Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

DI RUANG AL-AQSHA 4 RSUD HAJI SURABAYA

Oleh :

Moh. Iqbal Khatami

NIM P27820720073

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI
NERS
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Pada Ibu Hamil Dengan Hiperemesis


Gravidarum di Ruang Al-Aqsha 4 RSUD Haji Surabaya yang dilaksanakan pada
tanggal 17 Oktober 2022 s.d tanggal 29 Oktober 2022 telah disahkan sebagai laporan
Praktek Klinik Keperawatan Maternitas Semester V di Ruang Al Aqsha 4 RSUD
Haji Surabaya atas nama Moh. Iqbal Khatami dengan NIM P27820720073.

Surabaya, 15 Oktober 2022

Pembimbing Pendidikan, Pembimbing Ruangan,

Dr. Dhiana Setyorini, M.Kep, Sp.Mat Siti Hadijah, AMd.Keb


NIP. 19691003 199203 2 003 NIP. 19790531 200502 2 004

Mengetahui
Kepala Ruangan,

Ari Dewanti, AMd.Keb


NIP. 198311062006042016
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Hiperemesis Gravidarum
1. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih
dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan
kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit,
sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam
kandungan (Kadir et al, 2019).
Hiperemesis gravidarum dapat mempengaruhi status kesehatan ibu
serta tumbuh kembang janin, pada kehamilan 16 minggu pertama 70-80%
wanita mengalami mual dan muntah, 60% wanita mengalami muntah,
sementara 33% wanita hanya mengalami mual. Apabila semua makanan
yang dimakan dimuntahkan pada ibu hamil, maka berat badan akan
menurun, turgor kulit berkurang dan timbul asetonuria (Morgan et al,
2010).
2. Klasifikasi
Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013) :
a. Tingkat I
1) Ibu merasa lemah
2) Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan
umum
3) Nafsu makan tidak ada
4) Berat badan menurun, temperatur tubuh meningkat
5) Nadi meningkat sekitar 100 per menit dan
tekanan darah sistolik menurun
6) Turgor kulit mengurang
7) Lidah mengering mata cekung
8) Merasa nyeri pada epigastrium
b. Tingkat II
1) Ibu tampak lebih lemah dan apatis
2) Berat badan turun
3) Tensi turun, nadi kecil dan cepat
4) Suhu kadang-kadang naik
5) Mata sedikit ikterik dan cekung
6) Turgor kulit lebih mengurang
7) Lidah mengering dan tampak kotor
8) Hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi
9) Aseton tercium dalam hawa pernapasan, karena
mempunyai aroma yang khas dan dapat pula
ditemukan dalam kencing
c. Tingkat III
1) Keadaan umum lebih parah
2) Muntah berhenti
3) Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
4) Nadi kecil dan cepat
5) Suhu meningkat
6) Tensi menurun
7) Mulut kering dan kotor, pernapasan bau aseton
8) Mata cekung dan timbulnya ikterus
3. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak
ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak
ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak,
jantung, hati, dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin
serta zat-zat lain akibat inanisi. Menurut (Khayati, 2013) terdapat
beberapa faktor predisposisi dan faktor lain, yaitu :
a. Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim (hidramnion,
kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa)
b. Faktor organik : masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal,
perubahan metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari
pihak ibu dan alergi.
c. Faktor psikologis : rumah tangga yang retak, hamil yang tidak
diinginkan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu dan kehilangan pekerjaan.

Selain itu menurut (Jusuf CE, 2016) riwayat gestasi juga dapat
mempengaruhi penyebab hiperemesis, dimana ibu hamil yang
mengalami mual dan muntah sekitar 60-80% pada (primigravida), 40-
60% pada (multigravida).

4. Manifestasi Klinis
Tanda gejala Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013) :
Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat
hamil, yang bisa terjadi hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa
sampai mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan penurunan berat
badan. Muntah yang berlebihan juga dapat menyebabkan ibu hamil
merasa pusing, lemas, dan mengalami dehidrasi.
Selain mual dan muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis
gravidarum juga dapat mengalami gejala tambahan berupa :
d. Sakit kepala
e. Konstipasi
f. Sangat sensitif terhadap bau
g. Produksi air liur berlebihan
h. Inkontinensia urine
i. Jantung berdebar
Gejala hiperemesis gravidarum biasanya muncul di usia kehamilan 4-
6 minggu dan mulai mereda pada usia kehamilan 14-20 minggu. Mual
dan muntah yang dirasakan ibu hamil cenderung akan membuat mereka
menjadi lebih lemah dan akan meningkatkan kecemasaan terhadap
kejadian yang lebih parah. Masalah psikologis juga berperan pada
parahnya mual dan muntah serta perkembangan hiperemesis gravidarum.
Masalah psikologis yang terjadi pada ibu hamil akan cenderung
mengalami mual dan muntah dalam kehamilan, atau memperburuk
gejala yang sudah ada serta mengurangi kemampuan untuk mengatasi
gejala normal. Selain itu ketidakseimbangan psikologis ibu hamil seperti
cemas, rasa bersalah, mengasihani diri sendiri, ingin mengatasi konflik
secara serius, ketergantungan atau hilang kendali akan memperberat
keadaan mual dan muntah yang dialaminya sehingga akan lebih
ditakutkan keadaan mual muntah tersebut menjadi lebih buruk dan
menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum.
5. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-
asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan volume
cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan
dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium
dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan
hemokonsentrasi sehingga aliran darah berkurang. Kekurangan kalium
sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal
menambah frekuensi muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan
terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan. Selain dehidrasi dan
terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada
selaput lender esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss)
dengan akibat perdarahan gastrointestinal (Khayati, 2013).

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penyakit hiperemesis
gravidarum menurut (Nurarif & Kusuma, 2016):
a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia
gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas
janin, melokalisasi plasenta
b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri,BUN
c. Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT dan kadar LDH
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada kasus hiperemesis
gravidarum menurut (Khayati, 2013) yaitu dengan cara :
a. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologik.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
gejal yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tetapi sering.
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan
teh hangat.
e. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindari.
f. Makanan disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
g. Menghindari kekurangan karbodidrat merupakan faktor penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang,
maka diperlukan seperti :
a. Obat-obatan
1) Sedativa : Phenobarbital
2) Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B kompleks
3) Anti histamine : dramamin, avomin
4) Anti emetik (pada keadaan lebih berat) : Dislikomin
hidrokloride atau khlorpromasine.
5) Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu
dikelola di rumah sakit.
b. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah
danperedaran udara yang baik, catat cairan yang keluar masuk,
hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar
penderita sampai muntah berhenti pada penderita mau makan.
Tidak diberikan makanan atau minuman dan selama 24 jam.

c. Terapi psikologika
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik.
d. Cairan parenteral
Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan fisiologis (2-3 liter/hari), dapat ditambah
kalium dan vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila
kekurangan protein dapat diberiakan asam amino secara intravena,
bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum
membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang
tidak cair.
e. Menghentikan kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan
psikiatrik, manifestasi komplikasi organis adalah delirium,
takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan dalam keadaan demikian
perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan keadaan yang
memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya:
1) Gangguan kejiwaan ditandai dengan : delirium, apatis,
somnolen sampai koma, terjadi gangguan jiwa.
2) Gangguan penglihatan ditandai dengan : pendarahan retina,
kemunduran penglihatan.
3) Ganggguan faal ditandai dengan : hati dalam bentuk ikterus,
ginjal dalam bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi
nadi meningkat, tekanan darah menurun.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Biodata
Data ini meliputi: nama klien dan suami, usia, suku bangsa, agama,
pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan serta alamat. Usia, 20
tahun dan > 35 tahun lebih berisiko terhadap kejadian hiperemesis
gravidarum. Ibu yang bekerja lebih berisiko terhadap kejadian
hiperemesis gravidarum. Pendidikan mempunyai pengaruh dalam
berperilaku kesehatan (misalnya pemeriksaan kesehatan bagi ibu
hamil (Iin 2018).
b) Keluhan Utama
Tingkat I
1. Ibu merasa lemah
2. Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
3. Nafsu makan tidak ada
4. Berat badan menurun, temperatur tubuh meningkat
5. Nadi meningkat sekitar 100 per menit dan tekanan darah
sistolik menurun
6. Turgor kulit mengurang
7. Lidah mengering mata cekung
8. Merasa nyeri pada epigastrium

Tingkat II

1. Ibu tampak lebih lemah dan apatis


2. Berat badan turun
3. Tensi turun, nadi kecil dan cepat
4. Suhu kadang-kadang naik
5. Mata sedikit ikterik dan cekung
6. Turgor kulit lebih mengurang
7. Lidah mengering dan tampak kotor
8. Hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi
9. Aseton tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai
aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing

Tingkat III
1. Keadaan umum lebih parah
2. Dehidrasi hebat
3. Muntah berhenti
4. Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
5. Nadi kecil dan cepat
6. Suhu meningkat
7. Tensi menurun
8. Mulut kering dan kotor, pernapasan bau aseton
9. Mata cekung dan timbulnya ikterus (Khayati, 2013).
c) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan
oleh ibu sesuai dengan gejala-gejala pada hiperemesis gravidarum,
yaitu : mual dan muntah yang terus – menerus, merasa lemah dan
kelelahan, merasa haus dan terasa asam di mulut, serta konstipasi
dan demam. Selanjutnya juga dapat ditemukan berat badan yang
menurun. Turgor kulit yang buruk dan gangguan elektrolit.
Terjadinya oliguria, takikardia, mata cekung, dan ikterus (Iin
2018).
2) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat hiperemesis gravidarum sebelumnya dan pernah
mengalami penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan
yang menyebabkan mual muntah (Iin 2018).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui riwayat penyakit keluarga, tanyakan
apakah sebelumnya anggota dari keluarganya ada yang
memiliki riwayat hipermesis gravidarum seperti yang dialami
klien saat ini, dan juga riwayat giekologi dalam keluarga
seperti kista, tumor dan masalah reproduksi lainnya. Kaji
juga riwayat keluarga yang pernah mengalami terjadinya
hipermesis grapidarum berulang dan sindroma yang berkaitan
dengan kejadian hipermesis gravidarum ataupun hipermesis
gravidarum yang kemudian meninggal (Nanda, 2020).
4) Riwayat kehamilan
Mengetahui berapa umur kehamilan ibu saat ini dan hal-hal yang
berhubungan dengan kehamilan.
a) Hamil muda : ibu pusing, mual dan muntah, serta tidak ada
nafsu makan.
b) Hamil tua : pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai berat
badan, tekanan darah, dan tingkat kesadaran (Iin 2018).
5) Riwayat psikososial
Ibu yang mengalami stresdan mempunyai tingkat cemas yang
tinggi beresiko mengalami hipermesis gravidarum. Stress
terjadi akibat perubahan hormon pada ibu hamil tanpa sadar
menyebabkan respon fisiologis, respon kognitif dan respon
emosi. Apabila kondisi initerus menerus terjadi tanpa ada
perubahan tingkah laku maka akan terjadi hipermesis
gravidarum pada ibu hamil. Diketahui bahwa stress harus diatasi
agar tidak mengganggu kehamilan, cara yang dilakukan informan
utama untuk mengatasi permasalahan yakni dengan
mengubah pola tingkah laku (Nanda, 2020).
d) Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi terhadap kesehatan-manajemen kesehatan
Biasanya terjadi kecemasan terhadap kehamilannya.
2. Pola aktivitas dan latihan
Dapat melakukan aktivitas seperti biasanya terbatas pada aktivitas
ringan, untuk aktivitas membutuhkan tenaga lebih, dapat dibantu
alat atau orang lain.
3. Pola istirahat dan tidur
Klien lebih banyak istirahat dan tidur karena lemas, tetapi klien
merasa tidak nyaman karena sering mual dan muntah .
4. Pola nutrisi
Adanya mual dan muntah pada saat makan dan minum sehingga
ibu cenderung kekurangan gizi (anemia gizi) yang merupakan
faktor predisposisi terjadinya hiperemesis gravidarum.
5. Pola Eliminasi
a. Oliguria
b. Konstipasi
c. Aseton dapat tercium saat BAK
6. Pola kognitif perseptual
Biasanya klien mudah lelah dalam aktivitas.
7. Pola konsep dan persepsi diri
a. Takut terhadap kehamilan dan persalinan
b. Takut kehilangan pekerjaan
c. Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat
menyebabkan konflik mental sehingga memperberat mual-
muntah.
8. Pola peran dan hubungan
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
9. Pola seksualitas
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan hubungan seksual atau
fungsi dari seksual yang tidak adekuat
10. Pola koping dan toleransi stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
11. Pola nilai dan kepercayaan
Biasanya klien terganggu dalam beribadah karena harus bedrest.
e) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Penderita biasanya dalam keadaan compos metris atau bisa juga
apatis dan penderita umumnya lemah.
2. Tanda-Tanda Vital
Nadi: Takikardi
RR  : Takipnea
3. Kepala dan rambut
Inspeksi
Penyebaran rambut, warna rambut, warna kulit samakah dengan
kulit sekitar, bagaimana kebersihannya
Palpasi
Adakah nyeri tekan, keadaan rambut klien, benjolan abnormal
4. Hidung
Inspeksi
Melihat ada tidaknya pernafasan cuping hidung, warna kulit dan
kesimetrisan lubang hidung, polip.
Palpasi
Mengkaji ada tidaknya benjolan abnormal dan nyeri tekan
5. Telinga
Inspeksi
Kesimetrisan telinga dextra dan sinistra, ada tidaknya tanda –
tanda inflamasi dan hygiene telinga

Palpasi
Mengkaji ada tidaknya benjolan abnormal dan nyeri tekan
6. Mata
Inspeksi
Melihat konjungtiva klien anemis/tidak, kesimetrisan dan keadaan
sclera klien, pupil isokor / anisokor, mata cowong atau tidak.
Palpasi
Mengkaji adakah nyeri tekan dan benjolan abnormal
7. Mulut, gigi, lidah tonsil dan pharing
Inspeksi
Mengkaji mukosa bibir klien, stomatitis, hygiene lidah dan
pembesaran tonsil
Palpasi
Ada tidaknya nyeri tekan dan benjolan abnormal
8. Leher dan tenggorokan
Inspeksi
Melihat ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid tanda – tanda
inflamasi dan penggunaan otot bantu pernafasan
Palpasi
Ada tidaknya nyeri tekan dan benjolan abnormal
9. Dada/thorak ( pemeriksaan paru )
Inspeksi
Bentuk, postur dan kesimetrisan ekspansi, serta keadaan kulit, dan
untuk melihat frekuensi pernafasan
Palpasi
Palpasi dada dilakukan untuk mengkaji keadaan kulit dinding
dada adanya nyeri tekan, masa peradangan, kesimetrisan ekspansi
dan taktil fremitus
Perkusi
Biasanya suara/bunyi pada paru – paru orang normal adalah
resonan yang terdengar dug,dug,dug.
Auskultasi
Auskultasi berguna untuk mengkaji aliran udara melalui batang
trakeobronkial dan mengetahui adanya sumbatan aliran udara
dengan mendengarkan suara nafas tambahan ex. Ronchi,
wheezing

10. Dada/thorak ( pemeriksaan jantung )


Inspeksi
Mengetahui adanya ketidaknormalan denyutan ictus kordis
misalnya tidak nampak pada ICS V midclavikula sinistra namun
teraba
Palpasi
Ictus kordis nampak pada ICS V midclavikula linea sinistra
Perkusi
Batas kanan atas ICS II linea para sternalis dextra
Batas kanan bawah ICS IV linea para sternalis dextra
Batas kiri atas ICS II linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas ICS IV linea midclavikula sinistra
Auskultasi
Normal BJ 1 dan BJ II “lup dup”
11. Dada/thorak ( payudara )
Inspeksi
Keadaan payudara simetris atau tidak, terdapat hiperpigmentasi
atau tidak pada areola mamae, putting mamae menonjol atau tidak
Palpasi
Untuk mengetahui adanya nyeri tekan , benjolan abnormal atau
tidak, bonjolan abnormal pada palpasi kemungkinan adanya ca
mamae
12. Pemeriksaan obdomen
Inspeksi
Untuk mengetahui bentuk, warna, adanya strie serta adakah luka
bekas operasi atau tidak
Auskultasi
Dilakukan untuk mendengarkan DDJ, bising usus
Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mendengarkan / mendeteksi adanya gas,
cairan atau masa didalam abdomen
Palpasi
Untuk mengetahui bentuk, ukuran dan konsistensi organ serta
struktur di dalam abdomen

13. Genetalia dan anus


Inspeksi
Penyebaran dan pertumbuhan rambut pubis, perhatikan bila ada
tanda kemerahan , bengkak nodular, lochea
Palpasi
Untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan benjolan abnormal
pada genetalia
14. Ekstermitas atas dan bawah
Inspeksi
Untuk mengetahui warna, bentuk, odem, lesi, terdapat kelainan
atau tidak.
Palpasi
Untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan benjolan abnormal.
Perkusi
Untuk mengetahui reflek patella pada ekstermitas bawah.
15. Tulang Belakang
Untuk mengetahui tulang belakang ibu terdapat kelainan atau
tidak.
f) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penyakit hiperemesis
gravidarum menurut (Nurarif & Kusuma, 2016):
1. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia
gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas
janin, melokalisasi plasenta
2. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri,BUN
3. Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT dan kadar LDH
g) Manifestasi Klinis
Tanda gejala Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013) :
Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat
hamil, yang bisa terjadi hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini
bisa sampai mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan penurunan
berat badan. Muntah yang berlebihan juga dapat menyebabkan ibu
hamil merasa pusing, lemas, dan mengalami dehidrasi. Selain mual
dan muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis gravidarum juga
dapat mengalami gejala tambahan berupa :
1. Sakit kepala
2. Konstipasi
3. Sangat sensitif terhadap bau
4. Produksi air liur berlebihan
5. Inkontinensia urine
6. Jantung berdebar
Gejala hiperemesis gravidarum biasanya muncul di usia kehamilan
4-6 minggu dan mulai mereda pada usia kehamilan 14-20 minggu.
Mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil cenderung akan
membuat mereka menjadi lebih lemah dan akan meningkatkan
kecemasaan terhadap kejadian yang lebih parah. Masalah psikologis
juga berperan pada parahnya mual dan muntah serta perkembangan
hiperemesis gravidarum. Masalah psikologis yang terjadi pada ibu
hamil akan cenderung mengalami mual dan muntah dalam
kehamilan, atau memperburuk gejala yang sudah ada serta
mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala normal. Selain itu
ketidakseimbangan psikologis ibu hamil seperti cemas, rasa
bersalah, mengasihani diri sendiri, ingin mengatasi konflik secara
serius, ketergantungan atau hilang kendali akan memperberat
keadaan mual dan muntah yang dialaminya sehingga akan lebih
ditakutkan keadaan mual muntah tersebut menjadi lebih buruk dan
menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum.
2. Analisa Data
Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputin kegiatan
mentabulasi, menyeleksi, mengelompokkan,mengaitkan data, menentukan
kesenjangan informasi, melihat pola data, membandingkan dengan
standart, mengintepretasikan dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil
analisa data adalah pernyataan masalah keperawatan atau yang disebut
diagnosa keperawatan (Octafiansyah, 2020).
3. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017)
diagnosa keperawatan yang muncul sebagai berikut :
a) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat
pernapasan, penurunan energi, kecemasan (D.0005)
b) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis.
inflamasi, iskemia, neoplasma) (D.0077)
c) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,
kekurangan intake cairan (D.0023)
d) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan
metabolisme, faktor psikologis (mis. stress, keengganan untuk makan)
(D.0019)
e) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan Perubahan
status nutrisi (kelebihan atau kekurangan), kekurangan/kelebihan
volume cairan, penurunan mobilitas, perubahan hormonal, suhu
lingkungan yang ekstrem (D.0129)
f) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit,
ketidakadekuatan sumber daya (mis.dukungan finansial, social dan
pengetahuan), gangguan adaptasi kehamilan (D.0074)
g) Konstipasi berhubungan dengan fisiologis (penurunan motilitas
gastrointestinal, ketidakcukupan asupan serat, ketidakcukupan asupan
cairan, kelemahan otot abdomen), psikologis (depresi), situasional
(ketidakadekuatan toileting) (D. 0049)
h) Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan, peningkatan laju
metabolisme (D.0130)
i) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan, imobilitas
(D.0056)
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan dilakukan berdasarakan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) dengan
kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Tim
Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) :
a) Pola napas tidak efektif (D.0005)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola
napas membaik (L.01004)
Kriteria hasil :
1. Ventilasi semenit meningkat
2. Kapasitas vital meningkat
3. Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4. Tekanan ekspirasi meningkat
5. Tekanan inspirasi meningkat
6. Dispnea menurun
7. Penggunaan otot bantu napas menurun
8. Pemanjangan fase ekspirasi menurun
9. Ortopnea menurun
10. Pernapasan pursed-lip menurun
11. Pernapasan cuping hidung menurun
12. Frekuensi napas membaik
13. Kedalaman napas membaik
14. Ekskursi dada membaik

Intervensi :

Manajemen jalan napas (I.01011)

Observasi

1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)


2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi kering)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik

1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-


lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi


2. Anjurkan teknik batuk efektif

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
b) Nyeri akut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
tingkat nyeri menurun (L.08066)
Kriteria hasil :
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Sikap protektif menurun
4. Gelisah menurun
5. Kesulitan tidur menurun
6. Menarik diri menurun
7. Berfokus pada diri sendiri menurun
8. Diaforesis menurun
9. Perasaan depresi (tertekan) menurun
10. Perasaan takut mengalami cedera berulang menurun
11. Anoreksia menurun
12. Perineum terasa tertekan menurun
13. Uterus teraba membulat menurun
14. Ketegangan otot menurun
15. Pupil dilatasi menurun
16. Muntah menurun
17. Mual menurun
18. Frekuensi nadi membaik
19. Pola napas membaik
20. Tekanan darah membaik
21. Proses berpikir membaik
22. Fokus membaik
23. Fungsi berkemih membaik
24. Perilaku membaik
25. Nafsu makan membaik
26. Pola tidur membaik

Intervensi :

Manajemen nyeri (I.08238)

Observasi
1. Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgesik

Terapeutik

1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiriAnjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


c) Hipovolemia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status
cairan membaik (L.03028)
Kriteria hasil :
1. Kekuatan nadi meningkat
2. Turgor kulit meningkat
3. Output urine meningkat
4. Pengisian vena meningkat
5. Ortopnea menurun
6. Dispnea menurun
7. Paradoxymal Nocturnal Dyspnea (PND) menurun
8. Edema anasarka menurun
9. Edema perifer menurun
10. Berat badan meningkat
11. Distensi vena jugularis menurun
12. Suara napas tambahan menurun
13. Kongesti paru menurun
14. Perasaan lemah menurun
15. Keluhan haus menurun
16. Konsentrasi urine menurun
17. Frekuensi nadi membaik
18. Tekanan darah membaik
19. Tekanan nadi membaik
20. Membran mukosa membaik
21. Jugular Venous Pressure (JVP) membaik
22. Kadar Hb membaik
23. Kadar Ht membaik
24. Central Venous Pressure membaik
25. Refluks hepatojugular membaik
26. Berat badan membaik
27. Hepatomegali membaik
28. Oliguria membaik
29. Intake cairan membaik
30. Status mental membaik
31. Suhu tubuh membaik

Intervensi :

Manajemen hipovolemia (I.03116)

Observasi

1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi


meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
volume urine menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah)
2. Monitor intake dan output cairan

Terapeutik

1. Hitung kebutuhan cairan


2. Berikan posisi modified Trendelenburg
3. Berikan asupan cairan oral

Edukasi

1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral


2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)


2. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, Plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah
d) Defisit Nutrisi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status
nutrisi membaik (L.03030)
Kriteria hasil :
1. Kekuatan otot pengunyah meningkat
2. Kekuatan otot menelan meningkat
3. Serum albumin meningkat
4. Verbalisasi keinginan untk meningkatkan nutrisi meningkat
5. Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat
6. Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat meningkat
7. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat
8. Penyiapan dam penyimpanan minuman yang aman meningkat
9. Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan tujuan
kesehatan meningkat
10. Perasaan cepat kenyang menurun
11. Nyeri abdomen menurun
12. Sariawan menurun
13. Rambut rontok menurun
14. Diare menurun
15. Berat badan membaik
16. Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik
17. Frekuensi makan membaik
18. Nafsu makan membaik
19. Bising usus membaik
20. Tebal lipatan kulit trisep membaik
21. Membran mukosa membaik

Intervensi :

Manajemen nutrisi (I.03119)

Observasi

1. Identifikasi status nutrisi


2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu


2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi

1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu


2. Anjurkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
e) Gangguan integritas kulit/jaringan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
integritas kulit dan jaringan meningkat (L.14125)
Kriteria hasil :
1. Elastisitas meningkat
2. Hidrasi meningkat
3. Perfusi jaringan meningkat
4. Kerusakan jaringan menurun
5. Kerusakan lapisan kulit menurun
6. Nyeri menurun
7. Perdarahan menurun
8. Kemerahan menurun
9. Hematoma menurun
10. Pigmentasi abnormal menurun
11. Jaringan parut menurun
12. Nekrosis menurun
13. Abrasi kornea menurun
14. Suhu kulit membaik
15. Sensasi membaik
16. Tekstur membaik
17. Pertumbuhan rambut membaik

Intervensi :

Perawatan integritas kulit (I.11353)

Observasi

1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. perubahan


sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)

Terapeutik

1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring


2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
3. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode
diare
4. Gunakan produk berbahan petrolim atau minyak pada kulit kering
5. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada
kulit sensitive
6. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering

Edukasi

1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. lotion, serum)


2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada
di luar rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
f) Gangguan rasa nyaman
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status
kenyamanan meningkat (L.08064)
Kriteria hasil :
1. Kesejahteraan fisik meningkat
2. Kesejahteraaan psikologis meningkat
3. Dukungan sosial dari keluarga meningkat
4. Dukungan sosial dari teman meningkat
5. Perawatan sesuai keyakinan budaya meningkat
6. Perawatan sesuai kebutuhan meningkat
7. Kebebasan melakukan ibadah meningkat
8. Rileks meningkat
9. Keluhan tidak nyaman menurun
10. Gelisah menurun
11. Kebisingan menurun
12. Keluhan sulit tidur menurun
13. Keluhan kedinginan menurun
14. Keluhan kepanasan menurun
15. Gatal menurun
16. Mual menurun
17. Lelah menurun
18. Merintih menurun
19. Menangis menurun
20. Iritabilitas menurun
21. Konfusi menurun
22. Memori masa lalu membaik
23. Suhu ruangan membaik
24. Pola eliminasi membaik
25. Postur tubuh membaik
26. Kewaspadaan membaik
27. Pola hidup membaik
28. Pola tidur membaik

Intervensi :

Manajemen nyeri (I.08238)

Observasi

1. Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas,


intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgesik

Terapeutik

1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

g) Konstipasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
eliminasi fekal membaik (L.04033)
Kriteria hasil :
1. Kontrol pengeluaran feses meningkat
2. Keluhan defekasi lama dan sulit menurun
3. Mengejan saat defekasi menurun
4. Distensi abdomen menurun
5. Teraba massa pada rektal menurun
6. Urgency menurun
7. Nyeri abdomen menurun
8. Kram abdomen menurun
9. Konsistensi feses membaik
10. Frekuensi defekasi membaik
11. Peristaltik usus membaik

Intervensi :

Manajemen eleminasi fekal (I.04151)

Observasi

1. Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar


2. Identifikasi pengobatan yang berefek pada kondisi gastrointestinal
3. Monitor buang air besar (mis. warna, frekuensi, volume)
4. Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi, atau impaksi

Terapeutik

1. Berikan air hangat setelah makan


2. Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien

3. Sediakan makanan tinggi serat

Edukasi

1. Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan peristaltik


usus

2. Anjurkan mencatat warna, frekuensi, konsistensi, volume feses

3. Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik, sesuai toleransi

4. Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan


pembentukam gas

5. Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat

6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan, jika tidak ada


kontraindikasi

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat supositoria anal, jika perlu

h) Hipertermi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


termoregulasi membaik (L.14134)

Kriteria hasil :

1. Menggigil menurun

2. Kulit merah menurun

3. Kejang menurun

4. Akrosianosis menurun

5. Konsumsi oksigen menurun

6. Piloereksi menurun

7. Vasokontriksi perifer menurun

8. Kutis memorata menurun

9. Pucat menurun

10. Takikardi menurun

11. Takipnea menurun

12. Bradikardi menurun

13. Dasar kuku sianotik menurun


14. Hipoksia menurun

15. Suhu tubuh membaik

16. Suhu kulit membaik

17. Kadar glukosa darah membaik

18. Ventilasi membaik

19. Tekanan darah membaik

Intervensi :

Manajemen hipertermia (I.15506)

Observasi

1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi, terpapar


lingkungan panas, penggunaan incubator)

2. Monitor suhu tubuh

3. Monitor kadar elektrolit

4. Monitor haluaran urine

5. Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik

1. Sediakan lingkungan yang dingin

2. Longgarkan atau lepaskan pakaian

3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh

4. Berikan cairan oral

5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami


hiperhidrosis (keringat berlebih)

6. Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau


kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)

7. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

8. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring


Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

i) Intoleransi aktivitas

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


toleransi aktivitas meningkat (L.05047)

Kriteria hasil :

1. Frekuensi nadi meningkat

2. Saturasi oksigen meningkat

3. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat

4. Kecepatan berjalan meningkat

5. Jarak berjalan meningkat

6. Kekuatan tubuh bagian atas meningkat

7. Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat

8. Toleransi dalam menaiki tangga meningkat

9. Keluhan lelah menurun

10. Dispnea saat aktivitas menurun

11. Dispnea setelah aktivitas menurun

12. Perasaan lemah menurun

13. Aritmia saat aktivitas menurun

14. Aritmia setelah aktivitas menurun

15. Sianosis menurun

16. Warna kulit membaik

17. Tekanan darah membaik

18. Frekuensi napas membaik

19. EKG iskemia membaik

Intervensi :

Manajemen energi (I.05178)

Observasi

1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

2. Monitor kelelahan fisik dan emosional

3. Monitor pola dan jam tidur


4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

Terapeutik

1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.


cahaya, suara, kunjungan)

2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif

3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah


atau berjalan

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring

2. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan


tidak berkurang

3. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan


makanan
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplimentasikan
intervensi keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari
proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk
dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi,
dan menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah
keperawatan dan kesehatan (Ali, 2014).
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan klien mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri (self care) dengan penyakit yang
ia alami sehingga klien mencapai derajat kesembuhan yang optimal dan
efektif. Sehingga kemandirian pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum dapat meningkat dengan dilakukan tindakan keperawatan
untuk mengurangi penyebab terjadinya mual muntah yang berlebih dan
memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu (Sundari, 2020).
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk
mengatasi suatu masalah. Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan
telah tercapai (Ali, 2014).
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan klien atas
tindakan yang telah dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan
asuhan keperawatan tercapai atau belum. Hal ini terkait dengan
kemampuan ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum dalam
kemandiriannya dan mencegah timbulnya kembali masalah yang pernah
dialami. Pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum dapat
mengevaluasi kemandiriannya dalam mengatasi masalah yang dialami,
meliputi seluruh aspek baik bio-psiko- sosial dan spiritual (Sundari,
2020).
PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. (2014). Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC


Wahyuni Sri, I., 2018. Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dan Ny. W Hiperemesis
Gravidarum Dengan Masalah Keperawatan Intoleransi aktivitas Di Ruang
Teratai Rsud Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018. Tugas Akhir. Prodi D3
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember.

Irna Nisaulkhusna Kadir, Sitti Saleha, N. (2019). Manajemen Asuhan Kebidanan


Antenatal Care pada Ny “N” dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat III di
Rsud Syekh Yusuf Gowa Tanggal 3 Juni-12 Juli 2019. 1(2), 110–128. Retrieved
from http://journal.uin- alauddin.ac.id/index.php/jmidwifery/article/view/10832.

Khayati, N. (2013). Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Khayati, Kebidanan DIII UMP,
2013. 11–68.

Morgan, Gerri. (2010). Obstetri dan genekologi panduan praktik. Jakarta : EGC

Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan


Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam berbagai kasus. Jogjakarta:
Medication Jogja.

Octafiansyah, 2020. Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis Infeksi


Neonatus Di Ruang F2 Rspal Dr. Ramelan Surabaya. Karya Tulis Ilmiah. Prodi
Profesi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI.

Yusniar Rizki, S., 2020. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Hiperemesis
Gravidarum Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. Karya Tulis Ilmiah. Prodi DIII
Keperawatan Samarinda Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Kalimantan Timur.

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY. B DENGAN


HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUANG AL-AQSHA 4 RSUD HAJI
SURABAYA
Nama Mahasiswa : Moh. Iqbal Khatami

NIM : P27820720073

Ruangan : Al-Aqsha 4 RSUD Haji Surabaya

Pengkajian diambil : tanggal 17 Oktober 2022 jam 09.35 WIB

PENGKAJIAN KEHAMILAN

I. DATA SUBYEKTIF
1. BIODATA
a. Nama : Ny. B
b. Umur : 24 tahun
c. Nama suami : Tn. N
d. Umur : 24 tahun
e. Suku/ bangsa : NTT/ Indonesia
f. Status perkawinan : Sudah menikah
g. Agama : Kristen Katolik
h. Pendidikan : SLTA
i. Alamat : Poteba kerambu
j. Diagnosa kebidanan : G1P0000 9/10 mg HEG + ISK
k. No. RM : 839xxx
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan utama
Klien mengeluh mual dan muntah.
b. Riwayat keperawatan sekarang
Klien mengeluh mual merasa ingin muntah sejak 3 jam yang lalu, muntah
sebanyak kurang lebih 10 kali dalam sehari, tidak minat makan dan
minum, nyeri perut bawah saat BAK. Klien mengatakan keluhan yang
menyertai susah tidur. Klien mengatakan merasa lemah dan tampak
meringis.
c. Riwayat keperawatan masa lalu
Klien mengatakan pernah sakit maag.
d. Riwayat keperawatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan seperti yang dikeluhkan
klien sekarang
e. Riwayat keperawatan lingkungan
Klien mengatakan kesehatan lingkungan baik karena setiap hari selalu
dibersihkan.
f. Riwayat psikososial
Klien senang dengan kehamilan saat ini, koping pasien baik.
g. Latar belakang budaya
Klien mengatakan latar belakang budaya sangat baik dan tidak pernah
terjadi masalah.
h. Dukungan keluarga
Klien mengatakan sumber dukungan dari suami dan keluarga.
Keluarganya sangat mendukung atas kehamilannya tersebut, terutama
suami dan orang tuanya.
i. Riwayat kebidanan
1) Riwayat haid
Menarche :
Klien mengatakan haid pertama pada usia 13
Siklus haid :
Klien mengatakan lama haid 7 hari, teratur, dengan siklus haid 28
hari
Keluhan selama haid :
Klien mengatakan keluhan selama haid nyeri perut
Hari pertama haid terakhir (HPHT) : 14 Agustus 2022
Tafsiran persalinan (TP) : 21 Mei 2023
2) Riwayat perkawinan
Klien mengatakan sudah menikah, saat ini pernikahan pertama
3) Riwayat kehamilan dan persalinan
Klien mengatakan tidak pernah mengalami persalinan sebelumnya,
hamil 1 melahirkan 0 keguguran 0, tidak pernah menggunakan alat
kontrasepsi atau KB sebelumnya.
4) Riwayat kehamilan saat ini
Tempat pemeriksaan kehamilan sebelumnya : Klien mengatakan
baru pertama kali hamil dan memeriksa kehamilan di RSUD Haji
Surabaya.
Pengobatan yang didapat : Ranitidin, Ondansetron, Injeksi antibiotik,
Cefriaxone, asam folat, kalsium
Penyuluhan yang pernah didapat : nutrisi, cuci tangan 6 langkah,
personal hygiene, cara pemeberian dan penyimpanan obat, interaksi
obat dan makanan.
3. POLA-POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Pola persepsi-pemeliharaan kesehatan
Sebelum hamil : Klien tidak terlalu memperhatikan kesehatan dirinya,
jarang periksa kesehatan.
Saat hamil : Klien rutin periksa ke bidan dan dokter. Klien
mengatakan mengikuti nasehat dari tenaga kesehatan.
b. Pola aktivitas-latihan
Sebelum hamil : Klien mengatakan aktivitas sehari-hari sebagai ibu
rumah tangga.
Saat hamil : Klien mengatakan aktivitas dibantu oleh keluarganya
seperti makan, buang air kecil dan buang air besar.
c. Pola nutrisi-metabolisme
Sebelum hamil : Klien mengatakan makan 3 kali dalam sehari, tidak
ada gangguan makan dan minum.
Saat hamil : Klien mengatakan merasa asam di mulut, nafsu
makan berkurang, minum hanya 1 gelas. Klien mengatakan merasa mual
dan muntah kurang lebih 10 kali dalam sehari. Klien mengatakan setiap
kali makan dan minum muntah. Klien mengatakan berat badannya
menurun selama hamil. Klien mengatakan berat badan sebelum hamil 50
kg dan tinggi 152 cm.
d. Pola eliminasi
Sebelum hamil : Klien mengatakan buang air kecil 5-6x/hari, warna
kuning, bau amoniak, tidak ada kesulitan dalam berkemih. Klien
mengatakan buang air besar 1 kali sehari, konsistensi padat, warna
kuning, tidak ada masalah dalam buang air besar.
Saat hamil : Klien mengatakan buang air kecil 8x/hari, warna
kuning, bau amoniak, nyeri perut bawah saat berkemih. Klien mengatakan
buang air besar 1 kali sehari, konsistensi padat, warna kuning, tidak ada
masalah dalam buang air besar.
e. Pola tidur-istirahat
Sebelum hamil : Klien mengatakan tidur 6-8 jam setiap hari.
Saat hamil : Klien mengatakan tidur siang kurang lebih 1 jam dan
tidur malam sekitar 5 jam. Klien mengatakan susah tidur dan sering
terbangun karena merasa mual. Klien mengatakan merasa lemas jika
beraktivitas.

f. Pola kognitif-perseptual
Sebelum hamil : Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam proses
berfikir.
Saat hamil : Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam proses
berfikir.
g. Pola toleransi-koping stress
Sebelum hamil : Klien mengatakan tidak pernah berpikir sampai stress.
Saat hamil : Klien mengatakan tidak pernah berpikir sampai stress.
h. Pola persepsi diri-konsep diri
Sebelum hamil : Klien mengatakan bahwa sehari-harinya sebagai ibu
rumah tangga.
Saat hamil : Klien mengatakan khawatir terhadap kondisi dan
kandungannya. Klien mengatakan mematuhi aturan diet yang diberikan.
Klien tampak gelisah.
i. Pola seksual-reproduksi
Sebelum hamil : Klien mengatakan masih melakukan hubungan suami
istri.
Saat hamil : Klien tidak pernah melakukan hubungan suami istri
karena takut perdarahan.
j. Pola hubungan dan peran
Sebelum hamil : Klien mengatakan orang yang paling dekat dengan
klien adalah suami. Klien mengatakan penentu kebijakan dalam
menentukan keputusan pertolongan kesehatan adalah suaminya. Klien
mengatakan hubungan klien dengan keluarga terjalin dengan baik dan
tidak ada masalah.
Saat hamil : Klien mengatakan ia beradaptasi menjadi seorang ibu
karena kehamilannya memang direncanakan. Klien mengatakan orang
yang paling dekat dengan klien adalah suami. Klien mengatakan penentu
kebijakan dalam menentukan keputusan pertolongan kesehatan adalah
suaminya. Klien mengatakan hubungan klien dengan keluarga terjalin
dengan baik dan tidak ada masalah.
k. Pola nilai dan keyakinan
Sebelum hamil : Klien mengatakan bahwa semua kehidupan sudah
diatur oleh Tuhan.
Saat hamil : Klien mengatakan bahwa sakitnya adalah merupakan
ujian dari Tuhan.

II. DATA OBYEKTIF


1. Keadaan umum : lemah, tampak lemas
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 90/52 mmHg
b. Nadi : 67 x/menit
c. Suhu : 37 °C
d. Pernafasan : 19 x/menit
e. Saturasi Oksigen : 98 %
4. Tinggi badan : 152 cm
5. Berat badan : 47 kg
6. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
1) Rambut : warna hitam, bersih
2) Muka : simetris, tidak ada oedema, tidak ada lesi, tidak ada nyeri
tekan
3) Mata: simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
4) Hidung : simetris, tidak ada lesi, tidak ada oedema, tidak ada nyeri
tekan
5) Gigi dan mulut : simetris, bibir tampak kering, pucat, tidak ada caries
gigi, tidak ada lesi, tidak ada oedema
6) Telinga : simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak ada oedema, tidak ada
nyeri tekan
b. Leher
1) Kelenjar tiroid : tidak ada kelainan, tidak ada oedema
2) Vena jugularis : tidak ada pembesaran vena jugularis
c. Dada
1) Jantung : irama nadi teratur dan lambat, tidak ada kelainan
2) Paru : tidak ada kelainan, tidak ada suara napas tambahan
3) Payudara : puting susu datar, tidak terdapat lecet, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada benjolan
d. Abdomen
1) Bentuk : pembesaran perut sesuai dengan umur kehamilan
2) Strie : tidak terdapat strie
3) Linea : tidak terdapat linea
4) Bising usus : normal 25 x/menit
5) Palpasi leopold : tidak melakukan palpasi karena janin masih sangat
kecil
6) DJJ : 157 x/menit
e. Genetalia : tidak terdapat perdarahan, tidak terdapat nyeri tekan
f. Ekstermitas : simetris, tidak ada lesi, tidak ada oedema, tidak terdapat
nyeri tekan, tidak terdapat benjolan.
7. Tafsiran berat janin : 4 gram
8. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Urine
pH 7.0 4.5-8.0
Sedimen ery 1-2 plp 0-1
Leko 10-15 plp 0-1
Epithel 4-6 plp 0-1
Bact Positif plp Negatif
Plano Casset 1 Positif -
Hematologi
Lekosit 14.270 /mm3 4.500-13.500

Hematokrit 45.6 % 33-45

9. Terapi
a. Infus RL : D5 2 : 1
b. Ranitidin 3x1
c. Ondansetron 3x8
d. Pro usg Fm b/p
e. Injeksi antibiotik
f. Cefriaxone
ANALISA DATA

Pengelompokan Data Kemungkinan Penyebab Masalah


DS : Hiperemesis Gravidarum Hipovolemia ( D.0023)
Klien mengatakan
merasa lemah. Dehidrasi
DO :
- Nadi terasa lemah Kehilangan cairan berlebih

(67 x/menit)
- Tekanan darah Hipovolemia

menurun (112/62
mmHg)
- Turgor kulit
menurun
- Membran mukosa
kering
- Hematokrit
meningkat (38,7 %)
- Suhu tubuh
meningkat (37 °C)
- Berat badan turun
(47 kg)
DS : Vili khoriales masuk ke Nausea (D.0076)
Klien mengeluh mual, sirkulasi maternal
merasa ingin muntah,
tidak minat makan, Pernurunan peristaltik gaster
merasa asam di mulut.
DO : Peningkatan tekanan gaster

- Muntah kurang
lebih 10 kali Nausea

dalam sehari
- Pucat
- Bibir tampak
kering
DS : Kehamilan Nyeri Akut (D.0077)
Klien mengeluh nyeri
saat berkemih. Proses inflamasi
DO :
- Nafsu makan ISK

berubah
- Sulit tidur Respon peradangan

- Tampak
Rasa sakit dan panas pada
meringis
simpisis, dysuria
- Tampak gelisah

Nyeri akut
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Ditemukan Masalah Masalah Teratasi


. Keperawatan Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1. Hipovolemia b.d
kekurangan intake
cairan d.d merasa
lemah, nadi terasa
lemah, tekanan
darah menurun,
turgor kulit
menurun, membran
mukosa kering,
hematokrit
meningkat, suhu
tubuh meningkat,
berat badan turun
(D.0023).
2. Nausea b.d
kehamilan d.d
mengeluh mual,
merasa ingin
muntah, tidak minat
makan, merasa asam
di mulut, pucat
(D.0076).
3. Nyeri Akut b.d agen
pencedera fisiologis
(inflamasi) d.d
mengeluh nyeri saat
berkemih, tampak
meringis, gelisah,
sulit tidur, nafsu
makan berubah
(D.0077).
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Intervensi Keperawatan


. Keperawatan Tujuan dan Tindakan Rasional
Kriteria hasil keperawatan
1. Hipovolemia Tujuan : Manajemen 1. Untuk
b.d Setelah hipovolemia mengetahui tanda
kekurangan dilakukan (I.03116) dan gejala
intake cairan tindakan hipovolemia
Observasi
d.d merasa keperawatan 2. Memantau intake
1. Periksa tanda dan
lemah, nadi diharapkan dan output cairan
gejala
terasa lemah, status cairan 3. Mengetahui
hipovolemia (mis.
tekanan membaik. kebutuhan cairan
frekuensi nadi
darah Kriteria hasil: sesuai keadaan
meningkat, nadi
menurun, - Kekuatan klien
teraba lemah,
turgor kulit nadi 4. Metode untuk
tekanan darah
menurun, meningkat meprediksi
menurun,
membran - Turgor perbaikan
tekanan nadi
mukosa kulit hemodinamik
menyempit,
kering, meningkat kien dalam
turgor kulit
hematokrit pemberian
- Berat menurun,
meningkat, resusitasi cairan
badan
membran mukosa
suhu tubuh 5. Untuk memenuhi
meningkat
kering, volume
meningkat, kebutuhan cairan
- Perasaan urine menurun,
berat badan klien
lemah hematocrit
turun 6. Untuk memenuhi
menurun meningkat, haus,
(D.0023). kebutuhan cairan
- Frekuensi lemah)
klien
nadi 2. Monitor intake
7. Meminimalkan
membaik dan output cairan
atrofi otot,
- Tekanan Terapeutik meningkatkan
darah
3. Hitung kebutuhan sirkulasi,
membaik
cairan membantu
- Membran 4. Berikan posisi mencegah
mukosa kontraktur
modified
membaik 8. Dapat
Trendelenburg
- Kadar Ht 5. Berikan asupan menyeimbangkan
membaik cairan oral cairan dan
- Berat elektrolit
Edukasi
badan 9. Dapat
6. Anjurkan
membaik menyeimbangkan
memperbanyak
- Intake cairan dan
asupan cairan oral
cairan elektrolit
7. Anjurkan
membaik
menghindari
- Suhu perubahan posisi
tubuh
mendadak
membaik.
Kolaborasi
(L.03028)
8. Kolaborasi
pemberian cairan
IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
9. Kolaborasi
pemberian cairan
IV hipotonis
(mis. glukosa
2,5%, NaCl
0,4%)
2. Nausea b.d Tujuan : Manajemen mual 1. Untuk
kehamilan Setelah (I.03117) mengetahui
d.d dilakukan Observasi pengalaman
mengeluh tindakan 1. Identifikasi mual klien
mual, keperawatan pengalaman 2. Untuk
merasa ingin diharapkan mual mengetahui
muntah, nausea 2. Identifikasi penyebab mual
tidak minat menurun. faktor penyebab 3. Memantau
makan, Kriteria hasil: mual adanya mual
merasa asam - Nafsu 3. Monitor mual 4. Memantau
di mulut, makan (frekuensi, asupan nutrisi
pucat meningkat durasi, dan dan kalori
(D.0076). - Keluhan tingkat 5. Mengurangi
mual keparahan) mual
menurun 4. Monitor asupan 6. Mengurangi
- Perasaan nutrisi dan kalori keadaan
ingin Terapeutik penyebab mual
muntah 5. Kendalikan 7. Agar nafsu
menurun faktor makan klien
- Perasaan lingkungan meningkat
asam di penyebab mual 8. Dapat
mulut (mis. Bau tak mengembalikan
menurun sedap, suara dan stamina dan
- Pucat rangsangan klien menjadi
membaik. visual yang tidak segar
(L.08065) menyenangkan) 9. Dapat menambah
6. Kurangi atau berat badan
hilangkan 10. Untuk
keadaan mengurangi rasa
penyebab mual mual
(mis. 11. Mencegah atau
Kecemasan, menghilangkan
ketakutan, rasa mual
kelelahan)
7. Berikan
makanan dalam
jumlah kecil dan
menarik.
Edukasi
8. Anjurkan istrihat
dan tidur yang
cukup
9. Anjurkan
makanan tinggi
karbohidrat dan
rendah lemak
10. Ajarkan
penggunaan
teknik
farmakologis
untuk mengatasi
mual (mis.
Biofeedback,
hipnosis,
relaksasi, terapi
musik,
akupresur).
Kolaborasi
11. Kolaborasi
pemberian
antiemetik, jika
perlu.
1. Mengetahui
Manajemen muntah karakteristik
(I.03118) muntah
Observasi 2. Mengetahui
1. Identifikasi volume muntah
karakteristik 3. Mengetahui
muntah (mis. riwayat diet klien
warna, 4. Mengetahui
konsistensi, faktor penyebab
adanya darah, muntah
waktu, frekuensi 5. Memantau
dan durasi) keseimbangan
2. Periksa volume cairan dan
muntah elektrolit
3. Identifikasi 6. Mengurangi rasa
riwayat diet ingin muntah
(mis. makanan 7. Mengurangi rasa
yang disuka, ingin muntah
tidak disukai dan 8. Mencegah
budaya) aspirasi saat
4. Identifikasi muntah
faktor penyebab 9. Agar tidak
muntah menyumbat jalan
5. Monitor napas
keseimbangan 10. Menjaga
cairan dan kebersihan mulut
elektrolit. dan hidung
Terapeutik 11. Agar muntah
6. Kontrol faktor dapat keluar
lingkungan 12. Agar klien
penyebab nyaman dan
muntah (mis. rileks
Bau tak sedap, 13. Cairan karbonasi
suara dan dapat
stimulus visual meningkatkan
yang tidak rangsang
menyenangkan) berkemih lebih
7. Kurangi atau cepat
hilangkan 14. Agar lingkungan
keadaan sekitar klien
penyebab tetap bersih
muntah (mis. 15. Meningkatkan
Kecemasan, stamina dan
ketakutan) klien menjadi
8. Atur posisi segar
untuk mencegah 16. Untuk
aspirasi mengurangi rasa
9. Pertahankan ingin muntah
kepatenan jalan 17. Mencegah dan
napas menghilangkan
10. Bersihkan mulut rasa ingin
dan hidung muntah
11. Berikan
dukungan fisik
saat muntah
(mis. membantu
membungkuk
atau
menundukkan
kepala)
12. Berikan
kenayamanan
selama muntah
(mis. kompres
dingin di dahi,
atau sediakan
pakaian kering
dan bersih)
13. Berikan cairan
yang tidak
mengandung
karbonasi
minimal 30
menit setelah
muntah
Edukasi
14. Anjurkan
membawa
kantong plastik
untuk
menampung
muntah
15. Anjurkan
memperbanyak
istirahat
16. Ajarkan
penggunaan
teknik
farmakologis
untuk mengelola
muntah (mis.
Biofeedback,
hipnosis,
relaksasi, terapi
musik,
akupresur).
Kolaborasi
17. Kolaborasi
pemberian
antiemetik, jika
perlu.
3. Nyeri Akut Tujuan : Pemberian 1. Mengetahui
b.d agen Setelah Analgesik (I.08243) karakteristik
pencedera dilakukan Observasi nyeri
fisiologis tindakan 1. Identifikasi 2. Mengetahui
(inflamasi) keperawatan karakteristik riwayat alergi
d.d diharapkan nyeri (mis. obat klien
mengeluh tingkat nyeri pencetus, pereda, 3. Menyesuaikan
nyeri saat menurun. kualitas, lokasi, jenis analgesik
berkemih, Kriteria hasil: intensitas, sesuai kondisi
tampak - Keluhan frekuensi, klien
meringis, nyeri durasi) 4. Mengetahui hasil
gelisah, sulit menurun 2. Identifikasi tanda-tanda vital
tidur, nafsu - Meringis riwayat alergi sebelum dan
makan menurun obat sesudah
berubah - Gelisah 3. Identifikasi pemberian
(D.0077). menurun kesesuaian jenis analgesik
- Kesulitan analgesik 5. Memantau
tidur 4. Monitor tanda- efektifitas
menurun tanda vital analgesik
- Muntah sebelum dan 6. Untuk mencapai
menurun sesudah analgesia
- Mual pemberian 7. Untuk
menurun analgesik mempertahankan
- Frekuensi 5. Monitor kadar dalam
nadi efektifitas serum
membaik analgesik 8. Untuk
- Tekanan Terapeutik mengoptimalkan
darah 6. Diskusikan jenis respons pasien
membaik analgesik yang 9. Memantau hasil
- Fungsi disukai untuk respons terhadap
berkemih mencapai efek analgesik
membaik analgesia dan efek yang
- Nafsu optimal, jika tidak diinginkan
makan perlu 10. Agar klien
membaik 7. Pertimbangkan memahami terapi
- Pola tidur penggunaan dan efek
membaik. infus kontinu, samping obat
atau bolus oploid
(I.08066) untuk 11. Mengurangi rasa
mempertahankan nyeri
kadar dalam
serum
8. Tetapkan target
efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan
respons pasien
9. Dokumentasikan
respons terhadap
efek analgesik
dan efek yang
tidak diinginkan.
Edukasi
10. Jelaskan terapi
dan efek
samping obat.
Kolaborasi
11. Kolaborasi
pemberian dosis
dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. No. Diagnosa Tindakan Keperawatan Tanda


Keperawatan Tangan
1. D.0023 17 Oktober 11.00 WIB
- Mengobservasi TTV
R:
TD : 90/52 mmHg
N : 67 x/menit
S : 37°C
RR : 19 x/menit
SPO2 : 98 %
- Memonitor kehilangan cairan seperti
muntah
R : klien mengatakan masih mual dan
ingin muntah
- Memonitor makanan yang dikonsumsi
R : klien makan nasi hanya 4 sendok
yang disediakan di Rumah Sakit
- Meningkatkan asupan oral
R : klien mengatakan sudah minum air
putih 1 gelas
- Mengkolaborasikan pemberian cairan
IV
R : klien kooperatif, klien diberi cairan
RL 14 tpm dan D5 7 tpm.

18 Oktober 09.00 WIB


- Mengobservasi TTV
R:
TD : 98/52 mmHg
N : 67 x/menit
S : 36,9 °C
RR : 20 x/menit
SPO2 : 98 %
- Memonitor kehilangan cairan seperti
muntah
R : klien mengatakan masih mual tetapi
sudah tidak muntah
- Memonitor makanan yang dikonsumsi
R : klien makan nasi yang disediakan di
Rumah Sakit, 1 porsi habis
- Meningkatkan asupan oral
R : klien mengatakan sudah minum air
putih 2 gelas
- Mengkolaborasikan pemberian cairan
IV
R : klien kooperatif, klien diberi cairan
RL 14 tpm dan D5 7 tpm.

19 Oktober 08.30 WIB


- Mengobservasi TTV
R:
TD : 112/62 mmHg
N : 76 x/menit
S : 36,7 °C
RR : 20 x/menit
SPO2 : 99 %
- Memonitor kehilangan cairan seperti
muntah
R : klien mengatakan tidak mual dan
tidak muntah
- Memonitor makanan yang dikonsumsi
R : klien makan nasi yang disediakan di
Rumah Sakit, 1 porsi habis
- Meningkatkan asupan oral
R : klien mengatakan sudah minum air
putih 2 gelas
- Memberikan edukasi untuk rencana
pulang
R : klien kooperatif
2. D.0076 17 Oktober 11.30 WIB
- Mengkaji pola makan klien
R : klien mengatakan kurang nafsu
makan
- Menganjurkan makan porsi kecil dan
sering
R : klien mengatakan makan hanya 4
sendok. Klien mengatakan setiap kali
makan dan minum muntah, masih mual
dan merasa asam di mulut.
- Memberikan makanan dalam porsi
hangat
R : keluarga sudah memberikan
makanan dalam keadaan hangat
- Memberikan air minum pada saat
makan
R : keluarga menyediakan air minum
saat makan
- Memberikan makanan kesukaan klien
R : klien mengatakan mempunyai alergi
ikan, telur
- Menciptakan lingkungan yang
menyenangkan saat makan
R : untuk saat ini suasana kamar
nyaman dan tenang
- Memberikan obat sesuai anjuran dokter
R : klien kooperatif
- Mengkolaborasikan dengan ahli gizi
R : klien diberikan makanan diit nasi
tim tinggi kalori tinggi protein

18 Oktober 2022 09.30 WIB


- Mengkaji pola makan klien
R : klien mengatakan nafsu makan
meningkat
- Menganjurkan makan porsi kecil dan
sering
R : klien mengatakan makan 1 porsi
habis tetapi masih merasa asam di
mulut.
- Memberikan makanan kesukaan klien
R : klien mengatakan mempunyai alergi
ikan, telur
- Menciptakan lingkungan yang
menyenangkan saat makan
R : untuk saat ini suasana kamar
nyaman dan tenang
- Memberikan obat sesuai anjuran dokter
R : klien kooperatif
- Mengkolaborasikan dengan ahli gizi
R : klien diberikan makanan diit nasi
tim tinggi kalori tinggi protein

19 Oktober 2022 09.00 WIB


- Mengkaji pola makan klien
R : klien mengatakan nafsu makan
meningkat
- Menganjurkan makan porsi kecil dan
sering
R : klien mengatakan makan 1 porsi
habis
- Memberikan obat sesuai anjuran dokter
R : klien kooperatif
- Memberikan edukasi untuk rencana
pulang
R : klien kooperatif
3. D.0077 17 Oktober 12.00 WIB
- Mengidentifikasi karakteristik nyeri
(mis. pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
R:
P : Nyeri timbul saat BAK
Q : nyeri seperti tertusuk tusuk
R : nyeri terjadi di perut bagian bawah
S:5
T : nyeri timbul saat BAK
- Mengidentifikasi riwayat alergi obat
R : klien mengatakan tidak mempunyai
riwayat alergi obat
- Memonitor efektifitas analgesik
R : klien mengatakan nyeri berkurang
saat BAK
- Mempertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus oploid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
R : klien diberi cairan RL 14 tpm dan
D5 7 tpm.
- Menjelaskan terapi dan efek samping
obat.
R : klien kooperatif
- Memberikan obat sesuai anjuran dokter
R : Klien kooperatif

18 Oktober 10.00 WIB


- Mengidentifikasi karakteristik nyeri
(mis. pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
R:
P : Nyeri timbul saat BAK
Q : nyeri seperti tertusuk tusuk
R : nyeri terjadi di perut bagian bawah
S:4
T : nyeri timbul saat BAK
- Memonitor efektifitas analgesik
R : klien mengatakan nyeri berkurang
saat BAK
- Mempertimbangkan penggunaan infus
kontinu, atau bolus oploid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
R : klien diberi cairan RL 14 tpm dan
D5 7 tpm.
- Menjelaskan terapi dan efek samping
obat.
R : klien kooperatif
- Memberikan obat sesuai anjuran dokter
R : Klien kooperatif

19 Oktober 09.30 WIB


- Mengidentifikasi karakteristik nyeri
(mis. pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
R:
P : Nyeri timbul saat BAK
Q : nyeri seperti tertusuk tusuk
R : nyeri terjadi di perut bagian bawah
S:3
T : nyeri timbul saat BAK
- Memonitor efektifitas analgesik
R : klien mengatakan nyeri berkurang
saat BAK
- Memberikan edukasi untuk rencana
pulang
R : Klien kooperatif

EVALUASI KEPERAWATAN

Tangga Diagnosa Evaluasi Keperawatan Paraf


l Keperawatan
17 Hipovolemia S : Klien mengatakan masih mual dan
Oktobe b.d kekurangan ingin muntah, klien makan hanya 4 sendok
r 2022 intake cairan d.d dan 1 gelas air putih. Klien merasa lemah.
merasa lemah, O : KU : Lemah
nadi terasa Kesadaran : Composmentis
lemah, tekanan Turgor kulit kurang baik
darah menurun, Membran mukosa kering
turgor kulit TD : 101/58 mmHg
menurun, N : 68 x/menit
membran S : 36,8 °C
mukosa kering, BB : 47
hematokrit Ht : 45,2 %
meningkat, suhu A : Masalah teratasi sebagian
tubuh P : Intervensi dilanjutkan
meningkat,
berat badan
turun (D.0023).
Nausea b.d S : Klien mengatakan kurang nafsu makan,
kehamilan d.d makan hanya 4 sendok, setiap kali makan
mengeluh mual, dan minum muntah, masih mual dan
merasa ingin merasa asam di mulut.
muntah, tidak O : Klien tampak pucat
minat makan, TD : 101/58 mmHg
merasa asam di N : 68 x/menit
mulut, pucat S : 36,8 °C
(D.0076). RR : 19 x/menit
SPO2 : 98 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Nyeri Akut b.d S : Klien mengatakan nyeri saat BAK
agen pencedera berkurang
fisiologis P : Nyeri timbul saat BAK
(inflamasi) d.d Q : nyeri seperti tertusuk tusuk
mengeluh nyeri R : nyeri terjadi di perut bagian bawah
saat berkemih, S:4
tampak T : nyeri timbul saat BAK
meringis, O : klien tampak meringis
gelisah, sulit Klien tampak gelisah dan sulit tidur
tidur, nafsu Tidak nafsu makan
makan berubah TD : 101/58 mmHg
(D.0077). N : 68 x/menit
S : 36,8 °C
RR : 19 x/menit
SPO2 : 98 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
18 Hipovolemia S : Klien mengatakan masih mual tetapi
Oktobe b.d kekurangan sudah tidak muntah, makan 1 porsi habis
r 2022 intake cairan d.d dan minum 2 gelas. Klien merasa lemah.
merasa lemah, O : KU : Sedang
nadi terasa Kesadaran : Composmentis
lemah, tekanan Turgor kulit baik
darah menurun, Membran mukosa lembab
turgor kulit TD : 100/61 mmHg
menurun, N : 73 x/menit
membran S : 36,7 °C
mukosa kering, BB : 48 kg
hematokrit Ht : 44,3 %
meningkat, suhu A : Masalah teratasi sebagian
tubuh P : Intervensi dilanjutkan
meningkat,
berat badan
turun (D.0023).
Nausea b.d S : Klien mengatakan nafsu makan
kehamilan d.d meningkat, makan 1 porsi habis tetapi
mengeluh mual, masih merasa asam di mulut.
merasa ingin O : klien tidak tampak pucat
muntah, tidak TD : 100/61 mmHg
minat makan, N : 73 x/menit
merasa asam di S : 36,7 °C
mulut, pucat RR : 20 x/menit
(D.0076). SPO2 : 98 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Nyeri Akut b.d S : Klien mengatakan nyeri saat BAK
agen pencedera berkurang
fisiologis P : Nyeri timbul saat BAK
(inflamasi) d.d Q : nyeri seperti tertusuk tusuk
mengeluh nyeri R : nyeri terjadi di perut bagian bawah
saat berkemih, S:3
tampak T : nyeri timbul saat BAK
meringis,
gelisah, sulit O : tampak meringis berkurang
tidur, nafsu Klien tidak tampak gelisah tetapi masih
makan berubah sulit tidur
(D.0077). Nafsu makan meningkat
TD : 100/61 mmHg
N : 73 x/menit
S : 36,7 °C
RR : 20 x/menit
SPO2 : 98 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
19 Hipovolemia S : Klien mengatakan sudah tidak mual dan
Oktobe b.d kekurangan tidak muntah, makan 1 porsi habis. Klien
r 2022 intake cairan d.d sudah tidak merasa lemah.
merasa lemah, O : KU : Baik
nadi terasa Kesadaran : Composmentis
lemah, tekanan Turgor kulit baik
darah menurun, Membran mukosa lembab
turgor kulit TD : 116/70 mmHg
menurun, N : 84 x/menit
membran S : 36,5 °C
mukosa kering, BB : 48 kg
hematokrit Ht : 38,7 %
meningkat, suhu A : Masalah teratasi
tubuh P : Intervensi dihentikan (pasien KRS)
meningkat,
berat badan
turun (D.0023).
Nausea b.d S : Klien mengatakan nafsu makan
kehamilan d.d meningkat, makan 1 porsi habis, tidak ada
mengeluh mual, mual dan tidak muntah, tidak merasa asam
merasa ingin di mulut.
muntah, tidak O : klien tidak tampak pucat
minat makan, TD : 116/70 mmHg
merasa asam di N : 84 x/menit
mulut, pucat S : 36,5 °C
(D.0076). RR : 20 x/menit
SPO2 : 99 %
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan (pasien KRS)
Nyeri Akut b.d S : Klien mengatakan nyeri saat BAK
agen pencedera berkurang
fisiologis P : Nyeri timbul saat BAK
(inflamasi) d.d Q : nyeri seperti tertusuk tusuk
mengeluh nyeri R : nyeri terjadi di perut bagian bawah
saat berkemih, S:2
tampak T : nyeri timbul saat BAK
meringis, O : klien tidak tampak meringis
gelisah, sulit klien tidak tampak gelisah
tidur, nafsu klien sudah tidak sulit tidur
makan berubah nafsu makan meningkat
(D.0077). TD : 116/70 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,5 °C
RR : 20 x/menit
SPO2 : 99 %
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan (pasien KRS)

Anda mungkin juga menyukai