Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. Pengertian 
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil,
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, sebagai
akibatnya terjadilah dehidrasi (Ratna Hidayati, 2009 hal 66).
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah
berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga menggganggu
kesehatan dan pekerjaan sehari – hari (Arief. B., 2009).

B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia.
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang menjadi penyebab Hiperemesis Gravidarum
adalah: 
1. Faktor konsentrasi human chorionic gonadothropin (HCG) yang tinggi : sering terjadi pada
kehamilan primigravida, Molahidatidosa, kehamilan ganda, dan hidramnion.
2. Faktor organik, karena masuknya vili khoriales ke dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik. 
3. Faktor Psikologis: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut pada
kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab, dan sebagainya (Ratna
Hidayati, 2009 hal.66).
4. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dsb.
5. Faktor gizi / anemia meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum. (Manuaba,dkk:
2007).

C. Faktor Resiko
Ada 2 faktor risiko hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut yaitu : 
a). Maternal 
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6,
nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis
korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Oleh
karena itu, untu  hiperemesis tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan
(Prawirohardjo, 2010. hal. 816). 
Melalui muntah dikeluarkan sebagian cairan lambung serta elektrolit, natrium,
kalium, dan kalsium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah, sehingga
makin berkurang kalium dalam keseimbangan tubuh serta makin menambah berat
terjadinya muntah.  Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh
darah kapiler pada lambung dan esophagus , sehingga muntah bercampur darah (Manuaba,
2010. Hal. 229).
b). Fetal 
Menurut Tiran (2008. hal. 12) " Wanita yang memiliki kadar HCG di bawah rentang
normal lebih sering mengalami hasil kehamilan yang buruk, termasuk keguguran,
pelahiran prematur, atau retardasi pertumbuhan intrauterus (IUGR )". Selain itu,
penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim (IUGR) (Prawirohardjo, 2010. hal. 817). 
Muntah yang berlebihan menyebabkan  dapat menyebabkan cairan tubuh makin
berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat memperlambat
peredaran darah yang berarti konsumsi O2  dan makanan ke jaringan berkurang.
Kekurangan makanan dan O2  ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang
dapat menambah beratnya keadaan janin dan wanita hamil (Manuaba, 2010.hal.229).

D. Patofisiologi
Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya bila terjadi
iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah merupakan refleks
terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga  komponen utama yaitu detector muntah,
mekanisme integratif dan efektor  yang bersifat otonom somatik. Rangsangan pada saluran
cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen simpatis menuju pusat muntah. Pusat
muntah  juga menerima rangsangan dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada sereberal,  dari
chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada area postrema dan dari aparatus  vestibular via
serebelum.  Beberapa signal perifer mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui
nucleus traktus solitarius. Pusat muntah sendiri berada pada dorsolateral daerah formasi
retikularis dari medula  oblongata. Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan
pusat  vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui saraf  kranial  V,
VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diapragma, otot iga dan
otot abdomen (Ary Widayana,dkk, 2012).
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda
terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan
alkalosis hipokloremik. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam hidroksi butirik
dan aseton dalam darah. Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan karena
muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium
dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga
aliran darah berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati
dan terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan. Selain dehidrasi dan terganggunya
keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung
(Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya
robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan transfusi
atau tindakan operatif (Wiknjosastro, 2005).

E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala hiperemesis gravidarum dibagi menjadi tiga tingkatan gejala antara
lain yaitu:
1. Hiperemesis Gravidarum Tingkat I
a. Termasuk tingkat ringan
b. Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat
badan turun dan nyeri pada epigastrium, denyut nadi meningkat, tekanan darah turun,
turgor kulit kurang, lidah kering, serta mata cekung.
2. Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
a. Termasuk tingkat sedang
b. Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah,
apatais, turgor kulit mulai buruk, lidah kering dan kotor, nadi teraba lemah dan cepat,
suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tekanan
darah menurun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi, dapat juga terjadi aseton uria,
serta napas bau aseton.
3. Hiperemesis Gravidarum Tingkat III
a. Termasuk tingkat berat
b. Keadaan umum buruk, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi teraba
lemah dan cepat, dehidrasi berat, suhu badan naik, tekanan darah turun, serta terjadi
ikterus. Jika sampai timbul komplikasi dapat berakibat fatal, berupa: memengaruhi
susunan saraf pusat, ensefalopati wernicke dengan adanya nistagmus, diplopia, dan
perubahan mental. (Ratna Hidayati, 2009 hal.67-68).

F.    Pathway

G. Komplikasi
1. Dehidrasi berat
2. Takikardi
3. Ensefalopati Wernicke dengan gejala nistagmus
4. diplopia dan perubahan mental
5. Alkalosis
6. Ikterik
7. payah hati dengan gejala timbulnya ikterus (Arif, 2000).
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan antara lain:
1. Hospitalisasi 
Menurut (Runiari,2010.Hal.17), Manifestasi klinik yang ditimbulkan dari kasus
hiperemesis gravidarum menjadikan klien harus dirawat di rumah sakit, indikasinya adalah
sebagai berikut: 
a) Memuntahkan semua yang dimakan dan yang diminum, apalagi bila telah
berlangsung lama 
b) Berat badan turun lebih dari 10% dari berat badan normal 
c) Dehidrasi yang ditandai dengan turgor yang kurang dan lidah kering 
d) Adanya aseton dalam urin. 
Tujuan penatalaksanaan hiperemesis gravidarum, saat ibu dihospitalisasi, adalah
merehidrasi ibu, memperbaiki gangguan elektrolit dan hematologis lain, mencegah
komplikasi dan memindahkan ibu ke rumah sakit dengan segera, meskipun banyak wanita
memiliki angka yang tinggi untuk masuk kembali ke rumah sakit. Penyebab muntah yang
terjadi secara berlebihan harus diidentifikasi, bukan semata-mata untuk membuat
diagnosis banding, tetapi juga untuk mempertimbangkan faktor lain seperti masalah
psikologis, yang dapat menambah keparahan ibu (Tiran,2008. Hal. 27 ).

2. Obat-obatan Sedativa : Phenobarbital, Vitamin : Vitamin C, B1 dan B6 atau B kompleks,


Anti histamine : dramamin, avomin, Anti emetik (pada keadaan lebih berat): Dislikomin
hidrokloride atau khlorpromasine. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat
perlu dikelola di rumah sakit
3. cairan parenteral: cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5%
dalam cairan fisiologis (2–3 liter/hari), dapat ditambah kalium yang diperlukan untuk
kelancaran metabolisme dan vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan
protein dapat diberiakan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak
muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan
yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala–gejala akan berkurang
dan keadaan akan bertambah baik  (Wiknjosastro, 2005).

I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Isolasi dan Terapi Psikologis
a. Isolasi di ruangan yang dilakukan dengan baik dapat meringankan gravidarum karena
perubahan suasana rumah tangga.
b. Konseling dan edukasi (KIE) tentang kehamilan yang dilakukan untuk menghilangkan
factor psikis rasa takut.
c. Memberikan informasi tentang diet ibu hamil dengan makan tidak sekaligus banyak,
tetapi dalam porsi yang sedikit namun sering.
d. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, karena akan membuat ibu hamil mengalami
pusing, mual, dan muntah (Ratna Hidayati, 2009).
2. Terapi psikologika
Perlu diyakinkan kepeda penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan
konflik.
3. Terapi Alternatif 
Ada beberapa macam pengobatan alternatif bagi hiperemesis  gravidarum, antara lain:
a) Vitamin B6
Vitamin B6 merupakan koenzim yang berperan dalam  metabolisme lipid, karbohidrat
dan asam amino. Peranan vitamin  B6  untuk  mengatasi hiperemesis masih
kontroversi. Dosis vitamin B6 yang cukup efektif berkisar 12,5 - 25 mg per hari tiap 8
jam. Vitamin B6 merupakan ko-enzim berbagai jalur metabolisme protein dimana
peningkatan  kebutuhan  protein  pada  trimester I diikuti peningkatan asupan vitamin
B6. Vitamin B6 diperlukan untuk sintesa serotonin dari tryptophan. Defisiensi
vitamin B6 akan menyebabkan kadar serotonin rendah sehingga saraf panca indera
akan semakin sensitif yang menyebabkan ibu mudah mual dan muntah. Pada wanita
hamil terjadi peningkatan kynurenic dan xanturenic acid di urin.  Kedua asam ini
diekskresi  apabila jalur perubahan tryptophan menjadi niacin terhambat. Hal ini dapat
juga terjadi karena defisiensi vitamin B6.  Kadar  hormon  estrogen yang tinggi pada
ibu hamil juga menghambat kerja enzim kynureninase yang merupakan katalisator
perubahan tryptophan menjadi niacin, yang mana kekurangan niacin juga dapat
mencetuskan mual dan muntah (Ary Widayana, dkk: 2013).
b) Jahe (zingiber officinale)
Pemberian dosis harian 250 mg sebanyak 4 kali perhari  lebih baik hasilnya
dibandingkan plasebo pada wanita dengan  hiperemesis gravidarum. Salah satu studi
di Eropa menunjukan  bubuk jahe (1 gram per hari) lebih efektif dibandingkan
plasebo  dalam menurunkan gejala hiperemesis gravidarum. Belum ada  penelitian
yang menunjukan hubungan kejadian abnormalitas pada  fetus dengan jahe. Namun,
harus diperhatikan bahwa akar jahe diperkirakan mengandung tromboksan sintetase
inhibitor dan  dapat mempengaruhi peningkatan reseptor testoteron fetus (Ary
Widayana,dkk :2012).
c) Aromaterapi 
Aromaterapi adalah salah satu pengobatan alternatif yang dapat diterapkan
dengan menggunakan minyak esensial tumbuhan dan herbal. Penggunaan minyak
esensial sejak zaman dahulu telah digunakan di Mesir, italia, india, dan cina.
Kimiawan  Prancis, Rene Maurice Gattefosse menyebutnya dengan istilah
aromaterapi pada tahun 1937, ketika ia menyaksikan kekuatan penyembuhan minyak
lavender pada kulit dengan luka bakar. Setiap minyak esensial memiliki efek
farmakologis yang unik, seperti anti  bakteri, antivirus, diuretik, vasodilator, penenang
dan merangsang adrenal. Minyak atsiri dapat digunakan dirumah dalam bentuk uap
yang dapat dihirup atau pernafasan topikal.
Penghirupan uap sering digunakan untuk kondisi pernafasan dan mengurangi
mual. inhalasi uap dilakukan dengan cara menambahkan 2-3 tetes minyak esensial
eucalyptus,  rosemary, pohon teh, atau minyak kedalam  air  panas. Beberapa tetes
minyak esensial juga dapat ditambahkan untuk mandi, kompres atau pijat ( Runiari,
2010. Hal. 29 ).
J. Pemeriksaan Penunjang
1. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) 
2. Pemeriksaan darah lengkap
3. Kadar gula darah
4. Analisis gas darah
5. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN (Blood Urea Nitrogen)
6. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH (Hazlynpotc, 2013).
K. Manajemen Diet
1. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III
Makanan yang diberikan berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1 – 2 jam setelah makan. Diet itu kurang mengandung zat gizi,
kecuali vitamin C, sehingga diberikan hanya selama beberapa hari. 
2. Diet hiperemesis II diberikan jika rasa mual dan muntah berkurang
Pemberian dilakukan secara bertahap untuk makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan. Diet itu rendah dalam semua zat gizi, kecuali
vitamin A dan D. 
3. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Pemberian minuman dapat diberikan bersama makanan. Diet ini cukup dalam semua
zat gizi, kecuali kalsium (Bintang Baskoro, 2013).

L. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar ridak terjadi hiperémesis
gravidarum dengan cara :
1. Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik.
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi
sering
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih
dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat
5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
7. Menghindari kekurangan kardohidrat merupakan factor penting, dianjurkan makanan
yang banyak mengandung gula (Wiknjosastro, 2005).
DAFTAR PUSTAKA

Baskoro, Bintang. 2013. Askep Hiperemesis Gravidarum. (http://binbask. blogspot.


com/2013/01/askep-hiperemesis-gravidarum.html) (Online), diakses pada tanggal 28 Maret
2014.
Manuaba, Ida Bagus Gede.2001. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana.
Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Runiari, Nengah. 2010. Asuhan keperawatan pada klien dengan hiperemesis gravidarum. Jakarta :
Salemba Medika
LAPORAN PENDAHULUAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun oleh :

JUMANTO

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

2017

Anda mungkin juga menyukai