Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual
dan muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam pada ibu hamil, yang dapat
mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk
sehingga ibu kekurangan energi dan juga zat gizi (Suryati, 2018). Menurut
Dhilon dan Azmi (2018) wanita hamil pada trimester I (66%) mengalami
mual (nausea). Pola makan yang buruk sebelum maupun pada minggu-
minggu awal kehamilan, kurang istirahat dan stress dapat memperberat
mual dan muntah (Vitrianingsih & Siti, 2019).
Kehamilan dengan Hiperemesis Gravidarum menurut World Health
Organization (WHO) mencapai 12,5% dari seluruh jumlah kehamilan di
dunia dengan angka kejadian yang beragam yaitu, mulai dari 0,3% dari
seluruh kehamilan di Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8%
di China, 0,9% Norwegia, 2,2% di Pakistan, 1,9% di Turki, 0,5-2% di
Amerika Serikat, dan 1-3% dari seluruh kehamilan di Indonesia (Evi,
Firdayanti, & Nadyah, 2019). Prevalensi ibu hamil dengan Hiperemesis
Gravidarum yang mendapat pelayanan kesehatan lebih lanjut di Indonesia
sebesar 20,44% dari 3.642.000 ibu hamil. Di Jawa Tengah terdapat 56,50%
ibu hamil dari 121.000 dengan Hiperemesis Gravidarum dan di Kota
Semarang terdapat 50,21% ibu hamil yang mengalami Hiperemesis
Gravidarum dari jumlah ibu hamil 26.231 (Depkes RI, 2018). Berdasarkan
studi pendahuluan yang didapat pada Puskesmas Padangsari pada tahun
2022 terdapat ibu hamil trimester 1 berjumlah 48 dan 60% mengalami mual
dan muntah.
Penyebab utama hiperemesis gravidarum belum diketahui, tetapi
kemungkinan merupakan gabungan antara perubahan hormonal dan faktor
psikis (Kadir, 2019). Penelitian Tiawan (2021) menunjukkan faktor yang
menyebabkan mual muntah pada trimester pertama karena adanya faktor

1
2

hormonal, pekerjaan, paritas dan psikososial. Ibu yang berstatus bekerja


berpeluang lebih besar 6,300 kali mengalami mual muntah dibandingkan
ibu yang berstatus tidak bekerja. Ibu yang berparitas primipara berpeluang
lebih besar 6,667 kali mengalami mual muntah dibandingkan ibu yang
berparitas multipara. Ibu yang dukungan keluarga tidak mendukung
berpeluang lebih besar 4,500 kali mengalami mual muntah dibandingkan
ibu yang mendapat dukungan keluarga.
Hiperemesis Gravidarum akan membawa resiko gangguan pada
kehamilan misalnya dehidrasi, menghambat tumbuh kembang janin,
gangguan keseimbangan elektrolit, cadangan karbohidrat dalam tubuh ibu
akan habis, robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung. Hal ini
akan berdampak pada janin yaitu ibu melahirkan bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR), seperti lahir sebelum waktunya atau prematur
bahkan dapat juga terjadi keguguran karena zat-zat yang seharusnya diserap
oleh janin terbuang bersama dengan muntahannya, dan nilai Appearance
Pulse Grimace Activity Respiration (APGAR) score kurang dari 7 (Mustar
& Indriyani, 2020). Di Indonesia ditemukan sebanyak 57.1% wanita hamil
mengalami dehidrasi dengan riwayat mual dan muntah sebanyak 70.0%
(Mulyani, Hardinsyah, Briawan, & Santoso, 2018).
Prinsip penatalaksanaan hiperemesis gravidarum meliputi
pencegahan, mengurangi mual muntah, serta koreksi kebutuhan cairan dan
elektrolit. Pencegahan dan pengurangan keluhan mual muntah dapat
dilakukan dengan cara farmakologi dan non-farmakologi. Mual dan muntah
dapat ditangani secara farmakologi dengan diberikan obat-obatan untuk
mengurangi mual muntah seperti obat anti emetik/vitamin B6, akan tetapi
dari obat-obatan tersebut mempunyai efek samping antara lain, sakit
kepala, diare, dan mengantuk (Saridewi & Safitri, 2018). Pengobatan lain
yang diberikan adalah secara non-farmakoterapi atau terapi komplementer
yang mempunyai kelebihan lebih mudah dan tidak mempunyai efek
farmakoterapi, antara lain dengan cara pengaturan diet, dukungan
3

emosional, akupuntur, akupresur, relaksasi, dan aromaterapi (Maesaroh &


Putri, 2019).
Dari banyaknya jenis minyak essensial yang ada, salah satu
aromaterapi yang paling banyak digunakan dalam kehamilan dan dianggap
sebagai bahan yang aman pada kehamilan adalah aromaterapi lemon
(Cholifah & Nuriyanah, 2019). Zat yang terkandung dalam lemon salah
satunya adalah linalool yang berguna untuk menstabilkan sistem saraf
sehingga dapat menimbulkan efek tenang bagi siapapun yang
menghirupnya (Wong, 2010). Menurut studi 40% wanita telah
menggunakan aroma lemon untuk meredakan mual muntah 26,5% mereka
telah dilaporkan sebagai cara efektif untuk menetralisir bau yang tidak
menyenangkan, serta menghasilkan efek anti cemas, anti depresi, anti stress
dan untuk mengangkat dan memfokuskan pikiran (Saridewi & Safitri,
2018).
Ketika dihirup zat aromatik atau minyak esensial akan
memancarkan molekul yang mudah menguap dari minyak tersebut dibawa
oleh arus udara ke hidung dan menempel di sel-sel reseptor di hidung,
ketika molekul-molekul itu menempel pada sel-sel reseptor tersebut maka
pesan elektrokimia akan ditransmisikan melalui nervus olfaktorius yaitu
saraf sensorik murni berperan untuk menyampaikan impuls saraf yang
dapat diinterpretasikan oleh otak sebagai rangsangan atau sensasi suatu bau
ke dalam sistem limbik yang berperan dalam 4 pemrosesan emosi, memori,
dan perilaku untuk melepaskan hormon endorfin yang mampu
menentramkan dan menimbulkan perasan tenang serta menimbulkan
perubahan fisik dan mental seseorang sehingga bisa mengurangi mual
muntah (Cholifah & Nuriyanah, 2019).
Menurut penelitian yang dilakukan Susanti (2019) yang
menggunakan lemon inhalasi aromaterapi untuk mengurangi mual muntah
pada kehamilan trimester I di BPM Istianatul Kebumen, diketahui bahwa
aromaterapi lemon dapat menurunkan frekuensi mual muntah pada ibu
hamil trimester I. Penelitian lainnya yang dilakukan Suryati (2018) tentang
4

pengaruh aromaterapi lemon terhadap hiperemesis gravidarum pada ibu


hamil trimester I di wilayah kerja Puskesmas Soreang, Kabupaten Bandung
Jawa Barat dengan hasil penelitian ditemukan terdapat pengaruh
aromaterapi lemon terhadap hiperemesis gravidarum pada ibu hamil
trimester I.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan studi
kasus hiperemesis gravidarum dengan penatalaksanaan non-farmakologis
pemberian aromaterapi lemon untuk mengurangi mual dan muntah pada ibu
hamil trimester 1 dan menyusun karya tulis ilmiah dengan judul Asuhan
Keperawatan Nausea pada Ibu Hamil Trimester 1 dengan Hiperemesis
Gravidarum di Wilayah Kerja Puskesmas Padangsari Kota semarang.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada
Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Nausea
pada Ibu Hamil Trimester 1 dengan Hiperemesis Gravidarum di Wilayah
Kerja Puskesmas Padangsari Kota Semarang?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah untuk menjelaskan asuhan keperawatan nausea pada ibu
hamil trimester 1 dengan hiperemesis gravidarum di Wilayah Kerja
Puskesmas Padangsari Kota Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan secara tepat hasil pengkajian nausea pada ibu hamil
trimester 1 dengan hiperemesis gravidarum di Wilayah Kerja
Puskesmas Padangsari Kota Semarang.
b. Menjelaskan rumusan diagnosis keperawatan yang tepat sesuai
dengan prioritas masalah pada asuhan keperawatan nausea pada
5

ibu hamil trimester 1 dengan hiperemesis gravidarum di Wilayah


Kerja Puskesmas Padangsari Kota Semarang.
c. Menjelaskan intervensi yang tepat pada asuhan keperawatan
nausea pada ibu hamil trimester 1 dengan hiperemesis gravidarum
di Wilayah Kerja Puskesmas Padangsari Kota Semarang.
d. Menjelaskan implementasi asuhan keperawatan nausea pada ibu
hamil trimester 1 dengan hiperemesis gravidarum di Wilayah
Kerja Puskesmas Padangsari Kota Semarang.
e. Menjelaskan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan asuhan
keperawatan nausea pada ibu hamil trimester 1 dengan
hiperemesis gravidarum di Wilayah Kerja Puskesmas Padangsari
Kota Semarang.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah keluasan ilmu
dan pengetahuan di bidang keperawatan dalam asuhan keperawatan
nausea pada ibu hamil trimester 1 dengan hiperemesis gravidarum.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pasien
Membantu mengurangi nausea pada ibu hamil trimester 1 dengan
hiperemesis gravidarum menggunakan terapi non farmakologi,
yaitu aromaterapi lemon.
b. Bagi Perawat
Hasil studi kasus ini dapat menambah referensi dalam memberikan
asuhan keperawatan nausea pada ibu hamil trimester 1 dengan
hiperemesis gravidarum.
c. Bagi Lahan Praktik
Penulisan ini diharap dapat memberikan masukan atau saran dan
bahan dalam meningkatkan pelayanan khususnya dalam
6

merencanakan asuhan keperawatan pada ibu hamil trimester 1


dengan hiperemesis gravidarum.
d. Bagi Institusi
Studi kasus ini dapat menjadi masukan dan bahan dalam proses
belajar dan sebagai referensi penelitian yang akan datang pada
pasien hiperemesis gravidarum.

Anda mungkin juga menyukai