Di Puskesmas Wagir
Oleh :
NIM : P172112010
Laporan Pendahuluan Pada Ibu Hamil Dengan Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Wagir
Periode 21 Agustus s/d 2 September 2023 Tahun Ajaran 2023/2024
Malang ,
Preceptor Klinik Preceptor Akademik
NIP/NIK. NIP.
A. PENGERTIAN
1. Kehamilan
Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan pertemuan sel ovum dan
sel sperma di dalam uterus tepatnya di tuba fallopi. Setelah itu terjadi proses
konsepsi dan terjadi nidasi, kemudain terjadi implantasi pada dinding uterus,
tepatnya pada lapisan edomentrium yang terjadi pada hari keenam dan ketujuh
setelah konsepsi (Rintho, 2022) dalam (Kasmiati, 2023) .
Berdasarkan tiga tahapan perkembangan janin tersebut selanjutnya akan
dijelaskan mengenai tahapan perkembangan janin sebagaimana berikut (Hartini,
2018)(Kasmiati, 2023).
1. Trimester satu
Dimulai dari minggu pertama proses pertemuan antara ovum dengan
sperma sehingga terjadi pembentukan. Sampai pada minggu ke 12 dimana
seluruh organ tubuh dalam proses penyempurnaan, janin mulai membesar
beberapa milimeter setiap hari.
2. Trimester dua
Pada trimester dua ini terjadi percepatan dan pertumbuhan serta
pematangan fungsi seluruh organ tubuh janin. Agar proses pertumbuhan dan
perkembangan janin tidak terganggu ibu harus menghindari penyakit kronis,
selain itu juga harus mewaspadai pertumbuhan berat badan yang berlebihan.
3. Trimester tiga
Pada trimester inidimulai dari minggu ke 29, minggu ini panjang tubuh
janin diperkirakan mencapai 37 cm dengan berat badan 1250 gram.
perkembangan paru-parunya yang belum sempurna. Sampai pada minggu ke
38-40 periode akan melahirkan minggu ini janin telah terbentuk sempurna dan
berfungsi sempurna, sebagian besar janin lahir di usia ini. Berat badan di
minggu ke-40 diperkirakan >3200 gram dengan panjang badan 50—55 cm,
kulit janin berwarna merah muda, dan lanugo biasanya terdapat pada tubuh
bagian atas dan bahu
2. Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis Gravidarum merupakan suatu keadaan yang ditandai rasa mual
dan muntah yang berlebihan, kehilangan berat badan dan gangguan keseimbangan
elektrolit, ibu terlihat lebih kurus, turgor kulit berkurang dan mata terlihat cekung.
Apabila ibu hamil yang mengalami hal-hal tersebut tidak melakukan penanganan
dengan baik dapat menimbulkan masalah lain yaitu peningkatan asam lambung
dan selanjutnya dapat menjadi gastritis.
Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013) :
a. Tingkat I
1) Ibu merasa lemah
2) Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
3) Nafsu makan tidak ada
4) Berat badan menurun, temperatur tubuh meningkat
5) Nadi meningkat sekitar 100 per menit dan TD sistolik menurun
6) Turgor kulit mengurang
7) Lidah mengering mata cekung
8) Merasa nyeri pada epigastrium
b. Tingkat II
1) Ibu tampak lebih lemah dan apatis
2) Berat badan turun
3) Tensi turun, nadi kecil dan cepat
4) Suhu kadang-kadang naik
5) Mata sedikit ikterik dan cekung
6) Turgor kulit lebih mengurang
7) Lidah mengering dan tampak kotor
8) Hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi
9) Aseton tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang
khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing
c. Tingkat III
1) Keadaan umum lebih parah
2) Muntah berhenti
3) Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
4) Nadi kecil dan cepat
5) Suhu meningkat
6) Tensi menurun
7) Mulut kering dan kotor, pernapasan bau aseton
8) Mata cekung dan timbulnya ikterus
B. ETIOLOGI
Menurut (Khayati, 2013) terdapat beberapa faktor predisposisi dan faktor lain, yaitu :
c. Faktor psikologis : rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dan
kehilangan pekerjaan
C. TANDA DAN GEJALA
Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat hamil, yang bisa
terjadi hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa sampai mengakibatkan hilangnya
nafsu makan dan penurunan berat badan. Muntah yang berlebihan juga dapat
menyebabkan ibu hamil merasa pusing, lemas, dan mengalami dehidrasi. Selain mual dan
muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis gravidarum juga dapat mengalami gejala
tambahan berupa :
a. Sakit kepala
b. Konstipasi
e. Inkontinensia urine
f. Jantung berdebar
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGOSTIK
a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan
adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
- Obat-obatan
1) Sedativa : Phenobarbital
5) Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit
- Cairan parenteral
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Rencana Keperawatan untuk ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum dapat diberikan apabila kemampuan merawat diri pada
klien berkurang dari yang dibutuhkan untuk memenuhi self care sehingga dapat mengurangi penyebab dari hiperemesis gravidarum pada
ibu hamil. Intervensi Keperawatan dilakukan berdasarakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
dengan kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) (T. PPNI, 2018; T. P. S.
PPNI, 2019; Tim Pokja, 2016):
1. Pola napas tidak Pola napas (L.01004) Manajemen jalan napas (I.01011)
efektif (D.0005)
Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
pola napas membaik, dengan kriteria napas)
hasil: 2. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya:
gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
1. Dispnea menurun
Terapeutik
2. Penggunaan otot bantu napas
1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt
menurun
dan chin-lift (jaw thrust jika curiga trauma fraktur
3. Pemanjangan fase ekspirasi
servikal)
menurun
2. Posisikan semi-fowler atau fowler
4. Frekuensi napas membaik
3. Berikan minum hangat
5. Kedalaman napas membaik
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
ada kontraindikasi
2. Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
2. Gangguan rasa nyaman Status kenyamanan (L.08064) Terapi relaksasi (I.09326)
(D.0074)
Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3 x 24 jam, maka Identifikasi penurunan tingkat energi,
status kenyamanan meningkat, dengan ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain
kriteria hasil: yang mengganggu kemampuan kognitif
1. Keluhan tidak nyaman Identifikasi Teknik relaksasi yang pernah efektif
menurun digunakan
2. Gelisah menurun Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan
Teknik sebelumnya
Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan
darah, dan suhu sebelum dan sesudah Latihan
Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
Gunakan pakaian longgar
Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan
berirama
Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetik atau Tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis: musik, meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
Anjurkan mengambil posisi nyaman
Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
Anjurkan sering mengulangi atau melatih Teknik
yang dipilih
Demonstrasikan dan latih Teknik relaksasi (mis:
napas dalam, peregangan, atau imajinasi
terbimbing)
3. Defisit nutrisi (D.0019) Status nutrisi (L.03030) Promosi berat badan (I.03136)
PPNI, T. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja, S. (2016). Standar diagnosis keperawatan indonesia. Jakarta: DPP PPNI.