GIZI BURUK
OLEH :
Moh. Ikram, S. Kep
NIM 2020032052
CI INSTITUSI CI LAHAN
Sri Yulianti, S. Kep., Ns., M. Kep Ns. Netty Vonny Yanti, S. Kep
OLEH :
Moh. Ikram, S. Kep
NIM 2020032052
CI INSTITUSI CI LAHAN
Sri Yulianti, S. Kep., Ns., M. Kep Ns. Netty Vonny Yanti, S. Kep
2. Epidemiologi
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi
pemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor resiko yang erat dengan
kejadian luar biasa gizi seperti campak dan diare melalui kegiatan
surveilans. Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia
masih tinggi. Hasil Riskesdas menunjukkan adanya peningkatan
prevalensi balita gizi kurang dan buruk secara nasional, prevalensi gizi
buruk dan kurang pada tahun 2013 adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7
persen gizi buruk dan 13,9 gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka
prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%) terlihat
meningkat. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4
persen tahun 2007, 4,9 persen pada tahun 2010 dan 5,7 persen tahun 2013.
Sedangkan prevalensi gizi kurang naik sebesar 0,9 persen dari tahun 2007
ke tahun 2013 (Liansyah, 2015).
3. Etiologi
Penyebab dari gizi buruk menurut Nanang, 2016 yaitu:
1. Penyebab langsung:
a. Kurangnya asupan makanan: Kurangnya asupan makanan sendiri
dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan,
kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian
makanan yang salah.
b. Adanya penyakit: Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi
jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.
2. Penyebab tidak langsung:
a. Kurangnya ketahanan pangan keluarga: Keterbatasan keluarga
untuk menghasilkan atau mendapatkan makanan.
b. Kualitas perawatan ibu dan anak.
c. Buruknya pelayanan kesehatan.
d. Sanitasi lingkungan yang kurang.
Selain itu ada beberapa penyebab dari gizi buruk menurut
Rama Rahmani 2015, seperti :
a. Balita tidak mendapat makanan pendanping ASI (MP-ASI) pada
umur 6 bulan atau lebih
b. Balita tidak mendapat ASI ekslusif (ASI saja) atau sudah mendapat
makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan
c. Balita tidak mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada
umur 6 bulan atau lebih
d. MP-ASI kurang dan tidak bergizi
e. Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui
f. Balita menderita sakit dalam waktu lama, seperti diare, campak,
TBC, batuk pilek
g. Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor.
4. Klasifikasi
Menurut DEPKES RI, (2009) terdapat 3 tipe gizi buruk, yaitu:
a. Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala
yang timbul diantaranya muka seperti orang tua (berkerut), tidak
terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit),
rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan
pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. anak
tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan,
karena masih merasa lapar.
b. Kwashioskor
Penampilan tipe kwashioskor seperti anak yang gemuk (suger baby),
bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan
protein, walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat
adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua
punggung kaki sampai seluruh tubuh.
c. Marasmik-Kwashioskor
Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari
beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang
tidak mencolok.
5. Patofisiologi
Gizi kurang atau gizi buruk biasanya terjadi pada anak balita
dibawah usia 5 tahun. Tidak tercukupinya makanan dengan gizi seimbang
serta kondisi kesehatan yang kurang baik dengan kebersihan yang buruk
mengakibatkan balita atau anak-anak menderita gizi kurang yang dapat
bertambah menjadi gizi buruk jika tidak terintervensi dengan cepat dan
tepat. Karena rendahnya penghasilan keluarga sehingga keluarga tidak
mampu mencukupi kebutuhan balita dan keluarga tidak memberikan
asuhan pada balita secara tepat dapat menyebabkan terjadinya gizi kurang
(Waryana, 2016).
Pada anak gizi kurang atau gizi buruk dapat mengakibatkan lapisan
lemak di bawah kulit berkurang, daya tahan tubuh balita menurun, dan
produksi albumin juga menurun sehingga balita mudah terkena infeksi dan
mengalami terlambatan perkembangan. Balita dengan gizi kurang juga
mengalami peningkatan kadar asam basa pada saluran pencernaan
menyebabkan balita mengalami diare sehingga masalah keperawatan yang
muncul ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Waryana,
2016).
6. Pathway
GIZI BURUK
Anoreksia, Diare
Ketidakseimbangan
Nutrisi: Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
7. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi menurut Nanang, 2016
adalah sebagai berikut:
a. Anak cengeng,rewel,dan tidak bergairah
b. Diare
c. Mata besar dan dalam
d. Akral dingin dan tampak sianosis
e. Wajah seperti orang tua
f. Pertumbuhan dan perkembangan terganggu
g. Tterjadi atrofi otot
h. Kulit keriput dan turgor kulit jelek
i. Anoreksia
j. Sering bangun malam
k. Vena supervicialis tampak jelas
l. Udema
m. Hipoalbuminemia
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk klien dengan
gizi buruk menurut Ingik, 2016 yaitu:
a. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globulin, protein total,
elektrolit serum, biakan darah.
b. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture urine.
c. EKG
d. X foto paru
9. Therapi/ Tindakan Penanganan
Penatalaksanaan Gizi Buruk menurut Ingik, 2016 yaitu:
Makanan atau minuman dengan biologic tinggi gizi kalori atau protein.
Pemberian secara bertahap dari bentuk dan jumlah mula-mula cair (seperti
susu) lunak (bubur) biasa (nasi lembek).
1. Prinsip pemberian nutrisi:
a. Porsi kecil, sering, rendah serat, rendah laktosa
b. Energy atau kalori: 100 Kkal/kg BB/hari
c. Protein: 1-1,5 g/kg BB/hari
d. Cairan: 130 ml/kg BB/hari ringan-sedang: 100 ml/kg BB/hati
edema berat
2. Obati/ cegah infeksi: Antibiotik
a. Bila tampak komplikasi: cotrymoksasol 5 ml
b. Bila anak sakit berat: ampicillin 50 mg/kg BB IM/IV Setiap 6 jam
selama 2 hari
3. Untuk melihat kemajuan/perkembangan anak
a. Timbang berat badan setiap pagi sebelum diberi makan
b. Catat kenaikan BB anak tiap minggu
10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul karena gizi buruk menurut Ingik tahun
2016, yaitu:
a. Hipotemi
b. Hipoglikemi.
c. Infeksi
d. Diare dan Dehidrasi
e. Syok
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Menurut Rama Rahmani tahun 2015 konsep asuhan pada klien dengan gizi
buruk yaitu :
1. Pengkajian
a. Riwayat Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan
pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak
pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan
terjadinya gangguan kekurangan gizi.
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal,
hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola
kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,
kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data
fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan
kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam
waktu relatif lama).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan
rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,
fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga
tentang penyakit klien dan lain-lain.
d. Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan
rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,
fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga
tentang penyakit klien dan lain-lain.Pengkajian secara umum
dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum
dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada,
abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor
adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran
lengan atas dan tebal lipatan kulit).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pemenuhan nutrisi kurang daari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan nutrisi,
dehidrasi.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
kondisi, prognosi dan kebutuhan nutrisi
d. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
asupan kalori dan protein yang tidak adekuat.
e. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan kondisi tubuh yang
lemah.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Pemenuhan nutrisi Setalah a. Nafsu makan 1. Kaji berat badan anak 1. Mengetahui gangguan
kembali
kurang dari dilakukan pertumubuhan pada anak
tindakan normal
kebutuhan tubuh b.d b. Edema 2. Dorong orangtua atau anggota 2. Meningkatkan selera
keperawatan
Berkurang
intake nutrisi tidak ....x 24 jam keluarga lain untuk menyuapi makan
/Hilang
adekuat. diharapkan c. BB sesuai anak atau ada disaat makan
pemenuhi dengan umur
3. Sajikan makan sedikit tapi sering 3. Meningkatkan asupan
nutrisi pada (berat badan
klien dapat ideal 10 kg nutrisi
terpenuhi tanpa edema)
4. Sajikan porsi kecil makanan dan 4. Meningkatkan proses
berikan setiap porsi secara penyembuhan pada anak
terpisah
5. Tingkatkan keseimbangan 5. Meningkatkan
elektrolit dan pencegahan keseimbangan elektrolit
komplikasi akibat dari kadar dan mencegah
elektrolit serum yang tidak komplikasi dari kadar
normal atau di luar harapan elektrolit serum yang
tidak normal atau diluar
harapan
6. Atur dan cegah komplikasi akibat 6. Mengatur dan mencegah
perubahan kadar cairan dan komplikasi yang
elektrolit disebabkan oleh
perubahan kadar cairan
dan elektrolit
7. Gunakan proses bantuan 7. Agar bayi mendapatkan
interaktif untuk membantu nutrisi yang cukup dari
mempertahankan keberhasilan ASI
menyusui
5 Risiko infeksi Setalah a. Klien bebas 1. Mencuci tangan sebelum dan 1. Meningkatkan kebersihan
berhubungan dengan dilakukan dari tanda dan sesudah melakukan tindakan personal
tindakan
penurunan kondisi gejala infeksi. 2. Pastikan semua alat yang kontak 2. Mencegah terjadinya
keperawatan
tubuh yang lemah. ... x 24 jam b. Menunjukkan dengan pasien bersih/steril infeksi
diharapkan kemampuan 3. Meningkatkan
resiko 3. Instruksikan pekerja perawatan
untuk pengetahuan pada
terjadinya kesehatan dan keluarga dalam
infeksi dapat mencegah keluarga
prosedur control infeksi
dicegah timbulnya 4. Agar bakteri yang
4. Berikan antibiotik sesuai program
infeksi. beresiko menyebabkan
c. Jumlah infeksi berkurang
leukosit
dalam batas
normal.
DAFTAR PUSTAKA
Ingkik. 2016. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak PadaGangguan Gizi Buruk.
https://id.scribd.com/doc/315587277/Lp-Gizi-Buruk. Diakses pada tanggal 25
April 2019
Subagyo, Nanang Aracardia. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gizi
Buruk (KEP). https://id.scribd.com/document/317275916/ASuhan-
Keperawatan-Gizi-Buruk. Diakses pada tanggal 25 April 2019