Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI

ANTENATAL CARE
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun Oleh :

NANDA AKHTSARUL HIKMAH


P27824417037

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA
MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sehubungan dengan adanya suatu program pemerintah untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat seoptimal mungkin, maka kami melatih diri untuk ikut berpartisipasi
dalam memberikan pelayanan yang optimal. Salah satunya pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum.
Dalam perawatan pada penderita hiperemesis gravidarum dengan menggunakan
asuhan kebidanan yang dilakukan mulai pasien masuk ke Rumah Sakit sampai pasien
pulang.
Hiperemesis gravidarum ini gejalanya mual dan muntah yang berlebihan yang
merupakan gangguan paling sering kita jumpai pada kehamilan muda terutama pada ibu
primigravida. Ini disebabkan karena adanya peningkatan dan perubahan produksi
hormonal dan faktor psikologi dari ibu hamil. Dalam merawat hiperemesis gravidarum
ini sebaiknya penderita dirawat di Puskesmas Rawat Inap / Rumah Sakit karena
memerlukan perawatan secara intensif agar tidak terjadi komplikasi yang lebih berat
sehingga dapat menghambat pertumbuhan janin.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan penulis mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada kasus hiperemesis gravidarum.
2. Menentukan masalah diagnosa pada klien dengan hiperemesis
gravidarum.
3. Menentukan antisipasi masalah potensial pada klien dengan hiperemesis
gravidarum.
4. Menentukan kebutuhan segera pada klien dengan hiperemesis gravidarum.
5. Menentukan intervensi yang akan dilakukan pada pada klien dengan
hiperemesis gravidarum.
6. Melakukan intervensi yang telah ditentukan.
7. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi penulis
Penulis memahami tentang hyperemesis gravidarum dan dapat memberikan
asuhan kebidanan yang tepat
1.3.2 Bagi institusi
Sebagai bahan pembelajaran mengenai konsep hyperemesis gravidarum
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Kosep dasar hyperemesis gravidarum


2.1.1 Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan
umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 2014)
Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah dengan kondisi yang
lebih serius. (Debbie Holmes dan Philip N. Baker 2010)
Hiperemesis gravidarum adalah emosi gravidarum yang berat dan
berlangsung sampai 4 bulan sehingga pekerjaan sehari-hari menjadi buruk.
(Sarwono Prawiharjo, 2007).,,
Hiperemesis gravidarum  adalah mual muntah yang berlebihan sehingga
pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk, paling
sering dijumpai pada kehamilan trimester I terutama ditemukan pada
primigravida. (Arif Mansjoer, 2016).
Hiperemesis gravidarum adalah gejala mual muntah yang berat yang dapat
berlangsung sampai 4 bulan yang di sebabkan karena meningkatnya kadar
hormone estrogen dan HCG dalam serum. (Sarwono Prawirohardjo, 2007).

2.1.2 Etiologi
Pada tubuh wanita yang hamil terjadi perubahan – perubahan yang cukup
besar yang mungkin merusak keseimbangan di dalam tubuh, terutama
perubahan endokrin misalnya hipofungsi cortex gland suprarenalis, perubahan
metabolik dan kurangnya pergerakan lambung. Tetapi bagaimana reaksi
seorang wanita terhadap kejadian kejadian tersebut diatas, tergantung pada
kekuatan jiwanya dan bagaimana penerimaan ibu itu  terhadap kehamilannya.
Pada Hiperemesis yang berat dapat di ketemukan Necrose di bagian sentral
lobulus hati atau degenerasi lemak pada hati. Kelainan ini rupa-rupanya
disebabkan oleh kelaparan bukan karena adanya toksin-toksin.Mungkin juga
terdapat kelainan degenerative pada ginjal. Kadang-kadang ada polyneuritis
akibat kekurangan vitamin B karena muntah. Secara pendek etiologi belum
jelas,tetapi factor psikis sangat mempengaruhi penyakit  ini.( Manuaba, 2014)
Penyebab Hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti. Beberapa
faktor yang telah ditemukan yaitu :
1. Faktor presdisposisi yang sering dikemukakan adalah prininggravida,
mola hidatidosa dan kehamilan ganda.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolic akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan, ini merupakan faktor organic.
3. Alergi sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
4. Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah
tangga retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan. Takut terhadap tanggug jawab sebagai ibu, di duga dapat
menjadi factor kejadian hyperemesis gravidarum. Dengan perubahan
suasana dan masuk rumah sakit, penderitaannya dapat berkurang
sampai menghilang.
5. Faktor adaptasi dan hormonal, pada ibu hamil yang kekurangan darah
labih sering terjadi hyperemesis gravidarum. Yang termasuk dalam
ruuang lingkup adaptasi adalah ibu hamil dengan anemia, wanita
primigravida, dan overdistensi rahim pada kehamilan ganda dan mola
hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi
terhadap hormone estrogen dan gonadotropin chorionic, sedangkan
pada kehamilan ganda dan mola hidatidosa, jumlah hormone yang
dekeluarkan terlalu tinggi, dan menyebabkan terjadi hyperemesis
gravidarum. (Sarwono P, 2007).

2.1.3 Tanda dan gejala


Batas mual muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak
ada kesepakatan. Ada yang mengatakan, bisa lebih dari 10 kali muntah akan
tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis.
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke dalam
3 tingkatan.
1. Tingkat 1    : Ringan
Mual muntah terus menerus mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, tidak nafsu makan, berat badan turun dan rasa nyeri pada
epigastrium, nadi sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik
menurun, turgor kulit mengurang, lidah kering, mata cekung.
2. Tingkat 2     : Sedang
Penderita lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah
kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik, dan
mata sedikit ikterik, berat badan turun, mata cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi. Dapat pula terjadi acetonuria
dan nafas bau aceton.
3. Tingkat 3      : Berat
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat  kesadaran, suhu badan
meningkat, tensi menurun, icterus, komplikasi fatal terjadi pada susunan
syaraf pusat (ensefalopati wernicks) dengan gejala : nistagmus,
diplopia, perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan
zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus
menunjukkan adanya payah hati. (Sarwono P, 2007).

2.1.4 Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus-
menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremi, hipokloremia,
penurunan klorida urin, selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang
mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat
toksik. Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi
lemak tidak sempurna. (Mansjoer, arif, dkk. 2008).  
Karena  oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton asetic, asam hidroksi butirik dan aseton dalam
darah. Kekurangan cairan dan kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstrseluler dan plasma berkurang.
Dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan
berkurang. Hal ini  menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke
jaringan mengurang pula dan tertimbunyya zat metabolic yang toksik.
Terganggunya keseimbangan elektrolit seperti hipokalimia akibat muntah
dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya dapat menambah frekuensi
muntah dan merusak hepar, selaput lendir esophagus dan lambung dapat
robek (Sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi perdarahan
gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat
berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfuse atau tindakan operatif.
(Sarwono P, 2007)

2.1.5 Komplikasi
Komplikasi yang mugkin terjadi menurut (Lokhart 2014) adalah sebagai
berikut :
a. Penurunan berat badan yang banyak
b. Saturasi dengan ketosis dan ketonuria
c. Dehidrsi dengan selanjutnya gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit (hypokalemia)
d. Gangguan keseimbangan asam basa
e. Kerusakan retina, saraf dan renal

2.2 Konsep dasar asuhan kebidanan


2.2.1 Data Subjetif
1. Identitas
1) Nama Klien
Nama klien, ibu dan ayah perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada
kesamaan dengan klien lain (Kristina Ibrahim, 1984)
2) Umur
Digunakan untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi atau
tidak. Wanita hamil umumnya tidak boleh kurang dari 16 tahun dan lebih
dari 35 tahun. (Manuaba, 1998 : 326)
3) Agama
Untuk memudahkan dalam memberikan nasehat spiritual sesuai dengan
kepercayaan yang dianut.
4) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien, sehingga dalam
memberikan asuhan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan.
5) Pekerjaan           
Untuk mengetahui tingkat ekonomi klien dan pengaruh pekerjaan 
terhadap kehamilan klien.
6) Alamat
Untuk memudahkan dimana tempat tinggal klien, sehingga memudahkan
petugas kesehatan dalam melakukan kunjungan rumah.
2. Keluhan utama
Pada kasus hyperemesis gravidarum biasanya klien mengeluh mual dan
muntah yang berlebihan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
3. Riwayat menstruasi
 menarche untuk mengetahui keadaan alat kelamin dalam normal atau
tidak
 siklus menstruasi untuk mengetahui adanya penyakit yang menyertai.
 Haid terakhir lamanya
 Banyaknya darah yang keluar
 Konsistensinya
 Teratur tidaknya haid yang digunakan untuk membantu diagnosa lamanya
kehamilan dan untuk memperhitungkan taksiran persalinan
4. Riwayat kehamilan, persalinn dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu
hamil dan melahirkan yang ditanyakan berapa kali itu hamil atau sekarang ini
anak yang keberapa
5. Riwayat kehamilan sekarang
a. ANC berapa kali
b. Keluhan selama TM I
c. Terapi yang diberikan selama ANC
d. Pegerakan janin
Pada kasus Hyperemesis Gravidarum pergerakan belum dirasakan karena
pada kasus ini terjadi pada trimester I.
e. Imunisasi TT
Untuk mencegah tetatus nenatorum, maka ibu hamil sebaiknya
mendapatkan imunisasi TT2 kali dengan interval 4 minggu dari TT1.
6. Riwayat kontrasepsi
Untuk mengetahui kontrasepsi apa yang pernah digunakan.
7. Riwayat kesehatan ibu
Karena penyakit yang pernah diderita dapat timbul kembali karena keadaan
ibu yang lemah pada waktu kehamilan atau setelah melahirkan nanti.
Pertanyaan yang diajukan nanti adalah apakah pernah menderita penyakit
hepatitis yang bisa menurun pada bayi melalui trans plasenta, penyakit
jantung, paru-paru, diabetes mellitus, gemelli, apakah alergi terhadap
makanan dan obat-obatan, apakah punya kebiasaan merokok dan minum
jamu-jamuan.
8. Riwayat kesehatan keluarga
Karena dalam kehamilan daya tahan tubuh ibu menurun bila ada penyakit
yang menular dapat lekas menular kepada ibu dan mempengaruhi janin.
( Prawirohardjo : 2012 : 278 )
9. Riwayat psikososial dan budaya
a. Menikah ke, usia menikah, lamanya.
b. Bagaimana respon pasien dan keluarga terhadap kodisi kehamilan klien
saat ini.
c. Bagaimana psikis ibu, apakah kehamilan ini diharapkan atau tidak.
d. Bagaimana adat istiadat yang ada di lingkungan sekitar.
e. Apakah ibu percaya terhadap mitos atau tidak.
f. Adakah kebiasaan-kebiasaan keluarga maupun lingkungan masyarakat
yang mengganggu kehamilan ibu.
10. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola istirahat tidur
1. Tidur siang normalnya 1 – 2 jam/hari.
2. Tidur malam normalnya 8 – 10 jam/hari.
3. Kualitas tidur nyenyak dan tidak terganggu.
b. Pola Aktifitas
Pada kasus hyperemesis gravidarum aktivitanya terganggu karena
biasanya badanya terasa lemah.
c. Pola Eliminasi
1. BAB: Pada kasus hyperemesis gravidarum biasanya pasien BAB
mengalami konstipasi
2. BAK: Pada kasus hyperemesis gravidarum biasanya pasien BAK
mengalami oliguri.
d. Pola Nutrisi
1. Makan: normalnya 3x/hari dengan menu seimbang (nasi, sayur,
lauk pauk, buah). Makan dan jenis makanan pada kasus
hyperemesis gravidarum makanan yang berlemak merangsang
mempengaruhi ibu yang mengakibatkan tidak nafsu makan.
2. Minum: normalnya sekitar 8 gelas/hari (teh, susu, air putih).
e. Pola personal hygiene
Normalnya mandi 2x/hari, gosok gigi 3x/hari, ganti baju 2x/hari,
keramas 2x/minggu, ganti celana dalam 2x/hari, atau jika terasa basah.
f. Pola kebiasaan
Normalnya ibu bukan perokok aktif/pasif, ibu tidak mengkonsumsi
jamu atau alkohol.
g. hub seks
2.2.2 Data Objekif
2.2.2.1 Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Pada kasus hiperemesis gravidarum umumnya
lemah.StabilMenurun dari composmentis sampai koma
TTV :
- TD : Biasanya pada kasus hiperemesis gravidarum tekanan
darahnya turun.
- Suhu : Biasanya pada kasus hiperemesis gravidarum suhu tubuhnya
meningkat.
- Nadi : Biasanya pada kasus hiperemesis gravidarum denyut nadinya
meningkat > 100 x menit.(Prawirohardjo, 2002 : 278)
- RR : normalnya 16 – 24 kali/menit.
BB : normalnya kenaikan BB selama hamil 10 – 11 kg. Pada kasus
hyperemesis gravidarum BB menurun
TB : normalnya > 145 cm
Lila : normalnya > 23,5 cm
TP : mengetahui usia kehamilan dan tafsiran persalinan
UK : menentukan usia kehamilan

2.2.2.2 Pemeriksaan fisik


a. Inspeksi
1. Muka
Kelopak mata Cekung, Konjungtiva Pucat, Sklera Putih, ada
Cloasma gravidarum, tidak ada Oedem
2. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena
jugularis, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
3. Dada
Hiperpigmentasi pada puting dan areola, puting bersih dan
menonjol, tidak ada massa.
4. Abdomen
Striae livida pada primigravida, hiperpigmentasi pada linea alba
menjadi linea nigra, bekas luka SC tidak ada.
5. Genetalia dan anus
Vulva dan vagina : Tidak ada varises, tidak ada oedema, tidak ada
kondiloma lata, dan tidak ada kondiloma akuminata, tidak ada
infeksi bartolini, tidak ada infeksi skene, tidak ada kemerahan.
Terdapat tanda chadwick, elastisitas bertambah, tidak ada
pembengkakan kelenjar bartolini dan skene.
Perineum : Tidak ada bekas luka
Anus : Tidak ada haemoroid
6. Ekstrimitas
Atas : tidak ada oedema
Bawah : tidak ada oedema, tidak ada varises
b. Palpasi
Leopold I : Untuk menentukan usia kehamilan dan bagian janin apa
yang terdapat dalam fundus. Teraba ballotement
Leopold II: Untuk menentukan di mana letaknya punggung dan bagian-
bagian kecil janin Sifat punggung janin ialah rata, tidak
teraba ekstremitas, keras dan melengkung; Bagian-bagian
kecil ialah ekstermitas eksteritas beum teraba
Leopold III: Untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan
apakah bagian bawah janin sudah masuk PAP. Tidak
dilakukan pada hyperemesis gravidarum
Leopold IV: Untuk menentukan seberapa jauh bagian bawah janin yang
masuk PAP. Tidak dilakukan pada hyperemesis gravidarum
c. Auskultasi
DJJ: belum terdengar
d. Perkusi
Reflek Patella : (+/+)
2.2.2.3 Pemeriksaan laboratorium
a. Darah
1. Hb : 11 gr%
2. Golongan darah : A/B/O/AB
b. Urin
1. Test PP : positif
2. Reduksi urin : negative
3. Albumin : negative
4. Hbs Ag : negatif
5. Elektrolit

2.2.3 Analisa Data


Analisa data adalah kemampuan menguraikan, mengaitkan dan
menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan
untuk membuat kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan. (Effendi
N,2015:24)
Diagnosa : Gravida… PAterm Preterem Abortus Hidup, usia kehamilan……... Keadaan
umum ibu dan janin baik, kesan jalan lahir baik, janin tunggal, hidup,
intrauterin, presentasi.

2.2.4 Penatalaksanaan
1. Memeriksa kemungkinan lain mual antara lain faktor penyulit dalam 
kehamilan dan penyakit yang memerlukan pembedahan seperti apendisitis
atau ileus obstruktif  lainnya.
2. Melakukan pemeriksaan darah :
a. Hemoglobin,BUN dan serum creatinibe
b. Elektrolit Gula darah Test Fungsi Hepar,
c. Kadar TSH dan tiroksin
3. Membatasi asupan makan makan per oral.
4. Memberikan terapi cairan untuk mengatasi dehidrasi
5. Melakukan pemberian makanan via NGT – naso gastric tube bila
hiperemesis parah.
6. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
a. Anti alergi (Antihistamin, Dramamin, Avomin dll.)
b. Anti emetik (Mediamer B6, Emetrole dll.)
c. Vitamin (terutama B kompleks, vitamin C)
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 16 April 2020

Tempat Pengkajian :

Oleh : Nanda Akhtsarul Hikmah

3.1 Data Subjektif


1. Biodata
Nama Ibu : Ny “L” Nama Suami : Tn “Y”
Umur : 32 tahun Umur : 37 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Arsitek
Alamat : JL Raya Kendalsari Rungkut Surabaya
2. Alasan Berkunjung
Ingin memeriksakan kehamilannya

3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mual dan muntah sejak 1 minggu yang lalu (9 April 2020)

4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7-8 hari
Disminorea : tidak
Fluor albus : tidak
HPHT : 21 Februari 2020
5. Riwayat Perkawinan
Status : Sah
Menikah ke :2
Lama : 4 bulan
Menikah umur : 32 tahun
6. Riwayat Obstetri
Usia
Suami Anak Jenis BB Jenis
Kehamila Penolong Laktasi KB
ke- ke- Persalinan lahir Kelamin
n
HAMIL INI

7. Riwayat kehamilan saat ini


Kehamilan ke : 1
UK : 2 bulan (7-8 miggu)
ANC di : Puskesmas
Trimester l : 2x
Keluhan : mual, muntah, nafsu makan menurun sejak 9 April 2020
Terapi : asam folat 1x1 (diminum siang hari) ,Folaxin 1x1 (diminum pagi
hari)
Test PP : Hasil (+) pada tanggal 28 Februari 2019
8. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular, menurun dan menahun
seperti DM, TBC, HIV, IMS, hipertensi, jantung, asma, ginjal, dll
9. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular, menurun dan
menahun seperti DM, TBC, HIV, IMS, hipertensi, jantung, asma, ginjal, dll
10. Riwayat KB
Belum pernah memakai KB
11. Pola Sehari-hari
Pola Sebelum sakit Saat ini
Nutrisi Makan Frekuensi : 3x/hari Ibu bila makan selalu
Porsi : 1 piring mual dan langsung
Jenis : nasi, lauk (tempe, muntah
ayam, ikan telur, daging), Frekuensi : 2x/hari
sayur (bayam, sop) Porsi : 1/2 piring
dan buah (semangka, Jenis : nasi,
melon, dll) lauk,sayur
Minum Frekunsi : 5-6gelas/hari Frekuensi : 6-
Jenis : air putih 7gelas/hari jenis :
air putih dan susu
hangat

Eliminas BAB Frekuensi : 1x sehari Frekuensi : 2 hari sekali


i tiap pagi lancer Konsistensi : padat
Konsistensi : padat Warna : kuning
Warna : kuning Bau : feses
Bau : normal normal

BAK Frekuensi :4-5x/ hari Frekuensi :6-


Konsistensi : cair 7x/hari
Warna :kuning Konsistensi : cair
jernih Warna : kuning
Bau : normal jernih
Bau : normal

Istirahat Malam 6-7 jam Sepanjang hari ibu


Siang 1-2 jam
tiduran di tempat
tidur
Tidur ± 11 jam/hari
Aktivitas lbu bisa melakukan Ibu hanya berbaring di
pekerjaan rumah tangga tempat tidur untuk
(mencuci, menyapu, pemenuhan kebutuhan
memasak) lainnya dibantu olah
orang lain
Personal Mandi 2x/hari 2x/hari
Gosok gigi 2x/hari 2x/hari
hygiene
Ganti 2x/hari 2x/hari
pakaian
Keramas 3x/minggu 3x/minggu
Seksual Hubungan 2x dalam seminggu 2 minggu sekali, tidak
seksual menentu

12. Riwayat Psikososial dan spiritual


1. hubungan dengan suami baik
2. keluarga mendukung kehamilannya
3. pengambilan keputusan adalah suami
4. ibu tidak punya masalah dalam menjalankan ibadah

3.2 Data Objektif


1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : lemas

Kesadaran : compos mentis

TTV : TD : 90/ 70 mmHg S : 36oC

N : 80x/menit RR : 24x/menit

BB sebelum hamil : 68 kg

BB Saat hamil : 63 kg

Penrunan BB : 5 kg

TB : 153 cm

LILA : 24 cm

HPL :

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : rambut hitam, kepala bersih, tidak ada nyeri tekan

b. Wajah : Agak pucat, tidak ada bekas luka, cloasma gravidarum (-)

c. Mata : Simetris, conjungtiva palpebra tidak pucat, sklerata mata tidak


icterus, conjugntivitis (-)/(-), bintik bitot (-)/(-), kelopak mata
cowong

d. Mulut : Bibir pucat, stomatitis (-), tanda rhagaden (-), bibir kering,
gigi agak kotor, caries gigi tidak ada, gusi tidak berdarah

e. Leher : tidak ada pembesaran tiroid, tidak bendungan vena jugolaris

f. Payudara : hiperpigmentasi areola, tidak ada benjolan abnormal, putting


menonjol

g. Abdomen : tidak ada bekas SC, tidak ada nyeri tekan, belum teraba

ballotemen

h. Leopold I : Tidak dilakukan

i. Leopold II : Tidak dilakukan

j. Leopold III : Tidak dilakukan

k. Leopold IV : Tidak dilakukan

l. DJJ : Tidak dilakukan

m. MCD : Tidak dilakukan

n. Genitalia : Tidak ada tanda infeksi, tidak ada kondiloma akuminata, tidak

ada kelainan

o. Anus : tidak ada hemoroid

p. Ekstermitas : tidak oedema, reflek pattela kanan dan kiri (+)

3. Pemeriksaan Penunjang

a. darah
1. Hb : 11 gr%
2. Golongan darah : A
b. urine
1. Test PP : positif
2. Reduksi urin : negative
3. Albumin : negative
4. Hbs Ag : negatif
4. Terapi yang diberkan
1. Infus D5 % 30 tetes/menit
2. Inj. Primperan III 3 x 1 ampul/hari
3. Inj. Ulsikur II 2 x 1 ampul/hari
4. Anvomert 1 tablet
5. Plantacid fork syp 2 sendok teh

3.3 Analisa Data

G1P00000 Usia kehamilan 7-8 minggu dengan hiperemesis graviarum.

3.4 Penatalaksanaan
1. Melakukan pendekatan pada ibu dan keluarga dengan menggunakan komunikasi
terapeutik dengan cara : Memberi salam, memperkenalkan diri, menanyakan dan
mendengarkan keluhan ibu dengan baik , Ibu kooperatif
2. Menjelaskan tentang keadaannya bahwa hal tersebut dikarenakan terjadinya
peningkatan hormon HCG didalam tubuhnya, bisa juga disebabkan dari psikologis ibu
sendiri. Dan hal tersebut biasanya akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan ,
Ibu dapat menerima dan memahami keadaannya saat ini.
3. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign , Ibu kooperatif saat petugas melakukan
pemeriksaan
4. Mengobservasi mual dan muntah ,   Setiap kali makan dan minum ibu masih mual dan
muntah
5. Memberikan terapi sesuai advis dokter , Ibu telah mendapatkan terapi obat
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesipulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan maka masalah yang ada dapat teratasi sehingga
pasien dapat pulang dengan keadaan sehat.
Dengan terselesainya management kebidanan tentang perawatan penderita
hiperemesis gravidarum maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Hiperemesis gravidarum sering terjadi pada ibu hamil muda dan sampai sekarang
penyebab pastinya belum diketahui
2. Tindakan yang diberikan dapat disesuaikan dengan keluhan yang ada sebelum
diagnosa pasti ditegakkan
3. Penyembuhan memerlukan ketenangan dan waktu yang lama, maka dalam
peraturannya perawatannya harus diperhatikan secara keseluruhan baik bio, psiko dan
sosial.

4.2 Saran
4.2.1 Pada Klien/Keluarga
1. Diharapkan agar setiap ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara teratur
untuk mendeteksi adanya kelainan yang bisa terjadi pada masa kehamilan.
persalinan maupun masa nifas.
2. Mengkonsumsi makanan yang tinggi akan zat gizi.
3. Menjaga personal higiene agar tidak terjadi infeksi selama kehamilan,
persalinan dan nifas
4.2.2 Pada petugas kesehatan
1. Diharapkan petugas kesehatan selalu meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilannya sesuai dengan kemajuan IPTEK.
2. Diharapkan petugas kesehatan jeli dalam mencari masalah yang sedang
dihadapi oleh pasien dan mampu mencari solusi dalam menangani masalah
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, IGB. 2014. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta : EGC


Manuaba, IGB. 2009. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
Jakarta : EGC.
Mansjoer, arif ,dkk. 2016. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.

Mochtar R.. 2010. Sinopsis Obstetri Fisiologi. Cetakan ke-II. Jakarta : EGC.

Prawirohario. Sarwono, 2001. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.


Prawirohario. Sarwono, 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai