Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................20
3.2 Saran..............................................................................................................................21
Daftar Pustaka
BAB I
1
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Batasan KLB meliputi arti yang luas, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
6
Meliputi semua kejadian penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut kronis ataupun
penyakit non infeksi.
Tidak ada batasan yang dapat dipakai secara umum untuk menentukan jumlah
penderita yang dapat dikatakan sebagai KLB. Hal ini selain karena jumlah kasus sangat
tergantung dari jenis dan agen penyebabnya, juga karena keadaan penyakit akan
bervariasi menurut tempat (tempat tinggal, pekerjaan) dan waktu (yang berhubungan
dengan keadaan iklim) dan pengalaman keadaan penyakit tersebut sebelumnya.
Tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah yang dapat dipakai untuk
menentukan KLB, apakah dusun desa, kecamatan, kabupaten atau meluas satu propinsi
dan Negara. Luasnya daerah sangat tergantung dari cara penularan penyakit tersebut.
Waktu yang digunakan untuk menentukan KLB juga bervariasi. KLB dapat terjadi
dalam beberapa jam, beberapa hari atau minggu atau beberapa bulan maupun tahun.
Dari pengertian – pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa KLB atau wabah
adalah terjadinya peningkatan jumlah masalah kesehatan di masyarakat (terutama penyakit)
yang menimpa pada kelompok masyarakat tertentu, di daerah tertentu, dan dalam periode
waktu tertentu.
7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010
adalah :
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
pada suatu daerah.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan duakali
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun
sebelumnya.
7
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan
perbulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam
kurun waktu yang sama.
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukan kenaikan ≥ 2 kali bila dibandingkan
dengan angka rata-rata perbulan tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukan kenaikan ≥ 2 kali dibandingkan
angka rata-rata perbulan dari tahun sebelumnya.
6. CFR suatu penyakit dalam tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih di banding CFR
periode sebelumnya.
7. Proposional Rate penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan ≥ 2
kali dibandingkan periode yang sama dan kurun waktu atau tahun sebelumnya.
8
8. Beberapa penyakit khusus: Kolera, DHF/DSS daerah endemis (setiap peningkatan kasus
dari periode sebelumnya) dan terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode
4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit tersebut.
9. Beberapa penyakit yang dialami satu atau lebih penderita: keracunan makanan, pestisida,
tetanus, gizi buruk, dipteri.
(Umaroh, 2015).
Pengamatan adalah kegiatan yang dilaksanakan secara teratur, teliti, terus menerus untuk
mengetahui penyakit baik pada penderita maupun pada suspect KLB.
- W1*
- W2*
- W1 puskesmas
- Catatan lain
- Catatan lain
9
- Dati II : Kabupaten/kota
- Dati III : Kecamatan
- Laporan W1 : Laporan yang harus dilakukan puskesmas dan dikirimkan ke dinas
kesehatan tingkat II dalam waktu 24 jam setelah keadaan wabah tersebut
diketahui
- Laporan W2 : Laporan rutin mingguan yang harus dilakukan oleh puskesmas baik pada
keadaan tidak ada wabah dan apalagi pada keadaan wabah
10
penyakit dengan melihat masa inkubasi penyakit, perkiraan terjadinya,
Kejadian Luar Biasa, melihat penurunan kasus
2. Orang
Variabel dapat diartikan dengan ciri ciri yang dibawa sejak lahir, setelah
lahir, kegiatan
Ciri sejak lahir adalah jenis kelamin, umur, ras, status kehamilan yang di
dapat dari ibu.
Ciri setelah lahir adalah status kekebalan tubuh, status imunisasi
Ciri kegiatan adalah pekerjaan, permainan yang digemari, agama, adat
istiadat
Ciri ciri tersebut akan menentukan apakah seseorang berada pada risiko
tinggu untuk terkena suatu penyakit.
3. Tempat
Tempat adalah wilayah geografis yang dapat dikategorikan menurut
luasmaupun tinggi lokasi
Diartikan juga dengan alamat, kota, negara, wilayah, dan sebagainya
Secara epidemiologis dikategorikan perkotaan, pedesaan, pemukiman-
bukan pemukiman, institusi-non institusi dan sebagainya
Tempat merupakan faktor penting timbulnya penyakit pada orang-orang
yang berada di tempat tersebut
2. Pemantauan
Berdasarkan pengolahan, analisa/interpretasi analisa berdasar epidemiologi
diskriptif waktu, tempat, orang memenuhi kriteria kerja KLB
Grafik max-min
Hilangkan kasus KLB sehingga gambar tidak ekstrim
Harus berdasar akal sehat (common sense)
Belum tentu kenaikan yang bermakna merupakan KLB
Sebaliknya suatu kenaikan kecil sekalipun dapat merupakan KLB
Kriteria tersebut akan berubah sesuai dengan kemajuan program kesehatan
yang dicapai
11
Pemantauan tingkat puskesmas dilakukan setiap hari
Pemantauan Dati II / Dati I dilakukan bulanan / grafik max-min
3. Pelaporan
a. Masyarakat ----> Puskesmas
Isi laporan : - Penderita/tersangka
- Waktu kejadian
- Tanda gejala
- Tempat kejadian
- polisi
- DPS, BPS
- Tanda / gejala
- Tempat
Penyampaian : 24 jam
Pembuat : Kepala puskesmas
Nama laporan : W2
Isi laporan : P/M penyakit tertentu
Sarana : W2
12
Waktu : Mingguan
Pembuat : Kepala puskesmas
13
2.4 Penyelidikan KLB
Prinsip dasar penyelidikan wabah umumnya sama, pada penyakit menular dan tidak
menular, (khusus untuk penyakit menular ada beberapa terminologi yang harus dipahami,
yaitu: karier, kontak, masa penularan, menular, infeksi masa inkubasi, subklinis, isolasi,
karantina transmisi, reservoir, sumber penularan, vektor, konvalesent, zoonosis, dan
sebagainya) (Noor, 2008).
Sebelum melakukan penyelidikan, langkah awal yang harus dilakukan adalah
menentukan tujuan penyelidikan KLB. Menurut Weraman (2010), tujuan utama dari suatu
penyelidikan KLB adalah untuk mencegah meluasnya (penanggulangan) dan terulangnya
KLB di masa yang akan datang (pengendalian), sedangkan tujuan khususnya dengan
memastikan diagnosis penyakit, menetapkan KLB, dan menentukan sumber dan cara
penularan.
Menurut Noor (2008), terdapat 3 langkah dalam penyelidikan KLB, antara lain:
1. Garis Besar Pelacakan Wabah / Kejadian Luar Biasa
Keberhasilan suatu kegiatan pelacakan wabah sangat ditentukan oleh berbagai
kegiatan khusus. Pengumpulan data dan informasi secara seksama langsung di
lapangan/tempat kejadian, yang diikuti dengan analisis data yang teliti dengan ketajaman
penelitian merupakan landasan dari keberhasilan pelacakan. Menurut Weraman (2010),
pertimbangan penetapan pelacakannya selain didasarkan pada perolehan informasi yang
akurat juga harus mempertimbangkan hal-hal lain seperti sumber daya yang ada (dana,
sarana, dan tenaga), luas wilayah KLB, asal sumber KLB, dan sifat penyakit.
Dengan demikian maka dalam usaha pelacakan KLB, diperlukan langkah-langkah
yang merupakan pedoman dasar yang kemudian harus dikembangkan sendiri oleh
investigator (pelacak) dalam menjawab pertanyaan yang mungkin timbul dalam kegiatan
pelacakan tersebut. Walaupun penentuan langkah-langkah sangat tergantung tim pelacak,
namun prinsip dasar seperti penentuan diagnosis serta penentuan adanya wabah harus
mendapatkan perhatian lebih awal dan harus ditetapkan sedini mungkin.
2. Analisis Situasi Awal
Pada tahap awal pelacakan suatu situasi yang diperkirakan KLB, diperlukan sekurang -
kurangnya empat kegiatan awal yan bersifat dasar dari pelacakan.
14
a. Penentuan / penegakan diagnosis
Penelitian/pengamatan klinis dan pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk
kepentingan diagnosis. Laporan awal yang diperoleh harus diamati secara tuntas
apakah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (perhatikan tingkat kebenarannya
yaitu kasus pasti: ada kepastian pemeriksaan laboratorium serologi, bakteriologi,
virologi atau parasitologi atau tanpa gejala klinis. Kasus mungkin: tanda/gejala
sesuai dengan penyakitnya tanpa dukungan laboratorium. Kasus tersangka:
tanda/gejala sesuai dengan penyakitnya tetapi pemeriksaan laboratorium negatif)
(Lapau, 2011). Seperti contohnya wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD),
harus jelas diagnosis secara klinis maupun laboratorium. Hal ini mengingat bahwa
gejala DBD dapat didiagnosis secara tidak tepat, disamping itu, pemeriksaan
laboratorium terkadang tidak cukup hanya satu kali.
Dalam menegakkan diagnosis, harus ditetapkan kapan seseorang dapat
dinyatakan sebagai kasus. Hal ini sangat tergantung pada keadaan dan jenis masalah
yang sedang dihadapi. Seseorang dapat dinyatakan kasus hanya dengan gejala klinis
saja atau dengan pemeriksaan laboratorium saja atau keduanya. Misalnya wabah
diare, bila kita mengarah pada masalah diare secara umum maka diagnosisnya hanya
dengan gejala klinis saja. Tetapi bial masalah ini diarahkan khusus untuk cholera
Eltor, maka pemeriksaan laboratorium sangat menentukan disamping gejala klinis
dan analisis epidemiologi.
Weraman (2010) mengemukakan cara diagnosis penyakit pada KLB adalah
dengan mencocokkan gejala atau tanda penyakit yang terjadi pada individu. Pada
tahap ini paling tidak dapat dibuat distribusi frekuensi gejala klinis. Cara
penghitungan distribusi frekuensi dari tanda dan gejala yang ada pada kasus antara
lain:
1) Membuat daftar gejala yang ada pada kasus
15
Selanjutnya melakukan uji hipotesis dengan menyelaraskan pola klinis,
laboratoris, dan pola epidemiologis dari kasus yang ditemukan dengan pengetahuan
tentang penyakit tersebut.
16
Setelah melakukan analisis awal dan menetapkan adanya situasi wabah,
selanjutnya ada beberapa pokok yang perlu diperhatikan pada tindak lanjut tersebut,
yaitu:
a. Usaha penemuan kasus tambahan
1) Pelacakan ke rumah sakit dan dokter praktek umum setempat untuk mencari
kemungkinan penderita penyakit yang diteliti dan belum termasuk dalam laporan.
2) Pelacakan dan pengawasan yang intensif terhadap orang-orang yang tanpa
gejala atau gejala ringan/tidak spesifik, tetapi memiliki potensi menderita atau
melakukan kontak dengan penderita, misalnya penyakit hepatitis.
b. Analisis lanjutan
Dilakukan dengan menambahkan informasi yang didapatkan dan laporan hasil
interpretasi tersebut.
c. Menegakkan hipotesis
Berdasarkan hasil analisis dari seluruh kegiatan, dibuatlah kesimpulan hasil analisis
yang bersifat hipotesis tentang keadaan yang diperkirakan. Kesimpulan dari semua
fakta yang telah ditemukan dan diketahui harus sesuai dengan apa yang tercantum
dalam hipotesis tersebut.
d. Tindakan pemadaman wabah dan tindak lanjut
Tindakan pemadaman wabah diambil berdasarkan hasil analisis dan sesuai
dengan keadaan wabah yang terjadi. Tindakan pemadaman wabah harus disertai
dengan berbagai kegiatan tindak lanjut (follow up) sampai keadaan normal kembali.
Biasanyma kegiatan tindak lanjut dan pengamatan dilakukan sekurang-kurangnya 2
kali masa tunas penyakit yang mewabah. Pada beberapa penyakit yang mempunyai
potensi menimbulkan KLB susulan, perlu disusun suatu program dalam bentuk
surveilans epidemiologi, terutama pada kelompok risiko tinggi.
Pada akhir setiap pelacakan wabah, harus dibuat laporan lengkap yang
kemudian dikirim kepada semua instansi terkait.
1. Menetapkan diagnosis
17
Melakukan pemeriksaan klinis dan laboratorium untuk memastikan diagnosa.
Selalu mempertimbangkan apakah laporan permulaan benar dan diperlukan
penetapan kriteria untuk menentukan seseorang kasus.
5. Mencari kemungkinan adanya kasus - kasus lain yang belum diketahui dan
membuat uraian deskriptif bagi mereka seperti yang sudah dilakukan
sebelumnya.
6. Menganalisis data.
18
pemberantasan yang telah dilakukan dan rekomendasi - rekomendasi untuk
pencegahan di waktu mendatang.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia
untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit.
Kejadian luar biasa adalah peningkatan frekuensi penyakit sehingga jumlah penderita
melampaui keadaan normal yang diperkirakan sebelumnya, pada waktu dan tempat tertentu.
Terdapat 9 kriteria kerja kejadian luar biasa menurut Kep.Dirjen PPM dan PLP No. 451
I/PD.03.04/1997. Klasifikasi Kejadian Luar Biasa dibagi berdasarkan penyebabnya yaitu ;
Toksin, infeksi, toksin biologis, dan toksin kimia. Sedangkan berdasarkan sumbernya yaitu ;
Sumber dari manusia, kegiatan manusia, binatang, serangga, udara, permukaan benda,
makanan dan minuman. Ada 18 penyakit yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa
yaitu ; kolera, pes, demam kuning, demam bolak - balik, tifus, demam berdarah dengue,
campak, polio, difteri, pertusis, rabies, malaria, influenza, hepatitis, tifus perut, meningitis,
ensefalitis, antraks. Faktor yang memengaruhi kejadian luar biasa adalah Herd Imunity yang
rendah, patogenesis, dan lingkungan yang buruk. Langkah dalam penanggulangan kejadian
luar biasa dapat dilakukan dengan kajian epidemiologi, peringatan kewaspadaan dini,
peningkatan kewaspadan dan kesiapsiagaan, dan tindakan penanggulangan dengan cepat dan
tepat. Adapun langkah dalam penyelidikan kejadian luar biasa yaitu ; menetapkan diagnosis,
menetapkan suatu wabah, menguraikan wabah dalam hubungannya dengan waktu dan
tempat, merumuskan dan menghipotesa terjadinya wabah, mencari kemungkinan adanya
kasus - kasus lain yang belum diketahui dan membuat uraian deskriptif bagi mereka seperti
yang sudah dilakukan sebelumnya, menganalisis data, menentukan faktor - faktor yang
mendukung, serta membuat laporan penyelidikan wabah.
20
3.2 Saran
Penyusun mengetahui bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu saran dan kritik sangat kami harapkan. Agar makalah ini bisa lebih baik lagi dan
bisa menjadi pembelajaran untuk kami di kemudian hari.
21
DAFTAR PUSTAKA
Heukelbach, Jorg. et al. 2016. “Zika Virus Outbreak in Brazil”. JIDC (The Journal of Infection in
Developing Countries), Vol. 10(2):116-120.
http://www.diskes.baliprov.go.id/id/SISTEM-KEWASPADAAN-DINI-KEJADIAN-LUAR-
BIASA--SKD-KLB-, diakses 13 November 2016.
Lapuu, B. 2011. Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Lednicky, John.et al. 2016. “Zika Virus Out breakin Haitiin 2014: Molecular and Clinical Data”.
PLOS Neglected Tropical Diseases. DOI:10.1371/journal.pntd.0004687.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. Jakarta: (tidak diterbitkan).
Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip Prinsip Dasar. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Rajab, W. 2008. Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
22
Umaroh, A.K., Badar, K., Dwi, A. 2015. “Kejadian Luar Biasa (KLB) BDB Berdasarkan Time,
Place, Person di Puskesmas Boyolali (2011-2013)”. University Research Colloquinum.
ISSN 2407-9189. Semarang: Kesehatan Masyarakat FIK UMS.
23