Anda di halaman 1dari 65

1

LAPORAN KASUS PADA PASIEN ANTENATAL CARE DENGAN


HIPEREMESIS GRAVIDARUM DIWILAYAH UPT
PUSKESMAS GISTING TAHUN 2019

OLEH :

ANA ASTUTI
ARLINA
FINDA IRAYANTI
LIKA DWI APRIANA
MERI SUSANTI

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2019
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita,

dimana proses ini akan menyebabkan terjadinya beberapa perubahan

seperti perubahan fisik dan mental. Proses kehamilan yang normal terjadi

selama 40 minggu, dimana kehamilan biasanya terbagi kedalam 3 fase atau

yang lebih dikenal dengan sebutan trimester (Bobak, Jensen, and

Lowdermilk, 2005). Hiperemesis Gravidarum didefinisikan sebagai

kejadian mual dan muntah yang mengakibatkan penurunan berat badan

lebih dari 5%, asupan cairan dan nutrisi abnormal, ketidakseimbangan

elektrolit, dehidrasi, ketonuria serta memiliki konsekuensi yang merugikan

janin. Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui

pada kehamilan tremister I, yaitu pada minggu 1 sampai minggu ke 12

selama masa kehamilan (Runiari, 2010).

Menurut Sandven (2010) mengatakan bahwa Hiperemesis

Gravidarum juga bisa terjadi sebelum akhir minggu ke 22 kehamilan atau

pada trimester II kehamilan. Menurut WHO sebagai badan PBB yang

menangani masalah bidang kesehatan, mengatakan bahwa Hiperemesis

Gravidarum terjadi diseluruh dunia, diantaranya negara-negara di benua

Amerika dengan angka kejadian yang beragam. Sementara itu, kejadian

Hiperemesis Gravidarum juga bany 2 Turki dan Malaysia. Sementara itu,

1
3

angka kejadian Hiperemesis Gravidarum di Indonesia adalah mulai dari

1% sampai 3% dari seluruh kehamilan (Aril., et al, 2010).

Prevalensi Hiperemesis Gravidarum yang dikeluarkan oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009), menjelaskan bahwa

lebih dari 80% wanita hamil di Indonesia mengalami mual dan muntah

yang berlebihan. Menurut Vikanes, et al (2013) insidensi terjadinya kasus

Hiperemesis Gravidarum sebesar 0,8 sampai 3,2% dari seluruh kehamilan

atau sekitar 8 sampai 32 kasus per 1.000 kehamilan di negara Norwegia.

Dampak dari Hiperemesis Gravidarum tidak hanya mengancam

kehidupan wanita, namun juga dapat menyebabkan efek samping pada

janin seperti abortus, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur, serta

malformasi pada bayi baru lahir (Runiari, 2010). Oleh karena itu dukungan

keluarga sangat penting bagi ibu yang sedang hamil. Terkadang ibu hamil

dihadapkan pada rasa kecemasan dan ketakutan akan gangguan yang

dihadapi pada masa kehamilannya (Indriyani, 2013).

Keluarga diharapkan 3 selalu memotivasi, membantu dan

mendampingi ibu hamil dalam menghadapi keluhan kehamilannya

sehingga ibu hamil merasa tenang dan nyaman setiap ada masalah yang

dialaminya selama masa kehamilan (Indriyani, 2013). Dukungan keluarga

sangat penting diberikan kepada ibu hamil, karena kehamilan merupakan

hal yang tidak mudah bagi seorang wanita. karena wanita hamil pada

trimester I akan mengalami perubahan fisik, psikis, dan hormonal seperti

terjadinya pembesaran payudara pada ibu hamil, mual dan muntah,

tekanan darah rendah, dan anemia, tetapi biasanya di trimester I ini


4

perubahan belum fisik belum terjadi secara signifikan. Sedangkan di

trimester II ibu hamil akan mengalami perubahan bentuk tubuh pada ibu

hamil dikarenakan oleh pertumbuhan dari janin yang dikandungnya, pada

trimester II ini ukuran tubuh janin yang dikandung berkisar 13 cm dan

berat rata-rata sekitar 140 gram, selain itu pada trimester ini ibu hamil juga

akan mengalami stretch mark atau munculnya garis gelap memanjang pada

daerah perut, anemia, serta preeklamsia. pada fase trimester III ibu hamil

akan mengalami keluhan seperti gangguan BAK dan BAB, payudara yang

semangkin membesar, kaki yang membengkak dan akan mengalami nyeri

pada punggung dan daerah pinggang, sesak napas, dan disertai kecemasan

dalam menghadapi proses kelahiran (Manuaba, 2008).

Penyebab Hiperemesis Gravidarum sampai saat ini masih belum

diketahui secara pasti, namun terdapat bebarapa teori yang menjelaskan

peyebab terjadinya, dimana Hiperemesis Gravidarum berhubungan dengan

terjadinya peningkatan kadar estrogen atau human chorionic gonadotropin

(HCG) dan mungkin juga berhubungan dengan terjadinya hipertiroidisme

selama kehamilan (Sandven, 2010). Penyebab lain adalah peningkatan

kadar hormon progestron serta peningkatan hormon estrogen (Runiari,

2010). Faktor psikologis juga berperan terhadap terjadinya Hiperemesis

Gravidarum seperti tekanan pekerjaan, rumah tangga yang retak dan dapat

menyebabkan konflik mental sehingga memperparah mual dan muntah

(Runiari, 2010).

Emesis gravidarum ini menyebabkan penurunan nafsu makan

sehingga terdapat perubahan keseimbangan elektrolit dengan kalium,


5

kalsium dan natrium yang menyebabkan perubahan metabolisme tubuh

(Hasnah,2013). Rasa mual pada awal kehamilan dapat di kurangi dengan

menggunakan terapi komplementer antara lain dengan tanaman herbal atau

tradisional yang bisa dilakukan dan mudah di dapatkan seperti daun

peppermint, lemon, jahe dll (Ira, 2012).

Fungsi farmakologis jahe salah satunya adalah antiemetik (anti

muntah). Jahe merupakan bahan yang mampu mengeluarkan gas dari

dalam perut, hal ini akan meredakan perut kembung. Jahe juga merupakan

stimulan aromatik yang kuat, disamping dapat mengendalikan muntah

dengan meningkatkan gerakan peristaltik usus. Sekitar enam senyawa di

dalam jahe telah terbukti memiliki aktivitas antiemetik (anti muntah) yang

manjur. Kerja senyawa-senyawa tersebut lebih mengarah pada dinding

lambung dari pada sistem saraf pusat (Budhwaar, 2006).

Nutrisi yang terkandung dalam jahe adalah potassium 3,4%,

magnesium 3,0%, copper 3,0%, manganese 3,0%, dan vitamin B6

(pyridoxine) 2,5 % (Dept Nutritional Profile, 2008). Satu sendok teh jahe

parut segar atau 250 mg kapsul jahe bubuk yang diminum saat rasa mual

dan muntah menyerang dapat memberikan pertolongan segera (Budhwaar,

2006).

Penelitian oleh Chopra menemukan bahwa tiga dari empat wanita

hamil merasakan mual berkurang berkat jahe, tanpa efek samping yang

membahayakan (Chopra,et.al 2006). Jika Ibu hamil cenderung malas

untuk meminum seduhan jahe dengan alasan malas membuatnya dan

kurang menyukai rasanya yang sedikit pedas, maka ibu dapat


6

menggunakan Jus buah jeruk bali sebagai penggantinya. Rasa buah jeruk

yang lebih segar dapat dijadikan alternatif untuk mengurangi mual yang

biasa terjadi pada ibu hamil trimester I.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulis tertarik untuk “Laporan Kasus

Pada Pasien Antenatal Care Dengan Hiperemesis Gravidarum Diwilayah

Upt Puskesmas Gisting Tahun 2019 ”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mampu melakukan Laporan Kasus Pada Pasien Antenatal Care Dengan

Hiperemesis Gravidarum Diwilayah Upt Puskesmas Gisting Tahun 2019

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mendeskripsikan pengkajian Laporan Kasus Pada Pasien

Antenatal Care Dengan Hiperemesis Gravidarum Diwilayah Upt

Puskesmas Gisting Tahun 2019

b. Mampu mendeskripsikan diagnosa Laporan Kasus Pada Pasien

Antenatal Care Dengan Hiperemesis Gravidarum Diwilayah Upt

Puskesmas Gisting Tahun 2019

c. Mampu mendeskripsikan rencana Laporan Kasus Pada Pasien

Antenatal Care Dengan Hiperemesis Gravidarum Diwilayah Upt

Puskesmas Gisting Tahun 2019


7

d. Mampu mendeskripsikan pelaksanaan Laporan Kasus Pada Pasien

Antenatal Care Dengan Hiperemesis Gravidarum Diwilayah Upt

Puskesmas Gisting Tahun 2019

e. Mampu mendeskripsikan evaluasi Laporan Kasus Pada Pasien

Antenatal Care Dengan Hiperemesis Gravidarum Diwilayah Upt

Puskesmas Gisting Tahun 2019

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan Laporan Kasus Pada Pasien Antenatal Care Dengan

Hiperemesis Gravidarum Diwilayah Upt Puskesmas Gisting Tahun 2019

ini dapat menjadi bahan referensi dan bahan kepustakaan khusunya bagi

mahasiswa tentang Laporan Kasus Pada Pasien Antenatal Care Dengan

Hiperemesis Gravidarum Diwilayah Upt Puskesmas Gisting Tahun 2019

2. Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan dalam

pelayanan kesehatan khususnya dalam Laporan Kasus Pada Pasien

Antenatal Care Dengan Hiperemesis Gravidarum Diwilayah Upt

Puskesmas Gisting Tahun 2019


8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI

1. Konsep Dasar kehamilan

2.1 Kehamilan

2.1.1 Pengertian

Kehamilan adalah fertilitas atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum,

dilanjutkan dengan nidasi atau implanasi.bila dihitung dari saat fertilisasi hingga

lahir nya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9

bulan hingga 10 bulan menurut kalender internasional (Manuaba, 2010).

Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 periode

yaitu triwulan pertama dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan

keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan.

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta

perubahan sosial dalam keluarga, pada umumnya kehamilan berkembang dengan

normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir

namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan (Wadiyah dan rilyani,

2016).

2.1.2 Proses terjadinya kehamilan

Proses permulaan kehamilan ketika bersatunya sel telur (ovum) dan

sperma atau disebut fertilisasi. Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri

sampai stadium morula selama 3 hari dan bergerak kearah rongga rahim oleh
9

rambut getar tuba (silia) dan kontraksi tuba, hasil konsepsi tiba dalam kavum uteri

pada tingkat blastula. Hasil konsepsi akan menanamkan dirinya dalam

endometrium (nidasi). Ketika blastula mencapai rongga rahim, endometrium

berada dalam masa sekresi sehingga blastula dengan bagian yang berisi massa sel

dalam akan mudah masuk kedalam desidua, menyebabkan luka kecil yang

kemudian sembuh dan menutup lagi. Apabila nidasi telah terjadi, maka dimulailah

diferensiasi sel-sel blastula. Kemudian blastula akan berkembang menjadi janin.

Untuk mencukupi kebutuhan janin maka dibentuklah plasenta. Plasenta terbentuk

lengkap pada kehamilan kurang lebih 16 minggu, dan berfungsi untuk

memberikan makanan pada janin. Respirasi janin, untuk tempat sekresi bagi janin,

dan tempat pembentukan hormon dan juga tempat menyalurkan segala kebutuhan

janin. Didalam rahim janin juga diproteksi oleh air ketuban, volume air ketuban

pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc, air ketuban berwarna putih

keruh, berbau amis (Pantikawati & saryono, 2010).

Seorang ibu dapat dikatakan hamil adalah apabila didapat tanda-tanda pasti

hamil yaitu denyut Jantung Janin (DJJ) dapat didengar dengan menggunakan

stetoskop laenec pada minggu 17-18. Dengan stetoskop ultrasonic (Doppler), DJJ

dapat didengarkan lebih awal lagi, sekitar minggu ke 12. Palpasi biasanya dapat

dirasakan gerakan janin yang jelas setelah 24 minggu. Pada pemeriksaann USG

terlihat adanya kantong kehamilan, ada gambaran embrio (Pantikawati&Saryono,

2010).

2.1.3 Tanda – tanda kehamilan

a. Tanda yang tidak pasti (probable signs) / tanda mungkin kehamilan. Indikator

mungkin hamil adalah karakteristik-karakteristik fisik yang bisa di lihat atau


10

sebaliknya diukur oleh pemeriksa dan lebih spesifik dalam

perubahanperubahan psikologis yang di sebabkan oleh kehamilan. Kedua jenis

tanda dan gejala kehamilan di atas mungkin ditemukan pada kondisi yang lain,

meskipun tidak dapat dipertimbangkan sebagai indikator-indikator positif

suatu kehamilan. Semakin banyak tanda tidak pasti ditemukan semakin besar

kemungkinan kehamilan. Tanda-tanda mungkin adalah sebagai berikut:

1. Amenorhea Bila seorang wanita dalam masa mampu hamil, apabila sudah

kawin mengeluh terlambat haid, maka pikirkan bahwa dia hamil, meskipun

keadaan stress, obat-obatan, penyakit kronis dapat pula mengakibatkan

terlambat haid.

2. Mual dan muntah Mual dan muntah merupakan gejala umum, mulai dari

rasa tidak enak sampai muntah yang berkepanjangan. Dalam kedokteran

sering di kenal morning sickness karena munculnya seringkali pagi hari.

Mual dan muntah diperberat oleh makanan yang baunya menusuk dan juga

oleh emosi penderita yang tidak stabil. Untuk mengatasinya penderita

perlu di beri makanmakanan yang ringan, mudah di cerna dan jangan lupa

menerangkan bahwa keadaaan ini dalam batas normal orang hamil. Bila

berlebihan dapat pula diberikan obat-obat anti muntah.

3. Mastodinia Mastodinia adalah rasa kencang dan sakit pada payudara di

sebabkan payudara membesar. Vaskularisasi bertambah, asinus dan duktus

berproliferasi karena pengaruh estrogen dan progesteron.

4. Quickening Quickening adalah persepsi gerakan janin pertama, biasanya di

sadari oleh wanita pada kehamilan 18-20 minggu.


11

5. Keluhan kencing Frekuensi kencing bertambah dan sering kencing malam,

disebabkan karena desakan uterus yang membesar dan tarikan uterus ke

cranial.

6. Konstipasi Ini terjadi karena efek relaksasi progesteron atau dapat juga

karena perubahan pola makanan.

7. Perubahan berat badan Pada kehamilan 2-3 bulan sering terjadi penurunan

berat badan, karena nafsu makan menurun dan muntah-muntah. Pada bulan

selanjutnya berat badan akan selalu meningkat sampai stabil menjelang

aterm.

8. Perubahan temperatur basal Kenaikan temperatur basal lebih dari 3

minggu biasanya merupakan tanda telah terjadinya kehamilan.

9. Perubahan warna kulit Perubahan ini antara lain kloasma yakni warna kulit

yang kehitam-hitaman pada dahi, punggung hidung dan kulit daerah tulang

pipi, terutama pada wanita dengan warna kulit tua. Biasanya muncul

setelah kehamilah 16 minggu. Pada daerah areola dan puting payudara,

warna kulit menjadi lebih hitam. Perubahanperubahan ini disebabkan oleh

stimulasi Melanocyte StimulatingHormone (MSH). Pada kulit daerah

abdomen dan payudara dapat mengalami perubahan yang di sebut strie

gravidarum yaitu perubahan warna seperti jaringan parut. Diduga ini

terjadi karena pengaruh adrenokortikosteroid. Kadang-kadang timbul pula

teleangiktasis karena pengaruh estrogen tinggi.

10. Perubahan payudara Akibat stimulasi prolaktin dan HPL, payudara

mensekresi kolostrum, biasanya setelah kehamilan lebih dari 16 minggu.


12

11. Perubahan pada uterus Uterus mengalami perubahan pada ukuran, bentuk

dankonsistensi. Uterus berubah menjadi lunak, betuknya globular. Teraba

balotement, tanda ini muncul pada minggu ke 16-20, setelah rongga rahim

mengalami obliterasi dan cairan amnion cukup banyak. Balotemen adalah

tanda ada benang terapung/melayang dalam cairan. Sebagai diagnosis

banding adalah asites yang di sertai denagn kista ovarium, mioma uteri,

dan sebagainya.

12. Tanda Piskacek’s Terjadinya pertumbuhan yang asimetris pada bagian

uterus yang dekat dengan implatasi plasenta.

13. Perubahan-perubahan pada serviks

a) Tanda Hegar Tanda ini berupa perlunakan pada daerah isthmus uteri,

sehingga daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan lebih tipis

dan uterus mulai difleksikan. Dapat diketahui melalui pemeriksaan

bimanual. Tanda ini mulai terliaht pada minggu ke-6, dan menjadi

nyata pada minggu ke 7-8.

b) Tanda Goodell’s Diketahui melalui pemeriksaan bimanual. Serviks

tersa lebih lunak. Penggunaan kontrasepsi oral juga dapat memberikan

dampak ini. (c) Tanda Chadwick Dinding vagina mengalami kongesti,

warna kebirubiruan. (d) Tanda Mc Donald Fundus uteri dan serviks

bisa denagn mudah difleksikan satu sama lain dan tergantung pada

lunak atau tidaknya jaringan isthmus.

c) Terjadi pembesaran abdomen Pembesaran perut menjadi nyata setelah

minggu ke 16, karena pada saat itu uterus telah keluar dari rongga

pelvis dan menjadi organ rongga perut.


13

d) Kontraksi uterus Tanda ini muncul belakangan dan pasien mengeluh

perutnya kencang, tetapi tidak disertai rasa sakit.

e) Pemeriksaan tes biologis kehamilan Pada pemeriksaan ini hasilnya

positif, dimana kemungkinan positif palsu.

b. Tanda Pasti Kehamilan Indikator pasti kehamilan adalah penemuan-penemuan

keberadaan janin secara jelas dan hal ini tidak dapat dijelaskan dengan kondisi

kesehatan yang lain.

1. Denyut Jantung Janin (DJJ).

Dapat didengar dengan stetoskop laenec pada minggu 17-18. Pada orang

gemuk, lebih lambat. Dengan stetoskop ultrasonic (Doppler), DJJ dapat

didengarkan lebih awal lagi, sekitar minggu ke 12. Melakukan auskultasi

pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain, seperti bising

tali pusat, bising uterus dan nadi ibu.

2. Palpasi Yang harus ditentukan adalah outline janin. Biasanya menjadi jelas

setelah minggu ke 22. Gerakan janin dapat dirasakan dengan jelas setelah

minggu ke 24 (Pantikawati&saryono, 2010)

2.1.4 Proses adaptasi fisiologi dan psikologi ibu hamil

1. Perubahan Fisiologi

a. Rahim atau Uterus

Berat  uterus  normal ± 30 gram, pada akhir kehamilan (40 minggu)

menjadi 100 gram, dengan panjang ± 20 cm dan dinding ± 22,5 cm.

Hubungan antara besarnya uterus dengan tuanya kehamilan sangat

penting diketahui, antara lain untuk membuat diagnosis apakah wanita

tersebut hamil fisiologik, atau hamil ganda, atau menderita penyakit


14

seperti mola hidatidosa dan sebagainya (Hanifa, Abdul Bari dan

Trijatmo, 2015 : 89). Sumber lain juga menyebutkan "rahim yang

semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami

hipertropi dan hiperflasia sehingga beratnya menjadi seberat 1000

gram saat akhir kehamilan" (Manuaba, 1998 : 106).

b. Serviks uteri

Perubahan fisiologis selama kehamilan pada serviks uteri terjadi juga

karena pengaruh hormon estrogen. Akibat kadar estrogen meningkat

dan dengan adanya hipervaskularisasi maka

konsistensi serviks menjadi lunak (Hanifa, Abdul Bari dan Trijatmo,

2015 ).

c. Vagina dan Vulva

Perubahan fisiologis selama kehamilan pada vagina dan vulva juga

terjadi akibat hormon estrogen yang mengalami perubahan.

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vaginadan vulva tampak

lebih merah, agak kebiru-biruan (livide). Tanda ini disebut tanda

Chadwick. Warna porsiopun tampak livide (Hanifa, Abdul Bari dan

Trijatmo, 2015 )

d. Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus

luteum graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira

kehamilan 16 minggu.  korpus luteum graviditatisberdiameter kira-kira

3 cm. Kemudian mengecil setelah plasenta terbentuk  (Hanifa, Abdul

Bari dan Trijatmo, 2015 : 95).


15

e. Mamma

Mamma akan membesar dan tegang akibat

hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi

belum mengeluarkan air susu. Dibawah pengaruh progesteron

dan somatomammotropin terbentuk lemak disekitar kelompok-

kelompok alveolus sehingga mamma menjadi lebih

besar. Papila mamma akab lebih membesar, lebih tegak, dan

tampak  lebih hitam, seperti

seluruh aerola mamma karena hiperpigmentasi (Hanifa, Abdul Bari

dan Trijatmo, 2015).

Sumber lain menyebutkan "sedikit pembesaran payudara, peningkatan

sensitivitas dan ras geli mungkin dialami khususnya oleh primigravida,

pada kehamilan minggu ke-4. Cairan yang jenrnih ditemukan dalam

payudara pada usia kehamilan 4 minggu dan kolostrum dapat diperah

keluar pada usia kehamilan16 minggu (Farrer, 2001 ).

f. Sirkulasi Darah

Perubahan fisiologis selama kehamilan pada terjadi pula pada sirkulasi

darah. Perubahan sirkulasi darah ini terjadi akibat adanya sirkulasi

ke plasenta, uterus yang terus membesar dengan pembuluh darah yang

membesar pula, mamma dan alat lainnya yang memang berfungsi

berlebihan dalam kehamilan. Volume darah ibu bertambah secara

fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia.

Volume darah akan bertambah banyak kira-kira 25%, dengan puncak


16

kehamilan 32 minggu, diikuti dengan cardiac output yang meninggi

sebanyak kira-kira 30% (Hanifa, Abdul Bari dan Trijatmo, 2015).

g. Sistem Respirasi

Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang

mengeluh tentang rasa sesak dan pendek napas. Hal ini ditemukan pada

kehamilan 32 minggu ke atas oleh karena usus-usus tertekan

oleh uterus yang membesar

kearah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. Untuk

memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat kira-kira 20%, seorang

wanita hamil selalu bernafas lebih dalam (Hanifa, Abdul Bari dan

Trijatmo, 2015).

h. Traktus digestivus

Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nusea).

Mungkin ini akibat kadar hormon estrogen yang

meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivusmenurun, sehingga

motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Tidak jarang

dijumpai pada bulan-bulan pertama kehamilan gejala muntah (emesis).

Biasanya terjadi pada pagi hariyang dikenal sebagai morning sickness

(Hanifa, Abdul Bari dan Trijatmo, 2015).

i. Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan

oleh uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing.

Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus

gravidarum keluar dari rongga panggul. Pada akhir kahamilan bila


17

kepala janin mulai turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan sering

kencing akan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan

kembali (Hanifa, Abdul Bari dan Trijatmo, 2015 : 97.

j. Kulit

Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat

tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh melalnophore

stimulating hormone (MSH) yang meningkat. Di daerah leher sering

terdapat hiperpigmentasi yang sama, juga di

daerah aerola mamma.Linea alba pada kehamilan menjadi hitam,

dikenal dengan linea grisea. Tidak jarang dijumpai kulit perut seolah-

olah retak-retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan,

disebut striae albikantes (Hanifa, Abdul Bari dan Trijatmo, 2015 : 96).

Sumber lain menyebutkan "pigmentasi yang lebih gelap terjadi pada

puting dan aerola mammae, wajah (kloasma-topeng kehamilan) dan

garis tengah abdomen (dari bagian atas umbilikus hingga

rambut pubis)-linea nigra (Farrer, 2001 : 65).

k. Metabolisme dalam Kehamilan

Pada wanita hamil basal metabolic rate (BMR) meninggi,

sistem endokrin juga meninggi, dan tampak lebih jelas kelenjar

gondoknya (glandula tireoidea) (Hanifa, Abdul Bari dan Trijatmo,

2015 : 98). Secara umum dampak dari metabolisme ini akan terjadi

kenaikan berat badan. Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira

diantara 6,5-16,5 kg rata-rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan ini

terutama terjadi dalam kehamilan 20 minggu terakhir. Kenaikan berat


18

badan ini disebabkan oleh hasil konsepsi (fetus, plasenta, dan likuor

amnii) dan dari ibu sendiri (uterus dan mamma yang membesar,

volume darah yang meningkat, lemak dan protein lebih banyak dan

akhirnya adanya retensi air) (Hanifa, Abdul Bari dan Trijatmo, 2015 :

98).

l. Edema

Edema tungkai bawah pada trimester terakhir dapat merupakan hal

fisiologis. Namun bila disertai edema di tubuh bagian atas seperti muka

dan lengan, terutama bila diikuti peningkatan tekanan darah, maka

dapat dicurigai adanya preeklamsia (Manjoer,2010).

m. Tulang dan Gigi

Persendian panggul akan terasa lebih longgar, karena ligamen-ligamen

melunak (softening). Juga terjadi sedikit pelebaran pada ruang

persendian. Apabila pemberian makanan tidak dapat memenuhi

kebutuhan janin, kalsium maternal pada tulang-tulang panjang akan

berkurang untuk memenuhi kebutuhan ini. Bila konsumsi kalsium

cukup, gigi tidak akan kekurangan kalsium (Mochtar, 2012)

2. Perubahan Psikologi

a. Trimester  I

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian

terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Sebagian besar wanita

merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil. Perasaan

ambivalen ini biasanya berakhir dengan sendirinya seiring ia menerima

kehamilannya, sementara itu, beberapa ketidaknyamanan pada trimester


19

pertama, seperti mual , kelemahan, perubahan nafsu makan, kepekaan

emosional, semua ini dapat mencerminkan konflik dan defresi yang ia

alami dan pada saat bersamaan hal-hal tersebut menjadi pengingat tentang

kehamilannya.

Trimester pertama sering menjadi waktu yang menyenangkan untuk

melihat apakah kehamilan akan dapat berkembang dengan baik. Hal ini

akan terlihat jelas terutama pada wanita yang telah beberapa kali

mengalami keguguran dan bagi para tenaga kesehatan profesional wanita

yang cemas akan kemungkinan terjadi keguguran kembali atau teratoma.

Berat badan sangat bermakna bagi wanita hamil selama trimester pertama.

Berat badan dapat menjadi salah satu uji realitas tentang keadaannya

karena tubuhnya menjadi bukti nyata bahwa dirinya hamil.

Pembuktian kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita mulai

memeriksa dengan cermat setiap perubahan tubuh, yang merupakan bukti

adanya kehamilan. Bukti yang paling kuat adalah terhentinya menstruasi.

Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara wanita yang

satu dan yang lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat

seksual, tetapi secara umum trimester pertama merupakan waktu terjadinya

penurunan libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur dan

terbuka terhadap pasangan 4 masing-masing. Banyak wanita merasakan

kebutuhan kasih sayang yang besar dan cinta kasih tanpa seks. Libido

secara umum sangat dipengaruhi oleh keletihan, nausea, depresi, payudara

yang membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran, dan masalah-masalah

lain merupakan hal yang sangat normal terjadi pada trimester pertama.
20

1. Merasa tidak sehat dan benci kehamilannya.

2. Selalu memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya.

3. Mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya sedang

hamil.

4. Mengalami gairah seks yang lebih tinggi tapi libido turun.

5. Khawatir kehilangan bentuk tubuh.

6. Membutuhkan penerimaan kehamilannya oleh keluarga.

7. Ketidakstabilan emosi dan suasana hati.

8. Mencari tanda-tanda untuk meyakinkan bahwa dirinya hamil

9. Hasrat untuk melakukan hubungan seks pada trimester pertama

berbeda2, kebanyakan wanita hamil mengalami penurunan pada

periode ini.

Pada trimester I atau bulan-bulan pertama ibu akan merasa tidak

berdaya dan merasa minder karena ibu merasakan perubahan pada dirinya.

Segera setalah konsepsi kadar hormon estrogen dan progesterone

meningkat, menyebabkan mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah

dan pembesaran payudara

b. Trimester II

Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik,

yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala

ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Namun, trimester kedua

juga merupakan fase ketika wanita menelusur ke dalam dan paling banyak

mengalami kemunduran.
21

Trimester kedua sebenarnya terbagi atas dua fase: pra-quickening dan

pasca-quickening. Quickening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan

yang terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan

tugas psikologis utamannya pada trimester kedua, yakni mengembangkan

identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri, yang berbeda dari ibunya.

Pada trimester kedua, mulai terjadi perubahan pada tubuh. Orang akan

mengenali Anda sedang hamil . Sebagian besar wanita merasa lebih erotis

selama trimester kedua, kurang labih 80% wanita mengalami kemajuan

yang nyata dalam hubungan seksual mereka dibanding pada trimester

pertama dan sebelum hamil. Trimester kedua relatif terbebas dari segala

ketidaknyamanan fisik, dan ukuran perut wanita belum menjadi masalah

besar, lubrikasi vagina semakin banyak pada masa ini, kecemasan,

kekhawatiran dan masalah – masalah yang sebelumnya menimbulkan

ambivalensi pada wanita tersebut mereda. Selain itu tanda – tanda lain

adalah :

1.  Ibu sudah mulai merasa sehat dan mulai bisa menerima kehamilannya.

2. Mulai merasakan gerakan bayi dan merasakan kehadiran bayi sebagai

seseorang di luar dirinya.

3. Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasa beban.

4. Libido dan gairah seks meningkat.

5. Ibu merasakan adanya perubahan pada bentuk tubuh yang semakin

membesar sehingga ibu merasa tidak menarik lagi dan merasa suami

tidak memperhatikan lagi


22

6. Ibu merasakan lebih tenang dibandingkan dengan timester I karena

nafsu makan sudah mulai timbul dan tidak mengalami mual muntah

sehingga ibu lebih bersemangat

7. Biasanya ibu lebih bisa menyesuaikan diri dengan kehamilan selama

trisemester ini dan ibu mulai merasakan gerakan janinnya pertama kali.

c. Trimester  III

Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh

kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi

sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti

kehadiran sang bayi. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir

kapanpun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia memperhatikan

dan menunggu tanda dan gejala persalinan muncul.

Trimester ketiga merupakan waktu, persiapan yang aktif terlihat dalam

menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian utama

wanita terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan. Pergerakan janin

dan pembesaran uterus, keduanya menjadi hal yang terus menerus

mengingatkan tentang keberadaan bayi. Wanita tersebut lebih protektif

terhadap bayinya. Sebagian besar pemikiran difokuskan pada perawatan

bayi. Ada banyak spekulasi mengenai jenis kelamin dan wajah bayi itu

kelak. Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga. Wanita mungkin

merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri. Seperti:

apakah nanti bayinya akan lhir abnormal, terkait persalinan dan pelahiran

(nyeri, kehilangan kendali, hal-hal lain yang tidak diketahui), apakah ia

akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar
23

karena perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan

mengalami cedera akibat tendangan bayi.

Ia juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya

perhatian dan hak istimewa khusus lain selama kehamilan, perpisahan

antara ia dan bayinya yang tidak dapat dihindari, dan perasaan kehilangan

karena uterusnya yang penuh secara tiba-tiba akan mengempis dan ruang

tersebut menjadi kosong. Depresi ringan merupakan hal yang umum

terjadi dan wanita dapat menjadi lebih bergantung pada orang lain lebih

lanjut dan lebih menutup diri karena perasaan rentannya.

Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin

kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek,

berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten

dari pasangannya. Pada pertengahan trimester ketiga, peningkatan hasrat

seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya akan menghilang karena

abdomennya yang semakin besar menjadi halangan. Alternatif untuk

mencapai kepuasan dapat membantu atau dapat 6 Menimbulkan perasaan

bersalah jika ia merasa tidak nyaman dengan cara-cara tersebut. Berbagi

perasaan secara jujur dengan pasangan dan konsultasi mereka dengan anda

menjadi sangat penting.

Perubahan lainnya adalah :

1. Ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.

2. Ibu khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu dan dalam kondisi

yang tidak normal.

3. Semakin ingin menyudahi kehamilannya.


24

4. Tidak sabaran dan resah.

5. Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya.

6. Aktif mempersiapkan kelahiran bayinya.

2.1.5 Tujuan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

a. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu dan tumbuh

kembang janin.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesejahteraan fisik, mental, sosial ibu dan

bayi.

c. Menemukan secara dini adanya masalah/gangguan dan kemampuan yang

terjadi selama masa kehamilan.

d. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat, baik ibumaupun

trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif berjalan

normal.

f. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam

memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal

(Sulisyawaty. 2009)

2.2 Konsep Dasar Antenatal Care

2.2.1 Pengertian

Kehamilan adalah fertilitas atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum,

dilanjutkan dengan nidasi atau implanasi.bila dihitung dari saat fertilisasi hingga

lahir nya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9
25

bulan hingga 10 bulan menurut kalender internasional (Manuaba, 2013).

Kehamilan adalah masa dimana terdapat janin di dalam rahim seorang perempuan.

Masa kehamilan didahului oleh terjadinya pembuahan yaitu bertemunya sel

sperma laki-laki dengan sel telur. setelah pembuahan, terbentuk kehidupan baru

berupa janin dan tumbuh di dalam rahim ibu yang merupakan tempat berlindung

yang aman dan nyaman bagi janin. (Wardiyah & Rilyani, 2016).

Salah satu hal yang harus dikenali oleh setiap calon ibu hamil adalah

mengenali tanda-tanda wanita hamil yang berisiko tinggi atau wanita yang tidak

aman untuk hamil. Di bandingkan wanita yang normal, maka wanita yang tidak

aman untuk hamil harus benar-benar memperhatikan hal-hal yang berisiko dalam

kehamilannya. Oleh karena itu, seorang wanita sebelum merencanakan untuk

hamil, harus terlebih dahulu mengetahui tingkat keamanan dirinya untuk

mengalami kehamilan (Manuaba, 2013). Ciri-ciri wanita yang tidak aman untuk

mengalami kehamilan adalah :

1. Ukuran tubuh terlalu pendek, tinggi badan <145 cm.

2. Bentuk panggul tidak normal.

3. Badan kurus.

4. Kulit dan wajah cenderung pucat.

5. Umur <20 tahun atau >35 tahun.

6. Lebih dari 4 kali melahirkan.

7. Jarak kelahiran anak < 2 tahun.

8. Riwayat kehamilan menunjukan adanya masalah pada kehamilan atau

persalinan sebelumnya.

9. Beberapa kali menggalami keguguran (Muchtar, 2014).


26

2.2.2 Batasan Antenatal Care (ANC)

1. Pemeriksaan ANC adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan

kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi

persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan

reproduksi secara wajar (Manuaba, 2013).

2. Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini

mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal (ANC), petugas

mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui

anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan

intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2014).

2.2.3 Standar Asuhan ANC

1. Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dengan berinteraksi dengan masyarakat

secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotifasi ibu, suami dan

anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilanya

sejak dini dan secara teratur.

2. Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Bidan memberikan sedikitnya 4x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi

anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai

apakah perkembangan berlangsung normal.

3. Standar 5 : Palpasi Abdominal

Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan

palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan


27

bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala

janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan

rujukan tepat waktu.

4. Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan atau

rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai sengan ketentuan yang

berlaku.

5. Standar 7 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan

dan mengenali tanda-tanda serta gejala preeklamsi lainya, serta mengambil

tindakan yang tepat dan merujuknya.

6. Standar 8 : Persiapan persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarga

pada trimester III, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih,

dan aman serta suasana yang menyenangkan, disamping persiapan transportasi

dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat.

2.2.4 Tujuan ANC

1. Tujuan ANC menurut Sulistyawati (2010), sebagai berikut:

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang janin.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan

sosial ibu dan bayi.


28

c. Mengenali secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama

hamil, termasuk riwayat penyakti secara umum, kebidanan dan

pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat

ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempesiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI

Eksklusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

2. Tujuan khusus ANC menurut Manuaba (2013), sebagai berikut:

a. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat

kehamilan, saat persalinan dan kala nifas.

b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan

dan kala nifas.

c. Memberi nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,

persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.

d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

WHO expert committee one the midwife in maretnity care mengemukakan

tujuan maternity care (Pelayanan Kebidanan) yaitu:

a. Pengawasan serta penanganan wanita hamil dan saat bersalin

b. Bidan desa an dan pemeriksaan wanita setelah bersalin

c. Bidan desa an neonatus

d. Pemeliharaan dan pemberian laktasi


29

Sumber : Manuaba (2013)

Gambar 2.1 Konsep Dasar Antenatal Care (ANC)

2.2.5 Kunjungan Antenatal

Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan

atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan

informasi yang sangat penting(Saifuddin, 2014). Antenatal Care (ANC) adalah

salah satu upaya pencegahan awal dari faktor resiko kehamilan. Menurut

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care bertujuan untuk mendeteksi

secara dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat

menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin (Sulistyawati,

2010).

Pelaksanaan antenatal care 12-13 kali selama kehamilan. Namun, di

negara berkembang melakukan sebanyak empat kali yaitu satu kali pada trimester

I dan II, dua kali pada trimester III (Manuaba, 2013). Pemeriksaan antenatal care

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan

antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan

dan bidan desa (Depkes RI, 2010).


30

Pelaksanaan antenatal care dipengaruhi beberapa faktor, Menurut Green

yang dikutip dalam Notoatmodjo (2014), perilaku seseorang dalam memeriksakan

kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu: faktor pemudah (predisposing

factor) yang mencakup pengetahuan, tingkat ekonomi, sikap, kepercayaan,

keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya; faktor pendukung (enabling factor)

mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau

sarana-sarana kesehatan; dan faktor pendorong (reinforcing factor) mencakup

sikap dan perilaku dari petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.2.6 Faktor- factor yang mempengaruhi kunjungan Antenatal Care

Menurut Sumiati beberapa faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal care,

yaitu:

1. Kebutuhan

Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk

hidup dalam akitvitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha.Pada

dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu, yaitu memenuhi

kebutuhan. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, selama

hidup manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan, seperti

makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan kesehatan. Kebutuhan

dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan, waktu dan agama. Semakin tinggi

tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin tinggi/banyak pula macam

kebutuhan yang harus dipenuhi. Pemeriksaan kehamilan secara teratur akan

dilakukan oleh ibu hamil, bila tindakan itu dirasakan sebagai kebutuhan.

Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor kebutuhan ini merupakan dasar dan


31

stimulus paling langsung untuk menggunakan sarana kesehatan dalam

menjaga kesehatannya selama kehamilan.

2. Harapan

Seseorang termotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan

keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri

meningkat dan menggerakkan seseorang ke arah pencapaian tujuan,

misalnya ibu melakukan pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan dengan

harapan agar kesehatannya selama kehamilan terjamin, dan apabila ada

gejala/tanda komplikasi kehamilan dapat terdeteksi sedini mungkin serta

apabila ada komplikasi yang terjadi dapat segera diatasi/ditangani.

3. Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa

ada yang menyuruh, misalnya ibu memeriksakan kehamilannya tanpa ada

pengaruh dari orang lain tetapi karena adanya minat ingin bertemu dengan

tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat) dengan tujuan untuk mengetahui

keadaan/status kesehatan kehamilannya.

4. Dukungan Suami dan Keluarga Wanita hamil tidak hidup sendiri tetapi

dalam lingkungan keluarga dan budaya yang kompleks atau bermacam-

macam.Pada kenyataanya peranan suami dan keluarga sangat besar bagi ibu

hamil dalam mendukung perilaku atau tindakan ibu hamil dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Teori Snehendu B. Kar (Notoatmodjo, 2003) menyimpulkan bahwa perilaku

kesehatan seseorang ditentukan antara lain oleh ada atau tidaknya dukungan

masyarakat sekitarnya (social support). Orang yang tinggal dilingkungan


32

yang menjunjung tinggi aspek kesehatan akan lebih antusias dalam menjaga

kesehatannya. Sebaliknya mereka yang tinggal dilingkungan dengan pola

hidup tidak sehat/tidak memperhatikan kesehatan akan cenderung tidak

perduli dengan pencegahan penyakit atau pemeriksan kesehatan secara

teratur.

5. Imbalan

Seseorang dapat termotivasi karena adanya suatu imbalan sehingga orang

tersebut ingin melakukan sesuatu, misalnya ibu melakukan pemeriksaan

kehamilannya ke tenaga kesehatan karena ibu akan mendapatkan imbalan

seperti makanan tambahan, susu, atau vitamin secara gratis. Imbalan yang

positif ini akan semakin memotivasi ibu untuk datang ketenaga kesehatan

untuk memeriksakan kehamilannya.

6. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu keadaan/kejadian yang dialami ibu pada

kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Ibu yang memiliki pengalaman

buruk dalam kehamilan yang lalu akan cenderung untuk memanfaatkan

pelayanan kesehatan (Tangkin, Y, 2013).

Menurut Akin dalam Adhaniyah mengatakan bahwa pengalaman masa lalu

dalam kehamilan, persalinan dan pelayanan kesehatan mempunyai efek

sangat besar terhadap pengetahuan, sikap, dan penggunaan pelayanan

kesehatan ibu. Serta pengalaman ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan

kehamilan sebelumnya akan berpengaruh tehadap perilaku ibu dalam

melakukan pemeriksaan kehamilan yang sekarang. Ibu yang mendapatkan

pengalaman yang kurang menyenangkan pada saat melakukan pemeriksaan


33

pada kehamilan sebelumnya akan cenderung kurang antusias dalam

melakukan pemeriksaan kehamilan, karena takut pengalaman yang lalu akan

terulang kembali.

7. Sikap

Tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh sikap (attitude) yaitu suatu

tingkat efek (perasaan) baik yang positif (menguntungkan) maupun negatif

(merugikan). Sikap belum tentu merupakan tindakan atau aktivitas, tetapi

merupakan “priedisposisi” tindakan atau perilaku (Notoatmodjo, 2014).

Menurut Sarwono (2013) sikap merupakan potensi tingkah laku seseorang

terhadap sesuatu keinginan yang dilakukan. Maka dapat dikatakan seorang

ibu hamil yang bersikap positif terhadap perawatan kehamilan (ANC)

cenderung akan mempunyai motivasi tinggi untuk melakukan ANC. Hal ini

dikarenakan informasi, pengetahuan dan pemahaman ibu hamil yang baik

mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan (ANC) selama kehamilan

dapat mencegah bahaya dan risiko yang mungkin terjadi selama hamil.

Sikap ibu terhadap pelayanan antenatal care berperan dalam pemeriksaan

kehamilan secara teratur.

8. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia yakni : indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui

mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2014).


34

Menurut Notoatmodjo (2014) tingkat pengetahuan dalam domain kognitif

mempunyai 6 (enam) tingkatan : tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis

dan evaluasi. Tingkat pendidikan adalah upaya untuk memberikan

pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

Pengetahuan tentang kehamilan harus dimiliki ibu hamil untuk dapat

menyiapkan fisik atau mental agar sampai akhir kehamilannya sama

sehatnya, bilamana ada kelainan fisik atau psikologis bisa ditemukan secara

dini dan diobati, serta melahirkan tanpa kesulitan dengan bayi yang sehat.

9. Ekonomi/Penghasilan Penghasilan keluarga merupakan faktor pemungkin

bagi seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.Penghasilan

keluarga juga menentukan stasus sosial ekonomi keluarga tersebut. Sosial

ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam

masyarakat yang ditentukan dengan variabel pendapatan, pendidikan dan

pekerjaan, karena ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk

pemeliharaan kesehatan (Notoatmodjo, 2014)

Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan

berbagai masalah kesehatan yang dihadapi, hal ini disebabkan karena

ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai masalah

tersebut (Effendy, N, 1998). Menurut WHO (Notoatmodjo, 2014) faktor

ekonomi juga berpengaruh terhadap seseorang dalam upaya deteksi dini

komplikasi kehamilan. Status ekonomi keluarga juga berperan bagi

seseorang dalam bertindak termasuk tindakan yang berhubungan dengan

kesehatan dan pemeriksaan kehamilannya.


35

10. Peran Petugas Kesehatan Perawat

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan, tenaga

kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan serta

memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan memiliki peranan penting

untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada

masyarakat agar masyarakat mampu meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya. Selain fasilitas yang harus tersedia agar masyarakat dapat

memanfaatkan pelayanan antenatal maka harus di perhatikan juga tenaga

kesehatannya atau sumber daya manusianya (SDM). Kinerja yang dihasilkan

oleh seseorang tenaga kesehatan sangat memengaruhi kualitas dari

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Kinerja yaitu hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang di berikannya

(Intan, 2014).

2.2.7 Jadwal pemeriksaan kehamilan

Memperhatikan batasan dan tujuan pengawasan antenatal, maka jadwal

pemeriksaan adalah sebagai berikut (Manuaba, 2013) :

1. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid

2. Pemeriksaan ulang :

a. Setiap bulan sampai umur kehamilan 6 sampai 7 bulan

b. Setiap 2 minggu sampai usia kehamilan berumur 8 bulan


36

c. Setiap 1 minggu sejak umur hamil 8 bulan sampai terjadi persalinan.

Tabel 2.1

Jadwal kunjungan ANC

Kunjungan Waktu Informasi penting


Trimester Sebelum  Membangun hubungan saling percaya antara

pertama minggu ke 14 petugas kesehatan dan ibu hamil.

 Mendeteksi masalah dan menanganinya

 Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus

neonatorum, anemia kekurangan zat besi,

penggunaan praktek tradisional yang

merugikan

 Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan

untuk menghadapi komplikasi

 Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan

dan kebersihan, istirahat dan sebagainya


Trimester Sebelum Sama seperti diatas ditambah kewaspadaan

kedua minggu ke 28 khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang

gejala – gejala preeklamsia, pantau tekanan darah,

evaluasi edema, periksa untuk mengetahui apakah

ada kehamilan ganda.


Trimester Antara minggu Sama seperti diatas, ditambah palpasi abdominal

ketiga 28-36 untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.

Setelah Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi

36minggu yang tidak normal, atau kondisi lain yang

memerlukan kelahiran di rumah sakit.


3. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan – keluhan tertentu.
37

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang biasa mengancam

jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya 4 kali

kunjungan selama priode antenatal :

a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)

b. Satu kali kunjungan pada trimester kedua (antara minggu 14-28)

c. Dua kali kunjungan selama trimester tiga (antara minggu 28-36 dan

sesudah minggu ke 36)

Menurut Permenkes No. 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal

Bidang Kesehatan, pelayanan/asuhan standar minimal adalah:

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan;

b. Ukur tekanan darah;

c. Nilai status gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)

d. Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri);

e. Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ);

f. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

bila diperlukan;

g. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;

h. Tes laboratorium: tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin darah (Hb),

pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya),

pemeriksaan protein urin (bila ada indikasi); yang pemberian pelayanannya

disesuaikan dengan trimester kehamilan.

i. Tatalaksana/penanganan kasus sesuai kewenangan;

j. Temu wicara (konseling)


38

Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan

professional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi.

2.3 Hyperemesis Gravidarum

1. Hiperemesis Gravidarum

a. Pengertian Hiperemesis Gravidarum

Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering

terdapat pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi

pada pagi hari, tetapi ada yang timbul setiap saat dan malam hari.

Gejala-gajala ini biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama

haid terahir dan berlangsung kurang lebih 10 minggu

(Wiknjosastro, 2007 hal 98).

Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat

lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat

menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau

gangguan elektrolit, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan

membahayakan janin dalam kandungan. Mual dan muntah

berlebihan yang terjadi pada wanita hamil sehingga menyebabkan

terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat

badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan

kekurangan nutrisi. Hal tersebut mulai terjadi pada minggu keempat

sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik pada

usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus

berlanjut sampai pada kehamilan tahap berikutnya (Runiari, 2010


39

hal 65).

Pada umumnya hiperemesis gravidarum terjadi pada minggu ke

6-12 masa kehamilan, yang dapat berlanjut sampai minggu ke 16-

20 masa kehamilan. Mual dan muntah merupakan gejala yang wajar

ditemukan pada kehamilan triwulan pertama. Biasanya mual dan

muntah terjadi pada pagi hari sehingga sering dikenal dengan

morning sickness. Sementara setengah dari wanita hamil

mengalami morning sickness, antara 1,2 - 2% mengalami

hiperemesis gravidarum, suatu kondisi yang lebih serius (Huliana,

2001 hal 78)

Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual

ini mulai dialami sejak awal kehamilan. Mual muntah saat hamil

muda sering disebut morning sickness tetapi kenyataannya mual

muntah ini dapat terjadi setiap saat. Pada beberapa kasus dapat

berlanjut sampai kehamilan trimester kedua dan ketiga, tapi ini

jarang terjadi (Ratna, 2010 hal 45).

b. Tingkatan Hiperemesis Gravidarum

Runiari (2010 hal 58) menyatakan bahwa tidak ada batasan

yang jelas antara mual yang bersifat fisiologis dengan hiperemesis

gravidarum, tetapi bila keadaan umum ibu hamil terpengaruh

sebaiknya dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Menurut

berat ringannya gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi ke

dalam tiga tingkatan sebagai berikut:

1) Tingkat I
40

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum.

Pada tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak

ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium.

Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah

sistolik menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh, turgor

kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung.

2) Tingkat II

Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih

menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat,

tekanan darah turun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung

dan sedikit ikterus, berat badan turun, hemokonsentrasi,

oligouria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa

pernapasan karena mempunyai aroma yang khas, dan dapat pula

ditemukan dalam urine.

3) Tingkat III

Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran

menurun dari somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat,

tekanan darah menurun, serta suhu meningkat. Komplikasi fatal

terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai wenickle

ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus,

diplopia, dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat

sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B

kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan terjadinya payah

hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esofagus,


41

lambung, dan retina.

c. Akibat hiperemesis gravidarum

Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan

klien, namun dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti

abortus, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur dan

malformasi pada bayi lahir (Gross dalam Runiari, 2010 hal 61).

Penelitian yang dilakukan oleh Paawi (2005) didapatkan bahwa

hiperemesis gravidarum merupakan faktor yang signifikan terhadap

memanjangnya hari rawat bagi bayi yang dilahirkan. Ada

peningkatan angka kematian Intrauterin Growth Retardation

(IUGR) pada klien hiperemesis gravidarum yang mengalami

penurunan berat badan lebih dari 5%.

Selain berdampak fisiologis pada kehidupan klien dan janinnya,

hiperemesis gravidarum juga memberikan dampak secara

psikologis, sosial, spiritual dan pekerjaan. Secara psikologis dapat

menimbulkan dampak kecemasan, rasa bersalah dan marah. Jika

mual dan muntah menghebat, maka timbul self pity dan dapat

terjadi konflik antara ketergantungan dan kehilangan kontrol.

Berkurangnya pendapatan akibat berhenti bekerja mengakibatkan

timbulnya ketergantungan terhadap pasangan (Simpson, et. Al.,

2001).

Kontak sosial dengan orang lain juga berubah karena klien

mengalami perubahan yang sangat kompleks terhadap

kehamilannya. Media yang berkembang menjelaskan bahwa


42

kehamilan merupakan keadaan fisiologis dan psikoemosional yang

optimal, sehingga jika wanita mengalami mual dan muntah yang

menghebat dianggap sebagai kegagalan perkembangan wanita

(Runiari, 2010 hal 62)

d. Patofisiologi hiperemesis gravidarum

Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena

peningkatan Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat

menjadi faktor mual dan muntah. Peningkatan kadar hormon

progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal

mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung

menjadi kosong. Hiperemesis gravidarum yang merupakan

komplikasi ibu hamil muda bila terjadi terus menerus dapat

mengakibatkan dehidrasi, ketidak- seimbangan elektrolit, serta

dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis

terpakai untuk keperluan energi. (Winkjosastro, 2007 hal 185)

Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan

dengan malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya

non protein nitrogen, asam urat, dan penurunan klorida dalam

darah, kekurangan vitamin B1, B6, B12, dapat mengakibatkan

terjadinya anemia (Mitayani, 2009 hal 56).

e. Etiologi dan faktor yang berhubungan dengan hiperemesis

gravidarum

Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan

pasti. Dulu penyakit ini dikelompokkan ke dalam penyakit


43

toksemia gravidarum karena diduga adanya semacam “racun” yang

berasal dari janin atau kehamilan. Penyakit ini juga digolongkan ke

dalam gestosis bersama pre-eklampsi dan eklampsi. Nama gestosis

dini diberikan untuk hiperemesis gravidarum dan gestosis lanjut

untuk hipertensi (pre-eklampsi dan eklampsi) dalam kehamilan

(Runiari, 2010 hal 63). Runiari (2010) dan Guyton (2004)

menjelaskan beberapa teori penyebab terjadinya hiperemesis

gravidarum namun tidak ada satupun yang dapat menjelaskan

proses terjadinya secara tepat. Teori tersebut antara lain adalah

(Runiari, 2010 hal 63):

1) Teori Endokrin

Teori endokrin menyatakan bahwa peningkatan kadar

progesteron, estrogen, dan Human Chorionic Gonadotropin (HCG)

dapat menjadi faktor pencetus mual muntah. Peningkatan hormon

progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal

mengalami relaksasi, hal itu mengakibatkan penurunan motilitas

lambung sehingga pengosongan lambung melambat. Refleks

esofagus, penurunan motilitas lambung dan penurunan sekresi dari

asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan

muntah. Selain itu HCG juga menstimulasi kelenjar tiroid yang

dapat mengakibatkan mual dan muntah.

Hormon progesteron ini dihasilkan oleh korpus luteum pada

masa awal kehamilan dan mempunyai fungsi menenangkan tubuh

ibu hamil selama kehamilan, termasuk saraf ibu hamil sehingga


44

perasaan ibu hamil menjadi tenang. Hormon ini berfungsi untuk

membangun lapisan di dinding rahim untuk menyangga plasenta di

dalam rahim. Hormon ini juga dapat berfungsi untuk mencegah

gerakan kontraksi atau pengerutan otot-otot rahim. Hormon ini

dapat "mengembangkan" pembuluh darah sehingga menurunkan

tekanan darah, itu penyebab mengapa Anda sering pusing saat

hamil. Hormon ini juga membuat sistem pencernaan jadi lambat,

perut menjadi kembung atau sembelit. Hormon ini juga

mempengaruhi perasaan dan suasana hati ibu, meningkatkan suhu

tubuh, meningkatkan pernafasan, mual, dan menurunnya gairah

berhubungan intim selama hamil.

Seseorang dalam kondisi stress akan meningkatkan aktifitas

saraf simpatis, untuk melepaskan hormon stress berupa adrenalin

dan kortisol (Guyton, 2004 hal 46). Sistem imun merupakan

komponen penting dan responden adaptif stress secara fisiologis.

Stress menggunakan adrenalin dalam tubuh untuk

meningkatkan kepekaan, prestasi dan tenaga. Peningkatan adrenalin

akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh

darah perifer, meluaskan pembuluh darah koroner, meningkatkan

tekanan darah terial dan menambah volume darah ke jantung dan

jumlah detak jantung. Adrenalin juga menambah pembentukan

kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah (Guyton, 2004

hal 46). Tekanan darah yang tinggi dan peningkatan denyut jantung

akan dapat meningkatkan HCG. HCG (Human Chorionic


45

Gonadotrophin) adalah hormone yang dihasilkan selama

kehamilan, yang dapat dideteksi dari darah atau air seni wanita

hamil sesudah kurang lebih 10 hari sesudah pembuahan. HCG ini

dapat menstimulasi terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil

(Guyton, 2004 hal 47).

2) Teori Metabolik

Teori metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6

dapat mengakibatkan mual dan muntah pada kehamilan.

3) Teori Alergi

Adanya histamin sebagai pemicu dari mual dan muntah

mendukung ditegakkannya teori alergi sebagai etiologi hiperemesis

gravidarum. Mual dan muntah berlebihan juga dapat terjadi pada

ibu hamil yang sangat sensitif terhadap sekresi dari korpus luteum.

4) Teori Infeksi

Hasil penelitian menemukan adanya hubungan antara infeksi

Helicobacter pykori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum,

sehingga dijadikan dasar dikemukakannya teori infeksi sebagai

penyebab hiperemesis gravidarum.

5) Teori Psikosomantik

Menurut teori psikomatik, hiperemesis gravidarum merupakan

keadaan gangguan psikologis yang dirubah dalam bentuk gejala

fisik. Kehamilan yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan

serta tekanan pekerjaan dan pendapatan menyebabkan terjadinya

perasaan berduka, ambivalen, serta konflik dan hal tersebut dapat


46

menjadi faktor psikologis penyebab hiperemesis gravidarum.

Gejala mual dan muntah dapat juga disebabkan oleh gangguan

traktus digestif seperti pada penderita diabetes mellitus

(gastroparesis diabeticorum). Hal ini disebabkan oleh gangguan

motilitas usus atau keadaan pasca operasi vagotomi. Selain

merupakan reflesi gangguan intrinsik dari lambung, gejala mual

dan muntah dapat disebabkan oleh gangguan yang bersifat sentral

pada pusat muntah (chemoreceptor trigger zone). Perubahan

metabolisme hati juga dapat menjadi penyebab penyakit ini, oleh

karena itu pada kasus yang berat harus dipikirkan kemungkinan

akibat gangguan fungsi hati, kantung empedu, pankreatitis, atau

ulkus peptikum (Runiari, 2010 hal 69).

Mitayani (2009 hal 57) menyebutkan beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap kejadian hiperemesis gravidarum meliputi :

1) Faktor predisposisi terdiri dari primigravida, molahidatidosa dan

kehamilan ganda. Faktor organik seperti alergi masuknya

vilikohirialis sirkulasi, perubahan metabolik akibat kehamilan

dan resistensi ibu yang menurun. Faktor psikologis, meliputi

pengetahuan, sikap, umur, paritas, pekerjaan, stress,

peningkatan hormon progesteron, estrogen dan HCG, alergi,

infeksi dan diabetes melitus

2) Diagnose sesuai dengan nomenklatur kebidanan.

3) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.


47

4) Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,

kolaborasi dan rujukan.

2. Asuhan Keperawatan pada ibu hamil dengan HEG

STANDAR I : Pengkajian

a. Pernyataan Standar

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

b. Kriteria Pengkajian

1) Data tepat, akurat dan lengkap.

2) Terdiri dari Data Sbjektif (hasil anamnesa; biodata, keluhan utama,

riwayat obstetric, riwayat kesehatan dan latar belakang social

budaya).

3) Data Objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan

penunjang).

STANDAR II: Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Potensial

a. Pernyataan Standar
48

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnose dan masalah kebidanan yang tepat.

b. Kriteria Perumusan Diagnosa dan atau Masalah

STANDAR III : Perencanaan

a. Pernyataan Standar

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose dan

masalah yang ditegakkan.

b. Kriteria Perencanaan

1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan

kondisi klien; tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan

secara komprehensif.

2) Mellibatkan klien/pasien dan atau keluarga.

3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, social, budaya, klien/

keluarga.

4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien

berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang

diberikan bermanfaat untuk klien.

5) mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,

sumberdaya serta fasilitas yang ada.

STANDAR IV : Implementasi
49

a. Pernyataan Standar

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,

efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/

pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitative. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

b. Kriteria

1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-

spiritual-kultural.

2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien

dan atau keluarganya (inform consent).

3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.

4) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.

5) Menjaga privasi klien/pasien.

6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.

7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.

8) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan

sesuai.

9) Melakukan tindakan sesuai standar.

10)Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

STANDAR V : Evaluasi
50

a. Pernyataan Standar

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dan asuhan yang sudah diberikan, sesuai

dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

b. Kriteria Evaluasi

1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan

sesuai kondisi klien.

2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan/

petugas.

3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

4) Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien

STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

a. Pernyataan Standar

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas

mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam

memberikan asuhan kebidanan.

b. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan


51

Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada

formulir yang tersedia (Rekam Medis/ KMS/ Status Pasien/ Buku

KIA).

1) Ditulis dalam bentuk catatan perkembbangan SOAP.

S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.

O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.

A adalah hasil analisa, mencatat diagnose dan masalah kebidanan.

P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan,

dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.

3. Jahe

A. Definisi

Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang

semu. Jahe (Zingiber officinale) berasal dari Asia, yang tersebar dari India

sampai Cina. Karena itu, kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai yang

pertama kali memanfaatkan jahe, terutama sebagai bahan minuman,

bumbu masak dan obat.

B. cara pemberian Jahe

beri seduhan jahe, parutan jahe segar sebanyak satu sendok teh yang

dilarutkan/dicampurkan kedalam air hangat 200cc/ml.


52

memberikan seduhan jahe dengan cara sebagai berikut : 1. Alat dan

bahan pembuatan seduhan jahe: Bahan: jahe 250 mg, air panas 50 ml, gula,

Alat: Parutan, pisau, panci, gelas, sendok. 2. Cara membuat seduhan jahe

yang baik dan benar sesuai takaran yang telah di tentukan : Kupas jahe 250

mg dan cuci hingga bersih. Parutlah jahe yang sudah dikupas hingga halus.

Siapkan air yang sudah masak sebanyak 50 ml yang masih hangat.

Masukkan parutan jahe tadi kedalam air yang masih hangat tadi.

Tunggu selama 15 menit hingga warnanya berubah menjadi kuning

kecoklatan, sambil diaduk sesekali. Kemudian tuang air rebusan jahe tadi

pada gelas, bila senang manis bisa di bubuhkan gula secukupnya. Setelah

selesai pembuatan seduhan jahe peneliti memberikan seduhan jahe.

c. pengaruh jahe terhadap mual

Bedasarkan hal ini maka menurut analisa peneliti terhadap penelitian

ini bahwa dengan meminum seduhan jahe secara teratur jahe 2 kali sehari

sebanyak 250 mg selama 4 hari dalam satu minggu sudah efektif untuk

menurunkan emesis gravidarum pada trimester pertama. Menurut

(Wiraharja et al., 2011) hal ini disebabkan oleh senyawa gingerol dalam

jahe yang bersifat memblok serotonin (zat kimia yang berperan dalam

menginduksi mual muntah). Terjadinya peningkatan progesteron

menyebabkan tonus dan motilitas otot polos menurun, sehingga terjadi

regurtitasi esofagus, terjadi peningkatan waktu pengosongan lambung, dan

peristaltik balik.Maka disini jahe berperan, dengan menstimulasi motilitas

traktus gastrointestinal dan menstimulasi disekresikannya saliva, empedu

dalam bentuk lain.Setelah jahe menstimulasi motilitas traktus dan


53

disekresikannya saliva, empedu dalam bentuk lain, lalu jahe

mengendurkan dan melemahkan otot-otot saluran pencernaan, hal ini yang

ditekan oleh jahe didalam lambung dengankandungan gingerol padajahe.

4. Tinjauan islam terhadap mual muntah pada ibu hamil

Kehamilan merupakan saat yang pasti ditunggu-tunggu oleh pasangan

suami-istri. Kehadiran buah hati akan menjadi penyejuk hati bagi keluarga yang

diharapkan untuk segera datang. Namun, sebagai muslim, kita juga harus percaya

bahwa anak merupakan bagian dari rezeki yang diberi oleh Allah. Kita tidak bisa

memaksa Allah untuk mempercepat pemberiannya karena Allah lebih mengetahui

yang terbaik untuk kita. Allah akan memberi rezeki sesuai kebutuhan dan

kemampuan hamba-Nya.

Oleh karena itu, jika pada akhirnya kehamilan terjadi, tentu kita harus

bersyukur pada Allah atas pemberian-Nya. Itu berarti kita telah dipercaya bahwa

kita mampu mengemban amanah berupa anak. Lalu, bagaimana pandangan Islam

tentang kehamilan? Apakah ada amalan tertentu yang sebaiknya dilakukan pada

saat hamil? Berikut ini akan dibahas lengkap seluk-beluk kehamilan dalam Islam.

Dalam agama Islam, kehamilan merupakan salah satu bentuk kebesaran

Allah dan bukti bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Hal ini tercermin

dalam firman Allah di surat Az Sajdah ayat 7-10 yang berbunyi, “Yang membuat

segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan

manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air

yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam

(tubuh)nya ruh (ciptaan)Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,


54

penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. Dan mereka berkata,

‘Apakah bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah, kami benar-benar akan

berada dalam ciptaan yang baru?’ Bahkan (sebenarnya) mereka ingkar akan

menemui Rabbnya”. 

Kehamilan bukan sekedar kegembiraan saja, ia  bercampur dengan

kewaspadaan, kekhwatiran dan kesusahan. hendaklah merenungkan firman

Allah Ta’ala, 

َ ِ‫حملته أُ ُّمهُ َو ْهنا ً َعلَى َو ْه ٍن َوف‬


‫صالُهُ فِي عَا َمي ِْن‬

“Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-

tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.” (Lukman: 14)

Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma menafsirkan ayat ini,

‫ضعفا على ضعف َوش َّدة على ش َّدة ومشقة على مشقة كلما كبر ْال َولَد فِي بَطنهَا َكانَ أَشد َعلَ ْيهَا‬

“Kelemahan diatas kelemahan, penderitaan diatas penderitaan,

kesusahan di atas kesusahan, tatkala anak dikandungannya membesar kesusahan

semakin bertambah.”[1]

 
55

Para ulama juga menjelaskan bahwa mengidam dan mual muntah adalah

salah satu dari kesusahan dan kepayahan ibu mengandung.

Syaikh Abdurrahman Nashir As-Sa’diy rahimahullah berkata,

،‫عف‬€€‫ والض‬،‫رض‬€€‫ والم‬،‫وحم‬€€‫ من ال‬،‫ة‬€€‫ون نطف‬€€‫ من حين يك‬،‫اق‬€€‫زال تالقي المش‬€€‫ فال ت‬،‫قة‬€€‫قة على مش‬€€‫ مش‬:‫أي‬

‫ ثم وجع الوالدة‬،‫ وتغير الحال‬،‫والثقل‬ 

“Yaitu, Kesusahan diatas kesusahan,  terus-menerus menemui kesusahan

sejak kandungan berbentuk nutfah berupa mengidam/tidak berselera makan

(mungkin maksud beliau juga muntah-muntah saat hamil, wallahu a’lam,

pent), sakit, kelemahan, beban dan perubahan keadaan. Kemudian mersakan

sakitnya melahirkan.”[2]

a. Apa itu Hiperemesis gravidarum?

Mungkin morning sickness sudah biasa dialami oleh setiap ibu hamil, oleh

karena itu kami lebih membahas tentang hiperemesis gravidarum. Kami jabarkan

sesuai dalam yang menjadi sumber kami:

“Nausea and vomiting in pregnancy is extremely common. Hyperemesis

gravidarum (HEG) is the most severe form of nausea and vomiting in pregnancy”

“Mual dan muntah selama kehamilan adalah hal yang sangat biasa terjadi.

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang hebat selama kehamilan.”

Kami tambahkan, biasanya terjadi pada trimester/tiga bulan awal kehamilan.


56

b. Gejala-gejala Hiperemesis gravidarum

Istri akan mengalami beberepa gejala berikut

Gejala pertama

“The defining symptoms of hyperemesis gravidarum are gastrointestinal in

nature and include nausea and vomiting.

“Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah gangguan gastrointestinal

yang meliputi mual dan muntah”

Ketika istri mengalami mual-muntah, hendaknya para suami berusaha

berada disisi istri, membelainya, memijat-mijat kecil didaerah sekitar belakang

leher karena bisa mengurangi ketegangan. Menghiburnya bahwa ini adalah awal

ujian kita bersama, latihan awal dari Allah mengenai beban mengurus anak agar

kelak bisa lebih siap. Ingatkan ia akan kesabaran, kehamilan adalah salah satu

perjuangan wanita dalam agama dengan melahirkan anak-anak yang shalih dan

shalihah. Bahkan meninggal karena kehamilan adalah mati syahid bagi wanita,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ ُل‬€‫ قَ ْت‬،ٌ‫ل‬€ ‫ ” إِ َّن ُشهَدَا َء أُ َّمتِي إِ ًذا لَقَلِي‬:‫ قَا َل‬،ٌ‫ قَ ْت ُل ْال ُم ْسلِ ِم َشهَا َدة‬:‫ ” أَتَ ْدرُونَ َم ْن ُشهَدَا ُء أُ َّمتِي؟ ” قَالُوا‬:‫فَقَا َل‬

‫ َو ْال َمرْ أَةُ يَ ْقتُلُهَا َولَ ُدهَا َج ْم َعا‬،ٌ‫ َوالطَّاعُونُ َشهَا َدة‬،ٌ‫” ْال ُم ْسلِ ِم َشهَا َدة‬

“Tahukan kalian siapa saja orang yang mati syahid dari umatku?, mereka

menjawab, “muslim yang dibunuh (saat membela islam) kemudian mati syahid”,
57

beliau berkata, “jika demikian orang yang mati syahid dari umatku sangat

sedikit, muslim yang dibunuh  kemudian mati adalah syahid, mati karena penyakit

tha’un adalah syahid,  Seorang wanita yang meninggal karena melahirkan

anaknya”[3]

c. Berikut adalah tips menghadapi mual dan muntah selama kehamilan:

 Makanlah sedikit-sedikit tapi sering, jangan makan dalam jumlah atau

porsi besar, karena hanya akan membuat anda bertambah mual.

Berusahalah makan sewaktu anda dapat makan, dengan porsi kecil tapi

sering.

 Makanlah makanan yang tinggi karbohidrat dan protein yang dapat untuk

membantu mengatasi rasa mual anda. Banyak mengkonsumsi buah dan

sayuran dan makanan yang tinggi karbohidrat seperti roti, kentang, biskuit,

dan lain-lain.

 Ketika bangun tidur pagi harijangan langsung terburu-buru terbangun,

cobalah duduk dahulu dan baru perlahan berdiri bangun. Bila anda merasa

sangat mual ketika bangun tidur pagi siapkanlah snack atau biscuit  kering

didekat tempat tidur anda, dan anda dapat memakannya dahulu sebelum

anda mencoba untuk berdiri.

 Kurangai atau jangan makan makanan yang berlemak, berminyak dan

pedas yang akan memperburuk rasa mual anda.

 Minumlah yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah.

Minumlah air putih, ataupun juice. Hindari minuman yang mengandung

kafein dan karbonat.


58

 Vitamin kehamilan seperti asam folat terkadang memperburuk rasa mual,

tapi anda tetap memerlukannya untuk kehamilan anda ini.

 Vitamin B6 cukup efektif untuk mengurangi rasa mual pada ibu hamil.

Berdasarkan pengalaman kami menemui pasien seperti ini, terkadag

suasana rumah menyebabkan mereka mual dan muntah, misalnya bau cat rumah,

bau kamar mandi,  suasana kamar. Maka hendaknya suami mengantarnya ke

tempat yang lain. Misalnya tidur di ruang tengah atau pindah sementara di rumah

mertua dan lain-lai


59

C.PATHWAY

BAB III
60

BAB III

LAPORAN KASUS

I. PENGKAJIAN DATA

A. Identitas Pasien

Istri Suami
Nama :Ny.H Tn. A
Umur :29 Tahun 32 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa :Jawa /Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan :SD SD
Pekerjaan :IRT Buruh
Alamat : Purwodadi

B. Anamnesa

1. Alasan Kunjungan : Ingin memeriksakan kehamilanya.

2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

3. Riwayat Kebidanan

a. Riwayat menstruasi

Menarche : 12 tahun
Siklus : 30 hari
Lamanya : 7hari
Volume : 3x ganti pembalut/hari
Keluhan : Tidakada
Sifat : Encer berwarna merah
HPHT : 02-04-2019
Flour Albus : Tidak ada
b. Gangguan kesehatan reproduksi

Keputihan : Tidak ada


Infeksi : Tidak ada
Gatal karena jamur : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
61

c. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu

Kehamilan Persalinan Nifas KB


Anak
Ke Penolon Tempa BB Komplikas Alkon
Usia Penyulit Penyulit
g t bayi i
Hami
l ini
d. Riwayat kehamilan sekarang

HPHT : 02-04-2019
Keluhanselamahamil : Mual muntah pada TM I
Kunjungan ANC : Teratur setiapbulan
Gerakanjanin : belum terasa
Obat yang dikonsumsi : asam folat
4. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Riwayatmenular (TBC, Hepatitis, HIV/AIDS) : Tidak ada


Riwayat menurun( DM, Jantung, Hipertensi, Asma ) : Tidak ada
Alergi obat antibiotik : Tidak ada
b. Riwayatkesehatan yang lalu

Riwayatmenular (TBC, Hepatitis,HIV/AIDS) : Tidak ada


Riwayatmenurun (DM, Jantung, Hipertensi, Asma) : Tidak ada
c. Riwayatkesehatankeluarga

Keturunan kembar : Tidak ada


Riwayat menular (TBC, Hepatitis, HIV/AIDS) : Tidak ada
Riwayat menurun (DM, Hipertensi, Asma) : Tidak ada

5. Riwayat Psikososial

a. Riwayatperkawinan : Syah

b. Responibuterhadapkehamilanini : Baik

c. Responsuamiterhadapkehamilanini : Baik

d. Responkeluargaterhadapkehamilanini : Baik

e. Adat istiadat yang dianutolehkeluarga :Tidak ada

6. Pola pemenuhankebutuhan sehari-hari


62

a. Nutrisi

Makan
Menu : Nasi, sayur, dan lauk pauk
Frekuensi : 2x sehari

Jumlah per hari : Ibu makan 2 sendok setiap kali makan, hanya
dengan lauk saja atau sayu saja

Pantangan :

Minum : 2-3 gelas/hari

b. Pola eliminasi

Sebelum hamil
BAK :BAK sehari 3-4kali, warna kuning jernih,bau khas
urine
BAB :BAB sehari 1-2 kali,warna kuningkecoklatan, bau

khas feses

Saat hamil
BAK : BAK sehari 2-3kali, warna kuning jernih,baukhas

urine

BAB :BAB 2 hari sekali , warna kuning, konsistensi


lunak

bau khas feses

c. Pola istirahat

Istirahat malam hari : 6-8 jam


Istirahat siang hari : 1 jam
d. Personal hygiene

Mandi : Ibu mandi sehari 2xsehari


Keramas : Ibu keramas sehari 1x seharipadapagihari
Ganti celana dalam : Ganticelana dalam3x/harijikalembab
e. Aktivitas seksual

Frekuensi : belum melakukan aktifitas seksual selama


hamil
Gangguan : Tidak ada
63

C. Pemeriksaanumum

1. Keadaan umum : Baik

2. Keadaan emosional : Stabil

3. Kesadaran : composmentis

4. TTV : TD = 110/70 mmHg RR = 22 x/m

N = 81 x/m S = 36,5ºC
5. TB : 153cm

6. BBsebelumhamil : 44 kg

7. BB saathamil : 54 kg

8. LILA : 25 cm

9. TP : 11-01-2020

D. Pemeriksaan khusus kebidanan

a. Rambut

Kebersihan : Bersih
Mudah rontok/tidak : Tidak
b. Muka

Cloasma gravidarum : Tidak ada


Oedema : Tidak ada
c. Mata

Simetris : Ya, simetris


Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
Gangguanpenglihatan : Tidakada
d. Hidung

Simetris : Ya, simetris


Kebersihan : Bersih
Polip : Tidak ada
e. Telinga
64

Simetris : Ya, simetris


Kebersihan : Bersih
Gangguan pendengaran : Tidak ada
f. Mulut

Bibir : kering,
Lidah : kotor
Gusi : Tidak bengkak dan tidak berdarah
Gigi : Tidak ada karang gigi dan gigiberlubang
g. Leher

Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada


Pembesran kelenjar tyroid : Tidak ada
h. Dada

Simetris : Ya, simetris


Jantung : Normal, terdengarlup dup
Paru-paru : Normal, tidakterdengar wheezing dan
ronchi
Payudara
Simetris : Ya, simetris
Rasa nyeri : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
Keadaan putting : Menonjol
Hiperpigmentasi : Ada padadaerah areoladanputting
Pengeluaran : Belumada
i. Abdomen

Bekas luka operasi : Tidak ada


Pembesaran : Ada, normal sesuaidenganusiakehamilan
Lineanigra : Ada
Striaegravidarum : Tidak ada

Uterus
Leopold I : TFU 2 jari di atas simpisis .

j. Genetalia :Ibu mengatakan tidak ada masalah pada genetalia

k. Anus

Hemoroid : Tidak ada


Kebersihan : Bersih
65

l. Ekstermitas

Atas
Bentuk : Normal
Kuku jari : Bersih tidak panjang
Oedema : Tidak ada
Bentuk : Normal
Bawah
Bentuk : Normal
Kuku jari : Bersih tidak panjang
Oedema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Reflek patella : (+) kanan, (+) kiri

E. Pemeriksaanpenunjang

1. Pemeriksaan Obstetri

Lingkar panggul : Tidak dilakukan


Distansia spinarum : Tidak dilakukan
Distansia kristarum : Tidak dilakukan
Boudenloque : Tidak dilakukan

2. Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 11,2 gr%
Protein urine : Negatif
Glukosa urine : Negatif

Anda mungkin juga menyukai