Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mual dan muntah merupakan keluhan yang sering dialami oleh ibu hamil

pada kehamilan trimester pertama. Keluhan ini terjadi karena terjadinya berbagai

perubahan di dalam tubuh wanita. Salah satu penyebab terjadinya mual dan

muntah karena adanya peningkatan hormon hCG (human Gonodotropin Korionik)

di dalam tubuh ibu hamil.

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2017 kejadian

emesis gravidarum sebanyak 50-75% baik pada ibu primigravida dan ibu

multigravida. Ibu hamil mengalami gejala mual dan muntah pada trimester

pertama atau awal- awal kehamilan. Gejala ini dimulai pada Trimester I yang

biasanya kurang lebih 10 minggu (Maharani, S, P. 2017).

Amerika Serikat dan Kanada sekitar 400.000 dan 350.000 wanita hamil

mengalami kejadian mual dan muntah setiap tahunnya. Pada Negara-negara Barat

dan penduduk kota (Dhilon and Azni, 2018).

Angka kejadian emesis gravidarum di Indonesia tahun 2017 yang

didapatkan dari 2.203 kehamilan yang diobeservasi secara lengkap adalah

sebanyak 543 (10%) orang ibu hamil yang terkena emesis gravidarum. Kejadian

emesis gravidarum mayoritas berada di Jawa Timur sebanyak 10-15% dari

jumlah ibu hamil sebanyak 182.815 pada tahun 2017 (Muninjaya. 2018).

Berdasarkan data di Sumatera Utara tahun 2017 didapatkan jumlah ibu

hamil sebanyak 1.675 ibu hamil, dan yang mengalami emesis gravidarum adalah

sebanyak 50-10%. Emesis gravidarum tidak berbahaya bagi janin, justru mual
muntah yang terjadi pada awal kehamilan merupakan metode perlindungi alamiah

untuk janin. Kepekaan ibu terhadap makanan dapat menjauhkannya dari makanan

yang dapat membahayakan janin (Muninjaya. 2018).

Emesis Gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada

kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula

timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6

minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih

10 minggu (Sarwono, 2018). Emesis gravidarum juga merupakan keluhan umum

yang disampaikan pada kehamilan trimester I. Hal ini disebabkan karena adanya

perubahan hormon pada ibu hamil yaitu adanya peningkatan hormon chorionic

gonadotropin (HCG) serta hormon progesteron yang menyebabkan pergerakan

dari usus kecil, kerongkongan, dan perut yang menyebabkan rasa mual selain itu

mual dan muntah juga dapat disebabkan karena kekurangan vitamin B6.

Hormon-hormon inilah yang diduga menyebabkan emesis gravidarum (Manuaba,

2018).

Diawal kehamilan ini kebanyakan wanita hamil hanya sedikit saja

meningkatkan berat badannya dan ini tidak mempengaruhi perkembangan janin.

Emesis dalam keadaan normal tidak banyak menimbulkan efek negatif terhadap

kehamilan dan janin, hanya saja apabila emesis gravidarum ini berkelanjutan dan

berubah menjadi hiperemesis gravidarum akan dapat meningkatkan resiko

terjadinya gangguan pada kehamilan [5].

Menurut Pratami (2016) Mual dan muntah pada kehamilan merupakan

gejala umum yang dialami oleh ibu hamil selama trimester I kehamilan dan terjadi

pada 50-80% ibu hamil. Akan tetapi, hanya terdapat sekitar 17% ibu hamil yang
melaporkan mengalami mual dan muntah hanya di pagi hari. Sebuah penelitian

prospektif yang melibatkan 160 ibu menemukan bahwa 74% ibu melaporkan

mengalami mual dengan durasi rata-rata selama 43,6 hari, “morning sickness”

terjadi hanya pada 1,8% dan 80% ibu melaporkan mengalami mual yang

berlangsung sepanjang hari. Hanya setengah dari ibu yang melaporkan tidak

mengalami mual dan muntah setelah usia gestasi 14 minggu. (Pratami, 2016)

Prinsip penatalaksanaan emesis gravidarum meliputi pencegahan,

mengurangi mual muntah, serta koreksi kebutuhan cairan dan elektrolit.

Pencegahan dan pengurangan keluhan mual muntah dapat dilakukan dengan cara

farmakologi maupun non farmakologi. Penanganan secara farmokologi dilakukan

dengan cara mengkonsumsi obat-obatan seperti obat anti metik atau vitamin B6,

namun obat-obatan ini memiliki efek samping yang kemungkinan dialami oleh

ibu hamil seperti sakit kepala, diare dan mengantuk. Sedangkan penanganan

secara non farmakologi dilakukan dengan cara memberikan aroma terapi lemon

(Muninjaya, 2018).

Salah satu penanganan yang dilakukan untuk menangani emesis gravidarum

adalah aromaterapi minyak esensial seperti minyak sitrus (jeruk, jeruk mandarin,

limau, bergamot dan grapefruit) aman dan lembut digunakan pada saat ini. Larutan

empat tetes minyak pilihan yang anda sukai dalam 5 ml/1 sendok the minyak

dasar, tuangkan bak mandi, atau tuangkan dua tetes pada kapas bulat untuk

dihirup saat merasa mual (Qorriah AM, 2021)

Aromaterapi lemon adalah minyak essensial yang dihasilkan dari ekstrak

kulit jeruk (Citrus Lemon) yang sering digunakan dalam aromaterapi.

Aromaterapi lemon adalah jenis aromaterapi yang aman untuk kehamilan dan
melahirkan. Aromaterapi lemon memiliki kandungan yang dapat membunuh

bakteri meningokokus (meningococcus), bakteri tipus, memiliki efek anti jamur

dan efektif untuk menetralisir bau yang tidak menyenangkan, serta menghasilkan

efek anti cemas, anti depresi, anti stres, dan untuk mengangkat dan memfokuskan

pikiran (Mujayati, N.2021). Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Erick et al dengan melakukan pengamatan penggunaan perawatan

nonfarmakologis pada wanita untuk menghilangkan emesis gravidarum. Cara

penggunaannya dengan menghirup kapas yang telah diberikan minyak esensial

lemon pada saat mengalami mual dengan jarak sekitar 2 cm dari hidung (Putri,

2020).

Kandungan yang terkandung pada aromaterapi lavender memiliki kompenen

utama berupa linalool dan linalyl asetat yang dapat memberikan efek nyaman,

tenang dan meningkatkan relaksasi sehingga dapat mengurangi mual muntah pada

ibu hamil dan mengurangi penggunaan obat farmakologi yang ada efek

sampingnya (Parmitha, 2016).

Hasil penelitian Hastuti, (2018) di wilayah kerja Puskesmas Soreang rerata

emesis gravidarum pada kelompok intervensi adalah 10,13 dengan standar deviasi

1,586. Skor emesis 4 gravidarum pada responden terendah yaitu 7 dan tertinggi

13. Dan didapatkan rata-rata emesis gravidarum pre test adalah 9,28-10,97,

sedangkan rata-rata post test adalah 7,38 dengan standar deviasi 1,500. Skor

emesis gravidarum pada responden terendah yaitu 6 dan tertinggi 10.

Penelitian Ruiaridah dkk, (2017) menunjukkan bahwa hasil penelitian rata-

rata frekuensi mual muntah sebelum diberikan terapi lemon adalah 3,38 dengan

standar deviasi 0,549 sedangkan rata-rata frekuensi mual muffah setelah diberikan
terapi lemon adalah 2,19 dengan standar deviasi 0,401 dapat disirnpulkan bahwa

ada pengaruh terapi lemon terhadap penurunan mual muntah pada ibu hamil

trimester pertama.

Penelitian Putra,. dkk, (2016) menunjukkan rata-rata frekuensi morning

sickness sebelum diberikan terapi lemon yaitu sebanyak 13 kali dan setelah

diberikan menurun menjadi 3,18 kali, hasil uji livariabel menunjukkan bahwa

terapi lemon efektif dalam mengurangi morning sickness pada ibu hamil.

Survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan desember

2022, dari hasil wawancara yang dilakukan pada 10 ibu hamil di Desa Batang

Kumu, untuk mengatasi emesis gravidarum berbeda, seperti makan buah-buahan

yang asam seperti kedondong dan mangga, dan tidak ada ibu hamil yang

mengatakan belum pernah menggunakan terapi non farmakologis dan belum

pernah menggunakan Aromaterapi Lemon untuk mengurangi emesis gravidarum.

Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

aroma terapi lemon terhadap emesis gravidarum pada ibu hamil di Desa Batang

Kumu, Kecamatan Tabuksel Kabupaten Rokan Julu tahun 2022”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah”Apakah ada pengaruh aroma terapi lemon terhadap

emesis gravidarum pada ibu hamil di Desa Batang Kumu, Kecamatan Tabuksel

Kabupaten Rokan Julu tahun 2022”?.


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui Pengaruh aroma terapi lemon terhadap emesis

gravidarum pada ibu hamil di Desa Batang Kumu, Kecamatan Tabuksel

Kabupaten Rokan Julu tahun 2022.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan penelitian diatas maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh aroma terapi lemon terhadap emesis

gravidarum sebelum intervensi pada ibu hamil di Desa Batang Kumu,

Kecamatan Tabuksel Kabupaten Rokan Julu tahun 2022”.

2. Untuk mengetahui pengaruh aroma terapi lemon terhadap emesis

gravidarum sesudah intervensi pada ibu hamil di Desa Batang Kumu,

Kecamatan Tabuksel Kabupaten Rokan Julu tahun 2022”.

3. Untuk mengetahui pengaruh aroma terapi lemon terhadap emesis

gravidarum pada ibu hamil di Desa Batang Kumu, Kecamatan Tabuksel

Kabupaten Rokan Julu tahun 2022”.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Data atau informasi hasil penelitian ini dapat memperkuat bahan kajian

tentang pengaruh aroma terapi lemon terhadap emesis gravidarum pada

ibu hamil dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi bagi

peneliti selanjutnya.
1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai usaha promotif yang dapat

dilakukan atau diberikan untuk mengurangi emesis gravidarum pada ibu

hamil

2. Bagi responden

Penelitian ini dapat digunakan sebagai usaha untuk mengurangi emesis

gravidarum pada ibu hamil.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan menjadi data dasar untuk penelitian

selanjutnya. selain itu penelitian ini juga menambah referensi tentang

cara mengatasi mual dan muntah pada ibu hamil.

Anda mungkin juga menyukai