Anda di halaman 1dari 82

SKRIPSI

GAMBARAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DALAM


MENERAPKAN PROTOKOL KESEHATAN
DI SMPN 1 TABANAN

NURLINDA SALSA IA

FALKUTAS KESEHATAN 
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2022

i
SKRIPSI

GAMBARAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DALAM


MENERAPKAN PROTOKOL KESEHATAN
DI SMPN 1 TABANAN

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


pada Institut Teknologi dan Kesehatan Bali

NURLINDA SALSA IA
NIM. 17C10151

FALKUTAS KESEHATAN 
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2022

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan penelitian dengan judul “Gambaran Perilaku Anak Sekolah dalam


Menerapkan Protokol Kesehatan di SMPN 1 Tabanan”, telah mendapatkan
persetujuan pembimbing untuk diajukan dalam ujian laporan penelitian.

Denpasar, 23 Januari 2022

Pembimbing I Pembimbing II

.
I Ketut Swarjana, SKM.,MPH., Dr.Ph I.B.Maha Gandamayu, MPH
NIDN: 0807087401 NIDN: 0817128501

ii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji dan Program Studi Sarjana
Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Bali pada Tanggal Juni 2022

Panitia Penguji Skripsi Berdasarkan SK Ketua Itekkes Bali

Nomor : …………

Ketua : I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kep., M.Ng., Ph.D. ………………


NIDN. 0823067802

Anggota :

1.

iii
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Gambaran Perilaku Anak Sekolah dalam Menerapkan


Protokol Kesehatan di SMPN 1 Tabanan” telah disajikan di depan dewan
penguji pada tanggal Juni dan telah diterima serta disahkan oleh Dewan
Penguji Skripsi dan Rektor Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEKKES) Bali

Denpasar, Juni 2022

Disahkan Oleh

Dewan Penguji Skripsi

Menyetujui
Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali
Rektor

I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng.,Ph.D.


NIDN. 0823067802

iv
FORMAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Nurlida Salsas IA
NIM : 17C10151

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul


“Gambaran Perilaku Anak Sekolah dalam Menerapkan Protokol Kesehatan
di SMPN 1 Tabanan” yang saya tulis ini adalah benar-benar hasil karya saya
sendiri, sumber semua baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah
dicantumkan dengan benar. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa
skripsi adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, tanpa adanya
tekanan dan paksaan dari pihak maupun serta bersedia mendapat sanksi akademik
jika dikemudian hari pernyataan ini tidak benar

Dibuat : Denpasar
Pada Juni 2022
Yang menyatakan

Nurlida Salsa IA
.

v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEKES)


Bali, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dyah Sastra Devi
NIM : 18C10093
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui memberikan kepada
ITEKES Bali Hak Bebas Royalty Nonekslusif (Non-exclusive Royalty Free Right)
atas karya saya yang berjudul “Gambaran Perilaku Anak Sekolah dalam
Menerapkan Protokol Kesehatan di SMPN 1 Tabanan”
Dengan Hak Bebas Royalty Nonekslusif ini ITEKES Bali berhak
menyimpan, mengalih media/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan Skripsi saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Denpasar
Pada tanggal : Mei 2022
Yang menyatakan

Nurlida Salsa IA

vi
vii

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul
“Gambaran Perilaku Anak Sekolah dalam Menerapkan Protokol Kesehatan di
SMPN 1 Tabanan”.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapat bimbingan,
pengarahan, dan bantuan dari semua pihak sehingga laporan ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D selaku rektor
Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali yang telah memberikan izin dan
kesempatan kepada penulis menyelesaikan laporan ini.
2. Ibu Ns. Ni Luh Putu Dina Susanti, S.Kep., M.Kep. selaku Wakil Rektor
(Warek) I Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan
izin dan kesempatan pada penulis menyelesaikan laporan ini.
3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep., MNS selaku Wakil Rektor
(Warek) II Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah
memberikan izin dan kesempatan pada penulis menyelesaikan laporan
ini.
4. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto, S.Kep., MNS selaku Dekan Fakultas
Kesehatan yang memberikan dukungan kepada penulis.
5. Ibu Ns. A.A.A. Yuliati Darmini, S.Kep., MNS selaku Ketua Program
Studi Sarjana Keperawatan yang memeberikan dukungan moral dan
perhatian kepada penulis.
6. Ibu Putu Inge Ruth Suantika, S.Kep., M.Kep selaku wali kelas yang
memberikan motivasi dan dukungan moral kepada penulis.
7. Bapak I Ketut Swarjana, SKM., MPH., Dr.Ph selaku pembimbing I yang
telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan laporan ini.

viii
ix

8. Bapak I.B Maha Gandamayu, MPH selaku pembimbing II yang juga


telah banyak memberikan dukungan moral dan perhatian kepada
penulis.

ix
9. Seluruh keluarga terutama Ibu, Bapak, Adik, Kakek, dan Nenek yang
banyak memberikan dukungan serta dorongan moral dan materiil
hingga selesainya laporan ini.
10. Teman-teman terdekat penulis yang selalu memberikan dukungan dan
memberi semangat sehingga laporan ini dapat diselesaikan.
11. Untuk Rendy dan Meydinia ega yang selalu memberikan dukungan
hingga selesainya laporan ini.
12. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih belum sempurna,
untuk itu dengan hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya
konstruktif untuk kesempurnaan laporan ini.

Denpasar, 17 Januari 2022

Penulis

(Nurlinda Salsa IA)


17C10151

x
Gambaran Perilaku Anak Sekolah dalam Menerapkan Protokol Kesehatan
di SMPN 1 Tabanan

Nurlida Salsa IA
Fakultas Kesehatan
Program Studi Sarjana Keperawatan
Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali
Email:

ABSTRAK

Latar Belakang: Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar yang dilakukan


pemerintah menyebabkan banyak siswa belajar secara daring selama beberapa
bulan terakhir. Setelah itu, siswa mulai untuk belajar normal kembali dan ini
menimbulkan kekhawatiran kepada peneliti akan kesiapan dan perilaku siswa
dalam menerapkan protokol kesehatan di sekolah guna menyambut new normal
Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan perilaku protokol
kesehatan di kalangan siswa khususnya siswa SMPN 1 Tabanan.
Metode: Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
analitik komparatif dengan pendekatan deskriptif. Sampel penelitian berjumlah
sebanyak 296 siswa dengan purposive sampling. Data dikumpulkan dengan
kuesioner google form.
Hasil: Hasil penelitian ini menyatakan bahwa sebagian besar responden berada
pada usia 13 tahun dan berjenis kelamin perempuan, serta memiliki perilaku
protokol kesehatan yang baik dengan jumlah 47,3%, sedangkan perilaku yang
cukup berjumlah 44,6% dan perilaku yang kurang berjumlah 8,1%.
Kesimpulan: Mayoritas siswa sudah menerapkan perilaku kesehatan yang baik,
sehingga kepada pihak sekolah untuk selalu memantau dan memberikan promosi
kesehatan kepda siswa untuk konsisten melakukan prokes dimanapun berada.
Disarankan kepada pihak institusi agar selalu memberikan edukasi dan promosi
kesehatan kepada para siswa mengenai pentingnya penerapan protokol kesehatan
di masa panedmi Covid-19, dan kepada orang tua agar dapat selalu mengawasi
kegiatan anak di rumah dan membatasi aktivitas di luar agar tidak tertular
penyakit dan virus Covid-19

Kata Kunci: Kepatuhan, protokol kesehatan, sekolah, rumah.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN.........................................................................i


PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENELITIAN............iii
ABSTRAK............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.........................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................6
A. Konsep Dasar Perilaku..............................................................................6
B. Konsep Dasar Anak...................................................................................15
C. Konsep Dasar Protokol Kesehatan............................................................19
D. Penelitian Terkait.......................................................................................22
BAB III KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN..............25
A. Kerangka Konsep......................................................................................25
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...........................................26
BAB IV METODE PENELITIAN.....................................................................28
A. Desain Penelitian.......................................................................................28
B. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................28
C. Populasi, Sampel dan Sampling................................................................28
D. Pengumpulan Data.....................................................................................36
E. Analisa Data..............................................................................................36
F. Etika Penelitian..........................................................................................40

xii
xiii

BAB V HASIL PENELITIAN............................................................................43


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.........................................................43
B. Hasil Penelitian..........................................................................................43
BAB VI PEMBAHASAN....................................................................................47
A. Karakteristik..............................................................................................47
B. Gambaran Penerapan Protokol Kesehatan................................................48
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................50
A. Kesimpulan................................................................................................50
B. Saran..........................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Gambaran Dukungan Keluarga terhadap anak


dengan down syndrome.........................................................................................26

Tabel 4.1 Jumlah sampel diperlukan pada setiap kelas dengan metode stratified
sampling................................................................................................................30

Tabel 4.1 Kisi-kisi kuesioner kepatuhan protokol kesehatan................................36

Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin................43

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi pertanyaan protokol kesehatan.............................44

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi penerapan protokol kesehatan...............................45

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan indikator protokol kesehatan............46

Tabel 5.5 Tabulasi silang karakteristik dengan perilaku.......................................47

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka konsep gambaran perilaku anak sekolah dalam menerapkan
protocol kesehatan di sekolah menengah pertama................................................25

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian


Lampiran 2. Instrumen Penelitian 
Lampiran 3. Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pandemi Covid-19 merupakan musibah global yang menyerang
hampir semua negara di dunia tidak terkecuali Indonesia. Wuhan yang
merupakan kota pertama yang terkonfirmasi tertular dengan virus ini,
tepatnya terjadi pada tanggal 31 Desember 2019 di Negara China (Lee, 2020).
Sehingga Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut gejala ini sebagai
pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020, Indonesia menyebut peristiwa
ini sebagai bencana Nasional (Fasila, 2021). Walaupun pandemi virus corona
masih berlangsung, berbagai negara di dunia termasuk Indonesia mulai
menyusun dan menerapkan kebijakan-kebijakan tertentu agar aktivitas warga
negaranya dapat berjalan kembali, salah satu yang menjadi sorotan adalah
soal pembukaan sekolah (Mada, 2021).
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2021 bahwa
penerapan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di
wilayah level satu sampai dengan tiga, membuka kesempatan bagi satuan
pendidikan melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas dengan
izin dari pemerintah daerah. Dari 514 kabupaten/kota, 471 daerah di
antaranya berada di wilayah PPKM level 1-3. Jika dihitung dari jumlah
sekolah sebanyak 540 ribu sekolah, 91 persen di antaranya diperbolehkan
melakukan PTM terbatas. Sehingga terdapat 490.217 sekolah yang
diperbolehkan (Ariza, 2021).
Saat ini provinsi Aceh menduduki peringkat teratas di seluruh
Indonesia dalam pelaksanaan PTM terbatas, yaitu sebanyak 81 persen. Secara
nasional, sekolah yang sudah melakukan PTM terbatas berjumlah 50 persen
dari jumlah sekolah yang sudah diizinkan melakukan PTM terbatas. Provinsi
Bali saat ini menerapkan PPKM level 3 dimana ada dua opsi pembelajaran
yang biasa disebut hybrid, yaitu pembelajaran tatap muka terbatas dengan
50% peserta, dan pembelajaran jarak jauh atau daring.

1
2

Pelaksanaan PTM ini juga mewajibkan beberapa syarat. Bagi sekolah


yang akan melakukan PTM terbatas ada beberapa prosedur kriteria yang
wajib dilaksanakan. Yaitu, sekolah memiliki alat-alat protokol kesehatan,
thermogun, hand sanitizier, tempat cuci tangan. Pembelajaran tatap muka
hanya diberi waktu 1,5 jam. Untuk kantin harus ditutup, pemisahan jarak
(antar siswa) 1,5 meter, dan seterusnya. Dan yang terakhir adalah harus ada
izin dari orangtua siswa. Kalau memang diizinkan buat surat izin, kalau
memang tidak diizinkan, tetap si anak mendapatkan hak pelayanan
pendidikan melalui daring (Kemenkes RI, 2021).
Menurut Munro & Faust (2020) menyatakan bahwa bahwa proses
pembukaan kembali sekolah dapat mulai dilakukan secara bertahap, asalkan
tetap diikuti oleh berbagai langkah pencegahan penyebaran virus corona.
Yakob (2020) menyatakan bahwa, salah satu cara pencegahan penyebaran
Covid-19 adalah disiplin mencuci tangan dengan sabun. Cara ini juga harus
dikenalkan dan mulai diajarkan kepada anak-anak. Kabar baiknya, virus ini
dapat mati jika mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, atau
menggunakan hand sanitizer yang mengandung alkohol dengan kadar
setidaknya 70%. Jadi, apabila ada droplet yang mengandung virus corona
menempel di tangan, virus ini dapat hilang dengan cuci tangan sehingga tidak
tertular.
Selain itu, upaya untuk menekan penyebaran virus Covid-19 adalah
dengan komitmen pemerintah Indonesia untuk menekankan sebuah kebijakan
yang serius untuk memutus lingkaran musibah global ini dengan memberikan
himbauan kepada masyarakat Indonesia agar merapkan program 3M
(memakai masker, mencuci tangan atau penggunaan hand sanitizer, menjaga
jarak) (Apriliany, 2021). Persoalan yang muncul pada penerapan program 3M
oleh pemerintah terjadi pada anak sekolah dasar yang notabene sebagai
penderita penyakit Covid-19 terbesar pada tingkatan sekolah di Indonesia
(Maywati, 2021).
3

Anak usia sekolah merupakan kelompok yang rentan mengalami


penularan Covid-19 mengingat daya tahan tubuhnya yang lebih lemah.
Perlindungan bagi anak-anak dan fasilitas-fasilitas pendidikan sangatlah
penting. Diperlukan kewaspadaan untuk mencegah kemungkinan penyebaran
Covid-19 di sekolah; tetapi, hal ini harus dilakukan dengan hati-hati agar
tidak terjadi stigma pada pelajar dan staf yang terpapar virus ini (Yuliza,
2021). Pendidikan dapat mendorong para pelajar menjadi pendukung
pencegahan dan pengendalian penyakit di rumah, di sekolah, dan di
masyarakatnya dengan cara berbagi dengan orang lain caracara mencegah
penyebaran virus. Tetap menjalankan sekolah dengan cara yang aman atau
membuka kembali sekolah setelah ditutup sementara perlu banyak
dipertimbangkan, tetapi jika dilakukan dengan baik, dapat meningkatkan
kesehatan masyarakat (Mada, 2021).
Covid-19 bisa menular dimana saja terutama melalui benda-benda
yang sering disentuh, misalnya uang, gagang pintu, atau permukaan meja.
Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, mulai dari anak-anak, remaja,
dewasa hingga lansia, tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau bahkan fatal
bila terjadi pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang yang memiliki penyakit
tertentu, perokok, atau orang yang daya tahan tubuhnya lemah, misalnya pada
penderita kanker. Karena mudah menular, virus Corona juga berisiko tinggi
menginfeksi para tenaga medis yang merawat pasien Covid-19. Oleh sebab
itu, para tenaga medis dan orang-orang yang sering kontak dengan pasien
Covid-19 perlu menggunakan alat pelindung diri (APD) (Wijayanto, 2020)
Menurut penelitian dari Dhea (2021) bahwa hasil penelitian
menunjukan pengetahuan remaja sudah cukup baik terkait protokol
kesehatan, gejala, dampak, cara penularan Covid-19. Sikap remaja dalam
menerapkan protokol kesehatan 3M menunjukan sikap positif. Faktor
eksternal orang tua tidak sepenuhnya mempengaruhi perilaku remaja
menerapkan protokol kesehatan 3M. Faktor teman sebaya dan media sosial
berpengaruh besar dalam menerapkan protokol kesehatan 3M. Selain itu,
menurut penelitian Pramesti (2020) bahwa dari 92 responden, yang memiliki
pengetahuan baik 91,3%, responden yang memiliki pengetahuan cukup
4

sebanyak 7,6%, dan responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak


1,1%. Sedangkan sikap remaja mengenai protokol kesehatan pada masa
pandemi COVID-19 yang memiliki sikap positif sebanyak 50% dan
responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 50%. Kesimpulannya adalah
pengetahuan remaja mengenai protokol kesehatan COVID-19 secara umum
baik, namun pada sikap terdapat sebagian positif dan sebagian negatif, untuk
meningkatkan kedisiplinan remaja dalam menerapkan protokol kesehatan
pihak desa dapat bekerjasama dengan petugas kesehatan untuk melakukan
promosi kesehatan serta SATGAS COVID-19 selalu mengkampanyekan
protokol kesehatan pada masa pandemi COVID-19.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti ke
SMPN 1 Tabanan, peneliti memilih anak siswa SMP karena pada usia ini
merupakan masa transisi dari anak-anak menuju remaja sehingga anak
mengalami perubahan emosi yang berpengaruh ke perilakunya (Ramdani,
2016). Pada usia anak yang memasuki masa SMP, sang anak sudah siap
menjalankan aturan baru sekolah yang mewajibkan penerapan protocol
kesehatan. Pada SMPN 1 Tabanan, terdapat 296 siswa yang akan diteliti
dimana beberapa siswa tampak masih belum menerapkan protocol kesehatan
atau prokes secara maksimal, karena peneliti masih melihat beberapa anak
mengenakan masker di bawah hidung, atau banyak anak yang masih jajan di
luar tanpa mencuci tangan dahulu sebelum makan. Maka berdasarkan uraian
di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai masalah
gambaran perilaku anak sekolah dalam menerapkan protokol kesehatan di
SMPN 1 Tabanan

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran perilaku anak sekolah dalam menerapkan
protocol kesehatan di SMPN 1 Tabanan?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
5

Mengetahui gambaran perilaku anak sekolah dalam menerapkan


protokol kesehatan di SMPN 1 Tabanan
2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi gambaran perilaku anak sekolah dalam
menerapkan protokol kesehatan di SMPN 1 Tabanan berdasarkan usia,
jenis kelamin dan indikator protokol kesehatan berdasarkan : memakai
masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan,
mengurangi mobilitas.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan terhadap pembaca khususnya keperawatan anak tentang
perilaku anak sekolah dalam menerapkan protokol kesehatan di SMPN 1
Tabanan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Orang Tua
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman
orang tua dalam merawat dan membimbing anak tentang perilaku
anak sekolah dalam menerapkan protocol kesehatan di sekolah
b. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi masukan dan referensi
dalam mengasuh, mendidik dan mengawasi perilaku anak sekolah
dalam menerapkan protocol kesehatan di sekolah
c. Bagi Instansi Pendidikan
Dihadapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang keperawatan
anak tentang perilaku anak sekolah dalam menerapkan protokol
kesehatan di sekolah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Perilaku


1. Pengertian Perilaku
Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang
dalam melalukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan
kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini. Perilaku manusia pada
hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia baik yang diamati
maupun tidak dapat diamati oleh interaksi manusia dengan lingungannya
yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku
secara lebih rasional dapat diartikan sebagai respon organisme atau
seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek tersebut. Respon ini
terbentuk dua macam yakni bentuk pasif dan bentuk aktif dimana bentuk
pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan
tidak secara langsung dapat dilihat dari orang lain sedangkan bentuk aktif
yaitu apabila perilaku itu dapat diobservasi secara langsung (Adventus,
2019).
Menurut Notoatmodjo (2017) perilaku dari segi biologis adalah
suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku
manusia dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang sangat kompleks
sifatnya, antara lain perilaku dalam berbicara, berpakaian, berjalan,
persepsi, emosi, pikiran dan motivasi. Menurut Skiner dalam Notoatmodjo
(2014) merumuskan respon atau reaksi seorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon, maka
teori Skiner ini disebut “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respon.
2. Respon Perilaku
Menurut Blum dalam Adventus (2019) seorang ahli psikologi
pendidikan membagi perilaku kedalam tiga kawasan yaitu kawasan
tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian

6
7

kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikannya itu


mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku, yang terdiri
dari : ranah kognitif (cognitive domain) ranah afektif (affective domain),
dan ranah psikomotor (psychomotor domain).
Skinner dalam Inten (2018) membedakan adanya dua respon, yaitu:
a. Respondent response (reflexsive) yakni respon yang ditimbulkan
oleh rangsangan- rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus ini
disebut eleciting stimulation karena menimbulkan respon yang
relatif tetap, misalnya makanan yang lezat menimbulkan keinginan
untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan
sebagainya. Responden response ini juga mencangkup perilaku
emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih dan
menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraanya dengan
mengadakan pesta dan sebagainya.
b. Operant response (instrumental response) yakni respon yang
timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau
perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulator
dan reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya seorang
petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon
terhadap uraian tugasnya) kemudian memperoleh penghargan diri
atasannya maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi
dalam melaksanakan tugasnya.
Menurut Damayanti (2020) dilihat dari bentuk respon
terhadap stimulus ini maka perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup (convert behavior) yakni respon seseorang
terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(convert). Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain.
8

b. Perilaku terbuka (overt behavior) yakni respon seseorang terhadap


stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktik, dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Green dalam Damayanti (2020) kesehatan
seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu:
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non-behavior
causes). Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor,
yakni:
a. Faktor predisposisi (predisposing factors).
Faktor ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan
sebagainya. Contohnya dapat dijelaskan sebagai berikut, untuk
berperilaku kesehatan misalnya pemeriksaan kesehatan bagi ibu
hamil, diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang
manfaat pemeriksaan kehamilan baik bagi kesehatan ibu sendiri
maupun janinnya. Kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat
juga kadang-kadang dapat mendorong atau menghambat ibu untuk
pemeriksaan kehamilan. Misalnya, orang hamil tidak boleh
disuntik (periksa kehamilan termasuk memperolah suntikan anti
tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-
faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya
perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.
b. Faktor pendukung (enabling factors).
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat
pembuangan tinja ketersediaan makanan yang bergizi, dan
sebagainya, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti
9

puskesmas, rumah sakit (RS), poliklinik, pos pelayanan terpadu


(Posyandu), pos poliklinik desa (Polindes), pos obat desa, dokter
atau bidan praktik swasta, dan sebagainya. Masyarakat perlu sarana
dan prasarana pendukung untuk berperilaku sehat. Misalnya
perilaku pemeriksaan kehamilan, ibu hamil yang mau periksa
kehamilan tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat
pemeriksaan kehamilan melainkan ibu tersebut dengan mudah
harus dapat memperoeh fasilitas atau tempat periksa kehamilan,
misalnya Puskesmas, Polides, bidan praktik, ataupun RS. Fasilitas
ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya
perilaku kesehatan, maka faktor faktor ini disebut faktor
pendukung atau faktor pemungkin. Kemampuan ekonomi juga
merupakan faktor pendukung untuk berperilaku kesehatan.
c. Faktor penguat (reinforcing factors).
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk
petugas kesehatan, termasuk juga di sini Undang-undang,
peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah,
yang terkait dengan kesehatan. Masyarakat kadang- kadang bukan
hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas
saja dalam berperilaku sehat, melainkan diperlukan juga perilaku
contoh atau acuan dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan
para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Undang-undang
juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut,
seperti perilaku memeriksakan kehamilan dan kemudahan
memperoleh fasilitas pemeriksaan kehamilan. Diperlukan juga
peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil
melakukan pemeriksaan kehamilan.
4. Pembentukan Perilaku
Menurut Notoatmodjo dalam Damayanti (2020) dari pengalaman
dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan
10

akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan


pengetahuan. Penulisan Roger mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness : Orang (subjek) menyadari dalam arti dapat
mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.
b. Interest : Orang ini sudah mulai tertarik kepada stimulus yang
diberikan. Sikap subyek sudah mulai timbul.
c. Evaluation : Orang tersebut mulai menimbang-nimbang baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya sendiri. Berarti sikap
responden sudah mulai lebih baik.
d. Trial : Orang (subjek) mulai mencoba perilaku baru sesuai dengan
apa yang dikehendaki stimulus.
e. Adoption : Orang (subjek) tersebut telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru melalui tahap seperti diatas,
yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng
5. Domain Perilaku
Menurut Benyamin Bloom dalam Adventus, dkk (2019) seorang
ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam tiga
domain, sesuai dengan tujuan pendidikan. Perilaku terbagi dalam tiga
domain yaitu :
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera
pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai
tingkatan, yakni :
11

1) Tahu (know), tahu artinya sebagai mengingat sesuatu materi


yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam
pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.
2) Memahami (comprehension), memahami diartikan sebagai
suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut
secara benar.
3) Aplikasi (application), aplikasi diartikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenernya.
4) Analisis (analysis), suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen,
tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tesebut, dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (syhthesis), sintesis menunjuk kepada suatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation), evaluasi ini berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
b. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Dalam kehidupan sehari-hari,
sikap merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus
sosial. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap
mempunyai tiga komponen pokok, yakni :
12

1) Keperayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu


objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap
suatu objek
3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) Sikap
terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :
4) Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa orang
(subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi, dapat dilihat
dari kesediaan dan perhatian seseorang terhadap ceramah-
ceramah.
5) Merespon (responding), memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Suatu usaha
untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas
yang diberikan berarti orang dapat menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkatan yang ketiga. Misalnya : seorang ibu yang
mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbang anaknya ke
Posyandu.
4) Bertanggung jawab (responsible), bertanggu jawab atas
segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
c. Praktek atau tindakan (practice)
Tindakan terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :
1) Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai
objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil
merupakan tindakan tingkat pertama.
13

2) Respon terpimpin (guided respons), dapat melakukan


sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan
contoh merupakan indicator tindakan tingkat kedua.
3) Mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah dapat
melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah
mencapai tindakan tingkat ketiga.
4) Adaptasi (adaptation), adaptasi adalah suatu praktek atau
tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
6. Klasifikasi Perilaku
Menurut Becker dalam Damayanti (2020) perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Perilaku sehat (health behavior) adalah hal–hal yang berkaitan
dengan tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Adapun
beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu:
1) Makan dengan menu seimbang.
2) Kegiatan fisik secara teratur dan cukup.
3) Tidak merokok dan minum – minuman keras serta
menggunakan narkoba.
4) Istirahat yang cukup
5) Pengendalian atau menejemen stress
6) Perilaku dan gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan.
b. Perilaku sakit (illness behaviour) adalah segala tindakan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang individu sakit, untuk
merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakitnya.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour) adalah segala
tindakan yang dilakukan oleh seseorang individu yang sedang sakit
untuk memperoleh kesembuhan.Perilaku peran sakit antara lain :
1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
14

2) Tindakan untuk mengenal fasilitas kesehatan yang tepat


untuk memperoleh kesembuhan.
3) Melakukan kewajibannya sebagai pasien antara lain
memenuhi nasihat-nasihat dokter atau perawat untuk
mempercepat kesembuhannya.
4) Tidak melalukan sesuatu yang merugikan bagi proses
penyembuhan.
5) Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya
7. Perubahan Perilaku
Menurut Hosland, dkk dalam Damayanti (2020) perubahan
perilaku pada hakekatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses
perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu
yang terdiri dari:
a. Stimulus atau rangsangan yang diberikan pada organisme dapat
diterima atau ditolak. Stimulus yang tidak diterima atau ditolak
berarti stimulus itu tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian
individu dan berhenti di sini. Stimulus yang diterima oleh
organisme berarti ada perhatian individu dan stimulus tersebut
efektif.
b. Stimulus yang telah mendapatkan perhatian dari organisme maka
rangsangan ini akan dimengerti dan dilanjutkan pada proses
berikutnya.
c. Organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan
untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya atau
bersikap.
d. Akhirnya dengan fasilitas dan dorongan dari lingkungan maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut
atau perubahan perilaku.
8. Pengukuran Perilaku
Menurut Notoatmodjo dalam Damayanti (2020) ada dua cara
dalam melakukan pengukuran perilaku yaitu :
15

a. Perilaku dapat diukur secara langsung yakni wawancara terhadap


kegiatan yang dilakukan beberapa jam, hari, bulan yang lalu
(recall)
b. Perilaku yang diukur secara tidak langsung yakni, dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Perilaku terdiri dari tiga domain diantaranya pengetahuan, sikap
dan tindakan. Berikut cara pengukuran dari masing masing domain
sebagai berikut :
a. Pengukuran pengetahuan Menurut Arikunto dalam Putri (2016)
menyatakan bahwa tingkat pengetahuan ini dapat dinilai dari
penguasaan seseorang terhadap objek atau materi tes yang bersifat
objektif maupun essay. Penilaian secara objektif seseorang akan
diberikan pertanyaan tentang suatu objek atau pokok bahasan yang
berupa jenis pemilihan ganda, kuesioner dan sebagainya. Masing-
masing jenis pertanyaan memiliki nilai bobot tertentu, setelah itu
akan diperoleh skor setiap responden dari setiap pertanyaan yang
dijawab benar.
1) Pertanyaan subjektif
Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pertanyaan
essay digunakan dengan penilaian yang melibatkan faktor
subjektif dari penilai, sehingga hasil nilai akan berbeda dari
setiap penilai dari waktu ke waktu.
2) Pertanyaan objektif
Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple
choise), betul salah dan pertanyaan menjodohkan dapat
dinilai secara pasti oleh penilai.
Menurut Arikunto dalam Putri (2016) pengukuran tingkat
pengetahuan dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu:
a. Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100% dengan
benar dari total jawaban pertanyaan.
16

b. Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 57-75%


dengan benar dari total jawaban pertanyaan. 3) Pengetahuan
kurang bila responden dapat menjawab ≤ 56%.

B. Konsep Dasar Anak


1. Pengertian Anak
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk
anak yang masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan
bahwa, anak adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk
anak yang masih didalam kandungan, yang berarti segala kepentingan
akan pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak
tersebut berada didalam kandungan hingga berusia 18 tahun (Damayanti,
2020)
2. Kebutuhan Dasar Anak
Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum
digolongkan menjadi kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi,
pangan atau gizi, perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak,
sanitasi, sandang, kesegaran jasmani atau rekreasi. Kebutuhan emosi atau
kasih saying (Asih), pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang
erat, mesra dan selaras antara ibu atau pengganti ibu dengan anak
merupakansyarat yang mutlakuntuk menjamin tumbuh kembang yang
selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kebutuhan akan stimulasi
mental (Asah), stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses
belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini
mengembangkan perkembangan mental psikososial diantaranya
kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreaktivitas, agama, kepribadian
dan sebagainya.
3. Tingkat perkembangan anak
Menurut Damaiyanti (2020) karakteristik anak sesuai tingkat
perkembangan :
17

a. Usia bayi (0-1 tahun)


Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan
pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan
bayi lebih banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada
saat lapar, haus, basah dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi
hanya bisa mengekspresikan perasaannya dengan menangis.
Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap
tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi dengannya secara
non verbal, misalnya memberikan sentuhan, dekapan, dan
menggendong dan berbicara lemah lembut. Ada beberapa respon
non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya menggerakkan
badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi kurang
dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Oleh karena
itu, perhatian saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung
menggendong atau memangkunya karena bayi akan merasa takut.
Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya. Tunjukkan
bahwa kita ingin membina hubungan yang baik dengan ibunya.
b. Usia pra sekolah (2-5 tahun)
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3
tahun adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai
perasaan takut oada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu
tentang apa yang akan akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat
akan diukur suhu, anak akan merasa melihat alat yang akan
ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu jelaskan bagaimana akan
merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk memegang
thermometer sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya
untuknya. Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal
ini disebabkan karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200
kata. Oleh karena itu saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang
sederhana, singkat dan gunakan istilah yang dikenalnya.
Berkomunikasi dengan anak melalui objek transisional seperti
18

boneka. Berbicara dengan orangtua bila anak malu-malu. Beri


kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara tanpa
keberadaan orangtua. Satu hal yang akan mendorong anak untuk
meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan
memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya.
c. Usia sekolah (6-12 tahun)
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang
dirasakan yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu,
apabila berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak diusia
ini harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan
berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya.
Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan
orang dewasa. Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000
kata dikuasi dan anak sudah mampu berpikir secara konkret.
d. Usia remaja (13-18)
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir
masa anak-anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola
piker dan tingkah laku anak merupakan peralihan dari anak-anak
menuju orang dewasa. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar
memecahkan masalah secara positif. Apabila anak merasa cemas
atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya
atau orang dewasa yang ia percaya. 13 Menghargai keberadaan
identitas diri dan harga diri merupakan hal yang prinsip dalam
berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan tunjukkan ekspresi
wajah bahagia. Pada usia remaja, anak mengawali pada usia
sekolah menengah pertama, dimana rentang usia dari 13-15 tahun
(Muhaimin, 2012).
4. Tugas Perkembangan Anak
Tugas perkembangan menurut teori Havighurst (1961 dalam Agita,
2021) adalah tugas yang harus dilakukan dan dikuasai individu pada tiap
tahap perkembangannya. Tugas perkembangan bayi 0-2 adalah berjalan,
19

berbicara,makan makanan padat, kestabilan jasmani. Tugas perkembangan


anak usia 3-5 tahun adalah mendapat kesempatan bermain, berkesperimen
dan berekplorasi, meniru, mengenal jenis kelamin, membentuk pengertian
sederhana mengenai kenyataan social dan alam, belajar mengadakan
hubungan emosional, belajar membedakan salah dan benar serta
mengembangkan kata hati juga proses sosialisasi.
Tugas perkembangan usia 6-12 tahun adalah belajar menguasai
keterampilan fisik dan motorik, membentuk sikap yang sehat mengenai
diri sendiri, belajar bergaul dengan teman sebaya, memainkan peranan
sesuai dengan jenis kelamin, mengembangkan konsep yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan keterampilan yang
fundamental, mengembangkan pembentukan kata hati, moral dan sekala
nilai, mengembangkan sikap yang sehat terhadap kelompok sosial dan
lembaga. Tugas perkembangan anak usia 13-18 tahun adalah menerima
keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai perempuan dan laki-
laki, menyadari hubungan-hubungan baru dengan teman sebaya dan kedua
jenis kelamin, menemukan diri sendiri berkat refleksi dan kritik terhadap
diri sendiri, serta mengembangkan nilai-nilai hidup.

C. Konsep Dasar Protokol Kesehatan


1. Pengertian Protokol Kesehatan
Protokol kesehatan adalah kaidah atau ketentuan yang perlu di
ikuti oleh semua pihak agar dapat aktifitas secara aman pada saat pandemi
covid- 19. Menurut Buana (2020) dijelaskan bahwa protokol kesehatan
wajib menerapkan selama masa pandemi. Dari pendapat diatas peneliti
menyimpulkan bahwa penting untuk menjaga kesehatan di tengah Covid-
19 yang terus menular kesesama. Suni (2020) juga menjelaskan protokol
kesehatan untuk penanggulangan Covid-19 terdiri dari fase pencegahan,
fase deteksi dan fase respon. Oleh karena itu peneliti sependapat dengan
Buana dan Suni, bahwa protokol kesehatan menjadi penting untuk
20

mencegah menularnya covid 19 mengingat kita sudah memasuki era new


normal pasca Covid-19.
Peranan dari pemerintah maupun juga masyarakat sangat
dibutuhkan untuk mempersedikitkan penularan yang lebih banyak.
Kementerian Kesehatan RI (2020) juga mengeluarkan pedoman
kesiapsiagaan dalam menghadapi penyebaran Covid-19. Oleh karena itu
upaya yang dapat dilakukan pada fase pencegahan dari setiap individu
dengan cara mengunakan 10 M antara lain: Memakai masker, Memakai
sarung tangan, Menggunakan hand sanitizer/desinfektan, Mencuci tangan
dengan sabun, Menghindari menyentuh wajah, Menghindari berjabat
tangan, Menghindari pertemuan atau antrian panjang, Menghindari
menyentuh benda/permukaan benda di area publik, Menghindari naik
transportasi umum, Menjaga jarak minimal 1,5 meter dari teman sejawat
atau orang lain ketika di sekolah dan di luar rumah, dan Jika menunjukkan
gejala penyakit segera mendatangi fasiltas kesehatan terdekat seperti
puskesmas kecamatan dll.
Oleh karena itu pihak sekolah wajib untuk mengikuti segala aturan
yang tertera di dalam protokol kesehatan, maka penularan Covid-19 dapat
bdiminimalisir. Protokol kesehatan terdiri dari beberapa macam, seperti
pencegahan dan pengendalian. Maka oleh sebab itu kementerian kesehatan
telah mengeluarkan protokol kesehatan pencegahan serta pengendalian
secara spesifik melalui keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang protokol kesehatan bagi
masyarakat di tempat dan fasilitas umum dalam rangka rencegahan dan
pengendalian corona virus disease 2019 (Covid-19). Pada era new normal
saat ini, kehidupan mulai berjalan kembali.Tempat-tempat umum mulai
dibuka, termasuk sekolah di beberapa daerah termasuk daerah kab.bima
yang tergolong aman. Anak-anak pun bisa kembali bersekolah, tapi
dengan berbagai peraturan baru. Anak sekolah wajib menjalani protokol
kesehatan sebelum dan selama menjalani kegiatan di sekolah. Tujuannya
21

supaya kesehatan dan keselamatan anak tetap terjaga sehingga orang


tuanya pun dapat lebih tenang melepas buah hatinya ke sekolah.
2. Pemberlakuan Protokol Kesehatan
Ada beberapa protokol kesehatan untuk anak sekolah di era new
normal tersebut antara lain berupa:
a. Wajib Mengunakan Masker
Penggunaan masker merupakan bagian dari protokol, utamanya
saat berada di luar rumah, dan begitupula saat memasuki ruang
lingkup sekolah. Semua peserta, pengajar, dan staf sekolah
mewajibkan selalu menggunakan masker selama berada di sekolah.
Pemilihan masker berupa masker medis ataupun masker kain,
asalkan bisa mencega penyebaran virus.
b. Pengecekan Suhu Tubuh
Sesampainya di ruang lingkup sekolah, peserta didik akan cek suhu
tubuhnya menggunakan thermogun oleh para guru. Suhu badan
normal adalah sebesar atau sekitar 36 atau 37 derajat selsiun. Jika
di atas angka yang telah tetapka, maka anak dianggap kurang sehat
dan diperkenankan untuk di rumah saja dan mengikuti pelajaran
dari rumah.
c. Tidak Berjabat Tangan
Pada jaman dulu diajarkan bahwa setiap peserta didik harus
berjabat tangan dan mencium tangan guru, pada era new normal
keterbisaan ditiadakan, sebagai gantinya, peserta didik atau siswa
cuku memberi salam ataupun mengatukan kedua tangan sebagai
tanda hormat kepada guru.
d. Saling Menjaga Jarak
Semua orang harus saling menjaga kesehatan untuk menghindari
terjadinya penularan virus seperti melalui air liur, meskipun sudah
menggukan masker, akan tetapi protokol ini tetap harus dipatuhi.
Pada saat berada diruang lingkup sekolah harus diatur tepat
22

duduknya pada saat memasuki jam belajar kemudian diatur juga


untuk menggunakan masker untuk mencegah penularan virus.
3. Aturan Protokol Kesehatan
Berikut ini ada aturan jaga jarak di sekolah yang harus dipatuhi
oleh siswa antara lain: Masa transisi:
a. Pendidikan dasar atau menengah: harus jaga jarak minimal 1,5
Meter untuk menjaga penularan virus. Kemudian jumlah siswanya
sekitar atau maksimal 18 murid per ruangan. New normal:
b. Pendidikan dasar dan menengah: menjaga jarak minimal 1,5 meter
dengan jumlah maksimal 18 murid per kelas. Waktu (KBM) Masa
transisi:
c. SD, MI, dan SLB: paling dipercepatakan mulai pada September
2020. New normal:
d. SD, MI, dan SLB: paling cepat dimulai pada November 2020.
Pembukaan Kantin Sekolah
Untuk kantin sekolah diberlakukan peraturan sebagai berikut:
a. Masa transisi: kantin masih belum diperbolehkan untuk beroperasi.
b. New normal: sudah boleh beroperasi tapi tetap menjaga protokol
kesehatan.
Untuk olahraga dan ekstrakurikuler diberlakukan peraturan sebagai
berikut:
a. Masa transisi: belum diperbolehkan untuk diadakan.
b. New normal: sudah diperbolehkan kecuali untuk kegiatan yang
tidak memungkinkan untuk menjaga jaga jarak minimal 1,5 meter,
seperti voli dan basket. Kegiatan yang menggunakan fasilitas yang
harus disentuh oleh banyak orang secara bergiliran juga masih
belum diperbolehkan. Kegiatan Di Luar KBM Untuk kegiatan
yang di luar KBM, diberlakukan peraturan sebagai berikut:
c. Masa transisi: masih belum diperbolehkan untuk mengadakan
kegiatan di luar KBM. Misalnya pertemuan orangtua-murid,
23

istirahat di luar kelas, pengenalan lingkungan sekolah, orangtua


menunggu siswa di lingkungan sekolah, dan lainnya.
d. New normal: sudah diperbolehkan tapi tetap harus menjaga
protokol kesehatan selama di sekolah. Di masa orde baru ini,
penerapan protokol kesehatan diperlukan untuk menjaga keamanan
dan keselamatan anak sekolah. Sebagai orang tua, Anda juga harus
berusaha, setiap hari melalui makanan bergizi, untuk menjaga
kesehatan bayi Anda.

D. Penelitian Terkait
Dalam penyusunan prosposal, penulis mendapat inspirasi dari 4
penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan laporan ini. Dari 4 artikel
terdapat 1 penelitian yang dilakukan diluar Indonesia dan 3 penelitian
dilakukan di Indonesia. Berdasarkan studi literature yang telah dilakukan,
penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan laporan ini yaitu : Laporan
yang berhubungan dengan penelitian ini dari : Febby (2021) tentang
Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Era Pandemi Corona
Virus Disease (COVID-19) di Indonesia menjelaskan bahwa pada penelitian
tinjauan kepustakaan ini ditelusuri 8 jurnal nasional baik yang berbahasa
Indonesia maupun yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan
kriteria metode penelitian bersifat kuantitatif. Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) diterapkan pada berbagai lapisan masyarakat seperti
masyarakat umum, mahasiswa, dan anak-anak. Persentase cuci tangan dengan
benar di masyarakat pada masa pandemi Covid-19 sudah mencapai 89%.
Persentase mahasiswa yang menerapkan kebersihan diri pada masa pandemi
Covid 19 sebanyak 53,41%. Anak-anak yang sudah membiasakan cuci tangan
sebelum makan dan sudah beraktivitas sudah cukup banyak. Berdasarkan
hasil systematic review dapat dsimpulkan persentase Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) pada masa pandemi Covid-19 di masyarakat yaitu
sebanyak 52–77,5%. Persentase Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
pada masa pandemi Covid-19 pada mahasiswa yaitu sebanyak 49,2–53,1%.
24

Persentase Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada usia anak yaitu sebanyak
50-86,49%.
Laporan yang berhubungan dengan penelitian ini dari : Indah (2021)
tentang Tingkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam Menghadapi New
Normal pada Siswa, menjelaskan bahwa angka penderita dan kematian akibat
virus COVID-19 semakin meningkat baik di Indonesia maupun berbagai
negara di dunia. Edukasi protokol kesehatan PHBS (Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat) pada masyarakat sangat perlu ditingkatkan sebagai upaya
pencegahan penyebaran virus corona. Tujuan pengabdian masyarakat ini
adalah meningkatkan pengetahuan PHBS dalam menghadapi masa normal
baru di SMPIT Al Qudwah Kabupaten Musi Rawas. Metode pelaksanaan
kegiatan secara daring melalui aplikasi zoom. Peserta mengisi Pre-Test
menggunakan aplikasi google form sebelum kegiatan berlangsung dan Post
Test segera setelah kegiatan berlangsung. Peserta pengabdian masyarakat
adalah siswa kelas IX sebanyak 42 orang. Hasil dari kegiatan ini adalah
terjadi peningkatan pengetahuan PHBS pada siswa/i SMP IT AL-QUDWAH
Kabupaten Musi Rawas.
Laporan yang berhubungan dengan penelitian ini dari Dhea (2020)
tentang : Perilaku Penerapan Protokol Kesehatan 3M (Memakai Masker,
Mencuci Tangan Menggunakan Sabun, Menjaga Jarak) pada Remaja di Masa
Pandemi Covid-19 Kota Palembang menjelaskan bahwa Hasil penelitian
menunjukan bahwa terdapat perbedaan perilaku dari jenis kelaminnya, remaja
perempuan lebih taat dalam menggunakan masker dan menjaga jarak
dibanding remaja laki-laki. Pengetahuan remaja sudah cukup baik terkait
protokol kesehatan, gejala, dampak, cara penularan Covid-19. Sikap remaja
dalam menerapkan protokol kesehatan 3M menunjukan sikap positif. Faktor
eksternal orang tua tidak sepenuhnya mempengaruhi perilaku remaja
menerapkan protokol kesehatan 3M. Faktor teman sebaya dan media sosial
berpengaruh besar dalam menerapkan protokol kesehatan 3M. Perilaku
penerapan protokol kesehatan 3M pada remaja dimasa pandemi covid-
memiliki perbedaan antara perempuan dan laki-laki, perilaku ini dipengaruhi
25

oleh pengetahuan dan sikap namun sikap yang positif belum tentu
menghasilkan perilaku yang positif juga karena perilaku remaja sangat
dipengaruhi oleh lingkungannya yaitu teman sebaya dan media sosial. Saran
penelitian yaitu bagi remaja agar bisa memanfaatkan sosial media seperti
Tiktok dan Instagram untuk membuat konten menarik berisi informasi
kesehatan sehingga dapat mempengaruhi remaja lainnya untuk menyadari
pentingnya menerapkan protokol kesehatan.
Laporan yang berhubungan dengan penelitian ini dari Agita (2021)
tentang : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Pelaksanaan Protokol
Kesehatan Pencegahan Covid-19 pada Siswa Sekolah Dasar bahwa Terdapat
hubungan tingkat pengetahuan PHBS p-value 0,005, Tingkat sikap PHBS p-
value 0,044, Tingkat Pengetahuan Protokol Kesehatan COVID-19 p-value
0,001, tingkat sikap Protokol Kesehatan COVID-19 p-value 0,019 dengan
tindakan pencegahan penularan COV-ID-19. Variabel fasilitas sanitasi
lingkungan tidak berhubungan dengan tindakan pencegahan penularan
COVID-19 di sekolah.
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN VARIABEL PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang kerangka konsep penelitian, hipotesis
dan definisi operasional dari variabel yang terdiri dari definisi konseptual dan
definisi operasional.
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah abstaksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan makna dari
sebuah variable (Nursalam, 2015a). Berdasarkan teori dan kajian pustaka,
dapat disusun sebuah kerangka pemikiran dan penelitian ini dalam bentuk
bagan sebagai berikut :

Pandemi COVID
19

Perilaku anak sekolah


dalam menerapkan Terpaparnya
protokol kesehatan yang virus Covid-19
terdiri dari : dapat
- Memakai masker mengakibatkan
- Mencuci tangan kematian
- Menjaga jarak
- Menghindari
kerumunan
- Mengurangi mobilitas Penerapan protokol
kesehatan

Keterangan
: diteliti
: tidak diteliti
: alur pikir
Gambar 3.1
Kerangka konsep gambaran perilaku anak sekolah dalam menerapkan protokol
kesehatan di SMPN 1 Tabanan

25
26

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap


rangsangan atau lingkungan. Perilaku kesehatan merupakan keadaan diri
seseorang dalam melakukan sesuatu seperti bertindak, bersikap, berpikir,
dan memberikan umpan balik atau respon pada suatu hal dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Respon tersebut dapat berupa
respon aktif dan pasif (Indra, 2018). Faktor yang mempengaruhi perilak
antara lain : faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor penguat.
Sehingga dapa dilihat bahwa perilaku anak sekolah dalam menerapkan
protokol kesehatan apakah baik, cukup atau kurang.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Pada penelitian ini menggunakan variable tunggal, yaitu
perilaku anak sekolah dalam menerapkan protokol kesehatan di SMPN 1
Tabanan
2. Definisi operasional
Definisi operasional merupakan unsur penelitian yang menjelaskan
bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel,
sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang
akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama
(Arikunto, 2013). Definisi operasional penelitian ini adalah sebagai
berikut:
27

Tabel 3.1
Definisi Operasional Gambaran Dukungan Keluarga terhadap anak dengan down
syndrome

No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


Operasional
1 Perilaku anak Perilaku Kuesioner - 0-4 : Ordinal
sekolah dalam penerapan perilaku perilaku
menerapkan protokol dengan jumlah kurang
protocol Kesehatan anak soal sebanyak - 5-8 :
kesehatan : sekolah 15 pertanyaan perilaku
menengah dengan cukup
pertama indikator : - 9-12 :
seperti : - Memakai perilaku
mencuci tangan, masker baik
memakai - Mencuci
masker, tangan
menjaga jarak, - Menjaga
menjauhi jarak
kerumunan dan - Menghindari
membatasi kerumunan
mobilitas. - Mengurangi
mobilitas

Lembar
observasi
BAB IV
METODE PENELITIAN

Pada metode penelitian ini, akan diuraikan tentang desain penelitian,


populasi dan sampel, alat dan teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan
etika penelitian
A. Desain Penelitian
Desain yang di gunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah adalah
deskriptif, yaitu jenis rancangan penelitian yang banyak dilakukan diberbagai
bidang (Notoatmodjo, 2010). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu peristiwa, keadaan,
objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel
yang bisa dijelaskan baik menggunakan angka-angka maupun kata-kata
(Notoatmodjo, 2010). Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah desain deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan
atau memaparkan peristiwa penting yang terjadi. Penelitian ini menggunakan
pendekatan cross sectional study yaitu suatu penelitian yang pengumpulan
datanya dilakukan pada satu titik waktu atau at one point in time pada
populasi atau penelitian pada sampel yang merupakan bagian dari populasi
(Swarjana, 2015). Penelitian ini mengidentifikasi gambaran perilaku anak
sekolah dalam menerapkan protocol kesehatan di SMPN 1 Tabanan
B. Tempat dan Waktu Penelitan
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 1 Tabanan karena di SMPN
1 Tabanan sudah melaksanakan PTM dan memiliki komposisi siswa yang
cukup banyak
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan penyusunan laporan yang di mulai dari
bulan Oktober 2021 sampai Januari 2022 dan pengumpulan data dilaksanakan
pada bulan Februari sampai Maret 2022
29

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena
yang secara potensial dapat diukur sebagai bagian penelitian (Swarjana,
2015). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 1 Tabanan yang
berjumlah 1278 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari elemen populasi yang dihasilkan dari
strategi sampling (Swarjan, 2015). Sampel yang baik adalah sampel yang
mampu mewakili populasi penelitian (Swarjana, 2015).
a. Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
rumus (Daniel, 2017):
N . z2 . p . q
n=
d ². ( N−1 ) + z ². p . q
Keterangan:
n : perkiraan besar sampel
N : perkiraan besar populasi
z : nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)
p : perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
q : 1- p (100%-p)
d : tingkat kesalahan yang dipilih (d= 0,05)

Perhitungan besar sampel


N . z ². p . q
n=
d ². ( N−1 ) + z ². p . q
1.278 . (1,96 )2 .0,5 .0,5
n=
0,052 ( 1.278−1 )+1 , 96².0 , 5.0,5
( 1.278 . ( 3,8416 ) .0,25 )
n=
0,0025 ( 1.277 )+ ( 3,8416 ) .0,25
1.227,36
n=
3,1925+ 0,9604
30

1.227,36
n=
4,1525
n=295,5713
n=296
Berdasarakan perhitungan rumus diatas, maka besar sampel yang
diteliti dibulatkan menjadi sebanyak 296 orang siswa Sampling
b. Kriteria sampel
Kriteria sampel dalam dibagi menjadi dua yaitu kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi. Dimana kriteria ini menentukan dapat dan
tidaknya sampel tersebut digunakan.
1) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti
(Nursalam, 2017).
Dalam penelitian ini kriteria inklusinya meliputi:
a) Siswa kelas VII, VIII dan IX di SMPN 1 Tabanan
b) Siswa bersedia menjadi responden dan menandatangani
infom consent.
2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan
subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena
berbagai sebab (Nursalam, 2017). Dalam penelitian ini
kriteria eksklusinya adalah : Siswa yang tidak mengisi
kuesioner baik karena izin, sakit atau alasan lainnya selama
pengumpulan data dan yang tidak hadir saat penelitian.
3. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi unit yang diobservasi dari
keseluruhan populasi yang anakn diteliti sehingga kelompok yang
diobservasi dapat digunakan untuk membuat kesimpulan atau membuat
inferensi tentang populasi tersebut. Tujuan dari sampling adalah untuk
melakukan generalisasi terhadap keseluruhan populasi penelitian
31

(Swarjana, 2015). Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini akan


menggunakan probability samplingI, yang mana dengan metode ini, semua
anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi
sampel (Swarjana, 2015). Penelitian ini menggunakan metode simple
random sampling, dimana subjek memiliki peluang yang sama untuk
terpilih sebagai subjek dalam penelitian. Subjek dipilih menggunakkan
tabel bilangan random atau dengan cara seperti undian (Swarjana, 2015).
Jumlah sampel yang diperlukan adalah 296 responden yang akan
dipilih pada masing-masing kelas/angkatan dengan metode stratified
random sampling dengan menggunakan perhitungan (Swarjana 2015).
Berikut adalah cara penghitungan jumlah sampel pada masing-masing
kelas:

Tabel 4.1
jumlah sampel diperlukan pada setiap kelas dengan metode stratified
sampling

Kelas Populasi Sampel


VII 99 23
VII 99 23
VII 99 23
VII 99 23
VII 98 23
VIII 98 23
VIII 98 23
VIII 98 23
VIII 98 23
IX 98 23
IX 98 22
IX 98 22
IX 98 22
Total 296

D. Pengumpulan Data
1. Metode pengumpulan data
32

Dalam penelitian, akuratnya data penelitian yang dikumpulkan


sangat mempengaruhi hasil penelitian. Agar data yang dikumpulkan
tersebut akurat, maka diperlukan alat pengumpulan data (instrument
penelitian) yang tidak saja valid, tetapi juga reliabel. Selain ketepatan
instrument penelitian, metode pengumpulan data pun sebaiknya tepat atau
sesuai dengan data yang dikumpulakn (Swarjana, 2015). Metode
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan self-completed
questionnaire, yaitu metode pengumpulan data yang mana responden
mengisi sendiri kuesioner yang diberikan dengan google form (Gerrish &
Lacey, 2010 dalam Swarjana, 2015).
2. Alat pengumpulan data
a. Data demografi responden
Kuisioner berisikan tentang identitas responden, meliputi nama,
jenis kelamin, umur, alamat, dan kelas.
b. Kuesioner (questionner)
Kuesioner adalah sebuah form yang berisikan beberapa pertanyaan
yang telah ditentukan dan dapat digunakan untuk mengumpulkan
informasi dari orang-orang sebagai bagian dari survey. Kuesioner
diperlukan untuk mengetahui kepatuhan protoko kesehatan dalam
pencegahan COVID-19. Pertanyaan di dalam kuesioner merupakan
pertanyaan bersifat tertutup (closed ended items/ restricted items)
(Swarjana, 2015). Selanjutnya peneliti menjelaskan lebih rinci
tentang masing-masing bagian kuesioner yaitu :
1) Kuesioner kepatuahan prokes berbentuk pertanyaan tertutup
yang menggunakan skala guttman dengan 15 pertanyaan
dimana jawaban benar akan bernilai 1 dan jawaban salah
bernilai 0. Dari hasil jawaban kuesioner kepatuhan protokol
kesehatan, skor yang di dapat kemudian dijumlahkan dan
hasilnya digolongkan dalam kategori yang sudah ditentukan,
dimana jawaban dengan total skor 0-5 tergolong kurang, total
skor 6-10 tergolong cukup, total skor 11-15 tergolong baik.
33

Adapun kisi-kisi kuesioner kepatuhan protokol kesehatan sebagai


berikut:
Tabel 4.1
Kisi-kisi kuesioner kepatuhan protokol kesehatan

Nomor Item
Variabel Indikator Jumlah
Sesuai Tidak Sesuai
Penerapan 1. Memakai 3 3
protokol masker
kesehatan 2. Mencuci 3 3
tangan
3. Menjaga 3 3
jarak
4. Menghindari
kerumunan 3 3
5. Mengurangi
mobilitas 3 3

c. Uji Validitas
Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat-
tingkat kevalidan kesasihan suatu instrumen. Validitas adalah
derajat di mana intrumen mengukur apa yang seharusnya diukur
yang dapat dikategorikan menjadi logical (face validity, content
validity, criterion dan construct validity) (Swarjana, 2015).
Kuesioner dapat dikatakan valid apabila isi di dalam kuesioner
telah dianggap releven , masuk akala tau beralasan (reasonable),
tidak ambigu dan jelas.
Uji validitas kuesioner dilakukan di ITEKES Bali dengan
menggunakan uji face validity. Uji face validity dilakukan oleh dua
orang dosen yang expert. Selama uji validasi peneliti mendapat
masukan dan arahan terhadap kuesioner yang diajukan, seperti
memperjelas petunjuk pengisian kuesioner dan memperhatikan
pertanyaan yang memilki makna serupa. Hasil pertanyaan dalam
kuesioner dinyatakan valid apabila memenuhi syarat yaitu instruksi
yang diberikan dalam kuesioner jelas, pertanyaan mudah
dimengerti responden, pertanyaan yang ditnya jelas dan pilihan
jawaban jelas.
34

d. Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan penilaian untuk mengetahui sejauh mana
alat ukur dalam menghasilkan hasil yang konsisten meskipun
dilakukan pengukuran secara berulang (Swarjana, 2015). Suatau
alat ukur/instrument dikatakan reliabel jika nilai koefisein
Cronbach Alpha 0,7 atau 0,8 (Swarjana,2016).

3. Teknik pengumpulan data


a. Tahap perisapan
Hal-hal yang dipersiapkan dalam tahap ini, anatara lain:
1) Peneliti mengajukan surat rekomendasi izin penelitian kepada
Rektor Institut Teknologi dan Kesehatan Bali sebelum
melakukan penelitian.
2) Peneliti akan mengajukan izin Ethical Clearance dari Komisi
Etik Penelitian (KEP) Institut Teknologi dan Kesehatab Bali
untuk melakukan penelitian.
3) Peneliti menyerahkan surat izin penelitian ke Badan
Penanman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi
Bali
4) Selanjutnya membawa rekomendasi surat dari Kepala Badan
Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Satu Pintu Provinsi
Bali kepada Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan
Perlindungan Masyarakat Kabupaten Gianyar.
5) Setelah surat rekomendasi keluar dari Badan Kesbangpol dan
Limnas Kabupaten Tabanan, selanjutnya menyampaikan
tembusan kepada Kepala Sekolah SMPN 1 Tabanan
6) Setelah menyerahkan surat izin penelitian, peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada Kepala
Sekolah SMPN 1 Tabanan
7) Peneliti mempersiapkan lembar permohonan untuk menjadi
responden.
35

8) Menyiapkan surat persetujuan untuk menjadi responden


(inform consent).
9) Mempersiapkan alat yang digunakan dalam penelitian yaitu
kuesioner.
b. Tahap pelaksanaan
Setelah ijin penelitian diperoleh, dilanjutkan ke tahap pelaksanaan.
1) Penelitian menentukan sampel sebanyak 296 orang siswa
SMPN 1 Tabanan
2) Penelitian menentukan jumlah sampel dengan simple random
sampling. Pada saat pengumpulan data penelitian datang ke
sekolah SMPN 1 Tabanan, peneliti mencari responden
berdasrakan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang telah
ditentukan yang akan dibantu oleh wali kelas
3) Peneliti menjelaskan manfaat dan tujuan penelitian serta
memberikan lembar informasi. Apabila bersedia menjadi
responden, calon responden wajib menandatangani informed
consent
4) Setelah calon responden memahami tujuan dan manfaat
penelitian, calon responden bersedia menjadi sampel dan
diminta untuk menandatangani informed consent sebagai
bukti persetujuan.
5) Setelah informed consent ditandatangani, peneliti melakukan
pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh
peneliti dengan menggunakan kuesioner. Peneliti
memberikan kuesioner kepatuhan penerapan protokol
kesehatan
6) Peneliti mendampingi responden selama pengisian kuesioner.
Setelah semua pertanyaan terjawab, lembar kuesioner
dikumpulkan kembali oleh peneliti dan dilaksanakan
pengecekan kembali oleh peneliti. Jika ada kuesioner yang
belum terjawab dengan lengkap maka peneliti menyerahkan
36

kembali kepada responden dan dilakukan pengecekan


kembali sampau kuesioner terisi dengan lengkap
7) Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden karena
telah meluangkan waktu mengisi kuesioner dan bersedia
menjadi responden
8) Setelah selesai pengumpulan data peneliti mengatakan
kepada Kepala Sekolah SMPN 1 Tabanan bahwa
pengumpialn data sudah selesai dilaksanakan selanjutnya
mengucapkan terima kasih.
9) Selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data dan analisa
data yang hasilnya ditampilkan pada BAB V.
E. Analisa Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu diolah dengan tujuan
mengubah data menjadi informasi
1. Teknik Pengelohan Data
Dalam proses pengolahan data terdapat Langkah-langkah yang
ditempuh (Swarjana,2016), yaitu:
a. Editing
Editing merupakan tahap pertama dalam pengolahan data
penelitian atau data statistic. Editing yaitu proses melengkapi data
yang kurang dan memperbaiki atau mengorelsi data yang
sebelumnya belum jelas. Peneliti melakukan pemriksaan pada
kuesioner yang telah dijawab oleh responden, peneliti memmeriksa
lembar informed consent responden. Pada lembar informed
consent, semua responden sudah mengisi tanda tangan yang berarti
bersedia menjadi responden dalam penelitian. Selanjutnya peneliti
memerikssa kejelasan jawaban, kelengkapan jawaban dan
memberikan total skor.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan kode angka terhadap data yang terdiri
atas beberapa katagori. Pemberian kode ini sangat penting untuk
37

mempermudah tahap-tahap berikutnya tertentu tabulasi data.


Biasanya dalam pemberian kode juga dubuat daftar dan artinya
dalam satu buku (code book) untuk memudahkan melihat lokasi
dan arti dari suatu kode dari suatu variable. Dalam penelitian ini
coding sesuai dengan karakteristik responden dalam kuesioner
untuk memudahkan proses pengolahan data. Peneliti melakukan
coding:
1) Pada karakteristik responden;
a) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin:
Laki-laki : 1
Perempuan: 2
b) Karakteristik berdasarakan umur:
12 : 1
13 : 2
14 : 3
15 : 4
16 : 5
2) Pada pertanyaan dalam kuesioner
Pada penelitian ini akan menggunakan lembar kuesioner
perilaku penerapan protokol kesehatan. Kuesioner perilaku
penerapan protokol kesehatn ini menggunakan skala guttman
dengan option benar atau salah yang terdiri dari 15
pertanyaan, dimana jawaban benar bernilai 1 dan jawaban
salah bernilai 0 dengan total skor berjumlah 15.
c. Entry data
Entry data merupakan kegiatan yang mana peneliti memasukan
data yang telah dikumpulakn ke dalam master tabel atau datebase
kuesioner, kemudian membuat distribusi sederhana. Peneliti
memasukan data-data yang telah lengkap ke dalam suatu tabel
dengan bantuan Microsoft Excel secara manual, kemudian data
dapat dianalisi dengan bantuan program Statistical Program for
38

Sosial Science (SPSS) 25 for windows. Penelitian ini sudah


memastikan jika tidak ada data-data yang tertinggal saat dilakukan
entry data.
d. Tabulating
Tabulating adalah tahap penyusunan data. Tabulating menjadi
sangat penting karena dapat mempermudah dalam Analisa data
seacra statistik, baik menggunakan statistik deskriptif maupun
analisi dengan statistik inferensial.
e. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengcekan Kembali data yang sudah
dimasukan, apakah ada kesalahan sebelum dilakukan pengolahn
data. Sebelum melakukan pengolahan data, peneliti memeriksa
Kembali data yang telah di entry, apalkah ada data yang tidak tepat
masuk dalam program computer. Cleansing juga bertujuan untuk
menghindari missing data agar dapat dilakkukan dengan akurat.
Jika tidak ada missing data maka akan dilanjtkan dengan Analisa
data. Setelah dilakukan cleansing dan tidak ditemuakn nya missing
data, peneliti melanjtkan dengan analiss data.
2. Teknik Analisa Data
Analisa data penelitian merupakan salah satu tahapan penelitian
yang sangat penting yang harus dikerjakan dan dilalui oleh seorang
peneliti (Swarjana, 2015).
Analisis univariat merupakan analisis data yang terkait dengan
pengukuran satu variable pada waktu tertentu (Swarjana, 2016). Pada
penelitian ini analisis univariat dilakukan untuk menganalisis variabel
penelitian kepatuhan penerapan protokol kesehatan pada siswa SMPN 1
Tabanan saat berada di sekolah dan saat di rumah. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif berupa frekuensi
dan persentase.
Analisa data terdiri dari analisis deskriptif yang menjabarkan
karakteristik responden seperti usia, jenis kelamin dan deskripsi hasil
39

jawaban kuesioner, yang akan dijabarkan pada hasil penelitian yang


berisikan tingkat penerapan protokol kesehatan yang ditampilkan dalam
bentuk tabel dan cross tabel, selanjutnya akan dibahas kesenjangan antara
teori dan praktiknya di lapangan pada BAB V sehingga bisa diperoleh
hasil penelitian yang sesuai dengan kaidah penulisan.

F. Etika Penelitian
Masalah etik penelitian merupakan masalah yang sangat penting
dalam penelitian, mengingat begitu penting dan seriusnya aspek etika
dalam penelitian, seorang peneliti harus betul-betul berpegangan teguh
terhadap beberapa prinsip etika dalam penelitian (Swarjana, 2015).
Menurut Swarjana (2015) ada beberapa etiia penelitian yang harus
diperhatikan dianataranya:
Dalam penelitian ada hal penting yang harus diperhatikan oleh
peneliti yaitu Ethical Principles, selain metodoe, desain dan aspek lainnya.
Mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan
manusia, oleh sebab itu etiak penelitian harus diperhatikan.
1. Ijin penelitian
Penelitian mengajukan izin yang ditandatangangi oleh Rektor
ITEKES Bali (surat permohonan izin penelitian) kepada Kepala Badan
Penanaman Modal dan Perijinan Provinsi Bali. Lalu mengikuti alur,
sehingga surat sampai kepada Kepala Sekolah SMPN 1 Tabanan
2. Lembar persetujuan (informed consent)
Lembar persetujuan adalah suatau lembaran yang berisikan tentang
permintaan persetujuan kepada calon responden bahwa bersedia untuk
menajdi responden pada penelitian ini dengan membutuhkan tannda
tangan pada lembaran informed consent diberikan sebelum responden
mengsi lembaran kuesioner dengan tujuan agar responden mengerti
maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampak dari penelitian
tersebut.
3. Tanpa Nama (Anonymity)
40

Menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan


nama responden pada lembar pengumpualn data/hasil penelitian yang
disajikan tetapi pada lembar tersebut diberikan kode pengganti nama
responden. Pada penelitian ini, peneliti telah menjelaskan kepada
responden bahwa peneliti menjaga kerahasian jawaban responde yang
telah diisi dan hanya mencantumkan inisial saja pada lembar identitas
responden
4. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan merupakan masalah etik dengan memberikan jaminan
keberhasilan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang tealh dikumpulkan dijamin kerahasiaan
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil
penelitian
5. Beneficience
Beneficience adalah satu prinspi etika yang dilakukan dalam
penelitian, bertujuan untuk memberikan manfaat bagi partisipan yang
didapatkan dari penelitian yang dilakukan.
6. Menghormati Martabat Manusia (Respect for Human Dignity)
Terdapat dua macam prinsip etika ini meliputi:
a. The right to selft- determination
Prinsip ini adalah prospective participant yang memiliki hak untuk
menentukan secara sukarela apakah ingin berpartisipasi dalam
penelitian ataupun menolaknya.
b. The right to full disclosure
Full disclosure berarti peneliti sudah menjelaskan secara detail
tentang sifat dari penelitian (Agita, 2021).
BAB V
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini dibahas tentang gambaran umum lokasi penelitian yaitu di
Smpn 1 Tabanan, karakteristik responden dan hasil penelitian tentang gambaran
perilaku anak sekolah dalam menerapkan protocol kesehatan di SMPN 1 Tabanan.
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitain
SMPN 1 Tabanan merupakan sekolah menengah pertama negeri
yang melayani pengajaran jenjang pendidikan SMP di Kabupaten
Tabanan. Jl. Diponogoro Nomor 26 Tabanan, Kabupaten Tabanan, Bali.
Adapun pelajaran yang diberikan meliputi semua mata pelajaran wajib
sesuai kurikulum yang berlaku. SMPN 1 Tabanan memiliki staf pengajar
guru yang kompeten pada bidang pelajarannya sehingga berkualitas dan
menjadi salah satu yang terbaik di Kabupaten Tabanan. Tersedia juga
berbagai fasilitas sekolah seperti ruang kelas yang nyaman, perpustakaan,
lapangan olahraga, kantin dan lainnya. Peneliti melakukan penelitian di
sini, karena peneliti merasa saat ini pembelajaran tatap muka sudah
dimulai dan berjalan normal dengan prokes. Masa anak-anak yang paling
mudah untuk diteliti selain karena usia sudah cukup besar adalah jenjang
SMP karena mereka sudah matang dalam menyerap informasi dan bisa
mengisi kuesioner dengan baik. Peneliti memilih SMPN 1 Tabanan karena
jumlah siswa disini paling banyak diantara SMP lain di Kabupaten
Tabanan sehingga hal ini akan lebih mudah dalam menentukan sampel
ketika penelitian dan akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan yang
ingin diteliti.

B. Hasil Penelitian
Pada sub bab ini, dijelaskan mengenai hasil penelitian meliputi;
karakteristik responden dan analisis variabel. Karakteristik responden yaitu : usia,
jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan
1. Karakteristik Responden
42

Karakteristik responden pada penelitian ini diuraikan ke dalam


tabel 5.1, dimana peneliti mengambil karakteristik pertama yaitu usia
menggunakan rentang usia berdasarkan Depkes RI (2009) yaitu : remaja
awal usia 12-16 tahun, selanjutnya jenis kelamin.
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin (n=296).
Karakteristik Frekuensi Persentase
Usia (Tahun)
13 Tahun 97 32,8
Jenis Kelamin
Laki-laki 108 36,5
Perempuan 188 63,5
Berdasarkan hasil karakteristik responden, pada kolom usia,
berdasarkan klasifikasi Depkes RI (2009) untuk rentang usia 12-16 tahun
mayoritas berada pada usia 13 tahun dengan jumlah 32,8%. Selanjutnya
pada jenis kelamin, paling banyak responden perempuan dengan 63,5%.
2. Analisis Variabel Penelitian
Distribusi frekuensi kategori pertanyaan tentang perilaku anak sekolah
dalam menerapkan protokol kesehatan adalah sebagai berikut :
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi kategori pertanyaan protokol kesehatan (n=296).
SL SR KK JR TP
No Pertanyaan
f(%) f(%) f(%) f(%) f(%)
1 Saya menggunakan
masker saat bersekolah 222(75%) 44(15%) 30(10%) - -

2 Saya mengganti
masker tiap 4 jam
30(10%) 237(80%) 29(10%) - -
sekali

3 Saya menggunakan
masker saat
berinteraksi dengan 29(10%) 238(80%) 29(10%) - -
orang-orang di sekolah

4 Saat sampai di
sekolah, saya mencuci
tangan dengan sabun 30(10%) 223(75%) 43(15%) - -
selama 20 detik

5 Saya menghindari 44(15%) 243(82%) 9(2%) - -


menyentuh area wajah
43

sebelum mencuci
tangan saat di sekolah

6 Saya menggnakan
hand sanitizer setelah
menyentuh benda 22(8%) 244(82%) 30(10%) - -
apapun di sekolah

7 Saya menjaga jarak


minimal 1 meter saat
berinteraksi dengan 30(10%) 225(76%) 41(14%) - -
orang-orang di sekolah

8 Saya menghindari
kerumunan di sekolah 15(5%) 237(80%) 29(10%) 15(5%) -

9 Saya menolak ajakan


teman untuk makan
44(15%) 208(70%) 30(10%) 14(5%) -
bersama

10 Setelah kegiatan
belajar saya langsung
30(10%) 192(65%) 29(10%) 29(10%) 16(5%)
pulang

Dari tabel 5.2, diperoleh data bahwa sebagian besar responden berhasil
menjawab pertanyaan kuesioner dengan jawaban sering khususnya pada
pernyataan nomor 6 yaitu “Saya menggnakan hand sanitizer setelah menyentuh benda
apapun di sekolah” karena sebagian besar responden sudah memahami penggunaan hand
sanitizer dengan baik karena informasi yang diberikan terkait penggunaan tersebut sudah
tersebar luas di semua media elektronik dan cetak khususnya sosial media yang selama
ini digandrungi anak-anak sehingga mereka cukup banyak mengetahui cara penggunaan
hand sanitizer dengan baik.
3. Gambaran perilaku penerapan protokol kesehatan.
Hasil penelitian pada gambaran perilaku penerapan protokol kesehatan
dijelaskan pada tabel 5.3
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi perilaku penerapan protokol kesehatan (n=296)
Perilaku Protokol Kesehatan Frekuensi Persentase
Perilaku Baik 140 47,3
Perilaku Cukup 132 44,6
Perilaku Kurang 24 8,1
44

Berdasarkan tabel 5.3, diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden


memiliki perilaku protokol kesehatan yang baik dengan jumlah 47,3%, sedangkan
perilaku yang cukup berjumlah 44,6% dan perilaku yang kurang berjumlah 8,1%.
4. Gambaran distribusi responden berdasarkan indikator protokol kesehatan
Hasil penelitian dibagi menjadi 5 indikator yaitu : memakai masker,
mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas
yang diuraikan pada tabel 5.4
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan indikator protokol kesehatan (n=296)
Perilaku Prokes Patuh Tidak Patuh
Frekuens
Persentase Frekuensi Persentase
i
Memakai masker 240 81,1 56 18,9
Mencuci tangan 222 75,1 74 24,9
Menjaga jarak 243 82,1 53 17,9
Menghindari kerumunan 215 72,6 81 27,4
Mengurangi mobilitas 221 74,7 75 25,3

Berdasarkan tabel 5.4, diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden


berada pada perilaku patuh dengan persentase yaitu : pada indikator memakai
masker, mayoritas patuh dengan 81,1%. Pada indikator mencuci tangan,
mayoritas responden patuh dengan 75,1%. Pada indikator menjaga jarak,
mayoritas responden patuh dengan persentasi 82,1%. Pada indikator menghindari
kerumunan, mayoritas responden patuh dengan 72,6%. Pada indikator
mengurangi mobilitas, mayoritas responden patuh dengan 74,7%.
5. Tabulasi silang antara karakteristik responden dengan perilaku penerapan
protokol kesehatan.
Hasil tabulasi silang pada variabel perilaku penerapan protokol kesehatan
dengan karakteristik, dijelaskan pada tabel 5.4
Tabel 5.5 Tabulasi silang antara karakteristik dengan perilaku penerapan protokol
kesehatan (n=296)
Kategori Perilaku Prokes
Baik Cukup Kurang
f % f % f %
Usia
45

12 18 6,1 21 7,1 3 1,1


13 46 15,5 44 14,9 7 2,4
14 16 5,4 23 7,8 4 1,3
15 34 11,5 19 4,4 5 1,7
16 26 8,9 25 8,4 5 1,7
Jenis Kelamin
Laki-laki 48 16,2 49 16,5 11 3,7
Perempuan 92 31,1 83 28 13 4,4

Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh data bahwa pada kolom usia, perilaku
prokes tergolong baik dengan jumlah mayoritas 15,5%, selanjutnya pada jenis
kelamin, perempuan memiliki jumlah yang lebih banyak dengan perilaku
tergolong baik sejumlah 31,1%.
BAB VI
PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas secara lebih lengkap dari hasil penenlitian yang
telah disajikan pada BAB V, secara berturut-turut akan dibahas sesuai dengan
tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat stress
dengan kejadian keputihan pada remaja putri serta membahas mengenai
keterbatasan penelitian.
A. Karakteristik
1. Usia
Pada usia, mayoritas responden berada pada usia 13 tahun dengan jumlah
32,8%. Hasil penelitian ini didapatkan responden dengan usia termuda 12 tahun
dan usia tertua 20 tahun. Kelompok responden terbanyak yaitu kelompok umur
12-15 tahun yaitu 62 responden (29,2%). Penelitian ini sejalan Rachmani (2020)
dengan hasil yang didapatkan bahwa mayoritas pada kelompok usia produktif (15-
24 tahun) sebanyak 99%. Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Herawati,
2021). Umur dapat mempengaruhi cara berpikir seseorang sehingga seiring
dengan pertambahan umur maka cara berpikir akan berkembang. Selain itu, pada
umur produktif kemungkinan untuk terjadinya penurunan dalam tingkat
intelektual dan verbal dinilai tidak ada karena umur produktif merupakan fase
dimana seseorang aktif dalam berbagai hal kegiatan yang berkaitan dengan
kehidupan sosial serta masa depan. Sehingga dalam prosesnya memungkinkan
seseorang untuk memiliki pengetahuan yang lebih tinggi.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin pada penelitian ini paling banyak adalah perempuan dengan
jumlah 63,5%. Hasil ini sejalan dengan penelitian dari Dhea (2020) bahwa jenis
kelamin anak sebagian besar adalah perempuan (54,1%). Lawrence Green dalam
(Notoatmodjo, 2012) menjelaskan bahwa redisposing dapat mempengaruhi
47

kepatuhan seseorang karena hal ini merupakan faktor dasar motivasi atau niat
seseorang untuk melakukan suatu hal sedangkan, yang termasuk faktor pendorong
salah satunya adalah jenis kelamin (Notoatmodjo, 2012). Teori tersebut didukung
dengan penelitian (Budurry, 2020) pada mahasiswa keperawatan, yang
menyatakan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan terhadap penerapan protokol
pengendalian COVID-19. Penelitian lain yang mendukung dinyatakan oleh
Mutmaina (2021) bahwa jenis kelamin tidak ada hubungannya dengan penerapan
protokol kesehatan, penelitian ini mayoritas berjenis kelamin perempuan, namun
saat situasi dan kondisi seseorang merasa terancam serta muncul kesadaran bahwa
hidup sehat untuk menghindari penyakit adalah hal yang sangat penting maka
akan timbul motivasi untuk patuh terhadap penerapan protokol kesehatan yang
ada baik pada perempuan atau laki-laki. Jenis kelamin mempengaruhi perilaku
penerapan protokol kesehatan dimana perempuan umumnya lebih peduli dan teliti
terhadap kesehatannya dibanding laki-laki.

B. Gambaran Penerapan Protokol Kesehatan


Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki perilaku
protokol kesehatan yang baik dengan jumlah 47,3%. Penelitian dari (Sari &
Sholihah, 2020) menunjukkan masih ditemukannya ketidakpatuhan masyarakat
menggunakan masker, sebagian masyarakat yang patuh menggunakan masker
yaitu 46 responden (74,19%) dan yang tidak mematuhi yaitu 16 responden
(25,81%) perilaku kepatuhan yang dimaksud tersebut merupakan perilaku positif
dari masyarakat yang menjalankan protokol kesehatan Covid-19. Lebih lanjut,
Berdasarkan hasil uji asumsi atau uji hipotesis didapat r = 0,378 dan p = 0.000 (p
< 0.05) yang berarti hipotesis diterima. Hasil tersebut menunjukkan adanya
hubungan yang positif antara kontrol diri dengan perilaku kepatuhan terhadap
protokol kesehatan Covid-19, sehingga semakin tinggi kontrol diri individu, maka
akan semakin tinggi pula tingkat perilaku kepatuhan individu tersebut.
Kusumadewi (2012) mengemukakan kepatuhan adalah sebagai perubahan sikap
dan tingkah laku individu untuk memenuhi apa yang diminta ataupun
48

diperintahkan orang lain, serta sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan 38
peraturan dapat membantu berfungsinya suatu peraturan dengan baik.
Dari hasil tersebut kontrol diri memiliki pengaruh terhadap perilaku
kepatuhan pada individu terhadap Covid-19. Dalam hal ini, pengaruh dari hasil
tersebut individu akan mempertimbangkan tingkah lakunya dengan berbagai
konsekuensi dalam situasi pandemi Covid-19 ini, individu akan merasa situasi ini
sangat penting ataupun tidak untuk diperhatikan dengan menjalani protokol
kesehatan Covid-19, yang akhirnya akan memunculkan efek positif dan negatif
seperti menerima dan mematuhi ataupun tidak sama sekali melakukan protokol
kesehatan, serta aturan-aturan dalam upaya mencegah penyebaran Covid-19. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Kusumadewi, 2012) terkait
dengan kepatuhan yang dimiliki oleh individu. Pada penelitian tersebut
menyebutkan bahwa salah satu hal yang dapat mempengaruhi kepatuhan, yaitu
kontrol diri, dimana individu mempunyai kesediaan untuk melakukan suatu
tindakan berdasarkan sesuatu yang diyakini. Senada dengan pernyataan Syaputra
(2018) dengan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat hubungan positif
antara kontrol diri dengan perilaku kepatuhan pada diri individu yang akan
membuat individu meningkatkan kontrol diri pada dirinya, sehingga dengan
meningkatnya sisi kontrol diri, individu tersebut akan berproses semakin baik
perilaku kepatuhan dalam menghadapi dan menerima aturan-aturan yang sudah
ada.
Dari uraian di atas, bahwa kepatuhan penerapan protokol kesehatan yang
berlangsung di SMPN 1 Tabanan sudah berjalan baik, dikarenakan edukasi dan
penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan khussnya Puskesmas sudah
berjalan baik, sehingga para siswa umumnya sudah mengetahui cara dan
penerapan protokol kesehatan dengan metode 5M dengan cukup baik.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahsan mengenai gambaran perilaku
penerapan protokol kesehatan pada siswa SMPN 1 Tabanan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik responden pada penelitian ini yaitu : berdasarkan
karakteristik usia, mayoritas responden berada pada usia 13 tahun dengan
32,8%. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, mayoritas responden
adalah perempuan dengan 63,5%.
2. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki perilaku
protokol kesehatan yang baik dengan 47,3%.
3. Hasil penelitian menunjukan berdasarkan indikator protokol kesehatan,
responden yang patuh dalam menggunakan masker berjumlah 81,1%, yang
patuh dalam mencuci tangan berjumlah 75,1%, yang patuh dalam menjaga
jarak berjumlah 82,1%, yang patuh dalam menghindari kerumunan
berjumlah 72,6% dan terakhir yang patuh dalam mengurangi mobilitas
berjumlah 74,7%.

B. Saran
1. Bagi Sekolah
Disarankan kepada pihak institusi agar selalu memberikan edukasi dan
promosi kesehatan kepada para siswa mengenai pentingnya penerapan
protokol kesehatan di masa panedmi Covid-19, sehingga bisa memberikan
ilmu yang lebih baik kepada anak dan orangtua anak.
2. Bagi Orang Tua Anak
Adapun saran yang dapat diberikan antara lain adalah orang tua agar dapat
selalu mengawasi kegiatan anak di rumah dan membatasi aktivitas di luar
agar tidak tertular penyakit dan virus Covid-19, serta pastikan anak sudah
50

divaksin sampai vaksin ke-3 agar menciptakan kekebalan atau herd


immunity.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar meneliti variabel lain terkait
penerapan perilaku protokol kesehatan seperti faktor-faktor yang
mempengaruhi ataupun pengaruh penerapan protokol kesehatan, agar
memperoleh hasil yang lebih variatif.
DAFTAR PUSTAKA

Adventus, A. 2019. Buku Ajar Promosi Kesehatan. Jakarta: UKI.

Agita, JD. 2021. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Pelaksanaan Protokol
Kesehatan Pencegahan Covid-19 pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Kesehatan. 3(2), 12-13

Apriliany & Rianto. 2021. Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Masyarakat


Kabupaten Wonosobo Tentang Covid -19. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2(1),
115-116

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.

Budurry, C. 2020. Stres pembelajaran online berhubungan dengan strategi koping


mahasiswa selama pandemi covid-19. E-Journal Keperawatan, 5(2).

Damayanti, SL. 2020. Efektivitas Remedial Terhadap Hasil Belajar Pada Siswa
SMP. Jurnal Tabiyah. 3(2), 15-16

Dhea, Fajrin, Sitompul. 2021. Pengaruh Jenis Kelamin Dan Pengetahuan


Lingkungan Terhadap Penilaian Budaya Lingkungan (Studi Ex Post Facto
di Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Sarana
Informatika Jakarta). Jurnal Humaniora. 4(2), 97

Fasila, J.W. 2021. Penyuluhan Dan Sosialisasi Masker di Desa Sifahandro


Kecamatan Sawo Sebagai Bentuk Kepedulian Terhadap Masyarakat
Ditengah Mewabahnya Virus Covid 19. Jurnal Abdimas. 2(2), 110-111

Faust, M. & Lori, G. 2020. Transmission of Severe Acute Respiratory Syndrome


Coronavirus 2 Infection Among Children in Summer Schools Applying
Stringent Control Measures in Barcelona, Spain. National Library of
Medicine. 3(2), 112-113

Febby, J.H. 2021. Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Era
Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) di Indonesia . Jurnal NIS.
5(1), 204-205

Herawati, S. 2021. Faktor Determinan Perilaku dalam Upaya Pencegahan dan


Penanggulangan Covid-19. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 16(1).

Indah, K.T. 2021. Tingkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam
Menghadapi New Normal pada Siswa. e-Journal Keperawatan. 2(3), 58-
59
52

Indra, A & Dion, C. 2018. Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan
(2nd ed.). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Inten, D.I. 2018. Analisis Pengetahuan Dan Perilaku Masyarakat Di Kelurahan


Baru Kotawaringin Barat Tentang Covid 19. Jurnal Malahayati Nursing.
2(3), 89-90

Kusumadewi, A. 2012. Hubungan antara Dukungan Sosial Peer Group dan


Kontrol Diri dengan Kepatuhan terhadap Peraturan pada Remaja Putri di
Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Sukoharjo. Jurnal Ilmiah
Psikologi, 1(2).

Lee, T. 2020. Mental health effects of school closures during COVID-19. The
Lancet. 11(3), 126-127

Mada, J., Riko, A., Mina, D., Arhan, B. 2021. Pneumonia Covid-19 Diagnosis &
Penatalaksanaan Di Indonesia. Jurnal Farmasi Indonesia. 6(1), 204-205

Maywati. 2021. Gambaran Penggunaan Masker di Masa Pandemi Covid-19 Pada


Masyarakat di Kabupaten Muna. Literacy Institute. 2(1), 76-77

Mutmaina, C. 2021. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Protokol


Kesehatan Dalam Pencegahan Covid-19 Pada Masyarakat Di Rw 03 Desa
Sadeng Tahun 2021. JurKesMas, 5(3).

Notoatmodjo, S. 2017. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC.

Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan:Aplikasi dalam praktik keperawatan


profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Putri, C. 2016. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC.

Rachmani, B.A. 2020. Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang


Ascariasis (Cacingan) Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Siwuluh
Kabupaten Brebes Tahun 2019. E-Journal Keperawatan, 8(2).

Ramdani, J & Diana, T. 2016. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan


Perilaku Penyesuaian Diri Yang Salah Pada Siswa Smp Negeri 6 Kota
Bengkulu. E-Journal UNIB. 3(1), 12-13

Sari & Sholihah. 2020. Hubungan Antara Pengetahuan Masyarakat Dengan Kepatuhan
Penggunaan Masker Sebagai Upaya Pencegahan Penyakit Covid-19 Di
Ngronggah. Jurnal Infokes, 10(1).

Swarjana, I.N. 2015. Metodelogi Penelitian Kesehatann (Monica Ban). Cv. Andi
Offset : Yogyakarta.
53

Syaputra, P. 2018. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Penerimaan Orang Tua
Anak Down Syndrome. Jurnal Perawat Indonesia, 2(2).

RI, Kemenkes. 2021. Cara Menggunakan Masker yang Benar. Jurnal


Kementerian Kesehatan RI.

Wijoyanto, B.A. 2020 Pandemi Covid-19 sebagai Pandemi Global.


http://www.alodokter.com/pandemi-covid-9-sebagai-pandemi-global

Yakob, T. 2020. Trategi Pencegahan Penularan Virus Covid-19 pada Sekolah


Dasar. Jurnal Ilmiah Indonesia. 4(2), 128-129
Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN

N BULAN
KEGIATAN Oktober Nopember Desember Januari Februari Mar Apr Mei Juni
O
et il
IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1
Proposal
2 ACC Proposal
3
Proposal
4 Ujian Proposal
5
Proposal
6 Pengumpulan
Data
7 Penyusunan Hasil
Penelitian
8 Penyebaran
Skripsi
9 Ujian Skripsi
10 Ujian Ulang
Skripsi
11 Perbaikan dan
Pengumpulan
55

Lampiran 2

KISI-KISI KUESIONER

GAMBARAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DALAM


MENERAPKAN PROTOKOL KESEHATAN
DI SMPN 1 TABANAN

Nomor Item
Variabel Indikator Jumlah Tidak
Sesuai
Sesuai
Penerapan 1. Memakai 3 3
protokol masker
kesehatan 2. Mencuci 3 3
tangan
3. Menjaga 3 3
jarak
4. Menghindari 3 3
kerumunan
5. Mengurangi 3 3
mobilitas
56

Lampiran 3

KUESIONER PERILAKU PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN

A. Data Demografi
2. Nama :
3. Usia :
4. Jenis Kelamin :
5. Pendidikan :
6. Pekerjaan :

B. Kuesioner
1. Apakah jenis masker yang digunakan dalam pencegahan Covid-19 ?
a. Masker medis dan non medis
b. Masker wajah serbuk
c. masker cair
2. Bagaimana menggunakan masker yang benar ?
a. Menutupi hidung, mulut hingga dagu
b. Menutupi hidung saja
c. Menutupi mulut saja
3. Dibawah ini apa saja yang dapat digunakan untuk mencuci tangan ?
a. Air dan sabun yang mengandung antiseptik
b. Air saja
c. Kain basah
4. Apakah fungsi utama dari sabun dalam mencuci tangan ?
a. Membuat tangan harum
b. Membunuh kuman pada tangan
c. Menambah pewarna pada tangan
5. Apa yang dapat dilakukan dalam meningkatkan daya tahan tubuh di masa
pandemi ?
a. Melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari
57

b. Menonton TV
c. Bermain sosial media
6. Apakah itu PHBS ?
a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
b. Perilaku Harapan Bangsa Somalia
c. Pekerja Harian Buruh Serabutan
7. Bagaimanakah cara kita menyapa orang lain ketika sedang berada di luar
rumah ?
a. Berpelukan dan bercium pipi
b. Menyapa tanpa berjabat tangan
c. Mengucapkan salam dan saling tukar makanan
8. Berapa meter jarak yang harus dijaga ketika bertemu dengan orang lain ?
a. 2 meter
b. 1 meter
c. 3 meter
9. Apakah kepanjangan dari PSBB
a. Pembatasan Sosial Berdampak Baik
b. Pembatasan Sosial Berskala Bersih
c. Pembatasan Sosial Berskala Besar
10. Hal yang anda dapat lakukan untuk mengurangi mobilitas anda di masa
pandemi Covid-19 ?
a. Tidak menyalakan lampu
b. Tidak pergi ke tempat banyak orang/berkerumun
c. Tidak menyiram tanaman
11. Apa yang harus dilakukan apabila kita baru tiba di rumah ?
a. Langsung ke kamar tidur
b. Mandi dan berganti pakaian dengan pakaian baru/pakaian khusus untuk
di rumah
c. Mandi lalu mengenakan pakaian yang tadi dipakai
12. Metode mencuci tangan yang mana yang lebih baik untuk digunakan di
rumah ?
58

a. Mencuci tangan dengan hand sanitizer saja


b. Mencuci tangan dengan air mengalir
c. Mencuci tangan dengan menggunakan sabut antiseptik dan air mengalir
13. Bagaimanakah sikap kita apabila melihat teman kita yang tidak
menggunakan masker di depan kita ?
a. Menjauhi secara langsung
b. Menegur dan menyarankan memakai masker, setelah memakai baru
diajak mengobrol
c. Membiarkan saja
14. Dimana sebaiknya kita membuang masker bekas pakai ?
a. Di pinggir jalan
b. Di tong sampah khusus sampah medis
c. Di kebun belakang rumah
15. 5 langkah penerapan protokol kesehatan sering disingkat dengan sebutan ?
a. 5C
b. 5W
c. 5M
59

Lampiran 3
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada:
Yth. Calon Responden
di SMPN 1 Tabanan

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurlida Salsa IA


NIM : 17C10151
Pekerjaan : Mahasiswa semester VII Program Studi Sarjana
Keperawatan, ITEKES Bali
Alamat :

Bersama ini saya mengajukan permohonan kepada Saudara untuk bersedia


menjadi responden dalam penelitian saya yang berjudul “Gambaran Perilaku
Anak Sekolah dalam Menerapkan Protokol Kesehatan di SMPN 1 Tabanan”.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kepatuhan
penerapan protokol Kesehatan pada siswa SMPN 1 Tabanan. Saya akan tetap
menjaga segala kerahasiaan data maupun informasi yang diberikan.

Demikian surat permohonan ini disampaikan, atas perhatian, kerja sama


dari kesediaannya saya mengucapkan terima kasih.

Denpasar, 1 Juni 2022


Peneliti

Nurlida Salsa IA
17C10151
60

Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ...............................................................................................
Jenis Kelamin : ...............................................................................................
Pekerjaan : ...............................................................................................
Alamat : ...............................................................................................

Setelah membaca Lembar Permohonan Menjadi Responden yang diajukan oleh


Saudara Nurlida Salsa IA, Mahasiswa semester VII Program Studi Sarjana
Keperawatan-ITEKES Bali, yang penelitiannya berjudul “Gambaran Perilaku
Anak Sekolah dalam Menerapkan Protokol Kesehatan di SMPN 1 Tabanan”,
maka dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian
tersebut, secara sukarela dan tanpa ada unsur paksaan dari siapa pun. Demikian
persetujuan ini saya berikan agar dapatdigunakan. Sebagaimana mestinya.

Tabanan, …………………………
Responden

…………………………
61

Lampiran 5
62

Lampiran 6
63

Lampiran 7
64

Lampiran 8

Anda mungkin juga menyukai