DI POLI
OLEH
SRI WAHYUNI
K.20.01.028
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih dari
10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan
cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit, sehingga menganggu
aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam kandungan (Kadir et al,
2019).
Hiperemesis gravidarum dapat mempengaruhi status kesehatan ibu serta tumbuh
kembang janin, pada kehamilan 16 minggu pertama 70-80% wanita mengalami
mual dan muntah, 60% wanita mengalami muntah, sementara 33% wanita
hanya mengalami mual. Apabila semua makanan yang dimakan dimuntahkan
pada ibu hamil, maka berat badan akan menurun, turgor kulit berkurang dan
timbul asetonuria (Morgan et al, 2010).
B. Klasifikasi
Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013) :
1. Tingkat I
a. Ibu merasa lemah
b. Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum
c. Nafsu makan tidak ada
d. Berat badan menurun, temperatur tubuh meningkat
e. Nadi meningkat sekitar 100 per menit dan tekanan darah sistolik menurun
f. Turgor kulit mengurang
g. Lidah mengering mata cekung
h. Merasa nyeri pada epigastrium
2. Tingkat II
a) Ibu tampak lebih lemah dan apatis
b) Berat badan turun
c) Tensi turun, nadi kecil dan cepat
d) Suhu kadang-kadang naik
e) Mata sedikit ikterik dan cekung
f) Turgor kulit lebih mengurang
g) Lidah mengering dan tampak kotor
h) Hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi
i) Aseton tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang
khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing
3. Tingkat III
a) Keadaan umum lebih parah
b) Muntah berhenti
c) Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
d) Nadi kecil dan cepat
e) Suhu meningkat
f) Tensi menurun
g) Mulut kering dan kotor, pernapasan bau aseton
h) Mata cekung dan timbulnya icterus
C. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak
ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak
ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak,
jantung, hati, dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta
zat-zat lain akibat inanisi. Menurut (Khayati, 2013) terdapat beberapa
faktor predisposisi dan faktor lain, yaitu :
1. Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim (hidramnion,
kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa)
2. Faktor organik : masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal,
perubahan metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak
ibu dan alergi.
3. Faktor psikologis : rumah tangga yang retak, hamil yang tidak
diinginkan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu dan kehilangan pekerjaan.
Selain itu menurut (Jusuf CE, 2016) riwayat gestasi juga dapat
mempengaruhi penyebab hiperemesis, dimana ibu hamil yang
mengalami mual dan muntah sekitar 60-80% pada (primigravida), 40-
60% pada (multigravida).
D. Patofisiologis
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis
hipokloremik.Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena
oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton – asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam
darah. Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan karena
muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat
menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah berkurang.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi
lewat ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat
merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan.
Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat
terjadi robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung (Sindroma
Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya
robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai
diperlukan transfusi atau tindakan operatif (Wiknjosastro, 2005).
E. Manifestasi Klinis
Sakit kepala
Konstipasi
Sangat sensitif terhadap bau
Produksi air liur berlebihan
Inkontinensia urine
Jantung berdebar
Gejala hiperemesis gravidarum biasanya muncul di usia kehamilan
4-6 minggu dan mulai mereda pada usia kehamilan 14-20
minggu.Mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil cenderung akan
membuat mereka menjadi lebih lemah dan akan meningkatkan
kecemasaan terhadap kejadian yang lebih parah. Masalah psikologis
juga berperan pada parahnya mual dan muntah serta perkembangan
hiperemesis gravidarum. Masalah psikologis yang terjadi pada ibu
hamil akan cenderung mengalami mual dan muntah dalam kehamilan,
atau memperburuk gejala yang sudah ada serta mengurangi
kemampuan untuk mengatasi gejala normal. Selain itu
ketidakseimbangan psikologis ibu hamil seperti cemas, rasa bersalah,
mengasihani diri sendiri, ingin mengatasi konflik secara serius,
ketergantungan atau hilang kendali akan memperberat keadaan mual
dan muntah yang dialaminya sehingga akan lebih ditakutkan keadaan
mual muntah tersebut menjadi lebih buruk dan menyebabkan
terjadinya hiperemesis gravidarum (Tiran, 2008).
F. Komplikasi
Dehidrasi akibat kekurangan asupan cairan.
Perdarahan pada kerongkongan akibat muntah berkepanjangan.
Bayi lahir dengan berat badan rendah
Jika penanganan tidak segera dilakukan, hiperemesis gravidarum
dapat menyebabkan organ-organ tubuh ibu hamil gagal berfungsi dan bayi
terlahir prematur.
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan
Langkah pencegahan hiperemesis gravidarum belum diketahui. Meski
begitu, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meredakan morning
sickness sehingga tidak berkembang menjadi hiperemesis gravidarum,
yaitu:
Memperbanyak istirahat untuk meredakan stres dan
menghilangkan rasa lelah.
Mengonsumsi makanan tinggi protein, rendah lemak, dan
bertekstur halus agar mudah ditelan dan dicerna.
Mengonsumsi makanan dalam porsi kecil, namun sering. Hindari
makanan berminyak, pedas, atau berbau tajam yang dapat memicu
rasa mual.
Memperbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi, dan
mengonsumsi minuman yang mengandung jahe untuk meredakan
mual dan menghangatkan tubuh.
Mengonsumsi suplemen kehamilan untuk mencukupi kebutuhan
vitamin dan zat besi selama hamil.
Menggunakan aromaterapi untuk mengurangi mual di pagi hari.
Menjaga kesehatan kehamilan selama trimester pertama juga
penting dilakukan untuk mencegah hiperemesis gravidarum. Salah
satunya adalah dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara
rutin.
I. Pencegahan
Memperbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi.
Mengonsumsi minuman yang mengandung jahe untuk meredakan mual
dan menghangatkan tubuh. Mengonsumsi suplemen kehamilan untuk
mencukupi kebutuhan vitamin dan zat besi selama hamil. Menggunakan
aromaterapi untuk mengurangi mual di pagi hari.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi, dan
diagnosa keperawatan.
2. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Merupakan informasi tentang keadaan & keluhan-keluhan klien, lokasi,
penjalaran, kualitas & intensitas serangan, faktor-faktor predisposisi atau
presipitasi serta hal apa saja yang telah dilakukan untuk mengurangi
keluhan.
3. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling menonjol yang dirasakan klien dan
merupakan alasan yang membuat klien datang ke RS.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat penyakit yang pernah diderita klien terutama penyakit yang
mendukung munculnya penyakit saat ini. Misalnya Hipertensi, DM, dan
lain sebagainya.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mencantumkan keterangan tentang kondisi kesehatan anggota keluarga saat
ini, nama penyakit yang diderita, penyebab meninggal dan usia.
6. Riwayat Psiko-Sosio-Spiritual
Dampak yang dapat ditimbulkan pada kehidupan sosial klien. Klien
maupun keluarga menghadapi situasi yang menghadirkan kemungkinan
kematian atau rasa takut terhadap nyeri, ketidakmampuan, gangguan harga
diri, ketergantungan fisik, serta perubahan dinamika peran keluarga, dan
sebagainya.
7. Kebutuhan Dasar / Pola Kebiasaan Sehari-Hari
Meliputi kebiasaan Makan, Minum, Tidur, Eliminasi fekal/BAB, Eliminasi
urine/BAK, Aktifitas dan latihan, dan Personal hygiene.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien
dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga diamati
apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau koma.
Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak
sakit.
b. Head to Toe
1) Kepala dan wajah
Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun, tampak perubahan
ekspresi wajah seperti meringis atau merintih, terdapat atau tidak nyeri
pada rahang.
2) Leher
Tampak distensi vena jugularis, terdapat atau tidak nyeri pada leher.
3) Hidung
Hidung simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada sekret, tidak ada
cuping hidung, tidak ada lesi.
4) Telinga
Bentuk, canalis bersih/tidak, Tinitus (keluar cairan putih dari lubang
telinga), kehilangan pendengaran.
5) Mulut
Mulut bersih atau kotor, mukosa bibir keringatau lembab.
6) Dada
Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra S3/S4
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau
murmur menunjukkan gangguan katup atau disfungsi otot papilar dan
perikarditis.
Paru-paru: suara nafas bersih, krekels, mengi, wheezing, ronchi,
terdapat batuk dengan atau tanpa sputum, terdapat sputum bersih, kental
ataupun merah muda.
7) Abdomen
Terdapat nyeri/rasa terbakar epigastrik, bising usus normal/menurun.
8) Ekstremitas
Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin, terdapat edema perifer dan
edema umum, kelemahan atau kelelahan, pucat atau sianosis, kuku datar,
pucat pada membran mukosa dan bibir
B. Diagnosa keperawatan
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna
makana
C. Intervensi keperawatan