ANTENATAL CARE
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Disusun Oleh :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA
MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan penulis mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada kasus hiperemesis gravidarum.
2. Menentukan masalah diagnosa pada klien dengan hiperemesis
gravidarum.
3. Menentukan antisipasi masalah potensial pada klien dengan hiperemesis
gravidarum.
4. Menentukan kebutuhan segera pada klien dengan hiperemesis gravidarum.
5. Menentukan intervensi yang akan dilakukan pada pada klien dengan
hiperemesis gravidarum.
6. Melakukan intervensi yang telah ditentukan.
7. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi penulis
Penulis memahami tentang hyperemesis gravidarum dan dapat memberikan
asuhan kebidanan yang tepat
1.3.2 Bagi institusi
Sebagai bahan pembelajaran mengenai konsep hyperemesis gravidarum
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Etiologi
Pada tubuh wanita yang hamil terjadi perubahan – perubahan yang cukup
besar yang mungkin merusak keseimbangan di dalam tubuh, terutama
perubahan endokrin misalnya hipofungsi cortex gland suprarenalis, perubahan
metabolik dan kurangnya pergerakan lambung. Tetapi bagaimana reaksi
seorang wanita terhadap kejadian kejadian tersebut diatas, tergantung pada
kekuatan jiwanya dan bagaimana penerimaan ibu itu terhadap kehamilannya.
Pada Hiperemesis yang berat dapat di ketemukan Necrose di bagian sentral
lobulus hati atau degenerasi lemak pada hati. Kelainan ini rupa-rupanya
disebabkan oleh kelaparan bukan karena adanya toksin-toksin.Mungkin juga
terdapat kelainan degenerative pada ginjal. Kadang-kadang ada polyneuritis
akibat kekurangan vitamin B karena muntah. Secara pendek etiologi belum
jelas,tetapi factor psikis sangat mempengaruhi penyakit ini.( Manuaba, 2014)
Penyebab Hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti. Beberapa
faktor yang telah ditemukan yaitu :
1. Faktor presdisposisi yang sering dikemukakan adalah prininggravida,
mola hidatidosa dan kehamilan ganda.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolic akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan, ini merupakan faktor organic.
3. Alergi sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
4. Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah
tangga retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan. Takut terhadap tanggug jawab sebagai ibu, di duga dapat
menjadi factor kejadian hyperemesis gravidarum. Dengan perubahan
suasana dan masuk rumah sakit, penderitaannya dapat berkurang
sampai menghilang.
5. Faktor adaptasi dan hormonal, pada ibu hamil yang kekurangan darah
labih sering terjadi hyperemesis gravidarum. Yang termasuk dalam
ruuang lingkup adaptasi adalah ibu hamil dengan anemia, wanita
primigravida, dan overdistensi rahim pada kehamilan ganda dan mola
hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi
terhadap hormone estrogen dan gonadotropin chorionic, sedangkan
pada kehamilan ganda dan mola hidatidosa, jumlah hormone yang
dekeluarkan terlalu tinggi, dan menyebabkan terjadi hyperemesis
gravidarum. (Sarwono P, 2007).
2.1.4 Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus-
menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremi, hipokloremia,
penurunan klorida urin, selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang
mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat
toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi
lemak tidak sempurna. (Mansjoer, arif, dkk. 2008).
Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton asetic, asam hidroksi butirik dan aseton dalam
darah. Kekurangan cairan dan kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstrseluler dan plasma berkurang.
Dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan
berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke
jaringan mengurang pula dan tertimbunyya zat metabolic yang toksik.
Terganggunya keseimbangan elektrolit seperti hipokalimia akibat muntah
dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya dapat menambah frekuensi
muntah dan merusak hepar, selaput lendir esophagus dan lambung dapat
robek (Sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi perdarahan
gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat
berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfuse atau tindakan operatif.
(Sarwono P, 2007)
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi yang mugkin terjadi menurut (Lokhart 2014) adalah sebagai
berikut :
a. Penurunan berat badan yang banyak
b. Saturasi dengan ketosis dan ketonuria
c. Dehidrsi dengan selanjutnya gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit (hypokalemia)
d. Gangguan keseimbangan asam basa
e. Kerusakan retina, saraf dan renal
2.2.4 Penatalaksanaan
1. Memeriksa kemungkinan lain mual antara lain faktor penyulit dalam
kehamilan dan penyakit yang memerlukan pembedahan seperti apendisitis
atau ileus obstruktif lainnya.
2. Melakukan pemeriksaan darah :
a. Hemoglobin,BUN dan serum creatinibe
b. Elektrolit Gula darah Test Fungsi Hepar,
c. Kadar TSH dan tiroksin
3. Membatasi asupan makan makan per oral.
4. Memberikan terapi cairan untuk mengatasi dehidrasi
5. Melakukan pemberian makanan via NGT – naso gastric tube bila
hiperemesis parah.
6. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
a. Anti alergi (Antihistamin, Dramamin, Avomin dll.)
b. Anti emetik (Mediamer B6, Emetrole dll.)
c. Vitamin (terutama B kompleks, vitamin C)
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Tempat Pengkajian :
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mual dan muntah sejak 1 minggu yang lalu (9 April 2020)
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7-8 hari
Disminorea : tidak
Fluor albus : tidak
HPHT : 21 Februari 2020
5. Riwayat Perkawinan
Status : Sah
Menikah ke :2
Lama : 4 bulan
Menikah umur : 32 tahun
6. Riwayat Obstetri
Usia
Suami Anak Jenis BB Jenis
Kehamila Penolong Laktasi KB
ke- ke- Persalinan lahir Kelamin
n
HAMIL INI
N : 80x/menit RR : 24x/menit
BB sebelum hamil : 68 kg
BB Saat hamil : 63 kg
Penrunan BB : 5 kg
TB : 153 cm
LILA : 24 cm
HPL :
2. Pemeriksaan Fisik
b. Wajah : Agak pucat, tidak ada bekas luka, cloasma gravidarum (-)
d. Mulut : Bibir pucat, stomatitis (-), tanda rhagaden (-), bibir kering,
gigi agak kotor, caries gigi tidak ada, gusi tidak berdarah
g. Abdomen : tidak ada bekas SC, tidak ada nyeri tekan, belum teraba
ballotemen
n. Genitalia : Tidak ada tanda infeksi, tidak ada kondiloma akuminata, tidak
ada kelainan
3. Pemeriksaan Penunjang
a. darah
1. Hb : 11 gr%
2. Golongan darah : A
b. urine
1. Test PP : positif
2. Reduksi urin : negative
3. Albumin : negative
4. Hbs Ag : negatif
4. Terapi yang diberkan
1. Infus D5 % 30 tetes/menit
2. Inj. Primperan III 3 x 1 ampul/hari
3. Inj. Ulsikur II 2 x 1 ampul/hari
4. Anvomert 1 tablet
5. Plantacid fork syp 2 sendok teh
3.4 Penatalaksanaan
1. Melakukan pendekatan pada ibu dan keluarga dengan menggunakan komunikasi
terapeutik dengan cara : Memberi salam, memperkenalkan diri, menanyakan dan
mendengarkan keluhan ibu dengan baik , Ibu kooperatif
2. Menjelaskan tentang keadaannya bahwa hal tersebut dikarenakan terjadinya
peningkatan hormon HCG didalam tubuhnya, bisa juga disebabkan dari psikologis ibu
sendiri. Dan hal tersebut biasanya akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan ,
Ibu dapat menerima dan memahami keadaannya saat ini.
3. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign , Ibu kooperatif saat petugas melakukan
pemeriksaan
4. Mengobservasi mual dan muntah , Setiap kali makan dan minum ibu masih mual dan
muntah
5. Memberikan terapi sesuai advis dokter , Ibu telah mendapatkan terapi obat
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesipulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan maka masalah yang ada dapat teratasi sehingga
pasien dapat pulang dengan keadaan sehat.
Dengan terselesainya management kebidanan tentang perawatan penderita
hiperemesis gravidarum maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Hiperemesis gravidarum sering terjadi pada ibu hamil muda dan sampai sekarang
penyebab pastinya belum diketahui
2. Tindakan yang diberikan dapat disesuaikan dengan keluhan yang ada sebelum
diagnosa pasti ditegakkan
3. Penyembuhan memerlukan ketenangan dan waktu yang lama, maka dalam
peraturannya perawatannya harus diperhatikan secara keseluruhan baik bio, psiko dan
sosial.
4.2 Saran
4.2.1 Pada Klien/Keluarga
1. Diharapkan agar setiap ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara teratur
untuk mendeteksi adanya kelainan yang bisa terjadi pada masa kehamilan.
persalinan maupun masa nifas.
2. Mengkonsumsi makanan yang tinggi akan zat gizi.
3. Menjaga personal higiene agar tidak terjadi infeksi selama kehamilan,
persalinan dan nifas
4.2.2 Pada petugas kesehatan
1. Diharapkan petugas kesehatan selalu meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilannya sesuai dengan kemajuan IPTEK.
2. Diharapkan petugas kesehatan jeli dalam mencari masalah yang sedang
dihadapi oleh pasien dan mampu mencari solusi dalam menangani masalah
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar R.. 2010. Sinopsis Obstetri Fisiologi. Cetakan ke-II. Jakarta : EGC.