Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH AROMATERAPI BLENDED PEPERMINT DAN


GINGER OIL TERHADAP RASA MUAL PADA IBU HAMIL
TRIMESTER I DI UPT PUSKESMAS DENSEL 4

SINTA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan sistem dalam tubuh ibu selama proses kehamilan membutuhkan

suatu adaptasi baik fisik maupun psikologis sehingga tidak jarang ibu akan

mengalami ketidaknyamanan dalam perubahan tersebut sehingga perlu diberikan

suatu pencegahan dan perawatan (Ningrum, 2017). Ketidaknyamanan yang terjadi

pada ibu hamil meliputi mual muntah, mengidam, nyeri ulu hati, konstipasi,

hemorhoid, insomnia, sering buang air kecil, nyeri punggung, bengkak pada kaki,

sesak nafas, mudah lelah, dan lain-lain (Farrer, 2021). Ibu hamil yang mengalami

ketidaknyamanan akan segera mencari pertolongan pertama dengan menjangkau

fasilitas pelayanan kesehatan (Eniyanti & Devi, 2017).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2018 jumlah

kejadian emesis gravidarum mencapai 12,5% dari jumlah kehamilan di dunia. Di

Indonesia terdapat 50-90% kasus mual muntah yang dialami oleh ibu hamil (Liza,

2020). Angka kejadian mortalitas ibu di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak

8,800 dengan Maternal Mortality Ratio (MMR) sebanyak 216 per 100.000

kelahiran hidup, sedangkan Angka Kejadian Mortalitas ibu pada tahun 2019 di

Indonesia sebanyak 306/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2019). Dinas

Kesehatan Provinsi Bali (2019) menyatakan bahwa AKI di Provinsi Bali dalam 5

tahun terakhir yaitu dari tahun 2014-2019 berada di bawah angka nasional dan
dibawah target yang ditetapkan yaitu 90 per 100.000 KH, namun setiap tahun

belum bisa diturunkan secara signifikan

Kehamilan sangat identik dengan mual . Mual muntah secara terus

menerus akan menimbulkan berbagai komplikasi pada ibu dan janinnya. Pada

umumnya ibu yang mengalami mual muntah tidak merasa nyaman dan ingin

segera melewati masa ini. Secara konvensional cara mengatasi mual adalah

dengan mengkonsumsi makanan yang mudah dicerna, menghindari makanan dan

minuman tertentu, minum air jika merasa mual, dan berbaring (Astuti, 2020).

Kondisi ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu

menjadi lemah dan lelah, mengakibatkan gangguan asam basa, pneumoni aspirasi,

robekan mukosa esofagus, kerusakan hepar dan ginjal. Selain itu pertumbuhan

dan perkembangan janin akan terhambat karena nutrisi yang tidak terpenuhi dari

ibu (Anasari, 2012). Jika mual muntah ini dibiarkan terus menerus maka dapat

mengakibatkan gangguan fungsi alat-alat vital seperti ginjal dan hati, yang lama-

kelamaan akan menimbulkan kematian pada ibu dan janinnya (Manuaba, 2017).

Penelitian Herrel (2014) mengatakan bahwa sekitar 80% dari wanita

melaporkan gejala mual muntah berlangsung sepanjang hari dan 1,8% melaporkan

gejala mual muntah terjadi di pagi hari. Data menunjukkan bahwa lebih dari 85%

wanita hamil merasa terganggu aktivitasnya karena mual muntah dan

mengatasinya dengan mengkonsumsi obat-obatan anti mual. Namun penggunaan

obat yang tidak tepat seringkali membahayakan ibu hamil dan janinnya karena

diketahui dapat menyebabkan distorsi. Pemberian obat pada wanita hamil yang

mengandung efek terapeutik berlebihan kadangkala justru menimbulkan efek


toksik baik pada ibu maupun janinnya (Pujiastuti, 2014). Akan tetapi lebih baik

jika ibu hamil mampu mengatasi masalah mual muntah pada awal kehamilan

dengan menggunakan terapi pelengkap nonfarmakologis dan komplementer

terlebih dahulu. Penggunaan terapi pelengkap nonfarmakologis bersifat

noninstruktif, noninfasif, murah, sederhana, efektif dan tidak mempunyai efek

samping yang merugikan bagi ibu hamil (Santi, 2013).

Untuk menghindari adanya efek samping yang ditimbulkan oleh obat-

obatan tersebut, maka penatalaksanaan mual muntah juga dapat dilakukan dengan

memberikan terapi non farmakologi seperti akupuntur, aromaterapi, pendekatan

nutrisional, terapi manipulatif dan pendekatan psikologis (Tiran, 2018). Salah satu

aromaterapi yang sering digunakan ialah Pepermint (mentha piperita). Pepermint

termasuk dalam marga labiate yang memiliki tingkat keharuman yang sangat

tinggi, aroma yang dingin menyegarkan dan bau mentol yang mendalam.

Pepermint mengandung khasiat anti kejang dan penyembuhan yang andal untuk

kasus mual, salah cerna, susah membuang gas diperut, diare, sembelit, sakit

kepala dan pingsan (Zuraida & Sari, 2017). Aromaterapi blended Pepermint

mengandung menthol (35-45%) dan menthone (10%-30%) sehingga dapat

bermanfaat sebagai antiemetik dan antispasmodik pada lapisan lambung dan usus

dengan menghambat kontraksi otot yang disebabkan oleh serotonin dan substansi

lainnya (Stea et al, 2014).

Aromaterapi blended Pepermint yang mengandung minyak atsiri menthol

memiliki efek karnimatif dan antispasmodik yang bekerja di usus halus pada

saluran pencernaan sehingga mampu mengatasi ataupun menghilangkan mual


muntah (Tiran, 2018). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santi (2013)

menyatakan bahwa Aromaterapi blended Pepermint dan ginger oil dapat

mengurangi rasa mual pada ibu hamil trimester 1. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Sari, dkk (2015) pemberian aromaterapi Pepermint dapat

menurunkan mual akut pada pasien yang menjalani kemoterapi. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Siswantoro (2015) menyatakan bahwa bahwa aromaterapi

daun mint dapat menurunkan sesak nafas pada ibu hamil.

Selalin menggunakan aromaterapi blended Pepermint, terdapat juga

aromaterapi lain dengan memanfaatkan minyak dari bumbu dapur yaitu jahe atau

yang lebih populer disebut ginger oil. Ginger oil merupakan salah satu minyak

essensial yang dapat digunakan dalam mengurangi gejala mual pada ibu hamil

(Soumy, 2013). Secara farmakologis jahe (ginger) memiliki manfaat sebagai

antiemetik (anti muntah). Jahe merupakan stimulasi aromatik yang kuat dan dapat

mengendalikan muntah dengan meningkatkan gerakan peristaltik usus. Produk

utama tanaman jahe (ginger) adalah rimpang jahe yang menghasilkan minyak

atsiri dengan kandungan sekitar 6 senyawa yaitu minyak atsiri zingiberena

(zingirona), zingiberol, bisabilena, kurkuman, gingereol, dan flandrena di dalam

jahe yang telah terbukti memiliki aktivitas antiemetik (anti muntah) yang manjur

(Fitria, 2013).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di

UPT Puskesmas Densel 4, bahwa selama tahun 2021 terdapat 170 kunjungan ibu

hamil periode trimester 1, dimana sebanyak 80 orang mengeluh morning sickness

yaitu mengeluh mual di pagi hari. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
terhadap 10 orang ibu hamil di wilayah kerja UPT Puskesmas Densel 4 bahwa

penyebab mual paling sering karena hidungnya sensitif sehingga sangat mudah

mencium bau yang tidak sedap pada kamar tidur dan kamar mandi. Dari

wawancara tersebut, peneliti berinisiatif untuk memberikan aromaterapi untuk

mengurasi rasa mual yang dialami ibu ketika hamil trimester 1.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Pengaruh Aromaterapi Blended Pepermint dan Ginger Oil terhadap Rasa

Mual pada Ibu Hamil Trimester I di UPT Puskesmas Densel 4”

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh aromaterapi blended Pepermint dan ginger oil

terhadap rasa mual pada ibu hamil trimester I di UPT Puskesmas Densel 4 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh aromaterapi blended Pepermint dan ginger

oil terhadap rasa mual pada ibu hamil trimester I di UPT Puskesmas

Densel 4

2. Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan usia,

pekerjaan, pendidikan dan peritas

b) Mengidentifikasi rasa mual pada ibu hamil sebelum

diberikan aromaterapi blended Pepermint dan ginger oil


c) Mengidentifikasi rasa mual pada ibu hamil setelah

diberikan aromaterapi blended Pepermint dan ginger oil

d) Menganalisa pengaruh aromaterapi blended Pepermint dan

ginger oil terhadap rasa mual pada ibu hamil trimestter I di

UPT Puskesmas Densel 4

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk Layanan dan Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman

kepada para keluarga untuk merawat dan memberikan dukungan kepada

anggota keluarganya yang hamil agar tidak mengalami rasa tidak nyaman

seperti mual pada proses kehamilannya

2. Untuk Pendidikan dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi

dalam mengembangkan ilmu pengetahuan maternitas khususnya dalam

mengatasi masalah yang dialami ibu hamil selama fase antenatal care

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian dari Rismahara (2019) dengan judul : Pemberian

Aromaterapi Minyak Pepermint secara Inhalasi berpengaruh

terhadap Penurunan Mual Muntah pada Ibu Hamil di PMB Linda

Silalahi hasil penelitian menunjukkan sebelum diberikan

aromaterapi minyak Pepermint secara inhalasi mayoritas ibu hamil


mengalami mual muntah sedang sebanyak 12 orang (80%) dan

setelah diberikan aromaterapi minyak Pepermint secara inhalasi

mayoritas ibu hamil tidak mengalami mual muntah sebanyak 12

orang (80%). Ada perbedaan nilai rata-rata skor mual muntah ibu

hamil sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi minyak

Pepermint secara inhalasi sebesar 6,13. Ibu hamil yang mengalami

mual muntah dapat menggunakan aromaterapi minyak Pepermint

secara inhlasi sehingga dapat mengurangi penggunaan terapi

farmakologis. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan

penelitian ini terletak pada variabel aromatera dimana penelitian ini

hanya menggunakan satu aromaterapi, sedangkan peneliti

menggunakan dua aromaterapi. Selain itu, perbedaan terletak pada

lokasi penelitian dan jumlah sampel yang digunakan.

2. Penelitian dari Santi (2018) dengan judul : Pengaruh Aromaterapi

Blended Pepermint dan Ginger Oil terhadap Rasa Mual pada Ibu

Hamil Trimester Satu di Puskesmas Rengel Kabupaten Tuban

menunjukan bahwa terdapat pengaruh aromaterapi blended

Pepermint dan ginger oil terhadap rasa mual pada ibu hamil

trimester satu di Puskesmas Rengel Kabupaten Tuban. Saat ini

penggunaan aromaterapi blended Pepermint dan ginger oil oleh ibu

hamil trimester satu adalah salah satu cara alternatif untuk

menurunkan frekuensi rasa mual karena terbukti penggunaannya

mudah, sederhana, efektif, dan tanpa efek samping serta tidak


merugikan kondisi ibu dan calon bayi. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu terletak pada lokasi

penelitian dimana penelitian ini berlokasi di Puskesmas Rengel

Tuban, sedangkan lokasi yang digunakan peneliti berada di

Puskesmas Densel 4.

3. Penelitian dari Andriani (2017) dengan judul : Pengaruh

Aromaterapi Pepermint Terhadap Kejadian Mual pada Ibu Hamil

Trimester I Di Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakarta

menjelaskan bahwa tingkat mual sebelum diberikan aromaterapi

Pepermint pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Mlati II

sebagian besar adalah kategori berat sebanyak 9 orang (60%).

Tingkat mual setelah diberikan aromaterapi Pepermint pada ibu

hamil trimester I di Puskesmas Mlati II sebagian besar adalah

kategori ringan sebanyak 8 orang (53,3%). Hasil uji Wilcoxon Sign

Rank Test diperoleh p-value 0,001. Perbedaan antara penelitian ini

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada

jumlah populasi dan sampel, selanjutnya variabel aromaterapi yang

digunakan dimana penelitian ini menggunakan satu aromaterapi,

sedangkan peneliti menggunakan dua aromaterapi.

4. Penelitian dari Sebayang dkk (2021) dengan judul : Pengaruh

Aromatherapy terhadap Mual Muntah dalam Kehamilan

(Systematic Riview) menunjukan bahwa berdasarkan systematic

review dapat disimpulkan bahwa banyak metode yang digunakan


untuk pengurangan rasa mual muntah yaitu: aromaterapi jahe,

lemon, jeruk, lavender, seduhan daun Pepermint, esensial oil

Pepermint dan lavender, blended Pepermint dan ginger oil.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti terletak pada jumlah populasi dan sampel, selanjutnya

jenis aromaterapi pada penelitian ini tidak spesifik, sedangkan

yang dilakukan peneliti sudah jelas menggunakan blended

Pepermint dan ginger oil.

5. Penelitian dari Suraida & Desria (2018) dengan judul : Perbedaan

Efektivitas Pemberian Essensial Oil Pepermint dan Aroma Terapi

Lavender terhadap Intensitas Mual pada Ibu Hamil Trimester I di

Puskesmas Baso Kabupaten Agam Tahun 2017 menunjukan bahwa

terdapat perbedaan efektifitas pemberian essensial oil Pepermint

dan aroma terapi lavender terhadap penurunan intensitas mual pada

ibu hamil, dimana pemberian essensial oil Pepermint lebih efektif

terhadap penurunan intensitas mual pada ibu hamil trimester I.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti terletak dari jenis penelitian dimana penelitian ini

mencari perbedaan, sedangkan peneliti mencari hubungan antara

dua variabel. Selain itu, jenis aromaterapi yang digunakan juga

sedikit berbeda, dimana penelitian ini menggunakan essensial oil

Pepermint dan lavender, sedangkan peneliti menggunakan blended

Pepermint dan ginger oil.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan

1. Definisi

Kehamilan adalah proses yang terjadi dari pembuahan sampai

kelahiran. Proses ini dimulai dari sel telur yang dibuahi oleh sperma, lalu

tertanam di dalam lapisan rahim, dan kemudian menjadi janin (Nanda,

2021). Kehamilan terjadi selama 40 minggu, yang terbagi ke dalam tiga

trimester yaitu:

a) Trimester pertama (0-13 minggu) : struktur tubuh dan

sistem organ bayi berkembang. Kebanyakan keguguran dan

kecacatan lahir muncul selama periode ini.

b) Trimester kedua (14-26 minggu) : fase perkembangan dan

pertumbuhan janin.

c) Trimester ketiga (27-40 minggu) : fase maturasi atau

kematangan organ dan pertumbuhan janin

2. Perubahan Fisik selama Kehamilan

Kehamilan dimulai dari proses pembuahan (konsepsi) sampai

sebelum janin lahir (Huliana, 2016). Lamanya kehamilan yang normal

adalah 280 hari atau 40 minggu, dihitung dari hari pertama haid yang

terakhir.

a) Kehamilan Trimester Pertama


Pada kehamilan trimester pertama, umumnya nafsu makan

berkurang, sering timbul rasa mual dan ingin muntah.Pada

kondisi ini ibu harus tetap berusaha untuk makan agar janin

dapat tumbuh dengan baik. Gejala awal kehamilan pada

beberapa wanita adalah mual dengan atau tanpa muntah.Ini

disebut morning sickness baik terjadi pada pagi hari

maupun siang hari.Morning sicknessatau mual bisanya

dimulai sekitar 6 atau8 minggu dan mungkin berakhir

sampai 12 atau 13 minggu.

b) Kehamilan Trimester Kedua

Uterus akan terus tumbuh. Pada usia kehamilan 16 minggu,

uterus biasanya berada pada pertengahan antara simfisis

pubis dan pusat. Penambahan berat badan sekitar 0,4- 0,5

kg/mg. Ibu mungkin akan merasa banyak energi. Pada usia

kehamilan 20 minggu, fundus berada dekat dengan

pusat.Payudara mulai mengeluarkan kolostrum.Ibu dapat

merasa gerakan bayinya dan juga mengalami perubahan

yang normal pada kulitnya, meliputi adanya chloasma,

linea nigra, dan striaebgravidarum

c) Kehamilan Trimester Ketiga

Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus berada pada

pertengahan antara pusat dan sifoideus. Pada usia

kehamilan 32-36 minggu, fundus mencapai prosesus


sifoideus. Payudara penuh dan nyeri tekan, sering BAK

kembali terjadi. Sekitar usia 38 minggu bayi masuk/turun

ke dalam panggul. Sakit punggung dan sering BAK

meningkat. Ibu mungkin terjadi sulit tidur.Kontraksi

Braxton Hicks meningkat (Gary, 2015).

3. Perubahan Psikologi pada Kehamilan

a) Kehamilan Trimester Pertama

Segera setelah konsepsi, kadar hormon progesterone dan

estrogen dalam kehamilan akan meningkat. Hal ini akan

menyebabkan timbulnya mual pada pagi hari, lemah, lelah,

dan membesarnya payudara.Ibu merasa tidak sehat dan

sering kali membenci kehamilannya.Banyak ibu yang

merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan

kesedihan.Sering kali pada awal kehamilannya ibu berharap

untuk tidak hamil. Pada trimester pertama, seorang ibu akan

selalu mencari tnda-tanda untuk tidak meyakinkan bahwa

dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada

tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama. Oleh

karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia

seorang ibu yang mungkin diberitahukannya kepada orang

lain atau dirahasiakannya

b) Kehamilan Trimester Kedua


Trimester kedua biasaya adalah saat ibu merasa sehat.

Tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih

tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah

berkurang. Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum

dirasakan sebagai beban. Ibu sudah menerima

kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan

pikirannya secara lebih konstruktif.Pada trimester ini pula

ibu dapat merasakan gerakan bayinya dan ibu mulai

merasakan kehadiran bayinya sebagai seorang di luar dari

dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa

kecemasan, rasa tidak nyaman seperti yang dirasakan pada

trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido

c) Kehamilan Trimester Ketiga

Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan

waspada sebab pada saat ibu merasa tidak sabar menunggu

kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut

merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya.

Terkadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir

sewaktu-waktu. Keadaan ini mnyebabkan ibu

meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan

gejala terjadinya persalinan. Sering kali ibu merasa

khawatir atau takut apabila bayi yang akan dilahirkannya

tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap


melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau

benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya.

Penelitian dari Zuraida dkk (2018) menjelaskan bahwa

terdapat perbedaan efektifitas pemberian essensial oil peppermint

dan aroma terapi lavender terhadap penurunan intensitas mual dan

muntah pada ibu hamil, dimana pemberian essensial oil peppermint

lebih efektif terhadap penurunan intensitas mual dan muntah pada

ibu hamil trimester I. Diharapkan kepada peneliti berikutnya untuk

dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang teknik-teknik non

farmakologis yang efektif terhadap penurunan intensitas mual dan

muntah pada ibu hamil.

B. Konsep Mual pada Kehamilan

1. Definisi

Mual merupakan suatu rasa atau sensasi yang tidak menyenangkan

yang terjadi dibelakang tenggorokan dan epigastrium yang dapat atau

tidak menyebabkan muntah. Mual juga dapat dipengaruhi oleh serabut

aferen sistem gastrointestinal. Muntah merupakan respon dari batang otak

yang akan memepngaruhi pusat muntah. Jika pusat muntah terstimulasi

maka jalan nafas akan tertutup dan respirasi menjadi lebih rendah.

Akibatnya esophagus bagian atas relaksasi dan meningkatkan tekanan

intra abdomen yang menyebabkan pengeluaran isi lambung (Hawkins &

Grunberg, 2014).
Hipersaliva sering terjadi sebagai kompensasi dari mual yang terjadi. Pada

beberapa wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin

berkaitan dengan perspsi individu wanita tersebut mengenai apa yang bisa

mengurangi rasa mual . Banyak wanita yang mengalami mual biasanya

tidak mendapatkan perhatian medis. Akan tetapi, tidak ada pengobatan

yang benar-benar berhasil untuk mual yang normal pada kehamilan

(Stoppard, 2018).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

a) Peningkatan hormon Progesterone.

Dengan meningkatnya tingkat hormon progesterone ini,

terjadi pergerakan dari usus kecil para ibu hamil,

kerongkongan dan perut yang mana hal ini akan bisa

menyebabkan rasa mual.

b) Peningkatan hCG

Peningkatan hCG yang terjadi pada manusia salah satunya

bisa dan dapat mengakibatkan rasa mual dalam tahap awal

kehamilan yang dirasakan oleh para ibu hamil.

c) Kekurangan Vitamin

Kekurangan vitamin B6 dapat mengakibatkan morning

sickness dan yang lebih berat lagi.

d) Meningkatnya Sensitivitas pada Bau

Para dokter berpendapat bahwa peningkatan hormon

esterogen bisa memicu sensitivitas pada hidung ibu hamil.


Meski begitu masih belum diketahui benar apakah hormon

estrogen benar-benar berpengaruh terhadap hal ini.

e) Stres.

Beberapa ahli juga menilai bahwa respon rasa mual yang

dialami ibu hamil tersebut merupakan respon negatif akibat

rasa stress yang dialami. Sekali lagi, belum ada bukti

konkrit terkait hal ini. Meski begitu, rasa mual yang dialami

juga menyebabkan ibu hamil semakin merasakan stress.

3. Patofisologi Mual

Selama Kehamilan Mual dalam kehamilan merupakan gejala

fisiologis karena terjadinya berbagai perubahan di dalam tubuh wanita

yang hamil.Banyak teori mengenai penyebab mual pada kehamilan. Mual

merupakan hasil stimulus yang terjadi di otak. Penyebab mual ini tidak

diketahui secara pasti, tetapi tampaknya berkaitan dengan tingginya kadar

hormon hCG. Hormon hCG yang meningkat pada kehamilan diduga

menjadi penyebab mual yang bekerja pada pusat muntah di otak yaitu

medulla. Produksinya sudah dimulai pada awal kehamilan, kira-kira pada

hari implantasi. Setelah itu, kadar hCG dalam plasma dan urin ibu

meningkat sangat pesat (Gary, 2015 ). Kadarnya meningkat sejak hari

implantasi hingga mencapai puncaknya pada sekitar hari ke-60 sampai hari

ke 70. Setelah itu, konsentrasinya menurun secara bertahap sampai titik

terendah dicapai pada sekitar hari ke-100 sampai 130. Selama kehamilan

terjadi perubahan pada sistem gastrointestinal ibu hamil. Tingginya kadar


progesteron mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan

kolesterol darah. Selain itu sekresi saliva menjadi lebih asam, lebih banyak

dan asam lambung menurun. Muntah secara umum disebabkan oleh

motilitas lambung yang abnormal, muntah tidak ditimbulkan oleh

peristaltic terbalik tetapi karena adanya gayayang mendorong keluar isi

lambung. Muntah juga dapat dipengaruhi oleh serabut aferen sistem

gastrointestinal (Rahmawati, 2019).

4. Tanda dan Gejala Mual pada Kehamilan

Rahmawati (2019) menjelaskan bahwa menurut berat ringannya

gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

a) Tingkatan I (ringan)

1) Mual terus-menerus yang mempengaruhi keadaan

umum penderita

2) Ibu merasa lemah

3) Nafsu makan tidak ada

4) Berat badan menurun

5) Merasa nyeri pada epigastrium

6) Nadi meningkat sekitar 100 per menit

7) Tekanan darah menurun

8) Turgor kulit berkurang

9) Lidah mengering

10) Mata cekung

b) Tingkatan II (sendang)
1) Penderita tampak lebih lemah dan apatis

2) Turgor kulit mulai jelek

3) Lidah mengering dan tampak kotor

4) Nadi kecil dan cepat

5) Suhu badan naik (dehidrasi)

6) Mata mulai ikterik

7) Berat badan turun dan mata cekung

8) Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi

9) Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi

asetonuria

c) Tingkatan III (berat)

1) Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun

dari somnolen sampai koma)

2) Dehidrasi hebat

3) Nadi kecil, cepat dan halus

4) Suhu badan meningkat dan tensi turun

5) Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang

dikenal dengan enselopati wernicke dengan gejala

nistagmus, diplopia dan penurunan mental

6) Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah

hati

5. Pengukuran Mual
Banyak instrument yang tersedia dan telah digunakan untuk

mengukur berbagai aspek dari mual, tetapi semuanya itu belum cukup

valid dan memiliki standar.Frekuensi, intensitas dan durasi mual adalah

karakteristik yang paling penting yang biasa diukur dalam percobaan

klinis (Anggi, 2016). Pengukuran frekuensi bisa dilakukan dengan cara

berdasarkan jawaban ya atau tidak untuk pretanyaan spesifik dari

responden yang berkaitan dengan munculnya mual. Pengukurn mual bisa

juga dilakukan dengan menggunaan score. Frekuensi mual merupakan

keluhan subjektif berupa perasaan tidak nyaman pada saluran pencernaan

yang bisa dihitung dengan menggunakan kuesioner PUQE- 24.

Kuesioner PUQE-24 (Pregnancy Unique Quantification of Emesis) adalah

kuesioner yang bisa digunakan untuk mengukur frekuensi mual pada ibu

hamil trimester pertama (Ebrahimi, 2017). Responden diberi pertanyyan

sebanyak 1 item berupa pertanyaan berapa kali responden mengalami mual

dalam waktu 24 jam. Tingkat ringan yaitu apabila responden mengalami

mual sebanyak 1-5 kali, tingkat sedang apabila responden mengalami mual

sebanyak 6-10 kali, mual tingkat berat apabila responden mengalami mual

sebanyak 11-15 kali. Sedangkan frekuensi muntah berupa pengeluaran isi

lambung muntah melalui mulut yang bisa diamati dengan menggunakan

kuesioner PUQE-24. Responden diberi pertanyaan berapa kali responden

mengalami muntah dalam waktu 24 jam. Muntah tingkat ringan ayaitu

apabila responden mengalami muntah sebanyak 1-3 kali, muntah tingan

sedang apabila responden mengalami muntah sebanyak 4-6 kali,


sedangkan muntah tingkat berat apabila responden mengalami muntah

sebanyak lebih dari 7 kali.

Penelitian dari Andriani (2017) menjelaskan bahwa tingkat mual

dan muntah sebelum diberikan aromaterapi peppermint pada ibu hamil

trimester I di Puskesmas Mlati II sebagian besar adalah kategori berat

sebanyak 9 orang (60%). Tingkat mual dan muntah setelah diberikan

aromaterapi peppermint pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Mlati II

sebagian besar adalah kategori ringan sebanyak 8 orang (53,3%). Hasil uji

Wilcoxon Sign Rank Test diperoleh p-value 0,001. Simpulan: Ada

pengaruh aromaterapi peppermint terhadap mual dan muntah pada ibu

hamil trimester I.

C. Konsep Dasar Aromaterapi

1. Definisi

Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak essensial

atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga

kesehatan, membangkitkan semangat, menyegarkan serta menenangkan

jiwa dan raga (Astuti, 2015). Beberapa minyak essensial yang sudah

diteliti dan ternyata efektif sebagai sedatif penenang ringan yang berfungsi

nmenenangkan sistem saraf pusat yang dapat membantu mengatasi

insomnia terutama diakibatkan oleh stress, gelisah, ketegangan, dan

depresi (Santi, 2018). Bentuk aromaterapi ada yang berupa minyak, sabun,

dan lilin aromaterapi.


2. Manfaat Aromaterapi

Setyoadi & Kushariyadi (2017) menjelaskan bahwa manfaat aromaterapi

antara lain:

a) Mengatasi insomnia dan depresi, meredakan kegelisahan

b) Meredakan nyeri dan rasa tidak nyaman pada tubuh

c) Mengurangi perasaan ketegangan

d) Meningkatakan kesehatan dan kesejahteraan tubuh, pikiran dan

jiwa

e) Menjaga kestabilan ataupun keseimbanagan sistem yang terdapat

dalam tubuh menjadi sehat dan menarik

f) Merupakan pengobatan holistik untuk menyeimbangkan semua

fungsi tubuh

3. Mekanisme Kerja

Aromaterapi didalam tubuh berlangsung melalui dua sistem

fisiologis yaitu sistem sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Bau

merupakan suatu molekul yang mudah menguap ke udara dan akan masuk

ke rongga hidung melalui penghirupan sehingga akan direkam oleh otak

sebagai proses penciuman. Proses penciuman terbagi dalam tiga tingkatan,

dimulai dengan penerimaan molekul bau pada epitallium olfaktori yang

merupakan suatu reseptor berisi 20 juta ujung saraf (Khoirullisa, 2019).

Selanjutnya bau tersebut akan ditramisikan sebagai suatu pesan ke pusat

penciuman yang terleltak pada bagian belakang hidung. Pada tempat ini,

sel neuron menginterpretasikan bau tersebut dan mengantarkannya ke


sistem limbik. Sistem limbik merupakan pusat nyeri, senang, marah, takut,

depresi, dan berbagai emosi lainnya. selanjutnya respon dikirim ke

hipotalamus untuk diolah. Melalui penghantaran respons yang dilakukan

oleh hipotalamus seluruh sistem minyak essensial tersebut akan diantar

oleh sistem sirkulasi dan agen kimia kepeda organ yang tubuh. Secara

fisiologis, kandungan unsur-unsur terapeutik dari bahan aromatic akan

memperbaiki ketidakseimbangan yang terjadi didalam system tubuh. Bau

yang menimbulkan rasa tenang akan merangsang daerah otak yang disebut

nuklues rafe untuk mengeluarkan sekresi serotonin (Setyoadi &

Kushariyadi, 2017). Sekresi serotonin berguna untuk menimbulkan efek

rileks sebagai akibat inhibisi eksitasi sel

Perasaan rileks yang dihasilkan oleh aromaterapi dikarenakan

kembalinya sirkulasi secara normal. Serotonin yang menyebabkan euporia,

relaks atau sedatif. Saraf penciuman (nervus olfaktorius) adalah satu-

satunya saluran terbuka yang menuju otak. Melalui saraf ini, aromaakan

mengalir ke bagian otak sehingga mampu memicu memori terpendam dan

memengaruhi tingkah laku emosional yang bersangkutan. Hal ini bias

terjadi karena aroma tersebut menyentuh langsung pusat emosi dan

kemudian bertugas menyeimbangkan kondisi emosional (Setyoadi &

Kushariyadi, 2017). Untuk itu aromaterapi dengan cara inhalasi dapat

menurunkan kecemasan dengan meningkatkan serotonin.

4. Metode Pemakaian

a) Dihirup
Merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam

penggunaan aromaterapi yang paling sederhana dan

cepat.Inhalasi juga merupakan metode yang paling tua.

Aromaterapi masuk dari luar tubuh ke dalam tubuh dengan

satu tahap yang mudah, yaitu lewat paru-paru di alirkan ke

pembuluh darah melalui alveoli. Inhalasi sama dengan

metode penciuman bau, di mana dapat dengan mudah

merangsang olfaktori pada setiap kali bernafas dan tidak

akan mengganggu pernafasan normal apabila mencium bau

yang berbeda dari minyak essensial. Aromaterapi inhalasi

dapat dilakukan dengan menggunakan elektrik, baterai, atau

lilin diffuser, atau meletakkan aromaterapi dalam jumlah

yang sedikit pada selembar kain atau kapas. Hal ini berguna

untuk minyak essensial relaksasi dan penenang (Astuti,

2015).

b) Penguapan

Alat yang digunakan untuk menyebarkan aromaterapi

dengan cara penguapan ini mempunyai rongga seperti gua

untuk meletakkan lilin kecil atau lampu minyak dan bagian

atas terdapat cekungan seperti cangkir biasanya terbuat dari

kuningan untuk meletakkan sedikit air dan beberapa tetes

minyak esensial (Sharma, 2013). Cara penggunaannya

adalah mengisi cekungan cangkir pada tungku dengan air


dan tambahkan beberapa tetes minyak esensial, kemudian

nyalakan lilin, lampu minyak atau listrik. Setelah air dan

minyak menjadi panas, penguapan pun terjadi dan seluruh

ruangan akan terpenuhi dengan bau aromatik (Sharma,

2013).

c) Pijatan

Pijat merupakan salah satu bentuk pengobatan yang sangat

sering dikolaborasikan dengan aromaterapi. Beberapa tetes

minyak esensial dicampurkan dalam minyak untuk pijat

sehingga dapat memberikan efek simultan antara terapi

sentuhan dan terapi wangi- wangian. Pijatan dapat

memperbaiki peredaran darah, mengembalikan kekenyalan

otot, membuang racun dan melepaskan energi yang

terperangkap di dalam otot. Wangi-wangian memicu rasa

senang dan sehat (Sharma, 2013).

d) Semprotan untuk Ruangan

Minyak esensial bersifat lebih alami daripada aerosol yang

dapat merusak ozon dalam penggunaannya sebagai

pewangi ruangan. Penggunaannya adalah dengan

menambahkan sekitar 10-12 tetes minyak esensial ke dalam

setengah liter air dan menyemprotkan campuran tersebut ke

seluruh ruangan dengan bantuan botol penyemprot

(Sharma, 2013).
e) Mandi dengan Berendam

Mandi dengan berendam merupakan cara yang paling

mudah untuk menikmati aromaterapi. Tambahkan beberapa

tetes minyak aroma ke dalam air berendam, kemudian

berendamlah selama 20 menit. Minyak esensial akan

berefek pada tubuh dengan cara memasuki badan lewat

kulit. Campurkan minyak esensial dengan cara yang tepat,

karena beberapa minyak aroma tidak mudah larut dalam air

(Sharma, 2013).

5. Aromaterapi Blended Pepermint

a) Definisi

Pepermint (mentha x piperita) merupakan ramuan asli yang

berasal dari negara mediterrania dan tumbuh di negara

bagian eropa dan Amerika bagian utara dimana memiliki

kandungan menthol adalah yang paling umum yang

terdapat dari daun Pepermint dengan konsentrasi 50-60%

yang memiliki banyak kegunaan seperti mengurangi sesak

nafas, nyeri kepala dan nyeri pada otot (Kligler, 2017).

Pepermint atau Mentha Piperita adalah tanaman yang

mengandung minyak atsiri yang komponen utamanya

adalah mentol dengan konsentrasi 50- 60%. Mentol

menghasilkan efek pendinginan pada kulit, mentol

mengurangi pruritus yang disebabkan oleh histamin. Ini


memiliki efek antipruritic, analgesik dan relaksasi

(Abdelgafar, 2017)

b) Komposisi Kimia dan Aplikasi Potensial Terapeutik

Pepermint

Kandungan atau komposisi dari minyak esensial Pepermint

atau mentha piperita dapat dideteksi dengan kromatografi

gas hypenated dengan tekhnik spektrometri massa

(GC/MS) yang tersusun dari monoterpen, menthone,

menthol dan turunannya. Pepermint mengandung lebih dari

30 komponen yang diketahui, dengan substansial, jumlah

mentol (35–60%) dan menton (15-30%) 2,3 tetapi juga

konstituen seperti menthyl acetate, eucalyptol, limonene,

dan pulegone. Dalam kondisi terapeutik Pepermint juga

digunakan seperti radang pada mukosa mulut, kolon yang

sensitif atau gampang terserang infeksi, gangguan saluran

pencernaan bagian atas dan empedu dan gangguan saluran

pernafasan, dan pendekatan terapeutik seperti ini maka

dikombinasikan dengan obat Pepermint juga dapat

berkontribusi atau memberikan manfaat untuk mengatasi

resistensi antibiotik (Rosato, 2017)

c) Manfaat Pepermint

Ada berbagai macam manfaat yang diperoleh dari

Pepermint yaitu untuk gangguan pencernaan seperti iritasi


bowel syndrom, dyspepsia non ulcer, menurunkan spasme

selama prosedur yang berkaitan dengan gastrointestinal dan

mampu menurunkan rasa nyeri pada kepala, adapun efek

tambahan yang didapatkan dari Pepermint adalah mampu

menurunkan reaksi alergi, rasa terbakar pada bagian

abdomen, rasa terbakar pada bagian perianal, penglihatan

yang kabur, mual, muntah dan jarang terjadi tetapi mampu

memberikan efek pada beberapa pasien dengan gagal ginjal

akut dan interstitial nephritis (Kligler, 2017). Pepermint

banyak digunakan digunakan sebagai bahan dasar dalam

beberapa aplikasi berbeda seperti dalam makanan dan

kosmetik bahkan daun dan bunga digunakan untuk

persiapan dalam pembuatan obat-obatan (Rosato, 2017).

Dalam penelitian Abdelgafar (2017) Pepermint dapat

menurunkan derajat pruritus karena memiliki komponen

utama mentol dalam konsentrasi (50%-60%). Mentol

menghasilkan efek pendinginan pada kulit,mengurangi

pruritus yang disebabkan oleh histamin. Ini memiliki efek

antipruritic, analgesik dan relaksasi. Manfaat lainnya di

tambahkan oleh Elsaie (2014) Pepermint mampu

menurunkan derajat pruritus bukan hanya pada pasien gagal

ginjal kronik tetapi juga pruritus akibat gangguan hepatik

dan diabetik serta pada pengobatan kram kaki dan


pemberian secara topikal adalah yang paling banyak di

rekomendasikan yang tidak memiliki efek samping yang

besar pada pasien. Penelitian lain yang berkaitan dengan

manfaat ekstrak Pepermint yaitu menurut Amjadi (2017)

melakukan pemberian aromatherapy Pepermint pada ibu

hamil yang mengalami pruritus dan hasil yang di dapatkan

bahwa minyak Pepermint efektif menurunkan derajat

keparahan pruritus gravidarum walaupun mekanisme

Pepermint dapat menurunkan derajat pruritus belum jelas

diketahui tetapi beberapa peneliti menunjukan bahwa

menthol menghambat rasa gatal dengan mengaktifkan

serabut A-delta fibers dan reseptor k-opioid.

6. Aromaterapi Ginger Oil

Ginger oil atau dalam bahasa Indonesianya disebut minyak jahe

atau minyak atsiri adalah salah satu rempah-rempah yang banyak

digunakan untuk konsumsi dan juga untuk kesehatan. Selain itu,

kandungan minyak atsiri jahe juga merupakan salah satu peluang usaha

peningkatan nilai ekonomis jahe. Indonesia sendiri merupakan salah satu

dari lima besar negara pengekspor jahe di dunia. Ekspor Indonesia akan

komoditas jahe rata-rata meningkat 32.75 % per tahun. Data tahun 2012

menunjukkan volume ekspor jahe mencapai 43.193 ton (Badan Pusat

Statistik, 2012). Walaupun volume ekspor jahe cukup tinggi, sebagian

besar ekspor jahe masih dalam bentuk bahan mentah (rimpang jahe segar)
dan setengah jadi (jahe asinan dan jahe kering). Hingga saat ini Indonesia

belum banyak memanfaatkan peluang ekspor minyak jahe.

Ginger oil diketahui memiliki berbagai fungsi, diantaranya

digunakan dalam industri kosmetik, makanan dan aromaterapi. Menurut

Rosato (2017), minyak jahe mengandung banyak senyawa kimia,

diantaranya zingiberene, kamfen, curcumene, fellandren, sitral, sineol dan

zingiberol. Ginger oil sangat baik digunakan untuk aromaterapi yang

berfungsi sebagai pereda rasa mual, penghilang rasa sakit, memperbaiki

sirkulasi pernafasan sehingga mampu mengatasi masalah pernafasan,

melancarkan pencernaan. Pemanfaatan ginger oil dalam pengobatan

maupun perawatan kecantikan relatif terbatas, padahal khasiat dan

manfaatnya banyak.

Penelitian dari Sunaeni (2022) menjelaskan bahwa tidak ada

Pengaruh Pemberian Aromaterapi Peppermint Terhadap Kejadian Emesis

Gravidarum (Sisg 0,0187 >α = 0,05 atau 5% ) dan tidak pengaruh ada

Aromaterapi Peppermint Terhadap Kejadian muntah Di Puskesmas

Klasaman Kota Sorong (hitung X 2 0,083 > α = 0,05 atau 5% ).

Diharapkan ibu hamil dapat Meningkatkan peran aktifnya dalam

mendapatkan informasi kesehatan terutama yang menyangkut

pengurangan rasa mual seperti obat herbal lain (jahe) yang tentunya aman

bagi ibu dan janin.


E. Kerangka Teori

Kehamilan Penatalaksanaan Non


farmakologi

Rasa Mual Aromaterapi Blended


Pepermint dan Ginger
Oil

Faktor yang Rasa Mual :


mempengaruhi mual : Tinggi
1. Peningkatan Sedang Menurunkan Serotonin
hormon rendah
progesteron
2. Peningkatan hCG
3. Kekurangan
vitamin
4. Meningkatkanya
sensitifitas bau
5. Stress

Gambar 2.1
Kerangka Teori penelitian pengaruh aromaterapi blended Pepermint dan
ginger oil terhadap rasa mual pada ibu hamil trimester I di UPT Puskesmas
Densel 4
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Aromaterapi Blended Pepermint


Rasa Mual
dan Ginger Oil

Dihirup Ringan
Penguapan Sedang
Pijatan Berat
Semprotan untuk Ruangan
Mandi dengan Berendam

Keterangan :

: diteliti
: tidak diteliti
: berpengaruh

Gambar 2.1
Pengaruh Aromaterapi Blended Pepermint dan Ginger Oil terhadap Rasa Mual
Pada Ibu Hamil Trimester I di UPT Puskesmas Densel 4
B. Hipotesis

Hipotesis merupakan sebuah pernyataan tentang hubungan yang

diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris

(Swarjana, 2015). Hipotesis kerja dari penelitian ini adalah :

H0 : tidak ada pengaruh aromaterapi blended Pepermint dan ginger oil terhadap

rasa mual pada ibu hamil trimester I di UPT Puskesmas Densel 4

Ha : Ada pengaruh aromaterapi blended Pepermint dan ginger oil terhadap rasa

mual pada ibu hamil trimester I di UPT Puskesmas Densel 4

C. Definisi Operasional

Ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti

perlu diberikan batasan atau definisi operasional. Definisi operasional ini

bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap

variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen

(Notoatmodjo, 2018).

Tabel 3.1 Definisi operasional pengaruh aromaterapi blended Pepermint dan ginger
oil terhadap rasa mual pada ibu hamil trimester I di UPT Puskesmas Densel
4
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1 Aromater Aromaterapi adalah terapi yang Standar
api menggunakan minyak essensial operasional
blended atau sari minyak murni untuk prosedur
Pepermin membantu memperbaiki atau (SOP)
t dan menjaga kesehatan, dengan
ginger oil membangkitkan semangat, inhalasi
menyegarkan serta
menenangkan jiwa dan raga
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

deskriptif eksperimen yang merupakan jenis penelitian yang menjelaskan

fenomena agar dapat menjawab research question yang menggunakan angka

untuk menjelaskan fenomena dan membandingkan secara sederhana insiden dari

fenomena yang terjadi (Swarjana, 2015). Penelitian ini pengaruh aromaterapi

blended pepermint dan ginger oil terhadap rasa mual pada ibu hamil trimester I di

UPT Puskesmas Densel 4.

Subjek Pre test Perlakuan Post test


O1 X O2

Keterangan :

O1 : Pengukuran rasa mual sebelum diberikan perlakuan

X : Intervensi aromaterapi blended pepermint dan ginger oil

O2 : Pengukuran rasa mual setelah diberikan perlakuan


B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di UPT Puskesmas Densel 4 yang

beralamat di Jln. Pulau Moyo No. 63A, Pedungan, Denpasar Selatan

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei-Juni 2022

D. Populasi, Sampel, Sampling

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah sekumpulan dari individu atau objek yang secara

potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian (Swarjana, 2015).

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester I yang berada di

wilayah kerja UPT Puskesmas Densel 4 yang berjumlah 107 orang

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk bisa

mewakili populasi (Swarjana, 2015). Pada penelitian ini yang dipilih

menjadi sampel yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Persyaratan

sampel yang bisa diikutsertakan dalam penelitian ini ditetapkan

berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Jumlah sampel dalam penelitian ini purposive sampling dengan

kriteria sebagai berikut :

a) Kriteria inklusi
Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek

penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan diteliti.

Pertimbangan ilmiah harus menjadi padoman saat menetukan

kriteria inklusi (Swarjana, 2015). Adapun sampel penelitian ini

adalah dengan kriteria inklusi:

1) Ibu hamil trimester I dengan riwayat pernah

mengalami mual

2) Bersedia menjadi responden

3) Tidak dalam kondisi sakit

b) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai

penyebab (Nursalam, 2013). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

antara lain :

1) Ibu hamil yang dalam kondisi sakit

3. Sampling

Sampling adalah sebuah strategi yang digunakan untuk memilih

elemen atau bagian dari populasi untuk diteliti (Swarjana, 2015).

Metode pengambilan sampel pada penelitian menggunakan teknik

sampling dalam penelitian ini yaitu purposive sampling. Pemilihan sampel

berdasarkan rumus slovin yang dijabarkan sebagai berikut :

Besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan

rumus (Daniel, 2017):


2
N . z . p.q
n=
d ². ( N−1 ) + z ². p . q

Keterangan:

n : perkiraan besar sampel

N : perkiraan besar populasi

z : nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)

p : perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%

q : 1- p (100%-p)

d : tingkat kesalahan yang dipilih (d= 0,05)

Perhitungan besar sampel

N . z ². p . q
n=
d ². ( N−1 ) + z ². p . q

107 . ( 1,96 )2 .0,5 .0,5


n=
0,052 ( 1 07−1 )+1 , 96².0 ,5.0,5

( 1 07 . (3,8416 ) .0,25 )
n=
0,0025 ( 1 06 ) + ( 3,8416 ) .0,25

102,7628
n=
0,265+ 0,9604

102,7628
n=
1,2254

n=83,86

n=84

Berdasarakan perhitungan rumus diatas, setelah dibulatkan maka

besar sampel adalah sebanyak 84 orang.


E. Pengumpulan Data

1. Metoda Pengumpulan Data

Menurut Nursalam (2017) teknik pengumpulan data merupakan

proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik

subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dalam pengumpulan data

terdapat lima proses yang dilakukan yaitu memilih subjek, mengumpulkan

data secara konsisten, mempertahankan pengendalian dalam penelitian,

menjaga integritas atau validitas dan menyelesaikan masalah sesuai

dengan rancangan penelitian dan teknik instrumen yang digunakan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu pertama melakukan

pengukuran rasa mual sebelum diberikan aromaterapi pada responden.

Dilanjutkan dengan memberikan aromaterapi selama selama 30 menit.

Selanjutnya mengukur kembali rasa mual di keesokan harinya dan

dilanjutkan dengan pemberian aromaterapi. Ada beberapa tahapan yang

dilakukan peneliti dalam pengumpulan data diantaranya:

a) Prosedur administrasi

1) Setelah mendapatkan ijin persetujuan dari

pembimbing dan penguji, peneliti mencari surat ijin

mengumpulkan data penelitian kepada Ketua

Jurusan Keperawatan Stikes Bina Usada melalui

bidang Pendidikan Jurusan Keperawatan.


2) Mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari

Jurusan Keperawatan Stikes Bina Usada yang

ditujukan ke Direktorat.

3) Mengajukan surat permohonan ijin untuk

melakukan penelitian ke Badan Penanaman Modal

dan Perizinan Provinsi Bali.

4) Mengajukan surat rekomendasi dari Badan

Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali ke

Kesbanglinmas Kota Denpasar.

5) Peneliti mendapatkan surat rekomendasi dari

Kesbanglinmas

b) Prosedur penelitian

1) Peneliti melakukan persamaan persepsi dan latihan

dengan empat orang enumerator mengenai teori dan

prosedur pemberian aromaterapi. Persamaan

persepsi dan latihan

2) Setelah mendapatkan ijin dari Ketua Stikes Bina

Usada, peneliti mengumpulkan data rasa mual

didapat dari hasil pengukuran secara langsung.

3) Setelah mengumpulkan data, kemudian peneliti

mencari responden yang memenuhi kriteria inklusi

penelitian.
4) Setelah menemukan responden yang sesuai dengan

kriteria inklusi, peneliti melakukan pendekatan

dengan memperkenalkan diri dan juga enumerator

serta menjelaskan mengenai penelitian kepada calon

responden sehingga calon responden mengetahui

manfaat, tujuan dan prosedur penelitian. Calon

responden juga dijelaskan bahwa namanya tidak

akan dicantumkan pada penelitian.

5) Setelah mendapatkan penjelasan, calon responden

yang bersedia menjadi responden diminta untuk

menandatangani lembar persetujuan, jika sampel

bersedia untuk diteliti maka harus menandatangani

lembar persetujuan dan jika sampel menolak untuk

diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan

menghormati haknya.

6) Melakukan kontrak waktu dengan responden

7) Responden yang bersedia menjadi sampel diarahkan

untuk mengisi form kuseioner kemudian diberikan

perlakuan aromaterapi selama 30 menit,

8) Mengelola data yang telah diperoleh pada lembar

rekapitulasi (master table) dari pengisian lembar

pengumpulan data responden.


9) Merekapitulasi dan mencatat data yang diperoleh

pada lembar rekapitulasi (master table) untuk

diolah.

2. Alat Pengumpulan Data

Kuesioner PUQE-24 (Pregnancy Unique Quantification of Emesis)

adalah kuesioner yang bisa digunakan untuk mengukur frekuensi mual

pada ibu hamil trimester pertama Ebrahimi (2017). Responden diberi

pertanyyan sebanyak 1 item berupa pertanyaan berapa kali responden

mengalami mual dalam waktu 24 jam. Tingkat ringan yaitu apabila

responden mengalami mual sebanyak 1-5 kali, tingkat sedang apabila

responden mengalami mual sebanyak 6-10 kali, mual tingkat berat apabila

responden mengalami mual sebanyak 11-15 kali. Sedangkan frekuensi

muntah berupa pengeluaran isi lambung muntah melalui mulut yang bisa

diamati dengan menggunakan kuesioner PUQE-24. Responden diberi

pertanyaan berapa kali responden mengalami muntah dalam waktu 24 jam.

Muntah tingkat ringan ayaitu apabila responden mengalami muntah

sebanyak 1-3 kali, muntah tingan sedang apabila responden mengalami

muntah sebanyak 4-6 kali, sedangkan muntah tingkat berat apabila

responden mengalami muntah sebanyak lebih dari 7 kali.

F. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

a) Editing
Editing yaitu upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan (Swarjana, 2015). Pada

tahap ini peneliti memeriksa semua data yang terkumpul yaitu data

yang didapat dari pengukuran tingkat depresi

b) Coding

Selanjutnya peneliti melakukan coding yaitu

pengelompokan jawaban-jawaban dari para responden ke dalam

kategori. Biasanya pengelompokan dilakukan dengan cara

memberikan kode atau tanda berbentuk angka pada masing-masing

jawaban. Pengelompokan untuk karakterikstik responden antara

lain untuk Umur, menggunakan kode (1). Untuk jenis kelamin laki-

laki diberi kode (1) dan perempuan diberi kode

c) Processing/Entry

Entry data yaitu kegiatan memasukan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana dengan

membuat tabel kontingensi (Nursalam, 2013). Pada tahap ini

peneliti memasukan data yang diberi kode dan dipindahkan ke

komputer untuk di analisis.

d) Tabulasi

Data yang telah di-entry dicocokkan dan diperiksa kembali

dengan data yang didapatkan. Data kemudian disajikan dalam

bentuk tabel distribusi atau gambar.


2. Analisa Data

Dalam penelitian ini dilakukan satu jenis uji untuk menjawab dari

tujuan khusus yang ingin dicapai, yaitu :

a) Analisis Univariate

Data yang telah diolah kemudin dianalisis dengan analisis

deskriptif yaitu suatu prosedur pengolahan data dengan meringkas

data secara ilmiah dalam bentuk table atau grafik (Swarjana, 2015).

Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis statistik

deskriptif dengan menggunakan SPSS untuk membuat kesimpulan

mengenai tingkat depresi. Variabel pada penelitian ini berskala

data ordinal, sehingga penyajian data berbentuk table distribusi

frekuensi.

Pada analisa data, peneliti memeriksa daftar pernyataan

yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Pemeriksaan

daftar pertnyaan yang telah selesai diisi ini dilakukan untuk

memeriksa kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, dan

kesesuaian jawaban.

Untuk mengidentifikasi karakteristik responden dan

karakteristik tingkat depresi, hasil analisa yang diberoleh berupa

persentase dan frekuensi. Hasil analisa data ditampilkan berupa

tabel.

b) Analisis Bivariate
Analisa data untuk mengetahui pengaruh antara dua

variabel apakah signifikan atau tidak signifikan atau kebenaran

0,05 dengan menggunakan korelasi Wilcoxon dengan bantuan

program komputer SPSS 26, dimana nilai p <α = 0,05, maka ada

pengaruh aromaterapi blended pepermint dan ginger oil terhadap

rasa mual pada ibu hamil trimester I di UPT Puskesmas Densel 4,

sedangkan jika nilai p > α = 0,05, maka tidak ada pengaruh

aromaterapi blended pepermint dan ginger oil terhadap rasa mual

pada ibu hamil trimester I di UPT Puskesmas Densel 4

G. Etika Penelitian

Sebelum melakukan pengambilan data, diperlukan surat pengantar dari

institusi pendidikan untuk diserahkan ke instansi tempat penelitian. Setelah

mendapatkan surat pengantar dan diizinkan oleh instansi tempat penelitian,

selanjutnya pengambilan data dilakukan dengan menekankan etika penelitian

yaitu :

1. Lembar Persetujuan (Informed consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti,

tujuannya adalah agar responden mengetahui maksud dan tujuan peneliti

serta dampak selama pengumpulan data. Dalam penelitian ini Informed

consent diberikan langsung kepada responden. Responden yang bersedia

di teliti maka harus menandatangani lembar persetujuan. Responden yang


menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap

menghormati haknya (Nursalam, 2017).

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas, peneliti tidak mencantumkan

nama responden pada lembar observasi, tetapi lembar tersebut hanya diberi

nomor atau kode tertentu (Nursalam, 2015).

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh

peneliti, dimana peneliti tidak akan memberitahu kepada siapa pun tentang

informasi yang diberikan oleh responden tersebut (Nursalam, 2017).

4. Keadilan (Justice)

Semua calon responden mempunyai kesempatan yang sama untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini, dan mendapatkan perlakuan yang sama

dari peneliti. Prinsip keadilan menuntut peneliti untuk bersikap adil pada

kelompok penelitian.

5. Menghormati Keputusan Partisipan (Respect for Autonomy)

Partisipan memiliki hak untuk membuat keputusan secara sadar

untuk menerima atau menolak menjadi partisipan. Peneliti menjelaskan

kepada partisipan tentang proses penelitian yang meliputi wawancara

mendalam mendalam dengan direkam menggunakan voice recorder,

selanjutnya partisipan diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia

atau menolak berpartisipasi dalam penelitian.

6. Hak untuk Dihargai (Privacy or dignity)


Partisipan memiliki hak untuk dihargai tentang apa yag mereka

lakukan dan apa yang dilakukan terhadap mereka serta untuk mengontrol

kapan dan bagaimana informasi tentang mereka dibagi dengan orang lain.

Peneliti hanya melakukan wawancara pada waktu yang telah disepakati

dengan partisipan. Setting wawancara dibuat berdasarkan pertimbangan

terciptanya suasana santai, tenang dan kondusif serta tidak diketahui oleh

orang lain, kecuali keluarga partisipan dan petugas terkait yang diijinkan

oleh partisipan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdelgafar. 2013. Aromaterapi Lavender Dapat Menurunkan Intensitas Nyeri


Perineum Pada Ibu Post Partum. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia.
3(1)

Amjadi. 2017. Perbandingan Pengaruh Inhalasi Aromaterapi Lemon Dan Vitamin


B6 Terhadap Penurunan Frekuensi Emesis Gravidarum Pada Ibu
Primigravida Trimester I. Jurnal Trimeka. 5(71).

Anasari, U. 2012. Pengaruh Aromaterapi Lemon terhadap Emesis Gravidarum di


Praktik Mandiri Bidan Wanti Mardiwati Kota Cimahi. E-Journal
Keperawatan. 2(4)

Andriani. 2017. Pengaruh Aromaterapi Pepermint Terhadap Kejadian Mual pada


Ibu Hamil Trimester I Di Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakarta. Jurnal
UMS. 7(1)

Anggi. 2016. Perbedaan Aromatherapi Lavender Dan Lemon Untuk Menurunkan


Mual Muntah Ibu Hamil. Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak Nasional. 15(2)

Astuti. 2015. Terapi Komplementer Akupresur Untuk Mengatasi Emesis


Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Tahun 2018. JIKESI. 4(1)

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2019. Prevalensi Kehamilan di Kota Denpasar.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Ebrahimi. 2017. Pengaruh Komunikasi Afirmasi Terhadap Durasi Dan Frekuensi


Mual Muntah Ibu Hamil Trimester I Kecamatan Cibeureum Kota
Tasikmalaya Tahun 2018. Jurnal JKKI. 3(1)

Elsaie. 2014. “Pre-Operative Interventions (Non-Surgical and Non-


Pharmacological) for Patients with Hip or Knee Osteoarthritis Awaiting
Joint Replacement Surgery-a Systematic Review and Meta-Analysis.”
Osteoarthritis and Cartilage. Obstetric Journal of IWWL. 12(6)

Eniyanti & Devi. 2017. Perbedaan Efektivitas Pemberian Essensial Oil


Peppermint dan Aroma Terapi Lavender terhadap Intensitas Mual pada Ibu
Hamil Trimester I di Puskesmas Baso Kabupaten Agam Tahun 2017.
Jurnal UNMUL. 7(4)

Farrer, J. 2021. Efektifitas Pemberian Aromaterapi Lemon Terhadap Penurunan


Frekuensi Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Di BPM Indra
Iswari, SST, SKM, MM Kota Bengkulu. Jurnal UNNES. 8(1)
Fitria. 2013. Efektifitas Pemberian Jahe Hangat Dalam Mengurangi Frekuensi
Mual Muntah Pada Ibu Hamil Trimester 1. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Andalas. 9(2)

Gary, J. 2015. Review Artikel : Aromaterapi Sebagai Media Relaksasi. Jurnal


Ilmu Kesehatan UNS. 4(2)

Hawkins & Grunberg. 2014. The Self-Prescribed Use of Aromatherapy Oils by


Pregnant Women. Emeral Jornal. 2(1)

Herrel. 2014. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pusaka Sarwono


Prawirohardjo.

Huliana. 2016. Pengaruh Pemberian Inhalasi Lemon Terhadap Pengurangan Mual


Muntah Pada Ibu Hamil Trimester I Di PMB Lestari Cileungsi Kabupaten
Bogor Tahun 2016. Jurnal DOAJ. 8(1)

Kemenkes, RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia

Khoirullisa. 2019. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis


Gravidarum: Penerapan Konsep dan Teori Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Liza, A. 2020. Pengaruh Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale var.
Rubrum) Terhadap Perkembangan Embrio Praimplantasi Mencit (Mus
musculus) Swiss Webster. Skripsi. Program Studi Biologi Fakultas
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Pendidikan Indonesia.

Manuaba. 2017. Pemberian Aromaterapi Minyak Peppermint Secara Inhalasi


Berpengaruh Terhadap Penurunan Mual Muntah Pada Ibu Hamil Di Pmb
Linda Silalahi Pancur Batu Tahun 2019. E-Journal Kebidanan. 4(1)

Nanda. 2021. Beberapa Determinan Penyebab Kejadian Hiperemesis Gravidarum


di RSU Ananda Purwokerto. Jurnal Involusi Kebidanan. Vol. 2 No. 4.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


Ediisi 3. Jakarta. Salemba Medika

Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (4th ed). Jakarta :


Salemba Medika

Pujiastuti, C. 2014. Trimester Pertama Kehamilan Anda: Fase-Fase Paling


Mendebarkan. Yogyakarta: Buku Biru.
Rahmawati. 2019. Pengaruh Aromaterapi Blended Peppermint dan Ginger Oil
Terhadap Rasa Mual Pada Ibu Hamil Trimester Satu di Puskesmas Rengel
Kabupaten Tuban. Jurnal Sain Med. Vol. 5 No.2.

Ratih. 2017. Efektifitas Konsumsi Buah Pisang Terhadap Emesis Gravidarum


Trimester I Di Kabupaten Kampar Tahun 2017. Jurnal Celscitech. 2(2)

Rismahara. 2019. Pemberian Aromaterapi Minyak Pepermint secara Inhalasi


berpengaruh terhadap Penurunan Mual Muntah pada Ibu Hamil di PMB
Linda. Jurnal UNDIP. 3(1)

Rosato. 2017. Aromaterapi Lavender Terhadap Pengurangan Mual Muntah pada


Ibu Hamil. Junal Kesehatan FKIK. 12(2)

Santi. 2013. Pengaruh Aromaterapi Blended Peppermint dan Ginger Oil terhadap
Rasa Mual pada Ibu Hamil Trimester Satu di Puskesmas Rengel
Kabupaten Tuban. 2011–2014. Jurnal OPAC. 2(1)

Santi. 2018. Pengaruh Aromaterapi Blended Pepermint dan Ginger Oil terhadap
Rasa Mual pada Ibu Hamil Trimester Satu di Puskesmas Rengel
Kabupaten Tuban. E-Journal Keperawatan. 6(2)

Sari. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Emesis Gravidarum


pada Kehamilan Trimester I di Puskesmas Pantai Amal. Journal of Borneo
Holistic Health, 2(1). Jurnal Borneo. 2(1)

Sebayang, Ulan, Rahmani. 2021. Pengaruh Aromatherapy terhadap Mual Muntah


dalam Kehamilan (Systematic Riview). Jurnal Medical Indonesia. 5(4)

Setyoadi & Kushariyadi. 2017. Penanganan Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil
di BPM Nunik Kustantinna Tulangan - Sidoarjo. E-Journal Keperawatan.
3(2)

Sharma. 2013. Literature Review: Pemberian Aromaterapi Essential Oil Lavender


Terhadap Emesis Gravidarum Pada Kehamilan. Jurnal Stikes Aisyah
Palembang. 3(2).

Soumy. 2013. Mual Kehamilan. Jakarta : EGC.

Stea, J W. 2014. Pengaruh Aromaterapi Daun Mint dengan Inhalasi Sederhana


Terhadap Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien Tuberculosis Paru. Jurnal
Keperawatan dan Kebidanan. 2(1)

Stoppard. 2018. The Effect Of Mint Oil on Nausea and Vomiting during
Pregnancy. Fim-Med Journal. 21(4)
Suraida & Desria. 2018. Perbedaan Efektivitas Pemberian Essensial Oil
Pepermint dan Aroma Terapi Lavender terhadap Intensitas Mual pada Ibu
Hamil Trimester I di Puskesmas Baso Kabupaten Agam Tahun 2017. E-
Journal Keperawatan. 12(6)

Swarjana. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Andi

Tiran, J. 2018. Farmakologi Kebidanan. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai