Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN

KEPERAWATAN
PADA IBU HAMIL
DENGAN ABORTUS
● Aisyah Nabila 20003
● Cananda Anisya 20021
KELOMPOK 3 ● Nanda Azzahra 20046
● Rani Noveliani 20056
● Sasmitha Octavia 20064
KELOMPOK 3
1. Pengertian

Ratnawati (2016) mengemukakan bahwa abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan


pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia kehamilan
kurang dari 20 minggu.
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun, spontanmaupun buatan, sebelum
janin mampu bertahan hidup dengan batasanberdasar umur kehamilan dan berat badan (Handono,
2009).
2. Etiologi
Menurut Maryunani & Eka (2013) dan Prawirohardjo (2014) penyebab abortus (early pregnancy
loss) bervariasi, biasanya disebabkan lebih dari satu penyebab, penyebab terbanyak diantaranya
adalah sebagai berikut:
• Faktor Genetik
• Faktor Autoimun
• Faktor Infeksi
• Faktor lingkungan
• Faktor Psikologis
• Faktor Imunologi
• Usia
3.Klasifikasi Abortus
Menurut Reeder (2014) dan Prawirohardjo (2014), klasifikasi abortus spontan adalah sebagai berikut :

a) Abortus Imminens b) Abortus Insipiens


Adalah perdarahan pervaginam atau perdarahan Abortus yang sedang mengancam yang ditandai
bercak-bercak yang terjadi pada awal masa kehamilan dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri
pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu yang telah membuka, namun janin masih dalam rahim
dapat berkaitan atau tidak dapat berkaitan dengan kram dan dalam proses pengeluaran.
ringan, proses tersebut dapat berkurang atau dapat
menyebabkan abortus.

c) Abortus komplit
Semua hasil konsepsi telah keluar, perdarahan ringan, kram uterus ringan. Hasil konsepsi yang
keluar dari kavum uteri berkisar pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram.
d) Abortus Inkomplit
Sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan, tetapi sebagian lagi (biasanya plasenta) tertahan
dalam uterus, perdarahan hebat biasanya terjadi sampai hasil konsepsi yang tertinggal dalam
uterus dapat dikeluarkan

e) Missed Abortion
Janin meninggal dalam uterus sebelum kehamilan 20
minggu tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih
tertinggal dalam uterus.
4.Patofisiologi

Rahmani (2014) mengemukakan bahwa pada permulaan abortus terjadiperdarahan dalam desidua
basalis yang diikuti nekrosis jaringandisekitarnya. Hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya
sehinggamerupakan benda asing dalam uterus. Hal ini menyebabkan uterusberkontraksi untuk
mengeluarkan hasil konsepsi.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis (bagian plasenta atau ari-ari yang menghadap janin)
belum menembus desidua (Mukosa rahim pada kehamilan) secara dalam jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan
lebih dari 14 minggu hasil konsepsi
5.Manifestasi Klinis

Menurut Maryunani & Eka (2013),


b. Abortus Insipiens
manifestasi klinis abortus adalah:
1) Perdarahan sedang hingga
a. Abortus Imminens
massif (banyak).
1) Ditandai dengan perdarahan bercak 2) Kadang keluar gumpalan
hingga sedang. darah.
2) Serviks masih tertutup (karena pada 3) Serviks terbuka.
saat pemeriksaan dalam belum ada
pembukaan).
3) Teraba nyeri/kram pada abdomen
ringan.
c. Missed Abortion

1) Embrio telah meninggal dalam kandungan sebelum usia kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya
masih tertahan dalam kandungan hingga 8 minggu lebih.
2) Pada usia kehamilan 14 – 20 minggu penderita biasanya merasakan rahimnya semakin mengecil.

d.Abortus Komplit e.Abortus Inkomplit

1) Perdarahan bercak hingga sedang. 1) Perdarahan sedang hingga banyak yang


2) Serviks tertutup/terbuka. disertai dengan adanya gumpalan.
3) Uterus lebih kecil dari usia gestasi. 2) Serviks terbuka karena masih ada benda di
dalam uterus.
3) Besar uterus sesuai dengan usia gestasi.
6.Pathway
7.Penatalaksanaan

Pemberian antibiotik Progesteron


Tirah baring
Merupakan unsur penting Merupakan produk utama
Hanya jika ada tanda infeksi
dalam pengobatan abortus korpus luteum dan
Penelitian retrospektif pada 23
imminens karena cara ini berperan penting pada
wanita dengan abortus imminens
menyebabkan bertambahnya persiapan uterus untuk
pada usia awal trimester kehamilan,
aliran darah ke uterus dan implantasi,
mendapatkan 15 orang (65%)
berkurangnya rangsang mempertahankan serta
memiliki flora abnormal vagina.
mekanik (Wiknjosastro, 2009). memelihara kehamilan.
8.Pemeriksaan Penunjang
Menurut Jhonson (2014), pemeriksaan diagnostik pada pasien abortus diantaranya:

a. Tes urin akan positif untuk hCG, namun tanpa peningkatan progresif dalam level
serum.
b. Tidak adanya atau rendahnya serum hCG akan mengindikasikan aborsi menyeluruh,
sementara tingkat lebih tinggi dapat mengindikasikan aborsi tidak sempurna.
c. Tes USG akan memperlihatkan uterus kosong atau produk parsial konsepsi yang
tertinggal dalam uterus dan tidak terdeteksinya detak jantung janin di aborsi akhir.
d. Pemeriksaan kromosom akan dilakukan untuk menentukan seandainya abonormalitas
kromosom seperti aneuploidy ; hilangnya atau berlebihnya kromosom X
mengakibatkan aborsi (khususnya aborsi berulang).
e. Gangguan endokrin akan mengungkapkan level abnormal tiroid atau glukosa.
f. Kondisi imun mengindikasikan lupus atau antibodi-antibodi lainnya.
g. Pemeriksaan fisik untuk menunjukkan ketidakmampuan serviks atau anormaly
structural dalam serviks atau uterus, seperti polip atau fibroid, yang akan merusak
janin atau mengakibatkan keguguran.
ASKEP TEORI
a.Identitas
Tanyakan tentang identitas pasien dan penanggungjawab pasien. Hasil temuan biasanya pada kasus pre eklampsia usia
sering terjadi < 20 tahun dan > 35 tahun
b. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering muncul pada penderita abortus adalah menstruasi tidaklancar dan adanya perdarahan
pervaginam (Jalan lahir bayi melalui vagina) berulang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan riwayat keluhan sampai pasien datang ke tempat pelayanan. Biasanya ibumerasa menstruasinya tidak lancar
adanya perdarahan pervaginam diluar siklusmenstruasi
d.Riwayat penyakit dahulu
Terkait penyakit yang pernah diderita oleh pasien dan gangguan yang menjadi pemicumunculnya abortus misalnya:
- Riwayat abortus pada kehamilan sebelumnya
- Riwayat hipertensi sebelumnya.
- Riwayat penyakit kronis lainnya seperti DM, ginjal, anemia dsb
e. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan penyakit yang pernah diderita oleh keluargaf.
f. Riwayat perkawinan
Tanyakan status perkawinan, umur saat menikah pertama kali, berapa kali menikahdan berapa usia pernikahan saat ini
g. Riwayat obstertric.
h. Riwayat haid
Tanyakan usia menarche, siklus haid, lama haid , keluhan saat haid dan HPHT
i. Riwayat kehamilan
Kaji tentang riwayat kehamilan lalu dan saat ini. Tanyakan riwayat ANC,keluhan saat hamilh.
J. Pemeriksaan fisik
Diagnosa
.Nyeri akut berhubungan dengan .Resiko syok hypovolemia
agen pencedera biologis berhubungan dengan kehilangan
( keluarnya konsepsi ) cairan secara aktif
1 2

.Intoleransi aktivitas berhubungan .Risiko infeksi berhubungan dengan

dengan kelemahan komplikasi kehamilan (abortus)


3 4
NO Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
dengan agen pencedera selama 1x24 jam maka diharapakan 1. identifikasi skala nyeri
biologis ( keluarnya tingkat nyeri menurun dengan kriteria 2. identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
konsepsi ) hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
   keluhan nyeri menurun Terapeutik
 meringis menurun 3. berikan teknik non farmakologis untuk
 rekuensi nadi membaik mengurangi rasa nyeri ( teknik relaksasi nafas
  dalam, aroma terapi)
4. fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
5. jelaskan penyebab . periode, dan pemicu
nyeri
6. jelaskan strategi meredakan nyeri
kolaborasi
7. kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
 
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
berhubungan dengan selama 1x24 jam makaa, diharapkan 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional
kelemahan aktivitas membaik dengan kriteria hasil : 2. Monitor pola dan jam tidur
  Keluhan Lelah menurun 3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
Dispnea saat aktivitas menurun melakukan aktivitas
Dispnea setelah aktivitas menurun Terapeutik
Frekuensi nadi membaik 4. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
  stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
5. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
6. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
7. Anjurkan tirah baring
8. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
9. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
3 Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
dengan komplikasi selama 1x24 jam makaa, diharapkan 1. Inspeksi insisi atau robekan perineum
kehamilan (abortus) tingkat infeksi menurun dengan kriteria ( episiotomy)
  hasil : Terapeutik
 Demam menurun 2. Fasilitasi dalam memebersihkan perineum
 Kemerahan menurun pertahankan perineum tetap kering
 Bengkak menurun 3. Berikan posisi nyaman, berikan kompres es
 Nyeri menurun 4. Bersihkan area perineum secara teratur
  Edukasi
5. Ajarkan pasien dan keluarga mengobservasi
tanda abnormal pada perineum
( infeksi,kemerahan )
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian anti implamasi, jika
perlu
7. Kolaborasi pemberian anti analgesic , jika
perlu
Kesimpulan

Abortus adalah pengakhiran kehamilan, baik secara spontan


maupun disengaja, sebelum 20 minggu berdasarkan hari pertama
haid terakhir (Levano, 2015). Salah satu penyebab yang ditemukan
pada abortus yaitu aneuploidy (Kelainan kromosom), infeksi,
kelainan endokrin, penggunaan obat, faktor lingkungan,
abnormalitas imunologi, kelainan uterus dan serviks inkompeten.
TERIMA KASIH
DAFTAR ISI

 Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.


 Nugroho, T., Nurrezki, Warnaliza, D. & Wilis. (2014). Buku Ajar
AsuhanKebidanan 3: Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika
 Winkjosastro, H. (2005). Ilmu Kebidanan, Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina
PustakaSarwono Prawirohardjo
 Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
 Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
 Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan
Indonesia(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai