Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN (HEG)

HIPEREMISIS GRAVIDARUM

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2023/2024
A. Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual


dan keluhan mual dan muntah hebat lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang
dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit,
sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam kandungan
(Kadir et al, 2019).

Hiperemesis gravidarum dapat mempengaruhi status kesehatan ibu serta tumbuh


kembang janin, pada kehamilan 16 minggu pertama 70-80% wanita mengalami mual dan
muntah, 60% wanita mengalami muntah, sementara 33% wanita hanya mengalami mual.
Apabila semua makanan yang dimakan dimuntahkan pada ibu hamil, maka berat badan
akan menurun, turgor kulit berkurang dan timbul asetonuria (Morgan et al, 2010).

B. Etiologi
Penyebab Hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti. Akan tetapi menurut
(Farrer, 2015) ada Faktor Predisposisi diantaranya adalah :
1. Umumnya terjadi pada Primigravida, Molahidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda
akibat peningkatan kadar HCG.
2. Faktor Organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan - perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu
respon dari jaringan ibu terhadap janin.
3. Faktor Fsikologis : Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai
ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup.
C. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil
muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya
elektrolit. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi
butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan volume cairan yang diminum dan
kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstra seluler dan
plasma berkurang. Natrium dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat
menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah berkurang. Kekurangan kalium
sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi
muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan.
Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada
selaput lender esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat
perdarahan gastrointestinal (Khayati, 2015).
Pathway Keperawatan Hiperemesis Gravidarum

Peningkatan Hormon
Estrogen & HCG

Menghambat ambang
depolarisasi saraf enteric
Ansietas
Faktor
Penurunan pompa pylorus Psikologis : Gangguan Pola Tidur
Idiopatik Takut, Cemas

Peningkatan
HIPEREMESIS GRAVIDARUM Defisit Pengetahuan
tekanan
lambung

Refluk sebagian Hcl Kehilangan cairan berlebih Intake Nutrisi Menurun

Asam laktat, asam lambung Dehidrasi Metabolisme Tubuh Menurun


Nafsu makan menurun Kehilangan Volume Cairan / Pemecahan cadangan


Cairan esktra seluler & plasma
protein dan lemak
tidak sempurna
Mual Anoreksia & muntah
Defisit Volume Cairan

Kelemahan Umum
Nausea Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Intoleransi Aktivitas
D. Manifestasi Klinis
Tanda gejala Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2015) :
Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat hamil, yang bisa
terjadi hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa sampai mengakibatkan
hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan. Muntah yang berlebihan juga dapat
menyebabkan ibu hamil merasa pusing, lemas, dan mengalami dehidrasi.
Selain mual dan muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis gravidarum juga dapat
mengalami gejala tambahan berupa :
1. Sakit kepala Konstipasi
2. Sangat sensitif terhadap bau
3. Produksi air liur berlebihan
4. Inkontinensia urine
5. Jantung berdebar

Gejala hiperemesis gravidarum biasanya muncul di usia kehamilan 4-6 minggu dan
mulai mereda pada usia kehamilan 14-20 minggu. Mual dan muntah yang dirasakan ibu
hamil cenderung akan membuat mereka menjadi lebih lemah dan akan meningkatkan
kecemasaan terhadap kejadian yang lebih parah. Masalah psikologis juga berperan pada
parahnya mual dan muntah serta perkembangan hiperemesis gravidarum. Masalah
psikologis yang terjadi pada ibu hamil akan cenderung mengalami mual dan muntah
dalam kehamilan, atau memperburuk gejala yang sudah ada serta mengurangi
kemampuan untuk mengatasi gejala normal. Selain itu ketidakseimbangan psikologis ibu
hamil seperti cemas, rasa bersalah, mengasihani diri sendiri, ingin mengatasi konflik
secara serius, ketergantungan atau hilang kendali akan memperberat keadaan mual dan
muntah yang dialaminya sehingga akan lebih ditakutkan keadaan mual muntah tersebut
menjadi lebih buruk dan menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum (Tiran, 2018).

E. Komplikasi
Menurut (hutahean, 2013) komplikasi hiperemesis gravidarum adalah :
1. Dehidrasi berat
2. Ikterik
3. Takikardia
4. Suhu meningkat
5. Alkalosis
6. Kelaparan
7. Gangguan emosial yang berhubungan dengan kehamilan
8. Menarik diri
9. Depresi
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penyakit hiperemesis gravidarum menurut
(Nurarif & Kusuma, 2016) :
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan
adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta
3. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN
4. Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT dan kadar LDH
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada kasus hiperemesis gravidarum menurut
(Khayati, 2015) yaitu dengan cara :
1. Memberikan Penkes tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik.
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil
tetapi sering.
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih
dahulu makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindari.
6. Makanan disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
7. Menghindari kekurangan karbodidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan
yang banyak mengandung gula.
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang, maka diperlukan seperti:
1. Obat — obatan
a. Sedativa : Phenobarbital
b. Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B kompleks
c. Anti histamine : dramamin, avomin
d. Anti emetik (pada keadaan lebih berat) : Dislikomin hidrokloride atau
khlorpromasine.
e. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit
2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah danperedaran udara
yang baik, catat cairan yang keluar masuk, hanya dokter dan perawat yang boleh masuk
ke dalam kamar penderita sampai muntah berhenti pada penderita mau makan. Tidak
diberikan makanan atau minuman dan selama 24 jam.
3. Terapi psikologika
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah
dan konflik.
4. Cairan parenteral
Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam
cairan fisiologis (2-3 liter/hari), dapat ditambah kalium dan vitamin (vitamin B
komplek, vitamin C), bila kekurangan protein dapat diberiakan asam amino secara
intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik
dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair.
5. Menghentikan kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifestasi
komplikasi organis adalah delirium, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan dalam
keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan keadaan yang
memerlukan
pertimbangan gugur kandung diantaranya :
1. Gangguan kejiwaan ditandai dengan : delirium, apatis, somnolen sampai koma,
terjadi gangguan jiwa.
2. Gangguan penglihatan ditandai dengan : pendarahan retina, kemunduran penglihatan.

A. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hiperemesis Gravidarum


A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data,
mengelompokkan, dan menganalisis, sehingga didapatkan masalah dan kebutuhan
untuk perawatan ibu. Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberikan gambaran
secara terus-menerus mengenai keadaan kesehatan ibu yang memungkinkan perawat
merencanakan asuhan keperawatan (Mitayani, 2019).
a. Pengkajian Data Subjektif
1. Biodata
Data ini meliputi : nama klien dan suami, usia, suku bangsa, agama, pendidikan
terakhir, pekerjaan dan penghasilan serta alamat (Manurung, 2015). Usia, 20
tahun dan >35 tahun lebih berisiko terhadap kejadian hiperemesis gravidarum
(Anasari, 2015). Pekerjaan, ibu yang bekerja lebih berisiko terhadap kejadian
hiperemesis gravidarum (Soekanto, 2015). Pendidikan, mempunyai pengaruh
dalam berperilaku kesehatan (misalnya pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil
(Umboh, 2015).
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan oleh ibu sesuai
dengan gejala-gejala pada hiperemesis gravidarum, yaitu : mual dan muntah yang
terus menerus, merasa lemah dan kelelahan, merasa haus dan terasa asam di mulut,
serta konstipasi dan demam. Selanjutnya juga dapat ditemukan berat badan yang
menurun. Turgor kulit yang buruk dan gangguan elektrolit. Terjadinya oliguria,
takikardia, mata cekung, dan ikterus (Mitayani, 2015).
C. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kemungkinan ibu pernah mengalami hiperemesis gravidarum sebelumnya,
kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit yang berhubungan dengan saluran
pencernaan yang menyebabkan mual muntah (Mitayani, 2019).
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga
E. Riwayat Menstruasi
a. Kemungkinan menarche usia 12-14 tahun
b. Siklus 28-30 hari
c. Lamanya 5-7 hari
d. Banyaknya 2-3 kali ganti duk/hari
e. Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala, dan muntah
F. Riwayat Perkawinan
Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda
G. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Hamil muda : ibu pusing, mual dan muntah, serta tidak ada nafsu makan.
b. Hamil tua : pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai berat badan, tekanan
darah, dan tingkat kesadaran.
H. Riwayat keluarga berencana
Penggunaan kontrasepsi hormonal diduga mempengaruhi terjadinya mual muntah
yang dapat mempengaruhi penyerapan mual dan muntah sehingga dapat
memperparah mual dan muntah (Tiran, 2018).
1. Data Psikologi
Riwayat psikologi sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan jiwa ibu
sehubungan dengan perilaku terhadap kehamilan. Keadaan jiwa ibu yang labil, mudah
marah, cemas, takut akan kegagalan persalinan, mudah menangis, sedih, serta
kekecewaan dapat memperberat mual dan muntah. Pola pertahanan diri koping yang
digunakan ibu bergantung pada pengalamannya terhadap kehamilan serta dukungan
dair keluarga dan perawat.
a. Paritas
Paritas banyak (lebih dari 4) mempunyai risiko tinggi terjadinya hyperemesis
gravidarum (Annisa, 2015).
b. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1. Makan : Frekuensi, jenis makanan, jumlah, pantangan, dan makanan kesukaan
2. Minum : Frekuensi, banyaknya, jenis minuman, dan minuman kesukaan.
3. Istirahat : Siang, malam, dan keluhan
c. Personal hygienie : Mandi, sikat gigi, ganti baju, ganti celana dalam dan bra,
potong kuku, dan keramas.
d. Aktivitas: Ditempat dan dirumah
e. Hubungan Seksual: Frekuensi dan keluhan
2. Pengkajian Data Objektif
a. Status hidrasi meliputi turgor kulit, keadaan membran mukosa (kering atau
lembab), dan oliguria
b. Status kardiovaskuler seperti kualitas nadi (kuat atau lemah), takikardia, atau
terjadinya hipotensi ortostatik
c. Keadaan abdomen
Meliputi suara abdomen (biasanya hipoaktif merupakan keadaan normal
dalam kehamilan), adanya nyeri lepas atau nyeri tekan, adanya distensi,
adanya hepatosplenomegali, dan tanda Murphy dan tanda Mc.Burney‘s
d. Genitourinaria
Seperti nyeri kostovertebral dan nyeri suprapubik
e. Eliminasi
Seperti perubahan pada konsistensi feces, konstipasi, dan penurunan frekuensi
berkemih
f. Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan
abortus terapeutik
g. Aktivitas istirahat
Istiahat kurang, terjadi kelemahan tekanan darah sistol menurun, dan denyut
nadi meningkat (>100 kali per menit)
h. Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh dalam koma
i. Keadaan janin
Meliputi pemeriksaan denyut jantung janin, tinggi fundus uterus, dan
perkembangan janin (apakah sesuai dengan usia kehamilan)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi Aktivitas Berhubungan Dengan Kelemahan Umum
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan Dengan
gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan
melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
C. Rencana Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi SIKI


1 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi Terapi aktivitas SIKI
Berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 (I.01026)
kelemahan umum jam, maka toleransi aktivitas Observasi
meningkat, dengan kriteria - Identifikasi defisit
hasil: tingkat aktivitas
1. Keluhan Lelah - Identifikasi
menurun kemampuan
2. Frekuensi nadi berpartisipasi
membaik dalam aktivitas
tertentu
- Identifikasi
sumber daya
untuk aktivitas
yang diinginkan
- Identifikasi
strategi
meningkatkan
partisipasi dalam
aktivitas
- Identifikasi
makna aktivitas
rutin (mis:
bekerja) dan
waktu luang
- Monitor respons
emosional, fisik,
sosial, dan
spiritual terhadap
aktivitas
Terapeutik
- Fasilitasi fokus
pada kemampuan,
bukan defisit yang
dialami
- Sepakati
komitmen untuk
meningkatkan
frekuensi dan
rentang aktivitas
- Fasilitasi memilih
aktivitas dan
tetapkan tujuan
aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan
sosial
- Koordinasikan
pemilhan aktivitas
sesuai usia
- Fasilitasi makna
aktivitas yang
dipilih
- Fasilitasi
transportasi untuk
menghadiri
aktivitas, jika
sesuai
- Fasilitasi pasien
dan keluarga
dalam
menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasi
aktivitas yang
dipilih
- Fasilitasi aktivitas
rutin (mis:
ambulasi,
mobilisasi, dan
perawatan diri),
sesuai kebutuhan
- Fasilitasi aktivitas
pengganti saat
mengalami
keterbatasan
waktu, energi,
atau gerak
- Fasilitasi aktivitas
motorik kasar
untuk pasien
hiperaktif
- Tingkatkan
aktivitas fisik
untuk memelihara
berat badan, jika
sesuai
- Fasilitasi aktivitas
motorik untuk
merelaksasi otot
- Fasilitasi aktivitas
aktivitas dengan
komponen
memori implisit
dan emosional
(mis: kegiatan
keagamaan
khusus) untuk
pasien demensia,
jika sesuai
- Libatkan dalam
permainan
kelompok yang
tidak kompetitif,
terstruktur, dan
aktif
- Tingkatkan
keterlibatan
dalam aktivitas
rekreasi dan
diversifikasi
untuk
menurunkan
kecemasan (mis:
vocal group, bola
voli, tenis meja,
jogging,
berenang, tugas
sederhana,
permainan
sederhana, tugas
rutin, tugas rumah
tangga, perawatan
diri, dan teka-teki
dan kartu)
- Libatkan keluarga
dalam aktivitas,
jika perlu
- Fasilitasi
mengembangkan
motivasi dan
penguatan diri
- Fasilitasi pasien
dan keluarga
memantau
kemajuannya
sendiri untuk
mencapai tujuan
- Jadwalkan
aktivitas dalam
rutinitas sehari-
hari
- Berikan
penguatan positif
atas partisipasi
dalam aktivitas
Edukasi
- Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari, jika
perlu
- Ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang
dipilih
- Anjurkan
melakukan
aktivitas fisik,
sosial, spiritual,
dan kognitif
dalam menjaga
fungsi dan
Kesehatan
- Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
terapi, jika sesuai
- Anjurkan
keluarga untuk
memberi
penguatan positif
atas partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi
- Kolaborasi
dengan terapis
okupasi dalam
merencanakan
dan memonitor
program aktivitas,
jika sesuai
- Rujuk pada pusat
atau program
aktivitas
komunitas, jika
perlu

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi SIKI


nutrisi kurang dari keperawatan selama 3 x 24 ( I.03119)
kebutuhan tubuh b/d jam, maka status nutrisi Observasi
gangguan absorbsi membaik, dengan kriteria - Identifikasi status
nutrien dan hasil: nutrisi
peningkatan 1. Porsi makan yang - Identifikasi alergi
peristaltik usus. dihabiskan meningkat dan intoleransi
2. Berat badan membaik makanan
3. Indeks massa tubuh - Identifikasi
(IMT) membaik makanan yang
disukai
- Identifikasi
kebutuhan kalori
dan jenis nutrien
- Identifikasi
perlunya
penggunaan
selang nasogastrik
- Monitor asupan
makanan
- Monitor berat
badan
- Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
- Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
(mis: piramida
makanan)
- Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
- Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan, jika
perlu
- Hentikan
pemberian makan
melalui selang
nasogastik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
- Ajarkan posisi
duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis:
Pereda nyeri,
antiemetik), jika
perlu
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
3 Kekurangan volume Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipovolemia
cairan berhubungan keperawatan selama 3 x 24 SIKI (I.03116)
dengan kehilangan jam, maka keseimbangan Observasi
cairan berlebihan cairan meningkat, dengan - Periksa tanda dan
melalui feses dan kriteria hasil: gejala
muntah serta intake 1. Output urin hipovolemia (mis:
terbatas (mual). meningkat frekuensi nadi
2. Membrane mukosa meningkat, nadi
lembab meningkat teraba lemah,
3. Tekanan darah tekanan darah
membaik menurun, tekanan
4. Frekuensi nadi nadi menyempit,
membaik turgor kulit
5. Kekuatan nadi menurun,
membaik membran mukosa
kering, volume
urin menurun,
hematokrit
meningkat, haus,
lemah)
- Monitor intake
dan output cairan
Terapeutik
- Hitung kebutuhan
cairan
- Berikan posisi
modified
Trendelenburg
- Berikan asupan
cairan oral
Edukasi
- Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
- Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi

- Kolaborasi
pemberian cairan
IV isotonis (mis:
NaCL, RL)
- Kolaborasi
pemberian cairan
IV hipotonis (mis:
glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
- Kolaborasi
pemberian cairan
koloid (albumin,
plasmanate)
- Kolaborasi
pemberian produk
darah
D. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual,
kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis
keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan
komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan
lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman
dan keselamatan klien.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan
bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur
hasil dari proses keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Andani, D. R. 2015. Faktor Resiko Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil di


Puskesmas Kapongan Kecamatan Kapongan Situbondo.

Andria. 2017. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hiperemesis Gravidarum Di Rumah Sakit
Umum Daerah Rokan Hulu. Jurnal Maternity And Neonatal Volume 2 No 3. 174.

Anggasari, Y. 2016. Kejadian Hiperemesis Gravidarum Ditinjau Dari Riwayat


Penggunaan Kotrasepsi Hormonal Saat Pra Konsepsi Di BPM Kusmawati Surabaya. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Volume9 No 1 Februari 2016. 7-8.

Bagus, Anggraeni, E. 2015. Studi Kasus Pads Ny.S Umur 20 Tahun Yang Mengalami
Masalah Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Dengan
Diagnosa Medis Hiperemesis Gravidarum Di Ruang Dahlia II RSUD Gambiran Kota Kediri.
Skripsi. Kediri : Universitas Nusantara PGRI Kediri.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A., & Kusuma, H. 20l5. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis dan Nanda Nic - Noc. Yogyakarta: Mediaction.

SDKI. (20l6). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta: PPNI.

Setiawati, S. E. 2016. Penatalaksanaan Mual dan Muntah pada Hiperemesis


Gravidarum. Penatalaksanaan Mual dan Muntah pada Hiperemesis Gravidarum , 129.

Anda mungkin juga menyukai