Anda di halaman 1dari 30

Seorang perempuan, G5P3A1, 30 tahun, hamil 9 minggu datang ke IGD RS dengan keluhan

keluar flek2 dari jalan lahir. Anamnesis didapatkan keluhan dirasakan sejak 5 hari ini, flek
berwarna merah segar, gumpalan darah, nyeri perut+++. Riwayat menarche usia 13 th, siklus
haid teratur 28 hari, selama 5-7 hari. Riwayat abortus 1x. Riwayat menikah 1x selama 7 tahun
dengan suami sekarang. Pemeriksaan fisik didapatkan : tampak nyeri, komposmentis. T:
90/70 mmHg, N 100x/menit, RR 24x/menit, t subfebris. Pemeriksaan ginekologis : fluxus
pada vagina, portio sebesar jempol tangan, permukaan licin, tidak ada nyeri goyang portio,
OUE terbuka 2 jari, teraba kulit ketuban, cavum uteri sebesar telur angsa, adneksa
parametrium dalam batas normal, cavum douglas datar. Pemeriksaan penunjang : lab Hb 10gr
%, USG tampak uterus membesar, dengan GS+, FP+. Dokter pemeriksa mengkonsulkan
hasil pemeriksaan kepada dokter spesialis kandungan untuk mendapatkan penatalaksanaan
selanjutnya terhadap pasien.

Kata kunci : G5P3A1, hamil 9 minggu,fluxus, nyeri perut, OUE terbuka, GS +, FP +


Masalah: Abortus insipien

STEP 7

1. Mengapa dapat keluar flek-flek pada jalan lahir pada usia 9 minggu ?

2. Apa saja klasifikasi dari Abortus dan perdarahan yang terjadi pada kehamilan awal ?

Terdapat klasifikasi perdarahan pada kehamilan muda, yaitu:

1. Abortus Abortus merupakan suatu proses ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan.

2. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) Kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan yang berbahaya
bagi wanita yang bersangkutan berhubung dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat.

3. Mola hidatidosa Mola hidatidosa merupakan kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialis
mengalami perubahan hidrofik.

MACAM ABORTUS

1. Abortus Spontan  tanpa tindakan mekanis untuk mengosongkan uterus / keguguran / miscarriage

a. Abortus Imminens / keguguran mengancam  perdarahan bercak yang menunjukkan

ancaman  kehamilan masih mungkin berlanjut

i. Perdarahan lewat OUE


ii. Mules sedikit / tidak sama sekali

iii. Uterus membesar sebesar usia kehamilan

iv. Serviks belum membuka

v. Tes kehamilan (+)

b. Abortus insipiens  keguguran berlangsung

Adalah pendarahan intrauterine sebelum kehamilan lengkap 20 minggu  disertai dilatasi

serviks  tanpa pengeluaran product of conception / POC

i. Penipisan serviks sedang

ii. Dilatasi serviks > 3cm

iii. Pecah selaput ketuban

iv. Perdarahan > 7 hari

v. Kram menetap

c. Abortus inkompletus  keguguran tidak lengkap  sebagian hasil konsepsi keluar dari

kavum uteri lewat kanalis servikalis  PLASENTA TERTAHAN DI UTERUS  tanda

utama abortus incomplete


d. Abortus kompletus  keguguran lengkap  hasil konsepsi telah keluar lewat jalan lahir

i. Ostium uteri menutup

ii. Perdarahan sedikit

iii. Uterus menutup

iv. Uterus mengecil

e. Abortus infeksiosa dan septik  infeksiosa : disertai infeksi genitalia, septis : infeksiosa berat

dengan penyebaran kuman ke peredaran darah / peritoneum

Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas pada desidua. Pada abortus septik virulensi

bakteri tinggi, dan infeksi menyebar ke miometrium, tuba, parametrium, dan peritoneum. Apabila

infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti

oleh syok.
Diagnosis abortus infeksiosa ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda

infeksi genitalia, seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam berbau, uterus yang membesar,

lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis. Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat,

kadang-kadang menggigil, demam tinggi dan tekanan darah menurun

f. Missed abortion  kematian janin sebelum 20 minggu, janin tidak keluar selama 8 minggu /

lebih

g. Habitualis  abortus spontan terjadi berturut2 3x / lebih

Pedoman Nasional Asuhan Pasca Keguguran yang Komprehensif : Kementrian Kesehatan RI 2020

- Klasifikasi mola hidatidosa menurut Federation International of Gynecology and Obstetrics


(FIGO) terbagi menjadi mola hidatidosa komplit dan parsial (PTG benigna) dan mola invasif (PTG
maligna).
a. Mola Hidatidosa Komplit:
Hasil kehamilan tidak normal tanpa adanya embrio-janin, dengan pembengkakan hidrofik vili
plasenta dan seringkali memiliki hiperplasia trofoblastik pada kedua lapisan. Pembengkakan
vili menyebabkan pembentukan sisterna sentral disertai penekanan jaringan penghubung
matur yang mengalami kerusakan pembuluh darah. Mola hidatidosa komplit hanya
mengandung DNA paternal sehingga bersifat androgenetik tanpa adanya jaringan janin. Hal
ini terjadi karena satu sel sperma membawa kromosom 23X melakukan fertilisasi terhadap sel
telur yang tidak membawa gen maternal (tidak aktif), kemudian mengalami duplikasi
membentuk 46XY dan 46XX heterozigot. Secara makroskopik pada kehamilan trimester dua
berbentuk seperti anggur karena vili korialis mengalami pembengkakan secara menyeluruh.
Pada kehamilan trimester pertama, vili korialis mengandung cairan dalam jumlah lebih
sedikit, bercabang, dan mengandung sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas hiperplastik dengan
banyak pembuluh darah.
b. Mola Hidatidosa Parsial: merupakan triploid yang mengandung dua set kromosom paternal
dan satu set kromosom maternal, tetapi pada triploid akibat dua set kromosom maternal tidak
menjadi mola hidatidosa parsial. Seringkali terdapat mudigah atau jika ditemukan sel darah
merah berinti pada pembuluh darah vili
c. Mola Invasif: neoplasia trofoblas gestasional dengan gejala adanya vili korialis disertai
pertumbuhan berlebihan dan invasi sel-sel trofoblas. Jaringan mola invasif melakukan
penetrasi jauh ke miometrium, kadangkadang melibatkan peritoneum, parametrium di
sekitarnya atau dinding vagina. Mola invasif terjadi pada sekitar 15% pasien pascaevakuasi
mola hidatidosa komplit

3. Bagaimana patofisiologi pada scenario diatas?


4. Bagaimana tanda dan gejala dari abortus?
Pada anamnesis
 didapatkan darah mengalir keluar dari vagina dan terasa mules. Menandakan terjadinya
perdarahan rahim pada usia kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya pembukaan serviks
uterus tetapi jaringan fetus maupun plasenta masih intrauterine.
 Pada pemeriksaan penunjang, hasil USG dapat menunjukkan buah kehamilan masih utuh, ada
tanda kehidupan janin, meragukan atau buah kehamilan tidak baik, janin mati.
 Didiagnosis bila seseorang wanita hamil < 20 minggu Terjadi mules yang lebih sering, hebat,
dan perdarahannya bertambah.
 Jika abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, biasanya perdarahan tidak
banyak. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, biasanya mulai terjadi
2 minggu setelah kehamilan berhenti berkembang. Dapat pula disertai sedikit nyeri perut
bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi.
Pada keadaan ini, kehamilan memang sudah tidak dapat dipertahankan lagi.
 Setengah dari abortus insipiens akan menjadi abortus komplet atau inkomplet, sedangkan pada
sisanya kehamilan akan terus berlangsung. Abortus spontan adalah yang berlangsung tanpa
tindakan sedangkan provokatus terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan tersebut dan bisa
dibagi menjadi provokatus medisinalis iaitu bila didasarkan pada pertimbangan dokter untuk
menyelamatkan ibu dan provokatus kriminalis apabila melakukan abortus secara tidak legal.

ANAMNESIS : 1. Abortus imminen


a. Riwayat terlambat haid dengan hasil βHCG (+) dengan usia kehamilan <
20 minggu
b. Perdarahan pervaginam yang tidak terlalu banyak berwarna kecoklatan
dan bercampur lendir
c. Nyeri perut atau cramping pain sedikit
2. Abortus insipient
a. Perdarahan bertambah banyak, berwarna merah segar, disertai
terbukanya serviks
b. Perut nyeri ringan atau spasme.
3. Abortus incompletes
a. Perdarahan aktif
b. Nyeri perut hebat seperti kontraksi saat persalinan
c. Pengeluaran sebagai hasil konsepsi
d. Mulut rahim terbuka dengan sebagian sisa konsepsi tertinggal
e. Terkadang pasien datang dalam keadaan syok akibat perdarahan
4. Abortus komplit
a. Perdarahan sedikit
b. Nyeri perut atau kram ringan
c. Mulut rahim sudah tertutup
d. Pengeluaran seluruh hasil konsepsi
5. Missed abortus
Perdarahan dan nyeri perut minimal
6. Abortus habitualis
Riwayat abortus 3 kali atau lebih berturut-turut
Vardhan, S., Bhattacharyya, T. K., Kochar, S., & Sodhi, B. (2007). Bleeding in Early Pregnancy.
Medical journal, Armed Forces India, 63(1), 64–66. https://doi.org/10.1016/S0377-1237(07)80114-6

Pedoman Nasional Asuhan Pasca Keguguran yang Komprehensif : Kementrian Kesehatan RI 2020

5. Apa etiologi dan factor resiko pada pasien diatas?


Faktor resiko
a. Usia ibu pada saat hamil  secara biologis Wanita mengandung pada usia ideal 20-35 tahun.
Kehamilan yang terjadi pada usia <20 tahun mempunyai resiko karena
i. Panggul masus sempit
ii. Otot Rahim belum terbentuk sempurna
iii. Pembuluh darah pensuplai endometrium belum banyak terbentuk
Hal ini karena masih dalam proses pertumbuhan

b. Jumlah paritas ibu  sering melahirkan beresiko karena pada ibu dapat timbul kerusakan
pada pembuluh darah dinding uterus  mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin. Bayi yang
dilahirkan oleh ibu dengan paritas tinggi mempunyai resiko tinggi untuk abortus karena
kehamilan berulang menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus ->
menyebaban kematian bayi

c. Pekerjaan pada tempat berbahaya  musal di bagian kimia, radiasi,  pada trimester pertama
embrio dapat dipengaruhi oleh bahan berbahaya tsb  mempengaruhi perkembangan hasil
konsepsi

d. Hipertensi  berpengaruh signifikan terhadap abortus  karena perdarahan di dalam desidua


basalis dan hasil konsepsi menjadi nekrotik

Etiologi
1. Kelainan hasil pembuahan
Dapat mengakibatkan kematian janin atau cacat. Pada kelainan hasil pembuahan yang berat, dapat
membuat kematian mudigah (embrio/hasil konsepsi < 8 minggu) pada kehamilan muda. Hal ini
disebabkan adanya kelainan kromosom yang dipengaruhi oleh trisomi (adanya kromosom ketiga dalam
sel diploid), poliploidi (keadaan zat kromosom homolog yang melebihi jumlah diploid), kelainan
kromosom seks, lingkungan yang kurang sempurna.
Misalnya, lingkungan di endometrium (selaput lendir rahim) di sekitar tempat implantasi (penanaman
hasil pembuahan di dinding rahim) kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil
pembuahan terganggu. Selain itu. faktor dari luar juga mempengaruhi kelainan kromosom, baik hasil
pembuahan maupun lingkungan hidupnya dalam rahim. Misalnya, radiasi, virus, dan obat-obatan.
Umumnya, pengaruh ini dinamakan pengaruh teratogen. Kelainan yang paling sering dijumpai pada
abortus adalah gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya
menyebabkan abortus pada trimester pertama.

2. Kelainan plasenta
Kelainan yang serin terjadi adalah endarteritis (radang lapisan intima pembuluh nadi) dapat
terjadi dalam villi korialis. yaitu jonjot selaput terluar yang meliputi embrio. Hal ini menyebabkan
oksigenisasi plasenta terganggu. terjadi gangguan pertumbuhan. dan kematian janin. Kejadian ini bisa
terjadi sejak kehamilan muda, misalnya karena penyakit hipertensi menahun.

3. Infeksi
Infeksi membawa risiko bagi janin yang sedang berkembang, terutama pada akhir trimester pertama
atau awal trimester kedua. Tidak diketahui penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang
menjadi terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya. Penyakit-
penyakit yang dapat menyebabkan abortus: Virus misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes
simpleks, varicella zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio, dan ensefalo-mielitis. Bakteri misalnya
Salmonella typhi dan parasit misalnya Toxoplasma gondii, Plasmodium.

4. Kelainan endokrin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi
tiroid; defisiensi insulin.

5. Trauma
Merupakan antara faktor yang menyebabkan abortus, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma
tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan. Kelainan uterus pada hipoplasia uterus, mioma
(terutama mioma submukosa), serviks inkompeten atau retrollexio uteri gravidi incarcerata.

6. Faktor immunologi
Hubungan antara ibu dan janin dapat hancur oleh sel natural killer yang diaktivasi oleh kekebalan yang
dibuat oleh sist imun tubuh. Termasuk defisiensi progesteron (masalah hormonal/ endokrin) dan
hiperkoagulabilitas darah yang disebabkan peningkatan antibodi antikardiolipin (ACA) yang dipercaya
memiliki peran penting dalam merangsang keguguran. Faktor lainnya bisa disebabkan oleh infeksi,
rubela, sifilis, alkohol, operasi pada kehamilan muda, rokok, pengobatan dengan radiasi, obat-obatan,
diet, stres, dan faktor lingkungan.
7. Kelainan traktus genitals
Misalnya, retroversio uteri (rahim terputar ke belakang), miomata uteri (miom di rahim) atau kelainan
bawaan rahim. Penyebab lain abortus dalam trimester kedua ialah serviks inkompetens karena adanya
kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi seviks berlebihan, konisasi (eksisi konus jaringan) misalnya
serviks uteri (mulut leher rahim), amputasi atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.

8. Faktor eksternal
Misalnya radiasi, obat-obatan- antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain-lain. Sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah dibuktikan bahwa obat tersebut
tidak membahayakan janin, atau untuk pengobatan penyakit ibu yang parah. Bahan-bahan kimia
lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzen.

Pedoman Nasional Asuhan Pasca Keguguran yang Komprehensif : Kementrian Kesehatan RI 2020

6. Bagaimana hasil interpretasi pemeriksaan fisik pada scenario?


Anamnesis
RIWAYAT KEGUGURAN SEBELUMNYA  beresiko recurrent miscarriage
Pada anamnesis didapatkan darah mengalir keluar dari vagina dan terasa mules. Menandakan
terjadinya perdarahan rahim pada usia kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya pembukaan serviks uterus
tetapi jaringan fetus maupun plasenta masih intrauterine. Pada pemeriksaan penunjang, hasil USG dapat
menunjukkan buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin, meragukan atau buah kehamilan tidak
baik, janin mati.
Didiagnosis bila seseorang wanita hamil < 20 minggu Terjadi mules yang lebih sering, hebat, dan
perdarahannya bertambah. Jika abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, biasanya perdarahan
tidak banyak. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, biasanya mulai terjadi 2 minggu
setelah kehamilan berhenti berkembang. Dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung
bawah seperti saat menstruasi.
Pada keadaan ini, kehamilan memang sudah tidak dapat dipertahankan lagi.

Setengah dari abortus insipiens akan menjadi abortus komplet atau inkomplet, sedangkan pada sisanya
kehamilan akan terus berlangsung. Abortus spontan adalah yang berlangsung tanpa tindakan sedangkan
provokatus terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan tersebut dan bisa dibagi menjadi provokatus medisinalis
iaitu bila didasarkan pada pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu dan provokatus kriminalis apabila
melakukan abortus secara tidak legal.

ANAMNESIS : 1. Abortus imminen


d. Riwayat terlambat haid dengan hasil βHCG (+) dengan usia kehamilan <
20 minggu
e. Perdarahan pervaginam yang tidak terlalu banyak berwarna kecoklatan
dan bercampur lendir
f. Nyeri perut atau cramping pain sedikit
7. Abortus insipient
c. Perdarahan bertambah banyak, berwarna merah segar, disertai
terbukanya serviks
d. Perut nyeri ringan atau spasme.
8. Abortus incompletes
f. Perdarahan aktif
g. Nyeri perut hebat seperti kontraksi saat persalinan
h. Pengeluaran sebagai hasil konsepsi
i. Mulut rahim terbuka dengan sebagian sisa konsepsi tertinggal
j. Terkadang pasien datang dalam keadaan syok akibat perdarahan
9. Abortus komplit
e. Perdarahan sedikit
f. Nyeri perut atau kram ringan
g. Mulut rahim sudah tertutup
h. Pengeluaran seluruh hasil konsepsi
10. Missed abortus
Perdarahan dan nyeri perut minimal
11. Abortus habitualis
Riwayat abortus 3 kali atau lebih berturut-turut

Pemeriksaan Fisik
Pertama dilakukan pemeriksaan umum normal. Kemudian, pemeriksaan abdomen biasanya normal
(lunak, tidak nyeri tekan)5 Diperiksa tanda-tanda vital untuk tentukan apakah pasien secara hemodinamis stabil.
Takikardi, sinkop, pusing atau berkunang-kunang menunjukkan ketidakstabilan dan harus menerima
penggantian cairan IV.
Pemeriksaan pelvis: darah forniks, vagina dan serviks normal, apakah serviks terbuka, nyeri tekan, dan
ukuran uterus, dan ada massa pada adneksa. Terdapat pemeriksaan speculum, biasanya ditemui hanya ada
sedikit darah atau secret kecoklatan di dalam vagina. Ostium uteri tertutup. Pada pemeriksaan bimanual, uterus
membesar, lunak dan tidak nyeri tekan. Besar uterus sesuai dengan riwayat haid. Serviks tertutup, tidak
mendatar dan mempunyai konsistensi hamil normal.
PEMERIKSAAN FISIK : 1. Abortus imminens
a. Ostium uteri masih tertutup
b. Perdarahan berwarna kecoklatan disertai dengan lender
c. Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
d. Djj masih ditemukan
2. Abortus insipient
a. Ostium uteri masih terbuka, dengan terdapat penonjolan kantong dan
didalamnya berisis cairan ketuban
b. Perdarahan berwarna merah segar
c. Ukuranuterus sesuai dengan usia kehamilan
d. Djj masih ditemukan
3. Abortus incompletes
a. Ostium uteri terbuka, dengan terdapat sebagai sisa konsepsi
b. Perdarahan aktif
4. Abortus komplit
a. Ostium uteri tertutup
b. Perdarahan sedikit
c. Ukuran uterus lebih kecil dari usia kehamilan
5. Missed abortion
a. Ostium uteri tertutup
b. Perdarahan dan nyeri perut tidak ada
c. Ukuran uterus lebih kecil dari usia kehamilan
d. Gejala khas janin telah mati tetapi tidak ada epulsi jaringan.
Pemeriksaan Penunjang
Kaji kemampuan hidup (viabilitas) kehamilan.
Ukuran viabilitas janin.
hCG Positif 7 hingga 10 hari setelah ovulasi, kadar meningkat 2 kali lipat setiap 1,6 hari selama
minggu ke lima, setiap dua hari selama minggu ke enam dan setiap 2,5 hari selama minggu
ke 7. Kadar terus meningkat dengan lebih lambat, mencapai puncak pada minggu ke 10,
mengalami masa tertinggi tanpa kemajuan pada minggu ke 24.
Temuan -Jika kantong kehamilan >10mm, kantong kuning telur harus selalu terlihat.
ultrasonograf -Kantong kehamilan yang berukuran 18 mm (atau 2,5 cm) harus berisi embrio.
i -Embrio yang berukuran >5mm harus sudah memiliki aktivitas jantung.
-Kantong kehamilan harus terlihat melalui ultrasonografi transvaginal jika hCG >2000
mIU/mL.
-Kantong kehamilan harus terlihat melalui ultrasonografi abdomen jika hCG >6500
mIU/mL.
Progesteron >25ng/mL: kehamilan dapat berlanjut pada >95% kasus
serum <10ng/mL: kehamilan intrauterus, jika ada, tidak dapat berlanjut.

7. Apa saja pemeriksaan fisik dan penunjang pada scenario ?

Anamnesis
RIWAYAT KEGUGURAN SEBELUMNYA  beresiko recurrent miscarriage
Pada anamnesis didapatkan darah mengalir keluar dari vagina dan terasa mules. Menandakan
terjadinya perdarahan rahim pada usia kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya pembukaan serviks uterus
tetapi jaringan fetus maupun plasenta masih intrauterine. Pada pemeriksaan penunjang, hasil USG dapat
menunjukkan buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin, meragukan atau buah kehamilan tidak
baik, janin mati.
Didiagnosis bila seseorang wanita hamil < 20 minggu Terjadi mules yang lebih sering, hebat, dan
perdarahannya bertambah. Jika abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, biasanya perdarahan
tidak banyak. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, biasanya mulai terjadi 2 minggu
setelah kehamilan berhenti berkembang. Dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung
bawah seperti saat menstruasi.
Pada keadaan ini, kehamilan memang sudah tidak dapat dipertahankan lagi.

Setengah dari abortus insipiens akan menjadi abortus komplet atau inkomplet, sedangkan pada sisanya
kehamilan akan terus berlangsung. Abortus spontan adalah yang berlangsung tanpa tindakan sedangkan
provokatus terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan tersebut dan bisa dibagi menjadi provokatus medisinalis
iaitu bila didasarkan pada pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu dan provokatus kriminalis apabila
melakukan abortus secara tidak legal.

ANAMNESIS : 1. Abortus imminen


g. Riwayat terlambat haid dengan hasil βHCG (+) dengan usia kehamilan <
20 minggu
h. Perdarahan pervaginam yang tidak terlalu banyak berwarna kecoklatan
dan bercampur lendir
i. Nyeri perut atau cramping pain sedikit
12. Abortus insipient
e. Perdarahan bertambah banyak, berwarna merah segar, disertai
terbukanya serviks
f. Perut nyeri ringan atau spasme.
13. Abortus incompletes
k. Perdarahan aktif
l. Nyeri perut hebat seperti kontraksi saat persalinan
m. Pengeluaran sebagai hasil konsepsi
n. Mulut rahim terbuka dengan sebagian sisa konsepsi tertinggal
o. Terkadang pasien datang dalam keadaan syok akibat perdarahan
14. Abortus komplit
i. Perdarahan sedikit
j. Nyeri perut atau kram ringan
k. Mulut rahim sudah tertutup
l. Pengeluaran seluruh hasil konsepsi
15. Missed abortus
Perdarahan dan nyeri perut minimal
16. Abortus habitualis
Riwayat abortus 3 kali atau lebih berturut-turut

Pemeriksaan Fisik
 Pertama dilakukan pemeriksaan umum normal.
 pemeriksaan abdomen biasanya normal (lunak, tidak nyeri tekan) Diperiksa tanda-tanda vital
untuk tentukan apakah pasien secara hemodinamis stabil. Takikardi, sinkop, pusing atau
berkunang-kunang menunjukkan ketidakstabilan dan harus menerima penggantian cairan IV.
 Pemeriksaan pelvis: darah forniks, vagina dan serviks normal, apakah serviks terbuka, nyeri
tekan, dan ukuran uterus, dan ada massa pada adneksa.
 pemeriksaan speculum, biasanya ditemui hanya ada sedikit darah atau secret kecoklatan di
dalam vagina. Ostium uteri tertutup.
 pemeriksaan bimanual, uterus membesar, lunak dan tidak nyeri tekan. Besar uterus sesuai
dengan riwayat haid. Serviks tertutup, tidak mendatar dan mempunyai konsistensi hamil
normal.
PEMERIKSAAN FISIK : 1. Abortus imminens
e. Ostium uteri masih tertutup
f. Perdarahan berwarna kecoklatan disertai dengan lender
g. Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
h. Djj masih ditemukan
6. Abortus insipient
e. Ostium uteri masih terbuka, dengan terdapat penonjolan kantong dan
didalamnya berisis cairan ketuban
f. Perdarahan berwarna merah segar
g. Ukuranuterus sesuai dengan usia kehamilan
h. Djj masih ditemukan
7. Abortus incompletes
c. Ostium uteri terbuka, dengan terdapat sebagai sisa konsepsi
d. Perdarahan aktif
8. Abortus komplit
d. Ostium uteri tertutup
e. Perdarahan sedikit
f. Ukuran uterus lebih kecil dari usia kehamilan
9. Missed abortion
e. Ostium uteri tertutup
f. Perdarahan dan nyeri perut tidak ada
g. Ukuran uterus lebih kecil dari usia kehamilan
h. Gejala khas janin telah mati tetapi tidak ada epulsi jaringan.
Pemeriksaan Penunjang
Kaji kemampuan hidup (viabilitas) kehamilan.
Ukuran viabilitas janin.
hCG Positif 7 hingga 10 hari setelah ovulasi, kadar meningkat 2 kali lipat setiap 1,6 hari selama
minggu ke lima, setiap dua hari selama minggu ke enam dan setiap 2,5 hari selama minggu
ke 7. Kadar terus meningkat dengan lebih lambat, mencapai puncak pada minggu ke 10,
mengalami masa tertinggi tanpa kemajuan pada minggu ke 24.
Temuan -Jika kantong kehamilan >10mm, kantong kuning telur harus selalu terlihat.
ultrasonograf -Kantong kehamilan yang berukuran 18 mm (atau 2,5 cm) harus berisi embrio.
i -Embrio yang berukuran >5mm harus sudah memiliki aktivitas jantung.
-Kantong kehamilan harus terlihat melalui ultrasonografi transvaginal jika hCG >2000
mIU/mL.
-Kantong kehamilan harus terlihat melalui ultrasonografi abdomen jika hCG >6500
mIU/mL.
Progesteron >25ng/mL: kehamilan dapat berlanjut pada >95% kasus
serum <10ng/mL: kehamilan intrauterus, jika ada, tidak dapat berlanjut.

8. Apa diagnosis dan diagnosis banding pada scenario, dan jelaskan alur penegakkan
diagnosis?
DIAGNOSIS ABORTUS
Anamnesis
RIWAYAT KEGUGURAN SEBELUMNYA  beresiko recurrent miscarriage
Pada anamnesis didapatkan darah mengalir keluar dari vagina dan terasa mules. Menandakan
terjadinya perdarahan rahim pada usia kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya pembukaan serviks uterus
tetapi jaringan fetus maupun plasenta masih intrauterine. Pada pemeriksaan penunjang, hasil USG dapat
menunjukkan buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin, meragukan atau buah kehamilan tidak
baik, janin mati.
Didiagnosis bila seseorang wanita hamil < 20 minggu Terjadi mules yang lebih sering, hebat, dan
perdarahannya bertambah. Jika abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, biasanya perdarahan
tidak banyak. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, biasanya mulai terjadi 2 minggu
setelah kehamilan berhenti berkembang. Dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung
bawah seperti saat menstruasi.
Pada keadaan ini, kehamilan memang sudah tidak dapat dipertahankan lagi.

Setengah dari abortus insipiens akan menjadi abortus komplet atau inkomplet, sedangkan pada sisanya
kehamilan akan terus berlangsung. Abortus spontan adalah yang berlangsung tanpa tindakan sedangkan
provokatus terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan tersebut dan bisa dibagi menjadi provokatus medisinalis
iaitu bila didasarkan pada pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu dan provokatus kriminalis apabila
melakukan abortus secara tidak legal.

ANAMNESIS : 1. Abortus imminen


j. Riwayat terlambat haid dengan hasil βHCG (+) dengan usia kehamilan <
20 minggu
k. Perdarahan pervaginam yang tidak terlalu banyak berwarna kecoklatan
dan bercampur lendir
l. Nyeri perut atau cramping pain sedikit
17. Abortus insipient
g. Perdarahan bertambah banyak, berwarna merah segar, disertai
terbukanya serviks
h. Perut nyeri ringan atau spasme.
18. Abortus incompletes
p. Perdarahan aktif
q. Nyeri perut hebat seperti kontraksi saat persalinan
r. Pengeluaran sebagai hasil konsepsi
s. Mulut rahim terbuka dengan sebagian sisa konsepsi tertinggal
t. Terkadang pasien datang dalam keadaan syok akibat perdarahan
19. Abortus komplit
m. Perdarahan sedikit
n. Nyeri perut atau kram ringan
o. Mulut rahim sudah tertutup
p. Pengeluaran seluruh hasil konsepsi
20. Missed abortus
Perdarahan dan nyeri perut minimal
21. Abortus habitualis
Riwayat abortus 3 kali atau lebih berturut-turut

Pemeriksaan Fisik
Pertama dilakukan pemeriksaan umum normal. Kemudian, pemeriksaan abdomen biasanya normal
(lunak, tidak nyeri tekan)5 Diperiksa tanda-tanda vital untuk tentukan apakah pasien secara hemodinamis stabil.
Takikardi, sinkop, pusing atau berkunang-kunang menunjukkan ketidakstabilan dan harus menerima
penggantian cairan IV.
Pemeriksaan pelvis: darah forniks, vagina dan serviks normal, apakah serviks terbuka, nyeri tekan, dan
ukuran uterus, dan ada massa pada adneksa. Terdapat pemeriksaan speculum, biasanya ditemui hanya ada
sedikit darah atau secret kecoklatan di dalam vagina. Ostium uteri tertutup. Pada pemeriksaan bimanual, uterus
membesar, lunak dan tidak nyeri tekan. Besar uterus sesuai dengan riwayat haid. Serviks tertutup, tidak
mendatar dan mempunyai konsistensi hamil normal.
PEMERIKSAAN FISIK : 1. Abortus imminens
i. Ostium uteri masih tertutup
j. Perdarahan berwarna kecoklatan disertai dengan lender
k. Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
l. Djj masih ditemukan
10. Abortus insipient
i. Ostium uteri masih terbuka, dengan terdapat penonjolan kantong dan
didalamnya berisis cairan ketuban
j. Perdarahan berwarna merah segar
k. Ukuranuterus sesuai dengan usia kehamilan
l. Djj masih ditemukan
11. Abortus incompletes
e. Ostium uteri terbuka, dengan terdapat sebagai sisa konsepsi
f. Perdarahan aktif
12. Abortus komplit
g. Ostium uteri tertutup
h. Perdarahan sedikit
i. Ukuran uterus lebih kecil dari usia kehamilan
13. Missed abortion
i. Ostium uteri tertutup
j. Perdarahan dan nyeri perut tidak ada
k. Ukuran uterus lebih kecil dari usia kehamilan
l. Gejala khas janin telah mati tetapi tidak ada epulsi jaringan.
Pemeriksaan Penunjang
Kaji kemampuan hidup (viabilitas) kehamilan.
Ukuran viabilitas janin.
hCG Positif 7 hingga 10 hari setelah ovulasi, kadar meningkat 2 kali lipat setiap 1,6 hari selama
minggu ke lima, setiap dua hari selama minggu ke enam dan setiap 2,5 hari selama minggu
ke 7. Kadar terus meningkat dengan lebih lambat, mencapai puncak pada minggu ke 10,
mengalami masa tertinggi tanpa kemajuan pada minggu ke 24.
Temuan -Jika kantong kehamilan >10mm, kantong kuning telur harus selalu terlihat.
ultrasonograf -Kantong kehamilan yang berukuran 18 mm (atau 2,5 cm) harus berisi embrio.
i -Embrio yang berukuran >5mm harus sudah memiliki aktivitas jantung.
-Kantong kehamilan harus terlihat melalui ultrasonografi transvaginal jika hCG >2000
mIU/mL.
-Kantong kehamilan harus terlihat melalui ultrasonografi abdomen jika hCG >6500
mIU/mL.
Progesteron >25ng/mL: kehamilan dapat berlanjut pada >95% kasus
serum <10ng/mL: kehamilan intrauterus, jika ada, tidak dapat berlanjut.

9. Apa tatalaksana pada kasus di scenario?

 Bila pendarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam
dengan diberikan morfin.
 Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai pendarahan, tangani dengan
pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusuli dengan kerokan memakai
kuret tajam.
 Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infuse oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% 500ml
dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit. Namun
bila janin sudah keluar tapi placenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran placenta secara normal.
TERAPI
1. Abortus imminens
a. Tirah baring minimal 2x24 jam  agar aliran darah uterus bertambah
dan rangsang mekanik berkurang
b. Fenobarbital 3x30 mg/hari kalau perlu  obat penenang
c. Progesterone 10mg sehari  mengurangi kerentanan otot Rahim
d. Jangan berhubungan seks sampai 2 minggu
2. Abortus insipiens
a. Bila ada tanda syok  atasi dengan pemberian cairan dan transfuse darah
b. Kuret vakum / cunam abortus  kerokan dengan kuret tajam 
ergometrin 0,5mg intramuskular atau drips oksitoksi bila kehamilan lebih
dari 12 minggu
c. Kehamilan lebih dari 12 minggu  berikan infus oksitosin 10 IU dalam
dextrose 5%500ml dimulai 8 tetes permenit dan naikkan sesuai kontraksi
uterus sampai abortus komplet terjadi
d. Metilergometrin maleat 3x5 tab, selama 5 hari Amoxicilin sebanyak
3x500 mg selama 5 hari
3. Abortus Incompletus
a. Memperbaiki keadaan umum (infus NaCl / ringer laktat  transfuse
darah)
b. Kosongkan isi uterus (menghentikan pendarahan)  kerokan dengan
kuret, suntikkan ergometrin 0,2mg  untuk mempertahankan kontraksi
otot uterus
c. Cegah infeksi
d. Amoxicilin 3x500 mg selama 5 hari.
4. Abortus komplit
a. Antibiotik untuk mencegah infeksi
b. Anjurkan diet tinggi protein, vitamin, dan mineral
c. Methyl ergometrin 3x1 hari
d. Hematinik  sulfas ferosus, transfuse darah jika ANEMIA
5. “Missed abortion”
a. Periksa CT, BT, Trombosit, fibrinogen, Hb dan leukosit.
b. Hiperfibrinogemia  siapkan darah segar / fibrinogen
c. < 12 minggu : pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12
jam - dilatasi serviks dengan dilatator hegar  hasil konsepsi diambil
dengan cunam ovum lalu kuret tajam
d. Bila kehamilan > 12 minggu diberikan tetesan oksitoksin 20-30u dalam
500ml Dextrose 5% mulai 20 tetes/menit bila tidak timbul kontraksi
uterus, dosis dinaikkan 10u 30 menit tampa mengubah kecepatan tetesan
sampai timbul kontraksi uterus dan ini dipertahankan, dosis tertinggi
140u
e. Bila dengan dosis tersebut tidak berhasil, diulangi lagi setelah istrahat 24-
48 jam
f. Bila TFU sampai 2 jadi di bawah pusar, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut

 Abortus infeksius dan septik


o Tingkatakan asupan cairan
o Transfuse darah  jika perdarahan banyak
o Penanggulangan infeksi
 Gentamycin 2x80mg dan penicillin 4x1,2juta unit
 Chloromycetin 4x500mg
 Cephalosporin 3x1
 Sulbenicillin 3x1-2gram
o Kuretase  dilakukan dalam waktu 6 jam karena pengeluaran sisa
abortus mencegah perdarahan dan menghilangkan jadingan
nekrosis
 Habitualis
o Memperbaiki keadaan umum
o Mengurangi merokok dan alcohol
Puspita, R. 2018. Buku Ajar Perdarahan Pada Kehamilan Trimester 1. Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung : Bandar Lampung

Panduan Praktik Klinis (PPK) RSUD Salewangang, 2015

10. Apa saja komplikasi ,prognosis dan Edukasi pada scenario?

Komplikasi
a. Komplikasi non maligna5
 Perforasi Uterus
Selama kehamilan kadang-kadang terjadi perforasi uterus dan jika terjadi perforasi maka kuretase
harus dihentikan. Laparoskopi atau laparotomi harus dilakukan untuk mengetahui tempat terjadinya
perforasi.
 Perdarahan
Merupakan komplikasi yang terjadi sebelum, selama, dan bahkan setelah tindakan kuretase.Oleh
karena itu oksitosin intravena diberikan sebelum memulai tindakan untuk mengurangi terjadi
perdarahan.
 DIC
Faktor yang dilepaskan jaringan mola mempunyai aktivitas fibinolitik. Semua pasien diskrining untuk
melihat adanya koagulopati.
 Embolisme tropoblastik
Dapat menyebabkan insufisiensi pernapasan akut. Faktor risiko terbesar terjadi pada uterus yang lebih
besar dari yang diharapkan pada usia gestasi 16 minggu. Keadaan ini bisa fatal.
 Infeksi pada sevikal atau vaginal
Perforasi pada dinding uterus yang tipis selama evakuasi mola dapat menyebabkan penyebaran
infeksi. Ruptur uteri spontan bisa terjadi pada mola benigna dan mola maligna.

b. Komplikasi maligna5
Mola invasif atau koriokarsinoma berkembang pada 20% kasus mola dan identifikasi pasien penting
untuk tindakan selanjutnya. Setelah mola komplit invasi uteri terjadi pada 15% pasien dan metastase
terjadi pada 4 pasien.

Prognosis Data mortalitas berkurang secara drastis mencapai 0 dengan diagnosa dini dan terapi yang
adekuat.CDengan kehamilan mola yang lanjut, pasien cenderung untuk menderita anemia dan
perdarahan kronis.Infeksi dan sepsis pada kasus-kasus ini dapat menyebabkan tingkat morbiditas yang
tinggi

Anda mungkin juga menyukai