Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

HYPEREMESIS GRAVIDARUM

OLEH :
Moh. Ikram, S. Kep
NIM 2020032052

CI INSTITUSI CI LAHAN

Sri Yulianti, S. Kep., Ns., M. Kep Masiti, S. Kep., Ns

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. IF DENGAN DIAGNOSA MEDIS
HYPEREMESIS GRAVIDARUM

OLEH :
Moh. Ikram, S. Kep
NIM 2020032052

CI INSTITUSI CI LAHAN

Sri Yulianti, S. Kep., Ns., M. Kep Masiti, S. Kep., Ns

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2021
A. KONSEP TEORITIS
1. Definisi
Hiperemesis Gravidarum atau biasa disebut morning sickness
merupakan keluhan mual muntah berlebihan pada wanita hamil yang wajar
terjadi pada kehamilan muda (trimester 1). Disebut morning sickness karena
biasanya terjadi pada pagi hari. Hal ini dapat terjadi sepanjang hari.rata-rata
wanita mulai mengalami morning sickness pada minggu ke 4 atau ke 6 setelah
menstruasii terakhir (Safari, 2017).
Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga
menganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual
dan muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada kehamilan
trimester 1, kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu.
Sekitar 60-80% multigravida mengalami mual muntah, namun gejala ini
terjadi lebih berat hanya pada 1 di antara 1000 kehamilan (Wahyuni, 2018).
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan yang
terjadi pada wanita hamil sehingga menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5%
berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal tersebut
mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan
selanjutnya akan membaik umumnya pada usia kehamilan 20 minggu, namun
pada beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada kehamilan tahap
berikutnya (Saputri, 2017).
Dalam kehamilan mual muntah adalah gejala yang normal dan sering
terjadi pada trimester pertama (Setyawati et al, 2016). Namun, apabila
berlebihan dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum
menjadi buruk sehingga ibu kekurangan energi dan juga zat gizi yang disebut
hiperemesis gravidarum (Rofi’ah et al, 2019).
2. Etiologi
Penyebab Hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti (Diyan,
2013). Namun ada beberapa faktor predisposisi yang telah ditemukan antara
lain :
a. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes, dan kehamilan
ganda akibat peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (HCG).
b. Faktor organik : karna masuknya villi khoriales dalam sirkulasi maternal
dan perubahan metabolik, kekurangan vitamin B, hiperasiditas lambung,
infeksi H. Pylori, gangguan metabolisme karbohidrat, meningkatnya
sensitivitas terhadap bau selama kehamilan, dan sebagainya.
c. Alergi : Sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak, yang
disebut sebagai salah satu faktor organik.
d. Faktor psikologi : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan atau persalinan.
e. Faktor endokrin : hypertiroid, diabetes dan lain-lain.
f. Ketidakseimbangan hormonal selama kehamilan : peningkatan estrogen
dan progesteron.

3. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi
dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Hiperemesis
gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi
butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan volume cairan yang diminum dan
kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida air kemih turun.
Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah
berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah lebih banyak, dapat
merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan. Selain dehidrasi
dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput
lender esophagus dan 12 lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat
perdarahan gastrointestinal (Khayati, 2013)

4. Manifestasi Klinis
Menurut Wahyuni (2018), manifestasi klinis dari Hiperemesis Gravidarum
terbagi atas tiga tingkatan diantarnya adalah sebagai berikut :
a. Hiperemesis Gravidarum Tingkat I
1) Termasuk tingkat ringan
2) Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau
makan, berat badan turun dan nyeri epigastrium, denyut nadi meningkat,
tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering serta mata cekung.
b. Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
1) Termasuk tingkat sedang
2) Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita
lebih parah, apatis, turgor kulit mulai buruk, lidah kering dan kotor, nadi
teraba lemah dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan,
berat badan turun, mata cekung, tekanan darah menurun,
hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi, dapat juga terjadi aseton uria,
serta nafas bau aseton.
c. Hiperemesis Gravidarum Tingkat III
1) Termasuk tingkat berat
2) Keadaan umum buruk, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai
koma, nadi teraba lemah dan cepat, dehidrasi berat, suhu badan naik,
tekanan darah turun, serta terjadi ikterus. Jika sampai timbul komplikasi
dapat berakibat fatal, berupa : mempengaruhi susunan saraf pusat,
ensefalopati wenicke dengan adanya nistagmus, diplopia dan perubahan
mental.

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada kasus hiperemesis
gravidarum menurut (Khayati, 2013) yaitu dengan cara :
a. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah gejal
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan
4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tetapi sering.
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
e. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindari.
f. Makanan disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
g. Menghindari kekurangan karbodidrat merupakan faktor penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang, maka
diperlukan Obat-obatan seperti :
1) Sedativa : Phenobarbital.
2) Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B kompleks
3) Anti histamine : dramamin, avomin
4) Anti emetik (pada keadaan lebih berat) : Dislikomin hidrokloride atau
khlorpromasine.
5) Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di
rumah sakit.
6. Komplikasi
Menurut Saputri (2017), komplikasi yang sering terjadi pada klien yang
mengalami Hiperemesis Gravidarum adalah sebagai berikut :
a. Dehidrasi berat
b. Ikterik
c. Takikardia
d. Suhu meningkat
e. Alkalosis
f. kelaparan
g. Gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan
h. Menarik diri dan depresi
Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu akan
kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan
lelah selain itu mengakibatkan gangguan asam basa, pneumoni aspirasi,
robekan mukosa yang menyebabkan rupture esophagus, kerusakan hepar dan
kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai
dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang
(Wahid, 2017).
Pada bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya diawal kehamilan maka tidak
akan berdampak terlalu serius, tapi jika disepanjang kehamilan Ibu mengalami
Hiperemesis Gravidarum maka kemungkinan bayinya mengalami Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR), prematur hingga terjadi abortus. Sebagaimana yang
diketahui bahwa Hiperemesis Gravidarum menyebabkan darah menjadi kental
(hemokonsentrasi) yang kemudian memperlambat peredaran darah sehingga
konsumsi O2 dan makanan menjadi berkurang, akibatnya pertumbuhan janin
akan terhambat sehingga mendorong terjadinya terminasi kehamilan lebih dini
(Safari, 2017).
7. Prognosis
Kriteria keberhasilan pengobatan dapat ditentukan sebagai berikut :
a. Rehidrasi berhasil dan turgor kulit pulih kembali
b. Dieresis bertambah banyaknya sehingga benda keton semakin berkurang
c. Kesadaran penderita semakin baik yang ditandai dengan kontak bertambah
meyakinkan
d. Keadaan ikterus semakin berkurang
Dengan penanganan yang baik, prognosis hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian
pada tingkat yang berat, penyakit ini mengancam jiwa ibu dan janin.

B. KONSEP TEORITIS
1. Pengkajian
Langkah pertama dalam pengkajian ibu Hiperemesis Gravidarum adalah
mengumpulkan data (Mitayani, 2009). Data-data yang akan dikumpulkan
adalah sebagai berikut :

a. Data riwayat kesehatan


1) Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekaranf terdapat keluhan yang dirasakan
oleh ibu sesuai dengan gejala-gejala pada hiperemesis gravidarum,
yaitu : mual dan muntah terus menerus, merasa lemah dan kelelahan,
merasa haus dan terasa asam di mulut, serta konstipasi dan demam.
Selanjutnya dapat juga ditemukan berat badan menurun. Turgor kulit
yang buruk dan gangguan elektrolit. Terjadinya oliguria, takikardi,
mata cekung, dan ikterus.
2) Riwayat kesehatan dahulu
a) Kemungkinan ibu pernah mengalami hiperemesis gravidarum
sebelumnya.
b) Kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang berhubungan
dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual muntah.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga.
b. Data fisik biologis
Data yang dapat ditemukan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum
adalah mamae membengkak, hiperpigmentasi pada areola mamae, terdapat
kloasma gravidarum, mukosa membran dan bibir kering, turgor kulit
buruk, mata cekung dan sedikit ikterik, ibu tampak pucat dan lemah,
takikardi, hipotensi, serta pusing dan kehilangan kesadaran.
c. Riwayat menstruasi
1) Kemungkinan menarche usia 12-14 tahun.
2) Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala, dan
muntah.
d. Riwayat perkawinan
Kemungkinan terjadi pada perkaawinan usia muda.
e. Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Hamil muda : ibu pusing, mual dan muntah, serta tidak ada nafsu
makan.
2) Hamil tua : pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai kenaikan berat
badan, tekanan darah, dan tingkat kesadaran.
f. Data psikologi
Riwayat psikologi sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan jiwa
ibu sehubungan dengan perilaku terhadap kehamilan. Keadaan jiwa ibu
yang labil, mudah marah, cemas, takut akan kegagalan persalinan, mudah
menangis, sedih, serta kekecewaan dapat memperberat mual dan muntah.
Pola pertahanan diri (koping) yang digunakan ibu bergantung pada
pengalamannya terhadap kehamilan serta dukungan dari keluarga dan
perawat.
g. Data sosial ekonomi
Hiperemesis gravidarum bisa terjadi pada semua golongan ekonomi,
namun pada umumnya terjadi pada tingkat ekonomi menengah ke bawah.
Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki.
h. Data penunjang
Data penunjang didapat dari hasil laboratorium, yaitu pemeriksaan darah
dan urine. Pemeriksaan darah yaitu nilai hemoglobin dan hematokrit yang
meningkat menunjukkan hemokonsentrasi yang berkaitan dengan
dehidrasi. Pemeriksaan urinalisis yaitu urine yang sedikit dan konsentrasi
yang tinggi akibat dehidrasi, juga terdapatnya aseton di dalam urine.

2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penyakit hiperemesis
gravidarum menurut (Nurarif & Kusuma, 2016) :
a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi
janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin,
melokalisasi plasenta.
b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri,BUN.
c. Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT dan kadar LDH
3. Patoflodiagram

Endokrin Psikosomatis Alergi

Kehamilan ganda stres, kurang suport sosial Antigen baru janin


molahidatidosa dan plasenta

HCG dan estrogen motalitas GIT Berlawanan dengan


meningkat menurun antigen ibu

Merangsang muntah

Hiperemisis

gravidarum

Intake menurun Output meningkat

Absorpsi menurun HCL meningkat Dehidrasi

KH menurun Iritasi saluran cerna Hipokalemia Penurunan plasma

Gg. Nutrisi Gg. Keseimbangan elektrolit


Ekstrasel
Energi menurun Nyeri ulu hati

Gg. Rasa nyaman : nyeri

Kelemahan Mobilisasi lemak Hemokonsentrasi Inbalance elektrolit


protein di jaringan
Suplai O² dan nutrisi Imbalance transplasenta
elektrolit
BB menurun Ketosis darah

Alkalosis respiratori
Intoleransi aktifitas Resiko Perubahan Nutrisi fetal
4. Diagnosa Keperawatan
Menurut Mitayani (2009) dan Carol (2012), diagnosa keperawatan yang dapat
ditegakkan pada ibu dengan Hiperemesis Gravidarum adalah sebagai berikut :
a. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan muntah yang berlebihan dan intake yang tidak
adekuat.
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan muntah terus menerus, dan asupan diet yang tidak adekuat.
c. Gangguan rasa nyaman : nyeri pada epigastrium yang berhubungan
dengan muntah yang berulang, peningkatan asam lambung.
d. Intoleransi aktifitas fisik berhubungan dengan kelemahan akibat nutrisi
yang tidak adekuat dan peningkatan kebutuhan energi pada kehamilan.
5. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasio
Keperawatan nal
1 kebutuhan cairan a. Turgor kulit 1. Kaji TTV dan tanda-tanda 1. Untuk mengetahui keluhan
Ketidak
dan elektrolit elastis dehidrasi umum dan kekurangan cairan
sei terpenuhi. pada ibu. TTV meningkat
b. Mukosa bibir
mba lembab merupakan tanda-tanda
nga c. Asupan cairan dehidrasi dan hipovolemia.
oral adekuat
n 2. Observasi hasil 2. Sebagai pemeriksaan
d. Terdapat
cair pemeriksaan laboratorium penunjang
kesinambunga
sesuai indikasi a) Ketidakseimbangan
an n asupan dan
a) Elektrolit
keluaran elektrolit atau asam basa
dan dalam 24 jam biasanya dan bahkan dapat
elek e. Hasil mengancam nyawa.
troli laboratorium b) Hematokrit b) Hematokrit meningkat pada
(hematologi keadaan dehidrasi.
t: dan elektrolit) c) BUN c) BUN menunjukkan
kura dalam batas hipovolemia menurunkan
normal
ng perfusi dan fungsi ginjal.
dari
3. Istirahatkan ibu di tempat 3. Istirahat akan menurunkan
keb yang nyaman kebutuhan energi kerja yang
membuat metabolisme
utuh meningkat, sehingga tidak
an merangsang terjadinya mual
dan muntah.
tubu 4. Tetes infus yang tidak tepat
h 4. Pantau tetes cairan infus dapat menyebabkan terjadinya
kekurangan dan kelebihan
berh cairan di sirkulasi.
ubu 5. Untuk mengetahui intake dan
5. Catat intake dan output output cairan dan dapat
nga
diketahui keseimbangan cairan
n tubuh.
den
6. Untuk menambah pemasukan
gan 6. Anjurkan untuk minum tiap cairan melalui oral.
jam
mun 7. Pemberian cairan infus dapat
tah 7. Kolaborasi dengan dokter mengganti jumlah cairan
dalam pemberian cairan elektrolit yang hilang dengan
yan cepat, sehingga dapat mencegah
infus
keadaan yang lebih buruk lagi
g pada ibu.
berl
ebih
an
dan
inta
ke
yan
g
tida
k
ade
kuat
.

2 Perubahan nutrisi : Kebut a. Nausea dan 1. Kaji kebutuhan nutrisi 1. Untuk mengetahui kebutuhan
kurang dari uh vomitus klien nutrisi ibu dapat dinilai sejauh
kebutuhan tubuh berkurang mana kekurangan nutrisi ibu
an
berhubungan atau hilang dan menentukan langkah
dengan mual dan tub selanjutnya.
b. Makan yang 2. Observasi tanda-tanda
muntah terus uh kekurangan nutrisi 2. Untuk mengetahui nutrisi ibu
dihabiskan 1
menerus, dan porsi dapat dinilai sejauh mana
ter
asupan diet yang kekurangan nutrisi akibat
pe c. BB stabil atau
tidak adekuat. muntah yang berlebihan.
bertambah
nu 3. Beri makanan dalam 3. Dapat mengurangi pemenuhan
d. Klien
jumlah sedikit tapi sering lambung dan mengurangi
hi mengkonsum
setiap 2 atau 3 jam kinerja klinik serta
si makanan
dengan gizi mempermudah proses
yang cukup penyerapan
4. Berikan makanan yang 4. Mengurangi rangsangan saluran
tidak berlemak dan pencernaan, sehingga mual dan
berminyak
muntah berkurang.
5. Anjurkan klien untuk 5. Tidak merangsang pencernaan
memakan makanan yang sehingga mengurangi perasaan
mual.
kering (roti kering dan
biskuit) 6. Ibu merasa diperhatikan dan
6. Berikan motivasi agar mau berusaha menghabiskan
menghabiskan makanan makanannya.

7. Pantau berat badan klien


7. Untuk mengetahui
setelah 2 hari sekali
keseimbangan berat badan
sesuai usia kehamilan.

3 Ganggu Gangguan rasa a. Nyeri pada 1. Kaji tingkat nyeri 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri ibu
nyaman nyeri epigastrium dan menentukan tindakan
an berkurang selanjutnya.
dapat teratasi
rasa 2. Atur posisi ibu dengan
b. Klien tidak 2. Untuk mengurangi tekanan pada
nya kepala lebih tinggi gastrointestinal sehingga mencegah
terlihat muntah berulang.
selama 30 menit setelah
man meringis
makan
c. Skala nyeri 3. Untuk menimbulkan rasa
:
1 nyaman dan diharapkan
nyer 3. Perhatikan kebersihan
mulut ibu sesudah dan mengurangi rasa mual dan
i sebelum makan muntah
4. Agar ibu bisa melupakan rasa nyeri
pad akibat muntah yang berulang.
4. Alihkan perhatian ibu pada
a hal yang menyenangkan
5. Dapat menambah ketenangan
epig pada ibu.
5. Anjurkan ibu untuk
astri beristirahat dan batasi
6. Obat antiemetic untuk
um pengunjung
mengurangi mual dan muntah
yan dan sedative untuk membuat ibu
6. Kolaborasi dalam
tenang sehingga nyeri dapat
g pemberian antiemetic dan
berkurang.
sedative dengan dokter
berh
ubu
nga
n
den
gan
mun
tah
yan
g
beru
lang
,
peni
ngk
atan
asa
m
lam
bun
g.
4 Intoleransi aktifitas fisik Intoler a. Klien mampu 1. Kaji tingkat kemampuan 1. Mengetahui rentang energi klien
berhubungan dengan ans melakukan klien dalam melakukan dalam aktifitas fisik
kelemahan akibat i aktifitas aktifitas
akt secara 2. Identifikasi aktifitas yang 2. Mengetahui sumber yang
nutrisi yang tidak
ifit mandiri menghambat menghambat aktifitas klien.
adekuat dan as
peningkatan b. Klien tampak 3. Berikan dukungan pada
da 3. Memotivasi klien agar dapat
kebutuhan energi sehat dan klien dalam melakukan
pat melakukan aktifitas secara
segar aktifitas
pada kehamilan. ter bertahap.
c. Klien dapat
ata 4. Ajarkan pengaturan
beraktifitas
si aktifitas dan teknik 4. Memudahkan klien untuk
seperti
biasanya manajemen waktu untuk terhindar dari rasa lelah dan
mencegah keletihan dapat mengurangi rasa mual.
DAFTAR PUSTAKA

Khayati, N. (2013). Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Khayati, Kebidanan DIII UMP,
2013. 11–68.
Mitayani, 2009, Asuhan Keperawatan Maternitas, Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan


Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam berbagai kasus. Jogjakarta:
Medication Jogja.
Rofi’ah, S., Widatiningsih, S., & Arfiana. (2019). Studi Fenomenologi Kejadian
Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I. Jurnal Riset Kesehatan.
https://doi.org/10.31983/jrk.v8i1.3844
Safari, F. R. N. (2017) ‘Hubungan Karakteristik dan Psikologi Ibu Hamil dengan
Hiperemesis Gravidarum di RSUD H
AbdmananSimatupangKisaran’,WahanaInovasi, 6(1),pp.202–212.

Saputri, Nurul U. Indah. (2017). Asuhan Keperawatan Klien Hiperemesis


Gravidarum Dengan Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan Di
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Akademi Keperawatan Mappa Oudang
Program Studi Keperawatan Makassa

Setiawati, S. E. and Ramadhian, R. (2016) ‘Penatalaksanaan Mual dan Muntah pada


Hiperemesis Gravidarum Sugma’, J Medula Unila, 5(1), pp. 131–134.
Available at: https://studylibid.com/doc/615183/penat alaksanaan-mual-dan-
muntah-pada-hipere mesis-gravidarum

Wahyuni, Iin Sri. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dan Ny. W Hiperemesis
Gravidarum Dengan Masalah Keperawatan Intoleransi Aktivitas Di Ruang
Teratai RSUD Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018. Program Studi D3
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai