.or.id/wp-content/
uploads/2020/03/kmk2472020.pdf
Mohammad Fatkhul Mubin1, Sugeng Eko Irianto2, Livana PH3*, Sri Mulyani3, A.
K. (2019). Kecemasan Dan Kepatuhan Remaja Putri Menghadapi Kebiasaan
Baru Pada Masa Pandemi Covid-19 Mohammad. Https://Journal.Ppnijateng.
Org/Index.Php/Jikj, 53(9), 1689–1699. https://journal.ppnijateng.org/index.
php/jikj/article/view/1361/609
Moynihan, R., Sanders, S., Michaleff, Z. A., Scott, A. M., Clark, J., To, E. J., Jones,
M., Kitchener, E., Fox, M., Johansson, M., Lang, E., Duggan, A., Scott, I., &
Albarqouni, L. (2021). Impact of COVID-19 pandemic on utilisation of
healthcare services: A systematic review. BMJ Open, 11(3), 11–17.
https://doi.org/10.1136/bmjopen-2020-045343
Murtiwidayanti, S. Y., & Ikawati, I. (2021). Kecemasan Masyarakat Dalam
Menghadapi Pandemi Covid-19. Sosio Konsepsia, 10(3), 227–240.
https://doi. org/10.33007/ska.v10i3.2353
Muyasaroh, H. (2020). Kajian Jenis Kecemasan Masyarakat Cilacap dalam
menghadapi Pandemi Covid 19.
Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
nurliza siregar, S. (2021). Dampak pandemi covid 19 terhadap aktivitas fisik pada
masyarakat. Osf Preprints, 2019. http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/r54zh
Notoatmodjo, S. 2016. Metodologi Penelitian Kesehatan. 2nd ed. Jakarta: Rineka
Cipta.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). (2020). RESPIROLOGI
INDONESIA. CPD Infection, 3(1), 9–12.
Pennebaker, J. ., & J.M, S. (2016). Opening up by writing it down: How
Expressive Writing Improves Health and Eases Emotional Pain. New York
London:The Guilford Press.
Pratama, D., & Sari, Y. P. (2021). Karakteristik perkembangan remaja.
Edukasimu.Org, 1(3), 1–9.
Prihati, D. R., & Supriyanti, E. (2021). Terapi Expressive Writing Terhadap
Tingkat Kecemasan Remaja Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Keperawatan, 13(4), 859–866.
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan
Riskesdas. 2020. “Profil Kesehatan Indonesia.” (Https://Pusdatin.Kemkes.Go.Id/
Resources/Download/Pusdatin/Profil-Kesehatan-Indonesia/Profil-
Kesehatan-Indonesia-2019.Pdf).
Rohmah, L. F., & Pratikto, H. (2019). Expressive Writing Therapy Sebagai Media
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Pada
Pasien Skizofrenia Hebefrenik. Psibernetika, 12(1), 20–28. https://doi.org/
10.30813/psibernetika.v12i1.1584
Ruskandi, J. H. (2021). Jurnal Penelitian Perawat Profesional. KECEMASAN
REMAJA PADA MASA PANDEMI COVID-19, 3(Agustus), 653–660.
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP
Saputro, H., and I. Fazrin. 2017. “ Penurunan Tingkat Ansietas Anak Akibat
Hospitalisasi Dengan Penerapan Terapi Bermain. JKI (Jurnal Konseling
Indonesia) .” (Https://Doi.Org/10.21067/Jki.V3i1.1972).
Suryaatmaja, D. J. C., & Wulandari, I. S. M. (2020). Hubungan Tingkat
Kecemasan Terhadap Sikap Remaja Akibat Pandemik Covid-19. Malahayati
Nursing
Journal, 2(4), 820–829. https://doi.org/10.33024/manuju.v2i4.3131
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Sinto,
R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Khie, L., Widhani, A., Wijaya,
E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F., Jasirwan, O. M., Yunihastuti, E.,
Penanganan, T., New, I., … Cipto, R. (2020). Coronavirus Disease 2019 :
Tinjauan Literatur Terkini Coronavirus Disease 2019 : Review of Current
Literatures. 7(1), 45–67.
Sugihartiningsih. 2016. “ Gambaran Tingkat Ansietas Orang Tua Terhadap
Hospitalisasi Anak Di RSUD Dr. Moewardi.”
Suwandi, G. R., & Malinti, E. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan
Tingkat Kecemasan Terhadap Covid-19 Pada Remaja Di SMA Advent
Balikpapan. Malahayati Nursing Journal, 2(4), 677–685. https://doi.org/
10.33024/manuju.v2i4.2991
Tafet, Gustavo E., and Charles B. Nemeroff. 2020. “Pharmacological Treatment
of Anxiety Disorders: The Role of the HPA Axis.” Frontiers in Psychiatry 11.
Tateno, Y., & Zoundi, Z. (2021). Estimating the Short-term Impact of the COVID-
19 Pandemic on Poverty in Asia-Pacific LDCs. March.
WHO (World Health Organization). (2019). Our World In Data : Mental Healt.
https://ourworldindata.org/mental-health#empirical-view

Anda mungkin juga menyukai