Anda di halaman 1dari 29

RSIA ANANDA ABORTUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1/1
00.00.00/1/2022 00

Tanggal diterbitkan Ditetapkan


Direktur RSIA ANANDA
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

03 Januari 2022 dr. ANGGA FAJRI

PENGERTIAN Adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat badan anak kurang dari 1000 gram.

Abortus komplit:

Adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu.

Abortus inkomplit:

Adalah sebagian konsepsi telah keluar dari vakum uteri, sebagian lagi
masih tertinggal.

Abortus insipiens:

Adalah abortus yang sedang mengancam dimana serviks telah


mendatar dan ostium  uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi
masih di dalam kavum uteri.

Abortus imminens:

Adalah abortus tingkat permulaan, dimana terjadi pendarahan per


vaginam ostium masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam
kandungan.

Missed Abortion :

Adalah abortus dimana embrio atau fetus telah meninggal dalam


kandungan sebelum kehamilan 0 minggu, akan hasil konsep
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 8 minggu atau
lebih.
Abortus habitualis:

Adalah keadaan dimana terjadinya abortus tiga kali berturut-turut atau


lebih.

Abortus Infeksiosus:

Abortus yang mengalami infeksi


KRITERIA DIAGNOSA Ada terlambat haid atau amenorea kurang dari 20 minggu . 
Pendarahan per vaginam, mungkin disertai jaringan hasil konsepsi. 
Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis.
DIAGNOSA BANDING 1. Kehaliman ektopik
2. Hipermenore
3. Abortus mola hidatidosa
4. Mioma uteri bertangkai

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menegakkan


diagnosa
KEBIJAKAN Upaya untuk mendeteksi sedini mungkin komplikasi hipertensi karena
kehamilan.
PEMERIKSAAN Diperlukan pada abortus imminens, abortus habitualis dan missed
PENUNJANG abortion
a. pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup, menentukan prognosis
b. Pemeriksaan darah

PROSEDUR 1. Dokter memperkenalkan diri dan memberi salam


2. Dokter melakukan anamnesis kepada pasien. Hasil anamnesis
yaitu:
a. Abortus imminens
1) Riwayat terlambat haid dengan hasil B HCG (+) dengan
usia kehamilan dibawah 20 minggu.
2) Perdarahan pervaginam yang tidak terlalu banyak,
berwarna kecoklatan dan bercampur lendir .
3) Tidak disertai nyeri atau kram
b. Abortus insipiens
1) Perdarahan bertambah banyak, berwarna merah segar
disertai terbukanya serviks
2) Perut nyeri ringan atau spasme (seperti kontraksi saat
persalinan)
c. Abortus inkomplit
1) Perdarahan aktif
2) Nyeri perut hebat seperti kontraksi saat persalinan
3) Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
4) Mulut rahim terbuka dengan sebagian sisa konsepsi
tertinggal
5) Terkadang pasien datang dalam keadaan syok akibat
perdarahan
d. Abortus komplit
1) Perdarahan sedikit
2) Nyeri perut atau kram ringan
3) Mulut rahim sudah tertutup
4) Pengeluaran seluruh hasil konsepsi
3. Dokter mencuci tangan.
4. Dokter melakukan pemeriksaan fisik. Hasil pemeriksaan fisik
yaitu:
a. Penilaian tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
b. Penilaian tanda-tanda syok
c. Periksa konjungtiva untuktanda anemia
d. Mencari ada tidaknya massa abdomen
e. Tanda-tanda akut abdomen dan defans musculer
f. Pemeriksaan ginekologi, ditemukan:
 Abortus iminens
1) Osteum uteri masih menutu
2) Perdarahan berwarna kecoklatan disertai lendir
3) Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
4) Detak jantung janin masih ditemukan
 Abortus insipiens
1) Osteum uteri terbuka, dengan terdapat
penonjolan kantong dan didalamnya
2) berisi cairan ketuban
3) Perdarahan berwarna merah segar
4) Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
5) Detak jantung janin masih ditemukan
 Abortus inkomplit
1) Osteum uteri terbuka, dengan terdapat sebagian
sisa konsepsi
2) Perdarahan aktif
3) Ukuran uterus sesuai usia kehamilan
 Abortus komplit
1) Osteum uteri tertutup
2) Perdarahan sedikit
3) Ukuran uterus lebih kecil usia kehamilan
g. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan tes kehamilan
(BHCG): biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah
abortus
h. Pemeriksaan darah perifer lengkap
5. Dokter mencuci tangan
6. Dokter menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik
7. Dokter melakukan penatalaksanaan.
a. Penatalaksanaan Umum Pada keadaan abortus kondisi ibu
bisa memburuk dan menyebabkan komplikasi. Hal pertama
yang harus dilakukan adalah penilaian cepat terhadap tanda
vital (nada, tekanan darah, pernasapan dan suhu). Pada
kondisi di jumpai tanda sepsis atau dugaan abortus dengan
komplikasi, berikan antibiotika dengan kombinasi:
 Ampicilin 2 gr IV /IM kemudian 1 gr setiap 6 jam
 Gentamicin 5 mg/KgBB setiap 24 jam
 Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam
 Segera melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan
Sekunder / RS
b. Penatalaksaan Khusus sesuai dengan Jenis Abortus
a) Abortus imminens:
 Pertahankan kehamilan
 Tidak perlu pengobatan khusus
 Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau
hubungan seksual
 Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu
selanjutnya pada pemeriksaan antenatal termasuk
pemantauan kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4
minggu. Lakukan penilaian ulang bila perdarahan
terjadi lagi
 Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin
dengan USG, nilai kemungkinan adanya penyebab lain.
 Tablet penambah darah
 Vitamin ibu hamil diteruskan
b) Abortus insipiens
Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan
risiko dan rasa tidak nyaman selama tindakan evakuasi,
serta memberikan informasi mengenai kontrasepsi
paska keguguran.
 Rujuk pasien
c) Abortus inkomplit
 Lakukan konseling
 Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi)
 Evaluasi tanda-tanda syok, bila terjadi syok karena
perdarahan, pasang IV line (bila perlu 2 jalur) segera
berikan infus cairan NaCl fisiologis atau cairan
ringer laktat disusul dengan darah.
 Rujuk pasien d) Abortus komplit Tidak memerlukan
pengobatan khusus, hanya apabila menderita anemia
perlu diberikan sulfas ferosus dan dianjurkan supaya
makanannya mengandung banyak protein, vitamin
dan mineral.
8. Dokter memberikan konseling dan edukasi.
9. Dokter mencatat dalam rekam medis

UNIT TERKAIT 1. Pasien


2. Petugas administrasi rawat inap
3. Bidan
4. POLI
5. Instalasi rawat inap
6. Instalasi farmasi
7. Kasir
RSIA ANANDA KEHAMILAN EKTOPIK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/2
00.00.00/1/2022 00

Tanggal diterbitkan Ditetapkan


Direktur RSIA ANANDA
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

03 Januari 2022 dr. ANGGA FAJRI

PENGERTIAN Adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplikasi dan tumbuh
diluar endometrium kavum uteri. Yang termasuk kehamilan ektopik
adalah:
a. kehamilan abdominasi
b. kehamilan ampula tuba
c. kehamilan ismus tuba
d. kehamilan intersial tuba
e. kehamilan ovarialal
f. kehamilan intra ligamen
g. kehamilan komu
h. kehamilan serviks
TUJUAN 1. Memberikan pedoman kepadapetugas tentang langkah-langkah
pengelolaan KET, sehingga tindakan yang dilakukan dapat
dipertanggung jawabkan.
2. Mengantisipasi agar penderita tidak sampai jatuh dalam keadaan
yang lebih buruk.
3. Petugas dapat mengenali KET dengan memeriksa sesuai dengan
kriteria diagnosis sebagai berikut:
a. Anamnesa:
1. Nyeri perut pada satu sisi /perut bagian bawah.
2. Riwayat terlamabat haid
3. Perdarahan pervaginam
4. Adanya riwayat pingsan
b. Pemeriksaan fisik
1. Didapatkan adanya tanda-tanda syok
hipofolemik,keadaan umum pucat anemis,hipotermi,
tachicardi dan keringat dingin.
2. Adanya tanda-tanda akut abdomen berupa : perut tegang
terutama bagian bawah
3. Defance muscular (+) adaanya tanda-tanda cairan bebas
intra abdomen.
4. Pemeriksaan dalam (VT) ada fluksusportio lembut dan
nyeri goyang portio (+), nyeri putar (slinger pain) (+).
5. Didapati masa di adneksadan nyeri tekan.
6. Cavum douglas menonjol Diagnosa banding
1. Abortus imminiens
2. Apendicitis
3. Radang panggul
4. Neoplasma Ovarii yang terinfeksi
5. Torsi
6. Ruptur tanpa kehamilan
c. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium darah
2. Tes kehamilan d.3. Kuldu sintesis
3. USG : adanya GS di luar kavum uteri dan disertai
gambaran cairan bebas.
KEBIJAKAN 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah
2. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang
3. Peraturan Menteri Kesehatan Repubik Indonesia Nomor
340/Menkes/PER/III/2010 tentang Klasigikasi Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Ijin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
6. Keputusan Menteri Kesehatan No.129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
7. Pedoman Pelayanan Rawat Gabung di RS, Departemen
Kesehatan 1991
8. Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk dokter,
bidan dan perawat di RS, Departemen kesehatan –IDAI 2004.
9. Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal pada Rumah Sakit
Umum kelas B (non pendidikan), C, dan D Departemen
Kesehatan 2006
KRITERIA DIAGNOSA Anamnesis
a. Amenorea  atau terlambat haid
b. Timbul sinkop dan gejala abdomen akut.  Keadaan ini
disebabkan pendarahan intra peritoneal yang mendadak serta
terjadinya hipovolemia pada sirkulasi.
c. Nyeri perut, terutama nyeri unilateral.  Gejala ini spesifik untuk
kehamilan tuba, tetapi nyeri bisa juga bilateral, dibawah perut
pada  20-25% penderita ada juga yang mengeluh nyeri bahu. 
Keadaan ini timbul jika pendarahan peritoneum sudah
mengiritasi diafragma.
d. Pendarahan vagina atau sepoting.  Gejala pendarahan dan atau
pendarahan bercak ini timbul hampir pada 75% kasus yang
timbul 1 atau 2 minggu setelah keterlambatan haid.  Sekalipun
demikian riwayat keterlambatan haid 6 – 8 minggu sebelum
gejala sakit perut atau pendarahan vagina.
e. Gejala tidak spesifik lainnya
f. Perasaan enek, muntah dan rasa tegang pada mammae serta
kadang-kadang gangguan defekasi.

Pemeriksaan fisik:

a. Tanda-tanda syok
 Hipotensi
 Takikardi
 Pucat, ekstremiktas dingin
b. Abdomen akuta
 Perut tegang pada bagian bawah
 Nyeri tekan, nyeri ketok dan nyeri lepas dari dinding
perut
Pemeriksaan Ginekologi:

a. Serviks teraba lunak, nyeri tekan dan nyeri goyang.


b. Korpus uteri normal atau sedikit membesar, kadang-kadang
sulit diketahui karena nyeri abdomen yang hebat.
c. Kavum douglasi menonjol oleh karena terisi darah.

DIAGNOSA BANDING  Methorhagia sebab kelainan ginekologik atau organik lainnya.


 Radang panggul
 Neoplasma ovarium ( putaran tangki, pecah, terinfeksi) dengan
atau tanpa kehamilan muda.
 Korpus luteum hemoragis
 Appendisitis
 Abortus iminens

PEMERIKSAAN a. Pemeriksaan Laboratorium


PENUNJANG  Kadar hemoglobin, leukosit
 Tes kehamilan bila baru terganggu
 Ditalasi
 Kuretase.
b. Pemeriksaan USG : Terlihat kantong gestasi di luar kavum
uteri dan atau deteksi genangan cairan di kavum douglasi pada
KE yang telah terganggu
c. Pemeriksaan Kuldosentesis Untuk mengetahui dalam kavum
douglasi ada darah.
d. Pemeriksaan Laparoskopi
e. Pemeriksaan laporoskopi kelalinan KET, infeksi pelvik, kisto
ovarium segera dapat dibedakan dengan jelas.
PROSEDUR 1. Memperbaiki keadaan umum dengan memberikan cairan dan
transfuse.
2. Operasi segera : bila diagnosa KET ditegakkan. Operasi dapat
dilakukan tergantung keadaan kurante operasi, berupa :
 Salpingektomi
 Wedge resection pada cavum uteri
 Ooforektomi,
3. Persetujuan medis tertulis

UNIT TERKAIT 1. Rawat Jalan


2. Rawat inap
3. Instalasi IGD
RSIA ANANDA KETUBAN PECAH DINI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/3
00.00.00/1/2022 00

Tanggal diterbitkan Ditetapkan


Direktur RSIA ANANDA
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

03 Januari 2022 dr. ANGGA FAJRI

PENGERTIAN  Umur kehamilan lebih dari 20 minggu


 Keluar cairan jernih dari Vagina
 Pada pemeriksaan fisik  :  suhu normal bila tidak infeksi
 Pada pemeriksaan obstetrik bunyi jantung janin biasanya
normal.
 Pemeriksaan inspekulo:
1. Terlihat cairan keluar dari ostium uteri eksternum.
2. Kertas Nitrazin merah akan jadi biru.

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkahlangkah untuk penatalaksanaan


penanganan prarujukan kasus ketuban pecah dini (KPD) di Puskesmas
rawat inap sindangbarang.
KEBIJAKAN SK Pelayanan Kasus-Kasus Pra Rujukan di Puskesmas.
UNIT TERKAIT 1. Bidan
2. Pasien
3. IGD
4. POLI

RSIA ANANDA PERSALINAN PRETERM


No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/4
00.00.00/1/2022 00

Tanggal diterbitkan Ditetapkan


Direktur RSIA ANANDA
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

03 Januari 2022 dr. ANGGA FAJRI

PENGERTIAN Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi sebelum usia


kehamilan 37 minggu (antara 20-37mg) atau berat janin kurang dari
2500 gr
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk persalinan preterm di
puskesmas kluwut
KEBIJAKAN Surat keputusan Kepala Puskesmas Kluwut Nomor 010/SK/XII/2017
tentang kebijakan pelayanan Klinis Puskesmas kluwut
ALAT DAN BAHAN 1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Termometer
4. Set pemasanganInfus
5. SarungTangan
6. RL 500cc
7. Parteset
8. dopler
9. Jelli
10. Pulpen
11. lembar RM
PROSEDUR 1. Petugas melakukan cuci tangan dengan air dan sabun
2. Petugas memakai sarung tangan
3. Petugas memperkenalkan diri kepada pasien dan
memberitahukan tindakan dan tujuan yang akan dilakukan
mencakup pemberian tokolitik, kortikosteroid, dan antiboitika
profilaksis. Namun beberapa kasus memerlukan penyesuaian
4. Petugas memeriksa pasien Jika ditemui salah satu dari keadaan
berikut ini, tokolitik tidak perlu diberikan dan bayi dilahirkan
secara pervaginam atau perabdominam sesuai kondisi
kehamilan : Usia kehamilan dibawah 24 dan diatas 34 minggu
Pembukaan > 3 cm Ada tanda infeksi intrauterin, preeklamsia,
atau perdarahan aktifAda gawat janin Janin meninggal atau
adannya kelainan kongenital yang kemungkinan hidupnya kecil
Bila kondisi seperti diatas di rujuk RS Lakukan terapi
konservatif (ekspektan) dengan tokolitik, kortikosteron, dan
antibiotika jika syarat ini terpenuhi : Umur kehamilan antara 24-
34 minggu Dilatasi servick kurang dari 3 cm Tidak ada infeksi
intrauterin, preeklamsia, atau perdarahan aktif Tidak ada gawat
janin Tokolitik hanya diberikan pada 48 jam pertama untuk
memberikan kesempatan pemberian kortikosteroid. Obat – obat
tokolitik yang digunakan adalah :  Nifedipin : 3 x 10 mg per
oral  Salbutamol : dosis awal 10 mg IV dalam 1 liter cairan
infus 10 tetes/menit. Jika kontraksi masih ada, naikkan
kecepatan 10 tetes/menit setiap 30 menit sampai kontraksi
berhenti / denyut nadi > 120/menit kemudian dosis
dipertahankan hingga 12 jam setelah kontraksi hilang  Berikan
kortikosteroid untuk pematangan paru janin. Obat pilihannya
adalah :
 Deksametasone 6 mg IM setiap 12 jam sebanyak 4 kali
 Betametasone 12 mg setiap 24 jam sebanyak 2 kali 
Pilihan antibiotika diberikan untuk persalinan preterm
adalah :
 Ampisilin : 2 g IV setiap 6 jam
 Penisilin G 2 juta unit IV setiap 6 jam
 Klindamisin : 3 x 300 mg PO (jika terjadi terhadap
penisilin)  Antibiotika yang diberikan jika persalinan
preterm disertai dengan ketuban pecah diniadalah
eritromisin 4x400 mg per oral.
5. Bila dalam observasi pemberian tokolitik masih ada kontraksi
atau ada tanda persalinan segera rujuk RS
UNIT TERKAIT 1. Bidan
2. Pasien
3. IGD
4. POLI
5. Poned

RSIA ANANDA PERDARAHAN ANTE PARTUM


No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/5
00.00.00/1/2022 00

Tanggal diterbitkan Ditetapkan


Direktur RSIA ANANDA
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

03 Januari 2022 dr. ANGGA FAJRI

PENGERTIAN Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari jalan lahir yang terjadi
pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih
TUJUAN Untuk mencari penyebab perdarahan antepartum serta merencanakan
tindakan selanjutnya agar morbiditas dan mordilitas ibu dan janin dapat
diturunkan
KEBIJAKAN Keputusan Kepala UPT Puskesmas Cigalontang
no…………….tanggal………tentang asuhan kebidanan
PROSEDUR a. Inform konsen
b. Tensi,thermometer
c. Doppler
d. Cairan infuse
e. Tabung O2 lengkap
LANGKAH-LANGKAH a. Memberitahu pasien tindakan yang akan dilakukan
b. Lakukan anamnesis lengkap meliputi paritas, HPHT, riwayat
penyakit yang pernah dideritaserta riwayat obstetri yang lalu.
c. Lakukan pemeriksaan fisik lengkap meliputi KU ibu, TFU,
keadaan dan letak janin serta pemeriksaan dengan speculum
untuk melihat adanya perdarahan yang keluar dari ostium uteri
d. Lakukan pemeriksaan penunjang USG untuk memastikan umur
kehamilan, keadaan dan letak janin serta kemungkinan adanya
plasenta previa atau solusio plasenta yang menjadi penyebab
perdarahan
e. Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk melihat adanya
keadaan anemia
f. Jelaskan pada pasien dan keluarganya mengenai keadaan
kehamilannya serta kemungkinan penyulit yang dapat timbul
dan beritahu bahwa pasien harus dirawat di rumah sakit
g. Pasang infuse
h. Sediakan pendonor darah untuk kemungkinan keperluan
transfuse
i. Setelah diagnose penyebab perdarahan ditegakkan rencanakan
tindakan selanjutnya
j. Bila perdarahan disebabkan oleh plasenta previa pada
kehamilan belum aterm dengan keadaan ibu dan janin baik
dilakukan perawatan dengan harapan sampai kehamilan aterm
k. Lakukan pemantauan ketat terhadap keadaan ibu dan janin
selama perawatan
l. Bila selama perawatan keadaan ibu dan atau janin menjadi
buruk atau timbul perdarahan dengan volume >500cc, segera
lakukan section sesaria untuk melahirkan jalan. Pada kehamilan
aterm dengan plasenta previa totalis, lakukan SC untuk
melahirkan janin. Bila plasenta hanya menutupi sebagian ostium
uteri dan letak plasenta pada SBR bagian depan, dapat dicoba
induksi persalinan dengan amniotomi dan oksitosin drip
m. Pada kehamilan aterm dengan plasenta previa totalis, lakukan
SC untuk melahirkan janin. Bila plasenta hanya menutupi
sebagian ostium uteri dan letak plasenta pada SBR bagian
depan, dapat dicoba induksi persalinan dengan amniotomi dan
oksitosin drip
n. Bila penyebab perdarahan adalah solusio plasenta dengan janin
hidup, lakukan SC untuk melahirkan janin segera
o. Pada pasien solusio plasenta dengan kematian janin dalam
rahim. Bila bayi tidak lahir setelah 6 jam, lakukan SC atas
indikasi ibu
 Dokter spesialis obgyn dan gynekologi
 Dokter spesialis anak
 Dokter spesialis anestesi Ruang bersalin
 Perawat kamar operasi
 Perawat ruang rawat nifas
UNIT TERKAIT 1. Bidan
2. Pasien
3. IGD
4. POLI

RSIA ANANDA RUPTURA UTERI


No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/6
00.00.00/1/2022 00

Tanggal diterbitkan Ditetapkan


Direktur RSIA ANANDA
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

03 Jamuari 2022 dr. AMGGA FAJRI

PENGERTIA Robeknya dinding uterus, pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau
N
tanpa robeknya peritoneum visceral.

TUJUAN Berisi tujuan pelaksanaan prosedur


KEBIJAKAN Berisi nama kebijakan pimpinan terkait pelaksanaan standar prosedur opersional
PROSEDUR A. Persiapan Alat dan Bahan - Bak instrument -
Nierbekken - Sarung tangan - Jarum jahit kulit -
Jarum jahit otot - Pemegang jarum (nailfoeder) -
Catgut chromic (ukuran 2/0 atau 3/0) - Pinset
anatomis - Pinset chirugis - Gunting benang - Lampu
sorot - Alas bokong
B. Persiapan Pasien
1. Petugas memperkenalkan diri
2. Identifikasi pasien Jelaskan tujuan dan
prosedur tindakan yang akan dilakukan
C. Pelaksanaan
1. Pemasangan infus untuk mengganti cairan
dan pendarahan untuk mengatasi keadaan
syok
2. Memberikan profilaksi antibiotika atau
antiseptic. Sehingga infeksi dapat dikurangi
3. Segera merujuk penderita dengan didampingi
petugas agar dapat memberikan pertolongan
4. Jangan melakukan manipulasi dengan
pemeriksaan dalam untuk menghindari
terjadinya pendarahan baru
UNIT 1. UGD
TERKAIT
2. OK

RSIA ANANDA PARTUS KASEP


No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/7
00.00.00/1/2022 00

Tanggal diterbitkan Ditetapkan


Direktur RSIA ANANDA
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

03 Januari 2022 dr. ANGGA FAJRI

PENGERTIAN Proses persalinan yang berlangsung lama dari 24 jam mulai dari tanda
awal persalinan pada kala I dan II
TUJUAN 1. Agar tidak terjadi partus kasep
2. Menurunkan AKI dan AKB
KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu Dan Anak Nomor : tentang
Kebijakan Ponek Rumah Sakit Ibu Dan Anak RSIA
PROSEDUR 1. Terima pasien/tempatkan pasien sesuai dengan kasus
2. Berikan penjelasan pada pasien sesuai dengan kasus
3. Pasien dan suami/keluarga menandatangani persetujuan
tindakan
4. Cuci tangan
5. Lakukan anmnesa, pemeriksaan fisik, inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan pemeriksaan dalam
6. Pemeriksaaan lab (DL dan HbSAg)
7. Pemeriksaan CTG
8. Pasang infuse (rehidrasi) cairan RL 2 fles tetesan grojok dan
glokosa 5% 1 fles 28 tetesan/menit
9. Kolaborasi dengna dokter untuk pemberian antibiotik
10. Bila panas kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
antiperitik
11. Obervasi kesejahteraan ibu dan janin tiap 15 menit
12. Lakukan karekteristik bila perlu
13. Anjurkan ibu tidur pada posisi miring kiri (bila memungkinkan)
14. Anjurkan asupan peroral atau minum manis-manis
15. Kolaborasi dokter untuk tindakan selanjutnya :
a. Dapa t lahir pervaginam pada kala I lakukan amniotomi atau
oxytocin drip
b. Dapat lahir pervaginaan pada kala II dilakukan vacum
ekstraksi
c. Tidak biasa lahir pervaginam dilakukan sectio sesaria
16. Cuci tangan
17. Dokumentasi
UNIT TERKAIT 1. Ruang Bersalin
2. Ruang Operasi
RSIA ANANDA LETAK SUNGSANG
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/8
00.00.00/1/2022 00

Tanggal diterbitkan Ditetapkan


Direktur RSIA ANANDA
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

03 Januari 2022 dr. ANGGA FAJRI

PENGERTIAN Persalinan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) di mana


bay letaknyasesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada
fundus uteri sedangkanbokong merupakan bagian terbawah (didaerah
pintu atas panggul/simfisis).
TUJUAN Untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar
KEBIJAKAN - Dokter
- Bidan
PROSEDUR 1. Peralatan :
a. Partus Set (harus steril) :
1. Klem tali pusat (2 buah
2. Gunting tali pusat (1 buah)
3. Gunting episiotomi (1 buah)d.Klem ½ Kocher (1 buah)
4. Penjepit tali pusat plastik (1 buah)f.Kateter-Hecting Set
5. Needle Holder (1 buah)
6. Pinset Anatomis (1buah)
7. Pinset Chirurgis (1 buah)
8. Gunting benang (1buah)
9. Gunting jaringan (1 buah)-Bengkok (1buah)
10. Kom besar (1 buah untuk menaruh plasenta)
b. Bahan Perlengkapan :
1. Handscoen steril (2 buah)
2. Spuit 3 cc (4 buah)
3. Foley Catheter no. 16
4. Underped
5. Kassa Steril (1 bundel

LANGKAH-LANGKAH 1. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan.


2. Bidan menyamakan data pasien dengan gelang identitas pasien.
3. Melakukan persiapan ibu ,obat dan alat partus set.
4. Melakukan pemeriksaan palpasi dan pemeriksaan dalam.
5. Jika dalam pemeriksaan dalam didapat hasil pembukaan sudah
lengkap
6. Lapor hasil pemeriksaan kepada dokter jaga untuk di konsulkan
pada dokter konsulen
7. Jika sudah ada advise untuk memimpin persalinan delegasi oleh
bidan, persiapkan pasien dan ajarkan cara mengedan yang baik
dan benar.
8. Bidan memberikan edukasi pada pasien dan keluarga pasien
mengenai tindakan persalinan yang akan dilakukan.
9. Posisikan ibu tidur dalam posisi litotomi atau menggunakan
kaki ginekologi , penolong berdiri di depan vulva saat bokong
bayi mulai membuka vulva. Segera
10. lakukan tekhnik persalinan sungsang dengan metode :
a. Metode Bracht
 Intruksikan ibu untuk mengedan agar mengedan
selama ada his
 Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara
bracht (kedua ibu jari penolong sejajar dengan
panjangnya paha bayi, sedangkan jari lain
memegang bokong bayi)
 Mengendorkan tali pusat terlebih dahulu pada waktu
tali pusat tampak teregang
 Melakukan hiperlordosis pada badan janin
didekatkan kea rah perut ibu dan sedikit kekiri da ke
kanan sesuai dengan punggung anak.
 Asisten membantu melakukan penekanan supra
pubis pada saat bokong sampai leher lahir
 Membawa bokong terus keatas kearah perut ibu
sampai kepala lahir
 Melahirkan berturut-turut dagu, mulut, hidung,
muka dan kepala bayi. b. Ekstraksi Bokong Parsial
 Persalinan bokong sampai umbilicus berlangsung
dengan kekuatan penolong
 Terjadi kemacetan persalinan badan dan kepala
 Dilakukan persalinan bantuan dengan jalan: secara
muller, dan lovset
11. Melakukan manajemen aktif kala III
12. Merapikan ibu kembali
13. Merendam alat dalam larutan disinfektan
14. mencuci tangan setelah melakukan tindakan
15. Melakukan dokumentasi hasil tindakan dan melaporkan kepada
dokter jaga ruangan untuk dikonsultasikan ke dokter konsulen
16. melakukan observasi 2 jam POST PARTUM.

UNIT TERKAIT 8. rawat inap


9. Rawat jalan
RSIA ANANDA POST DATE
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/9
00.00.00/1/2022 00

Tanggal diterbitkan Ditetapkan


Direktur RSIA ANANDA
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

03 Januari 2022 dr. ANGGA FAJRI

PENGERTIAN Kehamilan post date adalah: kehamilan yang lamanya melebihi 42


minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.
TUJUAN 1. Mempertimbangkan usia kehamilan terhadap kesejahteraan
janin sehingga tidak membahayakan bagi ibu dan janin.
2. Merencanakan pengakhiran kehamilan. Cara pengakhiran
kehamilan: berdasarkan hasil penilaian kesejahteraan janin
KEBIJAKAN Bidan yang kompeten
PEMERIKSAAN a. Pemeriksaan Laboratorium
PENUNJANG  Kadar hemoglobin, leukosit
 Tes kehamilan bila baru terganggu
 Ditalasi
 Kuretase.
b. Pemeriksaan USG : Terlihat kantong gestasi di luar kavum uteri
dan atau deteksi genangan cairan di kavum douglasi pada KE
yang telah terganggu.
c. Pemeriksaan Kuldosentesis Untuk mengetahui dalam kavum
douglasi ada darah.
d. Pemeriksaan Laparoskopi.
e. Pemeriksaan laporoskopi kelalinan KET, infeksi pelvik, kisto
ovarium segera dapat dibedakan dengan jelas.
PROSEDUR 1. Mempersiapkan alat:
a. Tensimeter
b. Termometer
c. Sarung tangan steril
d. Kapas DTT
e. Doppler
f. CTG
2. Persiapan lingkungan Jaga privasi pasien (siapkan sampiran)
3. Persiapan Pasien :
a. Jelaskan tujuan pemeriksaan (tindakan) yang akan dilakukan
b. Informed consent
4. Pelaksanaan :
a. Cuci tangan
b. Cek TTV
c. Pemeriksaan TFU sebagai diagnosa banding
d. CTG (obs DJJ)
e. Penolong menggunakan APD
f. Vulva hygiene
g. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan bishop
score
h. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk merencanak Cara
pengakhiran kehamilan: berdasarkan hasil penilaian
kesejahteraan
i. Penilaian Kesejahteraan janin jelek:
 Bila skor pelvik : matang (>5) Amniotomi: Jernih 
drip oxy, keruh SC
 Bila skor pelvik belum matang (5) Amniotomi :
jernih  drip oxy Keruh  SC
 Bila skor pelvik: belum matang (5)
j. Penilaian Kesejahteraan Janin baik :
 Bila skor pelvik : matang (>5) drip oxy tanpa
amniotomi b. Bila skor pelvik : belum matang (PS <
5) Tunggu dengan melakukan penilaian janin secara
seri, dilakukan NST minimal 1x seminggu s/d PS >5
untuk dilakukan drip oxy Bila hasil penilaian
kesejahteraan janin secara seri ragu-ragu atau jelek
lihat bagan penilaian kesejahteraan janin ragu-ragu
atau jelek.
 CATATAN:
1. Bila drip oxy dinyatakan gagal pada kasus-kasus
dengan amniotomi dilakukan SC, pada kasus-
kasus tanpa amniotomi keesokan harinya
dilakukan penilaian kesejahteraan janin dan
diikuti bagan skema penialain kesejahteraan
janin seperti diatas. Tahap terminasi :
a. Evaluasi
b. Simpulan hasil kegiatan
c. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
d. Bereskan alat-alat
e. Cuci tangan an terminasi kehamil

UNIT TERKAIT Kamar Bersalin


RSIA ANANDA VAGINOSIS BAKTERIAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/10
00.00.00/1/2022 00

Tanggal diterbitkan Ditetapkan


Direktur RSIA ANANDA
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

03 Januari 2022 dr. ANGGA FAJRI

PENGERTIAN Vaginitis adalah peradangan pada vagina ya:ng ditandai dengan adanya
pruritus, keputihan, dispareunia, dan disuria.
TUJUAN Sebagai pedoman dalam mendiagnosis dan memberikan tatalaksana
yang tepat terhadap pasien dengan vaginitis
KEBIJAKAN -
REFERENSI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.02.02/MENKES/514/2015 TENTANG PANDUAN
PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
PROSEDUR A. Penyebab vaginitis:
1. Vaginosis bakterialis (bakteri Gardnerella Vaginalis adalah
bakteri anaerob yang bertanggungjawab atas terjadinya
infeksi vagina yang non-spesifik, insidennya terjadi sekitar
23,6%).
2. Trikomonas (kasusnya berkisar antara 5,1-20%).
3. Kandida(vaginal kandidiasis, merupakan penyebab tersering
peradangan pada vagina yang terjadi pada wanita hamil,
insidennya berkisar antara 15- 42%). Hasil
Anamnesis(Subjective) Keluhan Bau adalah keluhan yang
paling sering dijumpai. Gejala klinis :
a. Bau
b. Gatal (pruritus)
c. Keputihan
d. Dispareunia
e. Disuria Faktor Risiko
f. Pemakai AKDR
g. Penggunaan handuk bersamaan
h. Imunosupres
4. Diabetes melitus
5. Perubahan hormonal (misal : kehamilan)
6. Penggunaan terapi antibiotik spektrum luas
7. Obesitas.
8. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana
(Objective) Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan adanya iritasi,eritema atau edema pada vulva dan
vagina. Mungkin serviks juga dapat tampak eritematous.
Pemeriksaan Penunjang:
a. Pemeriksaan mikroskopik cairan atau sekret vagina.
b. Pemeriksaan pH cairan vagina.
c. Pemeriksaan uji whiff: Jika positif berarti mengeluarkan
mengeluarkan bau seperti anyir (amis) pada waktu
ditambahkan larutan KOH. Penegakan
Diagnostik(Assessment) Diagnosis Klinis Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan penunjang.
UNIT TERKAIT BP Umum, KIA, Klinik IMS, Laboratorium
RSIA ANANDA HYPEREMESIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/11
00.00.00/1/2022 00

Tanggal diterbitkan Ditetapkan


Direktur RSIA ANANDA
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

03 Januari 2022 dr. ANGGA FAJRI

PENGERTIAN Hyperemesis gravidarum adalah mual ,muntah berlebihan lebih dari 10


kali dalam 2 jam yang terjadi pada kehamilan yanga menyebabkan
dehidrasi,defisiensi nutrisi sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari
yang terjadi pada trimester pertama
TUJUAN 1. Mengganti cairan dan elektrolit pada
2. Menurunkan rasa mual dan muntah pada pasien
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan mengatasi kehilangan BB ibu
hamil
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Melakukan anamnese secara lengkap mengenai riwayat dan
gejala yang di alami
2. Melakukan pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda vital,tanda
dehidrasi,TFU,
3. Informed consent
4. Pemeriksaan laboratorium
5. Melakukan konsultasi kepada dr SPOG
Penatalaksanaan hyperemesis gravidarum:
 Segera pasien dirawat,berikan cairan per infus (glucose
5-10% dan NACL fisiologik
 Obat anti emetik ,intra muskuler atau per infus
penderita di puaskan sampai muntah telah
berkurang,diukur jumlah muntah (cairan yang di
muntakan)dan cairan yang di berikan dan diuresi dalam
2 jam .ukur balance cairan setiap hari.
 Jika HEG ringan penyembuhan akan sembuh kembali
dalam 7 hari
 Jika HEG berat lama penyembuhan tergantung pada
penyulit yang di temukan

Diet:
a. Diet hyperemesis I Diberikan pada hyperemesisi
tingkat III .Makanan hanya berupa roti kering dan
buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama
makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini
kurang dalan zat-zat gizi kecuali vitamin C kaerna
itu hanya diberikan selama beberapa hari.
b. Diet hyperemesis II Diberikan bila rasa muala dan
muntah berkurang. Secara berangsur-angsur mulai
diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minum tidak diberikan bersama makanan. Makanan
ini rendah dari semua zat gizi kecuali vitamin A dan
vitamin D
c. Diet hyperemesisi III Di berikan kepada penderita
dengan HEG ringan menurut kesanggupan pasien
minuman boleh diberikan bersama makanan.
Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali
kalsium
UNIT TERKAIT 1. Poli KIA
2. Ruang kamar bersalin dan kandungan ( VK kebidanan)
3. Ruang rawat inap kebidanan dan kandungan (bangsal
kebidanan)
4. IGD kebidanan ( ponek)
RSIA ANANDA ABSES TUBO OVARIAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/12
00.00.00/1/2022 00

Tanggal diterbitkan Ditetapkan


Direktur RSIA ANANDA
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

03 Januari 2022 dr. ANGGA FAJRI

PENGERTIAN Abses Tubo-ovarial (ATO) adalah radang bernanah yang terjadi pada
ovarium dan atau tuba fallopii pada satu sisi atau kedua sisi adneksa.
TUJUAN Mencegah terjadinya infeksidaerah panggul yang lebih lanjut
KEBIJAKAN Surat kKeputusasn plt. Direktur RSIA ANANDA Tentang Prosedur
Pelayanan Kebidanan Di RSIA ANANDA
PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan laboratorium; lekositosis ( 60-80% dari kasus ),
PENUNJANG peningkatan LED.
2. X foto abdomen dilakukan bila ada tanda-tanda ileus, dan atau
curiga adanya masa di adneksa.
3. Ultrasonografi; bisa dipakai pada kecurigaan adanya ATO atau
adanya masa di adneksa, melihat ada tidaknya pembentukan
kantung-kantung pus, dapat untuk evaluasi kemajuan terapi.
4. Punksi Douglas dilakukan bila pada VT : cabum Douglas teraba
menonjoL Pada ATO yang utuh, mungkin didapatkan cairan
akibat reaksi jaringan. Pada ATO yang pecah atau pada abses
yang mengisi cavum Douglas, didapat pus pada lebih 70%
kasus.

UNIT TERKAIT Kamar Bersalin

Anda mungkin juga menyukai