Anda di halaman 1dari 24

Hiperemesis

gravidarium
1. Rika Putri (19076)
2. Alvira Putri Handayani (20008)
3. Daffa Alif Ramadhan (20022)
4. Hanafa Rofilia (20028)
5. Meilia Anggita (20041)
6. Putri Aryanti (20079)
Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih dari 10 kali sehari
dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan,
atau gangguan elektrolit, sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin
dalam kandungan (Kadir et al, 2019). Hiperemesis gravidarum dapat mempengaruhi status
kesehatan ibu serta tumbuh kembang janin, pada kehamilan 16 minggu pertama 70-80%
wanita mengalami mual dan muntah, 60% wanita mengalami muntah, sementara 33% wanita
hanya mengalami mual. Apabila semua makanan yang dimakan dimuntahkan pada ibu hamil,
maka berat badan akan menurun, turgor kulit berkurang dan timbul asetonuria (Morgan et al,
2010).

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berat selama kehamilan yang dapat
menyebabkan berbagai gangguan keseimbangan tubuh ibu sehingga dapat mengganggu
tumbuh kembang janin. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berat yang
puncaknya antara Minggu ke-8 dan Minggu ke-12 dan hilang pada Minggu ke-16.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari
terganggu dan keadaan umum menjadi buruk
Etiologi
Penyebab hiperemesisi gravidarum belum diketahui secara pasti. tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Namun
terdapat beberapa teori mengenai etiologi dari hiperemesis gravidarum. Seperti kadar hormon
korion gonadotropin, hormon estrogen, hormon progesteron, sampai hormon tiroid memiliki
hubungan terhadap kejadian hiperemesis gravidarum.

Faktor risiko usia ibu merupakan faktor risiko yang paling sering dikaitkan pada hiperemesis
gravidarum karena berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil. Literatur menyebutkan
bahwa ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun lebih sering mengalami
hiperemesis gravidarum dimana usia ibu yang kurang dari 20 tahun belum siap secara mental
dan psikis untuk menjalani kehamilan dan usia lebih dari 35 tahun merupakan usia berisiko bagi
ibu hamil. Usia kehamilan juga merupakan faktor risiko hiperemesis gravidarum, yaitu
berhubungan dengan kadar hormon korionik gonadotropin, esterogen, dan progesteron dalam
darah ibu.
Tanda dan gejala
Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013) : Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan
muntah saat hamil, yang bisa terjadi hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa sampai mengakibatkan hilangnya
nafsu makan dan penurunan berat badan. Muntah yang berlebihan juga dapat menyebabkan ibu hamil merasa pusing,
lemas, dan mengalami dehidrasi. Selain mual dan muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis gravidarum juga dapat
mengalami gejala tambahan berupa :
• Sakit kepala
• Konstipasi
• Sangat sensitif terhadap bau
• Produkasi air liur berlebihan
• Inkontinensia urine
• Jantung berdebar
Gejala hiperemesis gravidarum biasanya muncul di usia kehamilan 4-6 minggu dan mulai mereda pada usia
kehamilan 14-20 minggu. Mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil cenderung akan membuat mereka menjadi lebih
lemah dan akan meningkatkan kecemasaan terhadap kejadian yang lebih parah. Masalah psikologis juga berperan pada
parahnya mual dan muntah serta perkembangan hiperemesis gravidarum. Masalah psikologis yang terjadi pada ibu hamil
akan cenderung mengalami mual dan muntah dalam kehamilan, atau memperburuk gejala yang sudah ada serta
mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala normal. Selain itu ketidakseimbangan psikologis ibu hamil seperti cemas,
rasa bersalah, mengasihani diri sendiri, ingin mengatasi konflik secara serius, ketergantungan atau hilang kendali akan
memperberat keadaan mual dan muntah yang dialaminya sehingga akan lebih ditakutkan keadaan mual muntah tersebut
menjadi lebih buruk dan menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum (Tiran, 2008).
Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati, dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin
serta zat-zat lain akibat inanisi. Terdapat beberapa faktor predisposisi dan faktor lain, yaitu :
a. Faktor hormonal : peningkatan hormon estrogen, progesteron dan human chorionic gonadotropin (hCG).
Peningkatan hormon HCG biasanya terjadi pada wanita hamil dengan kondisi primigravida, mola hidatidosa,
kehamilan ganda
b. Faktor organik : diduga terjadi invasi jaringan villi korialis yang masuk dalam peredaran darah ibu dan perubahan
metabolik akibat hamil, maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum
c. Faktor psikologis : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, hamil yang tidak diinginkan, takut terhadap
kehamilan, takut terhadap persalinan, dan takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu
d. d. Faktor usia : faktor usia sebagai salah satu faktor pemicu terjadinya hyperemesis gravidarum. Hal ini
berkaitan dengan stress atau faktor psikologis. Mual dan muntah yang terjadi di atas usia 35 tahun disebabkan
oleh faktor psikologis. Ibu menginginkan selama proses kehamilannya tidak terjadi gangguan dan janin lahir
dengan selamat Kehamilan pada usia lebih dari 35 tahun berkaitan dengan adanya kemunduran dan penurunan
daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa dan penyakit mudah masuk di umur ini. Mual
muntah yang terjadi pada umur 20 tahun disebabkan karena kematangan fisik belum cukup, mental, dan fungsi
sosial dari calon ibu sehingga dapat menyebabkan keraguan jasmani, kasih sayang, dan perawatan anak yang
akan dilahirkan. (Rofi’ah et al., 2019)
Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda terjadi
terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis
hipokloremik. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida air kemih turun. Selain
itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah berkurang. Kekurangan
kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi
muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan. Selain
dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lender
esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal
(Khayati, 2013).
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penyakit hiperemesis gravidarum menurut (Nurarif & Kusuma,
2016) :
a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel,
mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta
b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri,BUN
c. emeriksaan fungsi hepar : AST, ALT dan kadar LDH 7. Penatalakasanaan Hiperemesis Gravidarum
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada kasus hiperemesis gravidarum menurut (Khayati, 2013) yaitu
dengan cara :
 Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik.
 Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah gejal yang fisiologik pada kehamilan
muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan
 Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.
 Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu makan
roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
 Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindari.
 Menghindari kekurangan karbodidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak
mengandung gula.
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang, maka diperlukan sepeti
a. Isolasi : Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah danperedaran udara yang baik,
catat cairan yang keluar masuk, hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita
sampai muntah berhenti pada penderita mau makan. Tidak diberikan makanan atau minuman dan selama
24 jam.
b. Terapi psikologika : Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik.
c. Cairan parenteral : Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam
cairan fisiologis (2-3 liter/hari), dapat ditambah kalium dan vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila
kekurangan protein dapat diberiakan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak
muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair
d. Obat-obatan
- sedativa : phenobarbital
- vitamin : vitamin B1 dan B6 atau B kompleks
- anti histamine : dramamin, avomin
- Anti emetik (pada keadaan lebih berat) : Dislikomin hidrokloride atau khlorpromasine
- penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola dirumah sakit
Mekanisme klinis
Tingkat 1 : Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah,
nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar
100 permenit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung.
16, 20

Tingkat 2 : Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah mengering dan
nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan turun
dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium
dalam bau pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam urin. 16, 21

Tingkat 3 : Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari samnolen sampai
koma, nadi menurun dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan
saraf yang dikenal sebagai Encephalopathy Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan
mental. Keadaan ini terjadi akibat defisiensi zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya
ikterus menunjukan adanya gangguan hati.
Penatalaksanaan
1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik.
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah gejal yang fisiologik
pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi
sering.
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih
dahulu makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
5. Sebaiknya hindari Makanan yang berminyak dan berbau lemak
6. Menghindari kekurangan karbohodrat merupakan faktor penting, dianjurkan makan yang
banyak mengadung gula
pathwa
y
Asuhan
keperawatan
pengkajian
A. Identitas klien
Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat, pendidikan, diagnosa medis,
tanggal MRS, dan tanggal pengkajian diambil) dan identitas penanggung jawab (nama, umur, pendidikan, agama, suku,
hubungan dengan klien, pekerjaan, alamat).
B. Keluhan utama
• Tingkat 1 (ringan)
- mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita
- ibu merasa kemah
- nafsu makan tidak ada
- berat badan menurun
- merasa nyeri pada epigastrium
- nadi meningkat sekitar 100/menit
-tekanan darah menurun
- tugor kulit berkurang
- lidah mengering
- mata cekung
Tingkat 2 ( sedang) Tingkat 3 ( berat)

● Penderita tampak lebih lemah dan apatis ● Keadaan umum lebih parah (kesadaran
● Turgor kulit mulai jelek menurun dari somnolen sampai koma)
● Lidah mengering dan tampak kotor ● Dehidrasi hebat
● Nadi kecil dan cepat ● Nadi kecil, cepat dan halus
● Suhu badan naik (dehidrasi) ● Suhu badan meningkat dan tensi turun
● Mata mulai ikterik ● Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf
● Berat badan turun dan mata cekung yang dikenal dengan enselopati wernicke
● Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan dengan gejala nistagmus, diplopia dan
konstipasi penurunan mental
● Aseton tercium dari hawa pernafasan dan ● Timbul ikterus yang menunjukkan adanya
terjadi acetonuria payah hati
C. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan yang tengah dirasakan pasien seperti rasa mual muntah yang berlebihan dan mengganggu
aktivitas klien sehari-hari yang terjadi selama masa kehamilan.
D. Riwayat kesehatan dahulu
adannya riwayat Hiperemesis Geaviadrum yang pernah diderita sebelumnya dan pernah mengalami penyakit
yang berhubungan dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual muntah
E. Riwayat kehamilan
mengetahui berapa umur kehamilan ibu saat ini, riwayat persalinan, dan riwayat operasi daerah uterus dan vagina
F. Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui riwayat penyakit keluarga, tanyakan apakah sebelumnya anggota dari keluarganya ada yang
memiliki riwayat Hipermesis Grapidarum seperti yang dialami klien saat ini, dan juga riwayat giekologi dalam keluarga
seperti kista, tumor dan masalah reproduksi lainnya (Ardiansyah, 2012).
G. Pola aktivitas sehari-hari
Kaji aktivitas klien sehari-hari. Apakah ada gangguan atau tidak. Kaji bagaimana klien menjalankan aktivitas
seharihari. Apakah klien memerlukan bantuan atau tidak dalam beraktivitas. Klien mengalami Tekanan darah sistol
menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit). Frekuensi pernapasan meningkat. Suhu kadang naik, badan
lemah.
H. Data Psikososial
Ibu yang mengalami stres dan mempunyai tingkat cemas yang tinggi beresiko mengalami hipermesis
grapidarum. Stress terjadi akibat perubahan hormon pada ibu hamil tanpa sadar menyebabkan respon fisiologis, respon
kognitif dan respon emosi.
Apabila kondisi initerus menerus terjadi tanpa ada perubahan tingkah laku maka akan terjadi hipermesis grapidarumpada ibu
hamil. Diketahui bahwa stress harus diatasi agar tidak mengganggu kehamilan, cara yang dilakukan informan utama untuk
mengatasi permasalahan yakni dengan mengubah pola tingkah laku.
I. Data Subjektif
• Integritas Ego: Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri klien/
pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman kelahiran. Mungkin mengekpresikan
ketidak mampuan untuk menghadapi suasana baru.
• Eliminasi: pada pasien hipermesis grapidarum apakah klien memakai Kateter urinarius atau tidak.
• Neurosensorik: Kerusakan gerakan pada sensori dibawah tindak anestesi spinal epidural.
• Nyeri/ kenyamanan: Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber: misal nyeri penyerta, distensi kandung
kemih/ abdomen, efek-efek anestesi: mulut mungkin kering.
• Keamanan: Jalur parenteral bila digunakan resiko terkena infeksi karena pemasangan infus dan nyeri tekan.
J. Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan TB, BB, LILA, dan adaah Anemia
• Bila sudah pada trimester II dan III dapat dilakukan pemeriksaan kehamilan (leopord 1,2, 3)
• Sistem reproduksi, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui TFU, keadaan vagina (kebersihan) dan payudara (keadaan
bentuk dan warna aerola)
• Sistem kardiovaskuler, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tekanan darah, nadi dan suhu tubuh pasien
• Sistem perkemihan, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui frekuensi BAK dan BAB pasien dalam satu hari, warna
dan bau
• Sistem gastrointestinal, pemeriksan ini dilakukan untuk mengetahui pola makan pasien dan masalah pencernaan yang
muncul pada pasien seperti porsi makan pasien, mual dan muntah
• Sistem neurologis, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sistem nurologis pasien
• Sitem imunologis, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sistem imun pasien dapat dilakukan dengan pemeriksaan
suhu tubuh.
• Sistem integumen, pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan integument pasien seperti akral, elastisitas,
warna dan turgor kulit
• Sistem muskuloskeletal, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan otot, kelemahan dan kekakuan otot pasien
data subjektif Data objektif

data fokus • • Klien mengatakan mual dan • • Klien tampak tidak nafsu
muntah lebih dari 10x dalam makan
sehari • • Klien tampak meringis
• • Klien mengatakan tidak • • P:
nafsu makan • Q : nyeri seperti diremas
• • Klien mengatakan nyeri • R : diderah epigastrium
• • Klien mengatakan lemas • S : skala 6
• T : hilang timbul
• • Makan habis ¼ porsi
• • Klien tampak lemah
• • TD : 90/60mmhg
• N : 120X/menit
• S : 37,7 C
• • Nadi teraba lemah
Analisa data
data fokus Masalah Etiologi
DS Hipovolemia Kekurangan intake
• Klien mengatakan mual dan muntah lebih dari 10x dalam sehari cairan
• Klien mengatakan lemas
DO :
• TD : 90/60 mmhg
N : 120X/menit
• S : 37,7 C
• Nadi teraba lemah
• Klien tampak lemas

DS : Klien mengatakan tidak nafsu makan Nyeri akut Agen pencedera


DO : fisiologis
• Klien tampak tidak nafsu makan
• Makan habis ¼ porsi

DS : Klien mengatakan nyeri pada daerah perut Defisit nutrisi Kurangnya asupan
DO : Klien tampak meringis makanan
• P:
Q : nyeri seperti diremas
R : diderah epigastrium
S : skala 6
T : hilang timbul
Diagnosa keperawatan
Hipovolemia b.d Nyeri akut b.
kekurangan agen pencedera
01 cairan 02 fisik

Defisit nutrisi b.d


kurangnya
03 asupan makanan
Intervensi keperawatan
tanggal No. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Paraf
dx keperawatan

07-09- Dx 1 Hipovolemia Setelah dilakukan Tindakan O:


2022 b.d Keperawatan selama 3 x 24 • Periksa tanda dan gejala
kekurangan jam di harapkan Hypovolemia hypovolemia Kelompok
intake cairan klien berkurang dengan kriteria • Monitor intake dan output 4
hasil: cairan
• Mual muntah tidak ada T:
• Tekanan darah normal • Hitung kebutuhan cairan
• Klien Sudah tidak tampak lemah • Berika asupan cairan oral
E:
• Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
K:
• Kolaborasi pemberian cairan
IV Isotonis
Tgl no,. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Paraf
Dx keperawata
n
Nyeri akut Setelah dilakukan O:
Dx. b.d agen Tindakan keperawatan • Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
2 pencedra selama 3 x 24 jam di intensitas nyeri Kelompo
07- fisiologis harapkan nyeri akut klien • Identifikasi skala nyeri k4
09- berkurang dengan T:
2022 kriteria hasil : • Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
• Skala nyeri : 3 E:
• Klien sudahtidak • Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
tampak Meringis K:
• Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

07- Dx. Defisit Tindakan Setelah di O: Kelomp


09- 3 nutrisi b.d Lakukan keperawatan • Monitor asupan makanan ok 4
2022 kurangnya selama 3 x 24 • Identifikasi makanan yang disukai
asupan jam di harapkan T:
makanan Defisit nutrisi pasien • Sajikan makanan secara menarik dengan suhu yang sesuai
membaik E:
dengan kriteria hasil : • Anjurkan posisi duduk jika perlu
• Klien sudah nafsu K:
makan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
• Makan habis 1 Porsi jenis nutrient yang dibutuhkan.
Kesimpulan

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berat selama kehamilan yang dapat
menyebabkan berbagai gangguan keseimbangan tubuh ibu sehingga dapat mengganggu
tumbuh kembang janin. Hiperemesis gravidarum ini penyebabnya belum diketahui
secara pasti, namun terdapat beberapa teori mengenai etiologi dari hiperemesis
gravidarum. Seperti kadar hormon korion gonadotropin, hormon estrogen, hormon
progesteron, sampai hormon
tiroid memiliki hubungan terhadap kejadian hiperemesis gravidarum.
Daftar pustaka
• Siti Rofi’ah, Sri Widatiningsih, Arfiana, 2019. Studi Fenomologi Kejadian Hiperemesis
Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I. Jurnal Riset Kesehatan, 8 (1), 2019, 41 – 52
• Victorya London, Stephanie Grube, David M. Sherer, Ovadia Abulafia, 2017. Hyperemesis
Gravidarum: A Review of Recent Literature. Karger Pharmacology 2017;100:161–171
• Inthan Atika, Hadrians Kesuma Putra, Siti Hildani Thaib, 2016. Hubungan Hiperemesis
Gravidarum dengan Usia Ibu, Usia Gestasi, Paritas, dan Pekerjaan pada Pasien Rawat Inap di
RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang. JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN,
VOLUME 3, NO. 3, OKTOBER 2016: 166-171
• Triana Indrayani, 2018. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hiperemesis
Don't
Gravidarum Di RSUD Dr. Drajat Prawiranegara Kabupaten Serang Tahun 2017. Jurnal Akademi f orget
Keperawatan Husada Karya Jaya, Volume 4, Nomor 1, Maret 2018
• • Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. PPNI :
Jakarta Selatan.
• • Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. PPNI :
...
Jakarta Selatan
Thank you

Anda mungkin juga menyukai