Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL

DENGAN ASMA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Maternitas

Dosen Pembimbing:
Sulastri, S.Kep., Ns., M.Kes.

Disusun Oleh :

1. Lailul Muna [20161257]


2. Mei Randa Putri Pamungkas [20161259]
3. Mila Amalia [20161260]
4. Nadia Melindasari [20161261]

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH KENDAL
2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU
HAMIL DENGAN ASMA” ini dengan baik. Makalah ini dibuat guna memenuhi
tugas dari mata kuliah keperawatan maternitas oleh ibu Sulastri, S.Kep, Ns,
M.Kes. Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini,
diantaranya:
1. Ibu Sulastri, S.Kep., Ns., M.Kes., ketua STIKes Muhammadiyah Kendal,
sekaligus sebagai dosen pembimbing.
2. Teman – teman yang telah membantu dan bekerjasama sehingga tersusun
makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam
pembuatan makalah ini yang namanya kami tidak dapat sebutkan satu persatu.
Kami menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan
makaah ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila
mendapatkan kritikan dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
makalah ini.
Demikian akhir kata dari kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak dan menambah wawasan bagi pembaca.

Kendal, Mei 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi Asma ............................................................................................ 3
B. Etiologi ...................................................................................................... 3
C. Patofisiologi dan Pathways ....................................................................... 5
D. Manifestasi Klinis ..................................................................................... 7
E. Komplikasi................................................................................................. 8
F. Penatalaksanaan ......................................................................................... 8
G.Konsep Asuhan Keperawatan .................................................................... 12

BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 24
B. Saran .......................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik
secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008). Asma
bronkial merupakan salah satu penyakit saluran napas yang sering dijumpai
kehamilan dan persalinan (Mustika, 2008). Pengaruh kehamilan terhadap
timbulnya serangan asma selalu sama terhadap setiap penderita, bahkan pada
seorang penderita asma, serangan tidak sama pada kehamilan pertama dan
berikutnya. Penyakit ini menimbulkan yang serius pada wanita hamil. Asma
yang tidak terkontrol dengan baik, dapat berpengaruh terhadap ibu dan janin.
Penyakit asma terdapat 3,4 – 8,4 % pada wanita hamil dan gangguan nafas
sangat sering terjadi pada wanita hamil (Sity, 2013).

Terdapat risiko yang jelas baik pada ibu maupun janin, bila gejala asma
memburuk. Pada penelitian menyatakan asma dihubungkan dengan
meningkatnya kematian perinatal dua kali lipat. Selain itu juga meningkatkan
risiko komplikasi berupa hiperemesis, preeklampsia, dan perdarahan pada
pasien yang mengidap asma, begitupula halnya terjadi peningkatan angka
kematian neonatal dan persalinan prematur. Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya penanganan aktif pasien hamil untuk menghindari eksaserbasi akut
asma bronkhial.

B. Tujuan

Tujuan penyusun dalam penyusunan makalah ini terbagi menjadi dua bagian,
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, dimana :

1
2

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami tentang konsep dasar penyakit asma pada ibu hamil dan asuhan
keperawatan yang benar pada ibu hamil dengan asma.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat mengetahui dan memahami tentang konsep dasar penyakit asma


pada ibu hamil yang meliputi definisi asma, etiologi, patofisiologi dan
pathways, komplikasi dan penatalaksanaan.
b. Dapat mengidentifikasi konsep asuhan keperawatan yang benar pada
ibu hamil dengan asma yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, dan perencanaan keperawatan.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Definisi Asma

Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik
secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008).

Asma dalam kehamilan gangguan adalah inflamasi kronik jalan napas


terutama sel mast dan eosinofil sehingga menimbulkan gejala periodik berupa
mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk yang ditemukan pada wanita
hamil. Asma mungkin membaik, memburuk atau tetap tidak berubah selama
masa kehamilan, tetapi pada kebanyakan wanita gejala-gejalanya cenderung
meningkat selama tiga bulan terakhir dari masa kehamilan. Dengan
bertumbuhnya bayi dan membesarnya rahim, sebagian wanita mungkin sering
mengalami sesak nafas. Tetapi ibu - ibu yang tidak menderita asmapun
mengalami hal tersebut karena gerakan diafragma / sekat rongga badan
menjadi terbatas. (Febrianti, 2008)

B. Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal
yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus.
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun
non-imunologi. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering
menimbulkan Asma adalah:
1. Faktor ekstrinsik (alergik): reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen
atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu
binatang.

3
4

2. Faktor intrinsik (non-alergik): tidak berhubungan dengan alergen, seperti


common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan
lingkungan dapat mencetuskan serangan.
3. Asma gabungan: Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik (Smeltzer&Bare,2002).

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi


timbulnya serangan Asma Bronkhial yaitu:
1. Faktor predisposisi
a. Genetik: Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yangjelas. Penderita
dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga
menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan
faktorpencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran pernapasannya juga
bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen: Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Inhalan: yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh: debu,
bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2) Ingestan: yang masuk melalui mulut. Contoh: makanan dan obat-
obatan.
3) Kontaktan: yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh:
perhiasan, logam dan jam tangan.
b. Perubahan cuaca: Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin
sering mempengaruhiAsma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim
kemarau.
c. Stres: Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
Asma, selain itu juga bisa memperberat serangan Asma yang sudah
5

ada. Disamping gejala Asma yang timbul harus segera diobati


penderita Asma yang mengalami stres atau gangguan emosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stresnya belum diatasi maka gejala belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja: Mempunyai hubungan langsung dengan sebab
terjadinya serangan Asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia
bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
libur atau cuti.
e. Olahraga atau aktifitas jasmani
Sebagian besar penderita Asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan Asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

C. Patofisiologi dan Pathways


Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot
bronkus, penyumbatan mukus, edema dan inflamasi dinding bronkus.
Obstruksi bertambah berat selama ekspirasi karena secara fisioiogis saluran
napas menyempit pada fase tersebut. Hal ini menyebabkan udara distal tempat
terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa diekspirasi. Selanjutnya terjadi
peningkatan volume residu, kapasitas residu fungsional (KRF), dan pasien
akan bernapas pada volume yang tinggi mendekati kapasitas paru total (KPT).
Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran napas tetap terbuka dan
pertukaran gas berjalan lancar. Untuk mempertahankan hiperinflasi ini
diperlukan otot bantu napas.

Jelasnya patofisiologi asma adalah sebagai berikut:


1. Kontraksi otot pada saluran napas meningkatkan resistensi jalan napas
2. Peningkatan sekresi mukosa dan obstruksi saluran napas
3. Hiperinflasi paru dengan peningkatan volume residu
6

4. Hiperaktivitas bronkial, yang diakibatkan oleh histamin,


prostaglandin dan leukotrin.

Degranulasi sel mast menyebabkan terjadinya asma dengan cara pelepasan


mediator kimia, yang memicu peningkatan resistensi jalan napas dan spasme
bronkus. Pada kasus kehamilan alkalosis respiratori tidak bisa dipertahankan
diawal berkurangnya ventilasi, dan terjadilah asidosis. Akibat perubahan nilai
gas darah arteri pada kehamilan (penurunan PCO2 dan peningkatan pH).
Pasien dengan perubahan nilai gas darah arteri secara signifikan merupakan
faktor risiko terjadinya hipoksemia maternal, hipoksia janin yang
berkelanjutan. dan gagal napas.
7

Pathways

Etiologi: Zat-zat alergen,


infeksi saluran nafas,
lingkungan, faktor psikis

Spasme otot bronkus,


penyumbatan mukus,
edema, inflamasi dinding
bronkus
Bronkospasme

ASMA BRONKHIAL

Ronkhi, Takhikardia Dispnea


wheezing

Palpitasi Penggunaa
Ketidakef n otot bantu
ektifan pernafasan
bersihan Kebingungan
jalan
nafas Kelemahan
Ansietas /kelelahan

Kurang Tidak tahu tentang Intoleransi


pengetahuan prognosis penyakit aktivitas

D. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang lazim muncul pada Asma Bronkhial adalah batuk,
dispnea, dan wheezing. Serangan seringkali terjadi pada malam hari. Asma
biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai
dengan pernapasan lambat, wheezing. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang
dibanding inspirasi, yang mendorong pasien untuk duduk tegak dan
menggunakan setiap otot-otot aksesori pernapasan. Jalan napas yang
8

tersumbat menyebabkan dispnea. Serangan Asma dapat berlangsung dari


30menit sampai beberapa jam dan dapat hilang secara spontan. Meskipun
serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadi reaksi kontinu yang lebih
berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini mengancam hidup
(Smeltzer&Bare, 2002).

E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari asma pada ibu dan janin, diantaranya:
1. Hipoksia janin dan ibu.
2. Abortus
3. Persalinan premature
4. BBLR

F. Penatalaksnaan
Panatalaksanaan pada penderita asma antara lain:
1. Mencegah adanya strees
2. Menghindari factor pencetus yang sudah diketahui secara intensif
3. Mencegah penggunaan aspirin karena dapat menimbulkan serangan.
4. Pada serangan ringan dapat digunakan obat inhalan.
5. Pada keadaan yang lebih berat penderita harus dirawat dan serangan dapat
dihilangkan seperti efinefrin/sc, oksigen, isoproerenol/Inhalasi,
aminoplin/infuse, glukosa,Hidrokortison/ infuse dektrose 10%.

Terapi asma bronchial memiliki dua tujuan :


1. Meredakan serangan yang akut dan
2. Mencegah atau membatasi serangan yang datang. Pada semua individu
yang menderita asma, allergen yang diketahui harus dieliminasi dan suhu
harus dipertahankan nyaman didalam rumah. Infeksi pernafasan harus
diobati dan inhalasi uap atau kabut diterapkan untuk
mengencerkan.lendir. terapi asma bronchial diberikan. Episode akut
membutuhkan steroid, aminofilin, oksigen, dan koreksi
ketidakseimbangan cairan-elektrolit.
9

Tindakan pencegahan khusus untuk obstetric meliputi hal-hal berikut :


1. Jangan gunakan morfin dalam persalinan karena obat ini dapat
menyebabkan bronkospasme. Meperidin (Demerol) biasanya akan
meredakan bronkospasme.
2. Hindari atau batasi penggunaan efedrin dan kortikosteroid (obat-obatan
penekan) pada klien dengan preeklamsi dan eklamsia.
3. Pilih kelahiran per vaginam serta penggunaan anestesi local atau anestesi
regional setiap kali ada kesempatan

G. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien.
1) Pengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin perlu di kaji
pada penyakit status asthmatikus.
2) Alamat menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada,
dapat mengetahui kemungkinan faktor pencetus serangan asma.
3) Gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau lingkungan
merupakan faktor pencetus serangan asma
4) Pekerjaan, serta bangsa perlu juga digaji untuk mengetahui adanya
pemaparan bahan alergen.
5) Hal lain yang perlu dikaji tentang : Tanggal MRS, Nomor Rekam
Medik, dan Diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Pasien akan mengeluh sesak yang bertambah berat pada usia
kehamilan 24-36 minggu.
c. Riwayat penyakit sekarang.
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan dengan
keluhan, terutama sesak napas yang hebat dan mendadak kemudian
diikuti dengan gejala-gejala lain yaitu : Wheezing, Penggunaan otot
bantu pernapasan, Kelelahan, gangguan kesadaran, Sianosis serta
perubahan tekanan darah. Perlu juga dikaji kondisi awal terjadinya
serangan.
10

d. Riwayat penyakit dahulu.


Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti infeksi
saluran napas atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, polip
hidung. Riwayat serangan asma frekuensi, waktu, alergen-alergen
yang dicurigai sebagai pencetus serangan serta riwayat pengobatan
yang dilakukan untuk meringankan gejala asma (Tjen Daniel, 1991)
e. Riwayat kesehatan keluarga.
Pada klien dengan serangan status asthmatikus perlu dikaji tentang
riwayat penyakit asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota
keluarganya karena hipersensitifitas pada penyakit asma ini lebih
ditentukan oleh faktor genetik oleh lingkungan, (Hood Alsagaf, 1993)
f. Riwayat psikososial
Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus
bagi serangan asma baik ganguan itu berasal dari rumah tangga,
lingkungan sekitar sampai lingkungan kerja. Seorang yang punya
beban hidup yang berat berpotensial terjadi serangan asma. yatim
piatu, ketidakharmonisan hubungan dengan orang lain sampai
ketakutan tidak bisa menjalankan peranan seperti semula, (Antony
Croket, 1997 dan Tjen Daniel, 1991).
g. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Aktivitas
Keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan melakukan
aktivitas sehari-hari, ketidakmampuan untuk tidur, perlu posisi
kepala lebih tinggi waktu tidur, dipsneu pada saat istirahat,
gelisah, insomnia,
2) Sirkulasi
Pembengkakan pada ekstremitas bawah, peningkatan tekanan
darah, distensi vena leher, pucat dapat menunjukkan anemia,
warna kulit normal / sianosis
3) Integritas ego
Peningkatan factor resiko, perubahan pola hidup, ansietas,
ketakutan peka rangsang
11

4) Makanan dan cairan


Edema dependen, berkeringat
5) Hygiene
Penurunan kemampuan perawatan diri, kebersihan buruk, bau
badan
6) Pernafasan
Pernafasan pendek khususnya saat aktivitas, sulit nafas, dada
tertekan, penggunaan oksigen, riwayat pneumonia keluarga,
menggunakan otot bantu pernafasan.
Dada : saat inspeksi dapat dilihat hiperinflasi dengan peninggian
diameter ap, gerakan diafragma minimal, bunyi nafas redup
dengan ekspirasi mengi, ronchi, mengi, saat perkusi ditemukan
hipersonor pada area paru, bunyi pekak pada area paru, kesulitan
bicara kalimat.
7) Keamanan
Riwayat reaksi alergi, berkeringat atau kemerahan
8) Seksualitas
Penurunan libido
9) Interaksi sosial
Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, kegagalan
dukungan, penyakit lama, keterbatasan mobilitas fisik, kelalaian
hubungan dengan orang lain
10) Penyuluhan dan pembelajaran
Penggunaan dan penyalahgunaan obat pernafasan, kesulitan
menghentikan rokok, konsumsi alcohol
h. Pemeriksaan fisik pada pasien Asma Bronchiale
1) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah,
kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi
pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu
pernapasan sianosis batuk dengan lendir lengket dan posisi
istirahat klien (Laura A. T.; 1995, Karnen B ;19983).
12

2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan
pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik,
perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda
urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam. (Karnen B ;1994, Laura A. Talbot;
1995).
3) Kepala
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan,
riwayat trauma, adanya keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo
kejang ataupun hilang kesadaran. (Laura A.Talbot;1995).
4) Mata
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres
yang dirasakan klien. Serta riwayat penyakit mata lainya (Laura
A. Talbot ; 1995)).
5) Hidung
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung, rinitis alergi
dan fungsi olfaktori (Karnen B.;1994, Laura A. Talbot;1995).
6) Mulut dan laring
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan
mengunyah, dan sakit pada tenggorok serta sesak atau perubahan
suara. (Karnen B.:1994)).
7) Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesaran
tiroid serta penggunaan otot-otot pernafasan (Karnen B.;1994).
8) Thorak
Inspeksi : Dinding torak tampak mengembang, diafragma
terdorong ke bawah disebabkan oleh udara dalam paru-paru
susah untuk dikeluarkan karena penyempitan jalan nafas.
Frekuensi pernafasan meningkat dan tampak penggunaan otot-
otot tambahan
13

Palpasi : Pada palpasi dikaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan


taktil fremitus. Pada asma, paru-paru penderita normal karena
yang menjadi masalah adalah jalan nafasnya yang menyempit
(Laura A.T.;1995).

Perkusi : Pada perkusi didapatkan suara normal sampai


hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah
disebabkan karena kontraksi otot polos yang mengakibatkan
penyempitan jalan nafas sehingga udara susah dikeluarkan dari
paru-paru (Laura A.T.;1995).

Auskultasi : Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai


dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi,
dengan bunyi pernafasan wheezing karena sekresi mucus yang
kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas
menjadi sangat meningkat (Karnen B .;1994).

Kardiovaskuler : Jantung dikaji adanya pembesaran jantung atau


tidak, bising nafas dan hyperinflasi suara jantung melemah.
Tekanan darah dan nadi yang meningkat serta adanya pulsus
paradoksus, (Robert P.;1994, Laura A. T.;1995).

Abdomen : Perlu dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-


tanda infeksi karena dapat merangsang serangan asma frekwensi
pernafasan, serta adanya konstipasi karena dapat nutrisi (Hudak
dan Gallo;1997, Laura A.T.;1995).

Ekstrimitas : Dikaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-


tanda infeksi pada extremitas karena dapat merangsang serangan
asma,(Laura A.T.;1995)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
broncospasme, peningkatan sekresi pulmoner
14

b. Ansietas berhubungan dengan ancaman jiwa sekunder terhadap sesak


nafas dan takut
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kelelahan,
sekunder
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan prognosis penyakit saat
hamil
3. Perencanaan Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
broncospasme, peningkatan sekresi pulmoner

Tujuan : menunjukkan pembersihan jalan nafas yang efektif, yang


dibuktikan oleh pencegahan aspirasi status pernafasan, kepatenan
jalan nafas, dan status pernafasan : ventilasi tidak terganggu.

Kriteria hasil :
1) Pencegahan aspirasi : tindakan personal untuk mencegah masuknya
cairan dan partikel padat kedalam paru.
2) Status pernafasan : kepatenan jalan nafas : jalan nafas
trakeobronkeal, terbukan dan bersih untuk pertukaran gas.
3) Status pernafasan : ventilasi : pergerakan udara masuk dan keluar
paru.

Rencana Tindakan (NIC):


Intervensi Rasional
1. Kaji tanda-tanda vital dan 1. Beberapa derajat spasme
auskultasi bunyi nafas bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan nafas,

2. Berikan klien untuk posisi 2. Peninggian kepala tempat


yang nyaman tidur mempermudah fungsi
pernapasan.
15

3. Pertahankan lingkungan 3. Pencetus tipe reaksi alergi


yang nyaman pernapasan yang dapat
menimbulkan episode akut.

4. Tingkatkan masukan cairan, 4. Membantu mempermudah


dengan memberikan air pengeluaran sekret
hangat

5. Dorong atau bantu latihan 5. Memberikan cara untuk


nafas dalam dan batuk mengatasi dan mengontrol
efektif dispnea, mengeluarkan
sekret.

6. Kolaborasi dalam pemberian 6. Menurunkan kekentalan


obat dan humidifikasi, sekret dan mengeluarkan
seperti nebulizer sekret.

b. Ansietas berhubungan dengan ancaman jiwa sekunder terhadap sesak


nafas dan takut

Tujuan : Ansietas berkurang dibuktikan dengan bukti tingkat ansietas


hanya ringan sampai sedang dan selalu menunjukkan pengendalian
diri terhadap ansietas, konsentrasi dan Koping.

Kriteria Hasil :
1) Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas
2) Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan ansietas

Rencana Tindakan (NIC):


Intervensi Rasional
1. Batasi aktivitas pasien 1. Mengurangi keluhan
16

2. Anjurkan tehnik relaksasi 2. Memberikan tehnik untuk


pada pasien. mengurangi ansietas

3. Anjurkan pasien memilih 3. Posisi yang nyaman dapat


posisi yang nyaman. mengurangi keluhan

4. Berikan penjelasan tentang 4. Menurunkan ansietas pasien


penyakitnya.

5. Beri support mental dari 5. Memberikan motivasi pada


keluarganya. pasien

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kelelahan,


sekunder

Tujuan : menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan

Kriteria hasil :
1) Toleransi aktivitas
2) Ketahanan
3) Penghematan energy
4) Kebugaran fisik
5) Perawatan diri

Rencana Tindakan (NIC):


Intervensi Rasional
1. Baringkan pasien semi 1. Memaksimalkan ekspansi
flower. dada

2. Secara bertahap tingkatkan 2. Dapat mempertahankan


aktifitas pasien. aktivitas

3. Anjurkan tehnik relaksasi 3. Dengan tehnik dapat


17

yang tepat. membantu mempertahankan


aktivitas

4. Anjurkan latihan ringan 4. Menghindarkan dari


sesuai toleransi aktivitas yang berlebihan

d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan prognosis penyakit saat


hamil

Tujuan : pasien mengerti tentang prognosis penyakit

Kriteria hasil : Pasien dan keluarga akan :


1) Mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan
mengenai perilaku promosi kesehatan atau program terapi
2) Memperlihatkan kempuan untuk mengetahui dan memahami tentan
penyakit yang diderita

Rencana Tindakan (NIC):


Intervensi Rasional
1. Ajarkan pasien menghindari 1. Mencegah terjadinya
alergi yang diketahui. keluhan

2. Observasi tingkat 2. Mengetahui pengetahuan


pengetahuan mengenai pasien
proses penyakit

3. Jelaskan latihan pernapasan 3. Agar pernafasan tetap


adekuat

4. Jelaskan obat-obatan yang 4. Menghindari


mengakibatkan penyakit penyalahgunaan obat
kambuh.
18

5. Jadwalkan pemberian obat 5. Agar pasien tahu jadwal


yang tepat. minum obat

6. Hindari terhadap pemajanan 6. Menghindari factor


iritan penyebab asma
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asma dalam kehamilan gangguan adalah inflamasi kronik jalan napas


terutama sel mast dan eosinofil sehingga menimbulkan gejala periodik berupa
mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk yang ditemukan pada wanita
hamil. Asma mungkin membaik, memburuk atau tetap tidak berubah selama
masa kehamilan, tetapi pada kebanyakan wanita gejala-gejalanya cenderung
meningkat selama tiga bulan terakhir dari masa kehamilan. Faktor yang
menimbulkan munculnya asma yaitu faktor intrinsik (alergen) seperti debu,
faktor ekstrinsik (non-alergen) seperti cuaca, dan gabungan dari keduanya.

Gejala-gejala yang lazim muncul pada Asma Bronkhial adalah batuk,


dispnea, dan wheezing. Serangan seringkali terjadi pada malam hari.
Komplikasi yang dapat timbul dari asma pada ibu dan janin, diantaranya yaitu
hipoksia janin dan ibu, abortus, persalinan premature, dan BBLR.
Panatalaksanaan pada penderita asma antara lain mencegah adanya strees,
menghindari factor pencetus yang sudah diketahui secara intensif, mencegah
penggunaan aspirin karena dapat menimbulkan serangan, pada serangan
ringan dapat digunakan obat inhalan, dan pada keadaan yang lebih berat
penderita harus dirawat dan serangan dapat dihilangkan seperti efinefrin/sc
dan oksigen.

B. Saran

Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini saja
karena masih banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari
makalah ini. Oleh karena itu, pembaca sebaiknya membaca dari referensi dan
literatur lain untuk menambah wawasan yang lebih luas tentang materi ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Gloria M. Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC),


Edisi Keenam. Missouri: Mosby Elsevier
Hudak dan Gallo. 1997. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume 1.
Jakarta: EGC
Morhedd, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima.
Missouri: Mosby Elsevier
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika.
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi
10. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8 Volume 1,2. Alih Bahasa
oleh Agung Waluyo…(dkk). Jakarta: EGC.
Tjen, Daniel. 1991. Pengaruh Debu terhadap Kesehatan Paru. Gajahmada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai