Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEBIDANAN

KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN KISTA OVARIUM

Disusun oleh:

Nanda Akhtsarul Hikmah P27824417037

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN SURABAYA
TAHUN 2020-2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang


Keadaan kesehatan reproduksi di Indonesia saat ini masih belum seperti yang
diharapkan dibandingkan dengan keadaan-keadaan di negara lain. Indonesia masih
tertinggal dalam banyak aspek kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi
menjadi perhatian bersama bukan hanya individu yang bersangkutan, karena
dampaknya menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter
kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat (Manuaba, 2009).
Menurut SDKI tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 359/100.000.
Angka kematian tersebut terjadi peningkatan dibandingkan dengan AKI tahun 2011
yang sebesar 228/100.000. Penyebab AKI selain masih rendahnya kesadaran akan
kesehatan, disebabkan oleh perdarahan, eklampsia dan infeksi. Perdarahan juga dapat
disebabkan oleh pecahnya kista. Kista ovarium merupakan kanker ke lima tersering
yang menyebabkan kematian wanita setelah kanker paru-paru, kolorektal, payudara
dan pangkreas. Insidensinya pada wanita di bawah 50 tahun sebanyak
5,3/100.000 dan pada wanita di atas 50 tahun sebanyak 41,4 / 100. Kista ovarium
merupakan penyebab kematian utama pada kasus keganasan ginekologi saat ini.
Sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012
berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup,
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sebesar
116,01/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2012). Pada tahun 2009 di perkirakan
jumlah penderita kista ovarium sebanyak 23.400 orang diperkirakan meninggal
sebanyak 13.900 orang (59,40 %).
Angka kematian yang tinggi ini di sebabkan karena penyakit ini pada awalnya
bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis
sehingga 60 – 70% pasien datang pada stadium lanjut (Binmuhsin, 2011).
Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen kesehatan
reproduksi. Permasalahan dalam bidang kesehatan reproduksi salah satunya adalah
masalah reproduksi yang berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi. Hal ini
mencakup infeksi, gangguan menstruasi, masalah struktur, keganasan pada alat
reproduksi wanita, infertilitas dan lain-lain (Essawibawa, 2011).
Gangguan reproduksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya cacat
anatomi saluran reproduksi (defek kongenital), gangguan fungsional, kesalahaan
manajemen atau infeksi organ reproduksi Menurut Riadi (2006). Ada berbagai macam
gangguan reproduksi seperti gangguan menstruasi, syndrom premestruasi, nyeri
abdomen dan panggul, kista ovarium dan kanker pada endometrium. Gangguan sistem
reproduksi yang sering terjadi pada wanita adalah kista ovarium (Joedasaputra, 2005).
Kista adalah setiap rongga atau kantong tertutup, baik normal maupun abnormal,
yang dilapisi epitel, biasanya mengandung cairan atau materisemi padat (Dorland,
2008). Ovarium adalah suatu organ terdiri atas 2 yang terletak dikiri dan kanan antara
uterus dan dinding panggul. Besarnya kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan
panjang 4 cm, lebar dan tebalnya kira- kira 1,5 cm (Saroha, 2009).
Salah satu bahaya yang ditakuti ialah kista tersebut menjadi ganas. Bahaya lain
dari kista adalah terpuntir, kejadian ini akan menimbulkan rasa sakit yang sangat dan
memerlukan tindakan darurat untuk mencegah kista jangan sampai pecah. Dalam
jangka waktu tertentu, kista terus tumbuh hingga diameter mencapai puluhan
sentimeter. Sebenarnya tidak ada patokan mengenai ukuran besarnya kista sehingga
berpotensi untuk pecahnya kista dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi rusak
dan menimbulkan terjadinya perdarahan yang dapat berakibat fatal (Yatim, 2005).

1.1 Tujuan penulisan


1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan memahami asuhan karakteristik penderita Kista
ovarium di Poli Onkologi Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya

2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengkajian pre, intra dan post operatif pada klien yang
menderita Kista ovarium.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pre, intra dan post operatif yang tepat
untuk pada klien yang menderita Kista ovarium.
c. Merumuskan penatalaksanaan yang tepat pada klien yang menderita Kista
ovarium.
1.3 Manfaat penulisan
1. Bagi penulis
Hasil karya tulis ini dapat digunakan sebagai pengalaman yang nyata tentang
karakteristik dan asuhan keperawatan pada Kista ovarium.

2. Bagi institusi
Dapat memberikan informasi/pengetahuan kepada jajaran dunia tentang
karakteristik dan manajemen asuhan keperawatan yang benar pada penderita dengan
Kista ovarium.

3. Bagi rumah sakit


Hasil karya ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan

1.4 Sistematika Studi Kasus


Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis membagi menjadi 5 bab yaitu :
 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan studi kasus,
manfaat studi kasus, keaslian studi kasus dan sistematika penulisan studi kasus.
 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang tinjauan teori medis yang meliputi pengertian gangguan
reproduksi, sebab-sebab gangguan reproduksi dan macam-macam gangguan
reproduksi, pengertian kista ovarium, etiologi, tanda dan gejala kista ovarium,
jenis-jenis kista ovarium, diagnosis, dan penatalaksanaannya serta pengertian teori
manajemen kebidanan, langkah manajemen kebidanan yang meliputi pengkajian,
interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, rencana tindakan, implementasi,
evaluasi ditambah data perkembangan SOAP dan landasan hukum.
 BAB IV TINJAUAN KASUS
Bab ini berisi tentang tinjauan kasus dan pembahasan. Tinjauan kasus berisi
tentang hasil pengambilan data yang relevan dengan kebutuhan dari kasus
gangguan reproduksi dengan kista ovarium serta disajikan dalam bentuk asuhan
kebidanan menurut tujuh langkah Varney mulai dari pengkajian sampai evaluasi
serta catatan perkembangan dalam bentuk SOAP. Sedangkan pembahasan berisi
tentang ada tidaknya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilapangan.
 BAB V PENUTUP
Bab ini beisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban dari
tujuan dan merupakan inti dari pembahasan kasus gangguan reproduksi dengan
kista ovarium, sedangkan saran merupakan alternatif pemecahan dan tanggapan
dari kesimpulan.
 DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.1.1 Defenisi Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam
organisme (manusia) yang dipergunakan untuk berkembang biak. Baik wanita
maupun pria pasti memiliki alat reproduksi dan alat reproduksi ini yang nantinya
digunakan untuk melahirkan generasi penerus manusia.

1. Fungsi Sistem Reproduksi


Sistem reproduksi adalah kunci untuk prokreasi dan kelangsungan hidup umat
manusia. Reproduksi wanita adalah upaya dari pria dan wanita yang melibatkan
empat fungsi dri sistem reproduksi.
Fungsi sistem reproduksi adalah untuk produksi sel telur dan sperma,
transportasi dan kelangsungan sel, pengembangan dan pemeliharaan keturunan
secara seksual dan produksi hormon.

2. Struktur Sistem Reproduksi pada Wanita


Alat reproduksi wanita terdiri atas alat genetalia eksternal dan alat genetalia
internal terdiri dari :
A. Alat genetalia eksternal
1) Mons Pubis (Mons Veneris)
Mons pubis adalah suatu penonjolan yang berada disebelah
ventral simphysis os pubis, dibentuk oleh jaringan lemak. Pada usia
pubertas, mons pubis
2) Mons veneris
ditumbuhi rambut yang kasar dan membentuk batas cranial yang
horizontal (Kaharuddin, 2012).
3) Labia Mayora
Labia Mayora adalah dua lipatan jaringan lemak berbentuk
oval, ditutupi oleh kulit serta meluas kearah bawah dan belakang
dari mons pubis. Bagian ini merupakan lipatan kulit luar vagina
yang berambut. Bagian ini berfungsi untuk menutupi organ-organ
genetalia didalamnya dan menjaga kelembapan vagina bagian luar
dan bagian inn akan mengeluarkan cairan pelumas pada saat
menerima rangsangan seksual (Andira, 2010).
4) Labia Minora
Labia minus berbentuk dua buah lipatan kulit yang kecil,
terletak di sebelah medial labium majus, permukaannya licin, tidak
mengandung jaringan lemak berwarna merah muda. Fungsinya
adalah untuk menutupi organ-organ di dalamnya. Bagian ini
merupakan bagian erotik yang terdiri atas berbagai saraf sensorik
dan sangat peka (Kaharuddin, 2014 ; Andira, 2010).
5) Klitoris
Klitoris merupakan organ reproduksi yang erektil, sangat peka
karena banyak mengandung urat-urat saraf sensoris, dan pembuluh-
pembuluh darah, ini merupakan bagian yang paling sensitif dalam
menerima rangsangan seksual dan homolog dengan penis pada alat
reproduksi pria (Sumiaty, 2011).
6) Vestibulum Vagina
Vestibulum merupakan alat reproduksi bagian luar, sebelah
lateral dibatasi oleh kedua labia minora, anterior oleh clitoris, dorsal
oleh fourchet. Pada vestibulum juga terdapat beberapa muara yaitu
2 muara dari kelenjar bartholini yang terdapat di samping dan agak
ke belakang dari introitus vagina 2 muara dari kelenjar skene di
samping dan agak dorsal dari urethra (Sumiaty, 2011).
 Kelenjar bartolini
Kelenjar bartolini merupakan kelenjar yang penting
berada pada daerah vagina dan vulva, mengeluarkan sekret
mucus terutama pada waktu coitus. Pengeluaran lendir
meningkat saat berhubungan seksual (Sumiaty, 2011)
7) Hymen (selaput darah)
Hymen merupakan jaringan berupa lapisan yang tipis dan
menutupi sebagian besar dari introitus vagina, bersifat rapuh dan
mudah robek. Hymen ini berlubang yang berfungsi sebagai saluran
lendir yang dikeluarkan oleh uterus dan darah saat menstruasi.
Bentuk hymen seperti bulan sabit dan berlubang-lubang. Sedangkan
sisa-sisa himen disebut caruncula hymenalis (caruncula mirtifomis)
yang akan tertinggal setelah melahirkan (Sumiaty, 2011)
B. Alat genetalia internal
1) Vagina
Vagina merupakan saluran moskula membraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva. Saluran ini memanjang dari
himen pada celah urogenital ke arah serviks dan membelok ke atas
dan posterior dari vulva. Vagina terletak antara kandung kemih dan
rectum. Panjang bagian depannya sekitar 6 cm dan di dinding
bagian belakangnya sekitar 11 cm. Sel dinding vagina mengandung
banyak glikogen yang mengahasilkan asam susu dengn Ph 4,5.
Vagina berfungsi sebagai organ tempat hubungan seks, jalan
keluarnya bayi saat melahirkan dan saluran keluarnya darah saat
haid (Sumiaty, 2011).
2) Serviks
Serviks terletak di puncak vagina, serviks biasanya merupakan
penghalang masuknya bakteri kecuali selama masa menstruasi dan
selama masa ovulasi (pelepsan sel telur) slauran di dalam serviks
sangat sempit sehingga selama masa kehamilan janin tidak dapat
melewatinya. Saluran serviks dilapisi oleh kelenjar penghasil lendir.
Lendir ini tebal dan tidak dapat ditembus oleh sperma kecuali sesaat
sebelum terjadinya ovulasi (Andira, 2010).
3) Uterus
Uterus adalah organ muscular, berdinding tebal, mempunyai
bentuk seperti buah pir. Mempunyai ukuran panjang 7,5 cm, lebar 5
cm, dan tebal 3-4 cm. Posisi uterus sangat bervariasi baik dalam
ukuran, bentuk, lokasi maupun struktur yang dipengaruhi oleh usia,
kondisi gravid, dan keadaan organ-organ yang berada di sekitarnya
seperti vesika urinaria dan rectum. Uterus dibagi menjadi empat
bagian yaitu fundus uteri, corpus uteri, isthmus uteri, dan cervix
uteri.
4) Tuba Uterina (Tuba Fallopi)
Tuba falopi merupakan tubule-muskuler dengan panjang 11-14
cm dan diameternya antara 3-8 cm. Dinding serosa tersusun atas
komponen serosa (peritoneal), subserosa atau adventisial (vaskular
dan Fibrosa), muskular dan mukosa. Tuba falopi terbagi menjadi 4
bagian yaitu
 pars intramularis, terletak diantara otot rahim mulai dari
osteum uteri iternum.
 pars istmika tuba bagian tuba yang berda diluar uterus
merupakan bagian yang paling sempit.
 pars ampularis tuba bagian tuba yang palimg luas dan
berbentuk S merupakan temapt bertemunya sel ovum dan
sel sperma.
 pars infundibulo tubae, bagian akhir tuba yang memiliki
umbai yang disebut dengan fimbriae.
Fungsi tuba adalah untuk menangkap ovum yang
dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran spermatozoa, ovum dan
hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi serta tempat
pertumbuhan dan perkembangan bentuk blastula yang siap
mengadakan implementasi (Sumiaty, 2011).
5) Ovarium
Ovarium adalah sepasang organ berbentuk oval, sedikit pipih,
yang tampak putih seperti mutiara berbercak dengan banyak
ketidakteraturan pada permukaannya. Struktur ovarium meliputi
bagian luar (cortex) dan bagian dalam (medulla). Pada cortex
terdapat folikel-folikel primodial dan pada medulla terdapat
pembuluh darah, urat saraf dan pembuluh lympha. Ovarium
merupakan kelenjar yang terletak dikanan dan kiri uterus dibawah
tuba uterina. Fungsi ovarium adalah memproduksi ovum,
memproduki hormon estrogen dan progesteron (Benson dan Pernoll,
2013).
2.1.2 Defenisi Kista Ovarium
1. Kista ovarium adalah tumbuhnya jaringan abnormal yang jinak berisi
jaringan yang kental yang berada pada sistem reproduksi yaitu ovarium
(Varney, 2004:364 ).
2. Kista ovarium (kista indung telur) adalah kantung berisi cairan, normalnya
berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium) (Nugroho Taufan,
2012:92).
3. Kista ovarium adalah akumulasi cairan dalam ovarium yang dibungkus oleh
dinding yang sangat tipis (Yudidarma, 2014:124).
4. Kista ovarium mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan
dalam kista jernih dan berwarna kuning (Winkjosastro, 2007).
5. Kista ovarium adalah tumor jinak yang paling sering ditemui bentuknya
kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga
ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainnya (Prayitno
Herman, 2014:59).
6. Kista Ovarium merupakan rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam
jaringan ovarium. Kista ini disebut juga sebagai kista fungsional karena
terbentuk setelah sel telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista ini juga
mempengaruhi siklus haid pada perempuan karena sistem hormonal yang
terganggu. Kista Fungsional akan mengerut dan menyusut setelah bebrapa
hari waktu (1-3 bulan), demikian pula yang terjadi bila sesorang perempuan
sudah menopause, kista fungsional tidak terbentuk karena menurunnya
aktivitas indung telur (Yatim, 2005).

2.2 Etiologi Kista Ovarium


Menurut Nugroho tahun 2010, timbulnya kista ovarium disebabkan oleh gangguan
(pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium. Fungsi ovarium yang
normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu
hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi
secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang
tepat.
Menurut Faisal (2008), faktor-faktor yang dapat menyebabkan gejala kista, meliputi
1. Gaya hidup tidak sehat (konsumsi makanan yang mengandung banyak lemak
dan kurang serat, zat tambahan pada makanan, kurang olahraga, merokok dan
konsumsi alkohol, terpapar dengan polusi dan agen infeksius, stress)
2. Faktor genetik.
Dalam tubuh kita terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker yaitu yang
disebut protoonkogen yang karena suatu sebab tertentu misalnya karena
makanan yang bersifat karsinogen, polusi atau terpapar zat kimia tertentu atau
karena radiasi protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu zat
pemicu kanker.

2.3 Patofisiologi
Pada prose siklus menestruasi yang normal, kadar FSH dan LH relatif tinggi dan
merangsang perkembangan 10-20 folikel. Sebuah folikel dominan yang masak
memproduksi estrogen, sisanya mengalami atresia. Pada saat kadar estrogen naik terjadi
penekanan pelepasan kedua gonadotropin (umpan balik negatif) sehingga mencegah
terjadinya hiperstimulasi ovarium dan pemasakann (Prawirohardjo, 2014).
Namun pada kasus kista ovarium berebeda karena kista ovarium berkembang sebagi
hasil hiperstimulasi ovarium yang disebabkan oleh tigginya lonjakan LH, kadar LH lebih
tinggi dari pada normal tetapi tidak memperlihatkan androgen estrogen oleh folikel
kelenjar adneral folikel anovulasi degenerasi dan membentuk kista (Corwin, 1999).
Kista folikel berkembang sebagai akibat dari kerusakan atau pecahnya folikel yang
sedang matang atau kegagalan reabsorbsi folikel yang belum matang untuk
mengabsorpsi cairan sesudah ovulasi (Wiknjosastro, 2008).

2.4 Tanda dan Gejala Kista Ovarium


Menurut Chyntia (2009), kista ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10% dari kista
ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, keluhannya biasanya nyeri daerah abdomen
disertai keluhan-keluhan :
1. Pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan dalam rongga abdomen.
2. Gangguan sistem gastrointestinal : Konstipasi, mual, rasa penuh, hilangnya nafsu
makan
3. Gangguan sistem urinaria
4. Perasaan tidak nyaman pada rongga abdomen dan pelvis
5. Menstruasi tidak teratur
6. Lelah
7. Keluarnya cairan abnormal per vaginam
8. Nyeri saat berhubungan seksual
9. Penurunan berat badan

2.5 Jenis-jenis Kista Ovarium


Menurut Lowdermik, dkk (2005), jenis-jenis kista ovarium adalah :
1. Kista folikel
Kista folikel berkembang pada wanita muda wanita muda sebagian akibat
folikel de graft yang matang karena tidak dapat meyerap cairan setelah ovulasi.
Kista ini bisanya asimptomotik keculi jika robek. Dimana kasus ini paraf jika
tedapat nyeri pada panggul. Jika kista tidak robek, bisanya meyusut setelah 2-3
siklus menstruasi.
2. Kista corpus luteum
Terjadi setelah ovulasi dan karena peningkatan sekresi dari progesterone
akibat dari peningkatan cairan di korpus luteum ditandai dengan nyeri,
tendenderness pada ovari, keterlambatan mens dan siklus mens yang tidak teratur
atau terlalu panjang. Rupture dapat mengakibatkan haemoraghe intraperitoneal.
Biasanya kista corpus luteum hilang dengan selama 1-2 siklus menstruasi.
3. Syndroma rolycystik ovarium
Terjadi ketika endocrine tidak seimbang sebagai akibat dari estrogen yang
terlalu tinggi, testosoron dan luteinizing hormone dan penurunan sekresi fsh.
Tanda dan gejala terdiri dari obesitas, hirsurism (kelebihan rambut di badan) mens
tidak teratur, infertelitas.
4. Kista Theca- lutein
Biasanya bersama dangan mola hydatidosa. Kista ini berkembang akibat
lamanya stimulasi ovarium dari human chorionik gonadotropine (HCG).

2.6 Komplikasi
Menurut Manuaba (2007), komplikasi dari kista ovarium yaitu :
1. Perdarahan intra tumor
Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan
memerlukan tindakan yang cepat.
2. Perputaran tangkai
Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen.
3. Infeksi pada tumor
Menimbulkan gejala : badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu
aktifitas sehari-hari.
4. Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah
kedalam ruangan abdomen.
5. Keganasan kista ovarium
Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun.

2.7 Pemeriksaan penunjang


Menurut Chyntia (2009), pemeriksaan penunjang meliputi :
1. Pap smear : untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan
adaya kanker / kista.
2. Ultrasound / CT scan : membantu mengindentifikasi ukuran / lokasi massa
3. Laparoskopi : dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan, perubahan
endometrial.
4. Hitung darah lengkap : penurunan Hb dapat menununjukan anemia kronis
sementara penurunan Ht menduga kehilangan darah aktif, peningkatan SDP
dapat mengindikasikan proses inflamasi / infeksi

A. Teori Manajemen Kebidanan


1. Pengertian Teori Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian / tahapan yang logis untuk mengambil
suatu keputusan yang terfokus pada klien (Sulistyawati, 2009)

2. Proses Manajemen Kebidanan


Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan tindakan- tindakan dengan
urutan yang logis sehingga pelayanan komprehensif dan aman dapat tercapai. Selain
itu metode ini memberikan pengertian untuk menyatukan pengetahuan dan penilaian
yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berarti (Ambarwati dkk, 2010).
Proses manajemen kebidanan ada 7 antara lain :
a) Langkah 1 : Pengkajian
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data
yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama
untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi pasien (Anggraini, 2010).
1. Data Subyektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian. Pada kasus yang diambil penulis yaitu kista
ovarium, maka pengkajan ditujukan pada pemeriksaan ginekologi (Nursalam,
2008). Pengkajian pasien antara lain :
a. Identitas Pasien
1. Nama Pasien
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari- hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (Anggraini, 2010).
2. Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan
psikisnya belum siap. Sedangkan umum lebih dari 35 tahun rentan
sekali untuk terjadi kista ovarium (Anggraini, 2010).
3. Suku/Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
(Anggraini, 2010).
4. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam doa (Anggraini, 2010).
5. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya (Anggraini, 2010).
6. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
(Anggraini, 2010).
7. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan (Anggraini, 2010).

b. Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan kista
ovarium, misalnya sakit pada perut bagian bawah dan bengkak (Anggraini,
2010). Pada kasus kista ovarium pasien merasa nyeri pada perut bagian
bawah, nyeri saat haid, sering ingin buang air besar atau kecil dan teraba
benjolan pada daerah perut (Chyntia, 2009).

c. Riwayat Haid
Untuk mengetahui usia berapa pertama kali mengalami menstruasi,
jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya dalam
hitungan hari, seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan dan
keluhan yang dirasakan ketika mengalami mestruasi (Sulistyawati, 2009).

d. Status Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, lama perkawinan syah atau
tidak, sudah berapa kali menikah, pada umur berapa menikah, berapa
jumlah anak (Anggraini, 2010).

e. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas


Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,
jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas
yang lalu (Anggraini, 2010).

f. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pernah ikut KB, dengan kontrasepsi jenis
apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi
(Anggraini, 2010).

g. Riwayat Kesehatan Sekarang


mengetahui kemungkinan penyakit yang diderita pada saat ini yang
ada hubungannya dengan kista ovarium (Anggraini, 2010)

h. Riwayat Kesehatan yang Lalu


Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut,
kronis seperti : jantung, diabetes mellitus, hipertensi, asma yang dapat
mempengaruhi kista ovarium (Anggraini, 2010).
i. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit menular seperti : AIDS, Hepatitis, TBC, dan penyakit menurun
seperti : Asma, Jantung, DM, maupun keturunan kembar (Prawirohardjo,
2006).

j. Pola Kebiasaan Sehari-hari


 Pola Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, dan makanan pantangan (Ambarwati
dkk, 2010).
 Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah konsistensi, dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah
(Anggraini, 2010).
 Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,
mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang (Ambarwati dkk,
2010).
 Personal Hygine
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan
tubuh terutama pada daerah genetalia (Ambarwati dkk, 2010).
 Kehidupan Sexsual
Berapa kali dalam seminggu ibu melakukan hubungan sexsual
karena pada penderita kista ovaraium mengalami nyeri saat
senggama (Chyntia, 2009).
 Data Psikologis
Perlu adanya pengkajian psikologis pada saat pasien
mengalami kista pasien merasa cemas, setelah kista ovarium di
angkat pasien merasa tenang, bahagia setelah pengangkatan
berhasil. Dan perlu adanya dukungan dari keluarga moral dan
spiritual sehingga pasien lebih tenang (Prawirohardjo, 2011).
2. Data Obyektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat
oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008).
a) Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum apakah baik, sedang, jelek. Pada kasus kista
ovarium, pasien dalam keadaan baik.

b) Kesadaran
Pada kasus kista ovarium keadaan umum baik, kesadaran composmentis.

c) Tanda-tanda vital
 Tensi
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi (Saifuddin, 2007). Batas normal
110/60 – 140/90 mmHg (Lynn, 2008).
 Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak jika ada dan
lebih dari 38oC kemungkinan terjadi infeksi. Batas normal 37,5 - 38oC
(Ambarwati dkk, 2010).
 Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit (Saifuddin, 2007).
Batas normal 60 – 80 x / menit (Ambarwati dkk, 2010).
 Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung dalam 1 menit
(Saifuddin, 2007). Batas normal 20-30 x/menit (Ambarwati dkk, 2010).

d) Pemeriksaan Antropometri
 Berat Badan
Untuk mengetahui faktor resiko obesitas (Saifuddin, 2007).
 Tinggi Badan
Untuk mengetahui faktor resiko kesempitan panggul (Saifuddin, 2007). Tinggi
badan wanita normal 150 cm (Ambarwati dkk, 2009).

e) Pemeriksaan Umum
 Kepala
Untuk mengetahui apakah rambutnya bersih, rontok dan berketombe. Pada pasien
kista ovarium keadaan baik (Nursalam, 2008).
 Muka
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan, adakah
oedema. Pada pasien kista ovarium wajah terlihat pucat dan tidak oedem
(Nursalam, 2008).
 Mata
Untuk mengetahui apakah konjungtiva warna merah muda dan sklera warna
putih. Pada pasien kista ovarium, konjungtiva pucat, sclera putih (Yulaikah,
2009).
 Hidung
Untuk mengetahui adakah pernafasan cuping hidung, polip, dan adakah
pengeluaran sekret . pada pasien kista ovarium, tidak terdapat pernafasan cuping
hidung dan tidak ada polip (Yulaikah, 2009).
 Telinga
Untuk mengetahui apakah didalamnya ada serumen. Pada pasien kista ovarium
keadaan telinga baik.(Alimul, 2006).
 Mulut, gigi dan gusi
Untuk mengetahui mulutnya bersih apa tidak, ada caries dan karang gigi tidak,
serta ada stomatitis atau tidak. Pada pasien kista ovarium, keadaan mulit gigi, dan
gusi baik. (Nursalam, 2008).
 Leher
Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar gondok atau thyroid, tumor dan
pembesaran getah bening. Untuk pasien kista ovarium, tidak ada bendungan
vena jugolaris, tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid dan limfe. (Nursalam,
2008).
 Dada dan axilla
Untuk mengetahui mammae ada pembesaran atau tidak, tumor simetris, areola
hiperpigmentasi apa tidak, puting susu menonjol apa tidak, kolostrum sudah
keluar atau belum. Pada pasien kista ovarium, keadaan dada dan axilla baik.
(Anggraini, 2010)
 Abdomen
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran hati, adakah tumor atau benjolan, ada
nyeri atau tidak, ada luka bekas operasi atau tidak (Varney, 2007). Pada kasus
kista ovarium terdapat nyeri perut bagian bawah. Pada pasien kista ovarium,
terdapat nyeri tekan dan teraba benjolan. (Chyntia, 2009)
 Genitalia
Pada pasien kista ovarium, terdapat pengeluaran pada vagina, terdapat nyeri
tekan.
 Anus
Untuk mengetahui ada haemoroid atau tidak (Nursalam, 2008).
 Ekstremitas
Bagaimana keadaanya odema atau tidak, varices atau tidak, reflek patella (+) atau
(-), (Saifuddin, 2007).

f) Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang dilakukan sebagai pendukung diagnosa, apabila diperlukan
misalnya pemeriksaan laboratorium (Varney, 2007). Pada kasus kista ovarium
dilakukan pemeriksaan pap smear, biopsy, pemeriksaan darah, dan CT-scan
(Chyntia, 2009).

3. Analisa Data
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada
langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan
menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi
(Ambarwati dkk, 2010).

4. Penatalaksanaan
Langkah ini ditentukan oleh langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari
masalah atau diagnosa yang telah diidenfikasi atau diantasipasi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari
setiap masalah yang berkaitan (Ambarwati dkk, 2010). Rencana asuhan yang diberikan
pada gangguan reproduksi dengan kista ovarium menurut Chyntia (2009), yaitu :
Pre Operasi
1. Observasi keadaan umum dan TTV
2. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini
3. Berikan analgesik sesuai resep
4. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan penanganan berupa tindakan
histerektomi.
Post Operasi
1. Ajarkan teknik relaksasi
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar seperti kompres hangat pada abdomen atau
tehnik relaksasi nafas dalam
3. Lakukan perawatan post histerektomi dengan memberikan gurita abdomen sebagai
penyangga
Menurut Varney (2007), pada langkah ini merencanakan asuhan yang
menyeluruh ditentukan dengan langkah-langkah sebelumnya. Semua keputusan yang
dikembalikan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid
berdasarkan pengetahuan, serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang dilakukan
pasien. Sehingga setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh ke dua belah pihak
yaitu bidan dan pasien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena pasien juga akan
melaksanakan rencana tersebut. Pada kasus gangguan reproduksi dengan kista ovarium
pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat (Chyntia, 2009).
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Ruang : Poli Onkologi Kandungan RSUD Dr. Soetomo


Tanggal pemeriksaan : 13 April 2020
Pengkaji : Nanda Akhtsarul Hikmah

1. Data Subjektif
a) Identitas Pasien Identitas Suami
- Nama : Ny. S Nama : Tn. A
- Umur : 24 tahun Umur : 28 tahun
- Agama : Islam Agama : Islam
- Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
- Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
- Pekerjaan : Tidak Bekerja Pekerjaan : Swasta
- Alamat : Sidoarjo

b) Keluhan utama
Ibu mengatakan merasakan nyeri pada perut bagian bawah, merasakan ingin
buang air kecil dan besar serta teraba benjolan pada daerah perut sejak 3 hari yang
lalu.

c) Riwayat menstruasi
- Menarche : Ibu mengalami haid pertama kali pada umur 13 tahun.
- Siklus : 28 hari.
- Teratur/tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur setiap bulan.
- Lamanya : Lamanya haid 5 – 7 hari.
- Banyaknya : 2 – 3 kali ganti pembalut per hari.
- Sifat darah : darah encer, berwarna merah
- Dismenorhoe : Ibu mengatakan kadang-kadang juga mengalami nyeri mens

d) Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan perkawinannya sah, kawin 1 kali pada umur 20 tahun dengan
suami umur 24 tahun, lama menikah 4 tahun dan sudah mempunyai 1 orang anak.

e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Anak Nifas Keadaan
Tgl/th Tempat Umur Jenis Peno-
No anak
Partus Partus Hamil Partus Long
sekarang
Jenis BB PB Keadaan laktasi

Hidup
Dokter
1 2010 RS 40 mgg Spontan L 3500 49 Baik Lancar umur 9
SpOG tahun

f) Riwayat Keluarga Berencana


Ibu mengatakan setelah kelahiran anaknya yang pertama ibu menggunakan
kontrasepsi suntik 3 bulanan sampai sekarang dan ibu mengatakan tidak ada keluhan
apapun.

g) Riwayat penyakit sekarang


Ibu mengatakan saat ini sedang mengalami nyeri perut bagian bawah dan
teraba benjolan pada perut.

h) Riwayat penyakit yang lalu


Ibu tidak mengidap penyakit menurun, menahun, menular.

i) Riwayat penyakit keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarga dirinya maupun dari keluarga suaminya tidak
ada yang mempunyai riwayat penyakit menurun seperti DM, Asma dan hipertensi
dan juga tidak mempunyai riwayat penyakit menular seperti TBC dan hepatitis.
.
j) kebiasaan sehari-hari
- Pola nutrisi
Makan3 x sehari porsi sedang, menu nasi, sayur, lauk pauk, daging dan buah.
Minum 7 – 8 gelas per hari jenis air putih dan teh.
- Pola eliminasi
BAB 1 x sehari, konsistensi lunak, warna kuning, bau khas feces. Terasa
sakit pada bagian perut bawah apabila mengejan. BAK 6- 7 kali sehari,
warna kuning jernih
- Pola istirahat
Tidur siang + 1 ½ jam dan tidur malam + 7 – 8 jam sehari.

- Personal hygiene
Ibu mandi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari
dan keramas 3 kali seminggu.
- Pola aktivitas
Ibu mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, memasak, mencuci dan
melakukan aktivitas lainnya.
- Pola seksual
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2 kali seminggu sebelum
menyadari adanya benjolan, ketika menyadari adanya benjolan, ibu tidak
pernah melakukan hubungan seksual.
- Data psikososial
Ibu mengatakan saat ini merasa cemas dengan keadaan yang sedang
dialaminya.

2. Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis.
- TTV : TD : 130/70 mmHg N : 86 x/menit.
R : 18 x/menit S : 370C.

b) Pemeriksaan Antripometri
- Tinggi badan : 156 cm.
- Berat badan : 54 kg.

c) Pemeriksaan Khusus
- Kepala
Rambut warna hitam, Bersih, tidak ada ketombe, tidak mudah rontok.
- Muka :
Tidak oedema, tidak ada kelainan dan bibir pucat
- Mata
Tidan ada oedem, konjungtiva pucat, sclera putih.
- Hidung :
Simetris, bersih dan tidak ada benjolan.
- Telinga
Simetris, bersih dan tidak ada serumen.
- Mulut/gigi/gusi
Bersih, tidak ada caries dan karang gigi, tidak stomatitis dan gusi tidak
berdarah, gusi merah muda
- Leher
Tidan ada bendungan vena jugolaris, tidak ada pembengkakan kelenjar limfe,
tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid. Tidak ada pembesaran kelenjar
gondok.
- Dada dan axilla
Tidak ada pembesaran atau benjolan abnormal pada payudara ibu. Tidak ada
retraksi dada, tidak ada nyeri tekan, pada axilla tidak ada benjolan abnormal
dan tidak ada nyeri tekan.
- Abdomen
Teraba benjolan pada rongga sebelah kanan abdomen, terdapat nyeri tekan
- Genitalia
Terdapat spotting pada vagina, tidak ada pembesaran kelenjar skene dan
kelenjar bartolini, terdapat nyeri tekan pada daerah portio.
- Anus
Tidak terdapat hemmorroid, tidak terdapat benjolan abnormal.
- Ekstremitas
Tidak ada oedem, tidak terdapat kelainan, tidakk terdapat varises

d) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 13 April 2020
Hemoglobin : 12 gr% Normal : 12 – 16 gr%

Eritrosit : 4,46 UL Normal : 4,5 – 11 UL

Trombosit : 4,4 UL Normal : 150 – 500 UL

Hematokrit : 34 % Normal : 35 – 45 %

Leukosit : 7,5 UL Normal : 4.000 – 11.000


UL
Golongan darah :A

- Pemeriksaan penunjang lain


Dilakukan pemeriksaan papsmear dengan hasil negatif yaitu tidak
adanya sel-sel servik yang abnormal dan USG Abdomen dengan hasil
terdapat benjolan pada abdomen dextra sebesar telur ayam (diameter 3,5 cm)

3. Analisa Data
Ny. S P1 A0 umur 24 tahun dengan gangguan reproduksi kista ovarium.

4. Penatalaksanaan
1. Melakukan pengkajian kepada ibu
2. Melakukan cuci tangan 6 langkah
3. Melakukan pemeriksaan fisik pada ibu dan memeriksa kondisi benjolan yang ada di
perut sebalah kanan ibu
4. Memeriksa genitalia ibu untuk mengetahui adakah pengeluaran pada vagina
5. Memberitahu ibu bahwa ibu dalam kondisi baik, dan jelaskan mengenai
perkembangan kista dalam perut ibu
6. Lakukan kolaborasi dengan dokter onkologi kandungan untuk mengetahui tindakan
selanjutmnya
7. Tentukan jadwal untuk melakukan operasi pengangkatan dengan dokter
8. Berikan terapi b complex 2x1 dan tranianin 2x1 sesuai resep dokter
9. Anjurkan ibu untuk kembali sesuai dengan tanggal yang ditentukan
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan
manajemen kebidanan pada Ny. S dengan kista ovarium, maka penulis mengambil
kesimpulan :
1. Pengkajian pada kasus Ny. S dengan kista ovarium keluhan utamanya ibu
mengalami nyeri pada perut bagian bawah, merasakan ingin buang air kecil dan
besar serta teraba benjolan pada daerah perut sejak 3 hari yang lalu.
2. Pada data objektif didapatkan data keadaan umum sedang, kesadaran
composmentis, TTV : TD : 130/70 mmHg, N : 86 x/menit, R : 18 x/menit, S :
370C. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil ada benjolan didalam rongga
abdomen dan ada nyeri tekan pada perut bagian bawah dan pengeluaran
pervaginam berupa perdarahan bercak. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan
pemeriksaan papsmear dengan hasil negatif yaitu tidak adanya sel-sel servik yang
abnormaldan USG Abdomen dengan hasil terdapat benjolan pada abdomen
dengan diameter 3,5 cm
3. Diagnosa kebidanan yang diperoleh yaitu Ny. S P1 A0 umur 24 tahun dengan
gangguan reproduksi kista ovarium. Masalah yang timbul adalah ibu mengatakan
nyeri pada perut bagian bawah dan teraba benjolan serta kebutuhan yang
diberikan yaitu memberi terapi b complex 3x1 dan traniamin 2x1

4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan bahwa konsep teori merupakan landasan pelaksanaan
praktek dilapangan, sehingga penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Profesi
Diharapkan lebih mengutamakan upaya promotif, pada asuhan gangguan
reproduksi sehingga keluarga dan masyarakat berperilaku hidup sehat serta tidak
menganggap remeh setiap benjolan yang ada.
2. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
Menambah dan mengembangkan ilmu yang sudah ada serta meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk asuhan kebidanan pada kasus
gangguan reproduksi dengan kista ovarium.
b. Pendidikan
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini digunakan sebagai sumber bacaan atau
referensi untuk menaikkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada
gangguan reproduksi dengan kista ovarium.
3. Bagi Pasien
Diharapkan ibu mengetahui tentang penyakit kista ovarium dan menganjurkan
untuk segera membawa ke petugas kesehatan yang terdekat bila mengenali tanda
bahaya, menjaga kebersihan diri sendiri dan dapat memberikan penanganan segera
apabila terdapat benjolan.
DAFTAR PUSTAKA

Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta :Mitra Cendikia.


Ariyani, D. 2011. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi dengan Kista Ovarium
pada Ny. S di RSUD Kardinal Tegal. STIKes Bhakti Mandala Husada. KTI. Tidak
Dipublikasikan.
Binmuhsin. 2011. http://www.medlinux.bligspot.com/2007/09/kistoma-ovari.
diakses tanggal 21 November 2013.
Dorland. 2008. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Essawibawa. 2011. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Perdarahan Uterus
Disfungsional pada Usia Premenopause. http://www.essawibawa.blogspot.com.
Faisal, Y. 2008. Penyakit Kandungan. Jakarta : Pustaka Populer Obor. Joedosapoetro,
M.S. 2005. Ilmu Kandungan. Edisi ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Jakarta.
Lubis, H. 2012. Obsgyn Untuk Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Manuaba, I.B.G. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai