Anda di halaman 1dari 3

ABORTUS

No. Dokumen :SOP/PKM-


BDU/UKP/KIA/01/2016

SOP No. Revisi :00

Tanggal Terbit :1 Januari 2016

Halaman :1/3

PUSKESMAS BADAU
Sari Kemala Dewi, S.Kep.Ns
NIP. 19800519201001 2010
1. Pengertian Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas
usia kehamilan kurang dari 22 minggu, namun beberapa acuan terbaru
menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram.
a. Abortus spontan
Abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar
(buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
Abortus spontan di bagi menjadi :
1. Abortus imminens : terjadi perdarahan bercak yang
menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu
kehamilan.
2. Abortus insipiens : perdarahan ringan hingga sedang pada
kehamilan muda di mana hasil konsepsi masih berada dalam
kavum uteri.
3. Abortus inkomplit : perdarahan pada kehamilan muda di
mana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri melalui kanalis servikalis.
4. Abortus komplit : perdarahan pada kehamilan muda di mana
seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri.
b. Abortus buatan
Abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan
untuk mengakhiri proses kehamilan.
c. Abortus Infeksiosa
Abortus yang di sertai komplikasi infeksi
d. Missed Abortion
Perdarahan pada kehamilan muda di sertai dengan retensi hasil
konsepsi yang telah mati hingga 8 minggu atau lebih.
e. Abortus tidak aman (unsafe abortion)
2. Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan penanganan pada pasien
abortus
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Badau No. Tahun 2016 tentang
Pemberian Layanan Klinis
4. Faktor Risiko Faktor predisposisi abortus mencakup beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor dari janin (fetal),yang terdiri dari: kelainan genetik
(kromosom)
2. Faktor dari ibu (maternal), yang terdiri dari: infeksi, kelainan
hormonal seperti hipotiroidisme, diabetes mellitus, malnutrisi,
penggunaan obatobatan,merokok, konsumsi alkohol, faktor
immunologis dan defek anatomis seperti uterus
didelfis,inkompetensia serviks (penipisan dan pembukaan serviks
sebelum waktu in partu, umumnya pada trimester kedua) dan
sinekhiae uteri karena sindrom Asherman.
3. Faktor dari ayah (paternal): kelainan sperma
5. Manifestasi klinis 1. Terlambat haid atau amenorhoe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah,
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya
jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, di daerah atas simfisis, sering nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak
jaringan hasil lonsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri
terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan
keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium
c. Periksa dalam : portio masih terbuka atau sudah tertutup,
teraba atau tidak jarigan dalam cavum uteri, besar uterus
sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri
saat portio di goyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
6. Penatalaksanaan Tatalaksana Umum
1. Petugas mencuci tangan dan memakai APD
2. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu
termasuk
3. tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
4. Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan
sistolik
5. <90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok
6. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan
7. tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu
karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
8. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan
komplikasi,berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas
demam untuk 48 jam:
 Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
 Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
 Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
9. Segera rujuk ibu ke rumah sakit .
10.Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan
emosional dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
11.Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus
a) Abortus Imminens :
 Istirahat baring : tidur berbaring merupakan unsur penting
dalalm pengobatan, karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanik
 Terapi hormon progesteron IM atau dengan berbagai zat
progestasional sintetik peroral atau secara IM.
 Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
b) Abortus Insipiens
 Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu : lakukan
evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika
evaluasi tidak dapat, segera lakukan : berikan ergomefiin
0,2 mg IM (dapat di ulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostol 400mg per oral (dapat di ulang sesudah 4 jam
bila perlu). Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran
hasil konsepsi dari uterus
 Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu : tunggu
ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa
hasil konsepsi. Jika perlu lakukan infus 20 unit oksitosin
dalam 500 ml cairan intravena dengan kecepatan 40 tetes
permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
 Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan.
 Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan
kurang dari 16 minggu, evaluasi dapat di lakukan secara
digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan
hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika
perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskulerataum isoprostol 400 mcg per oral
 Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi
dengan : Aspirasi vakum manual merupakan metode
evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam
sebaiknya hanya di lakukan jika aspirasi vakum manual
tidak tersedia
 Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri
ergometrin 0,2 mg intramuskuler ( di ulang setelah 15
menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat
di ulang setelah 4 jam bila perlu)
c) Abortus Inkomlit
 Jika kehamilan lebih dari 16 miggu : berikan infus
oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes
permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu
berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
 Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan
d) Abortus komplit
Penderita dengan abortus komplit tidak memerlukan pengobatan
khusus, hanya apabila penderita anemia perlu di berikan teblet
sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu
di berikan tranfusi darah.
7. Output Penatalaksanaan abortus sesuai standar terapi Puskesmas
8. Rekaman historis Tanggal mulai
No Yang diubah Isi perubahan
perubahan diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai