Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS IMMINENS DI RUANG KEBIDANAN

BLUD RUMAH SAKIT UMUM CUT NYAK DHIEN


MEULABOH

DI SUSUN OLEH :

HABIBON

18901014

PEMBIMBING KLINIK:

Ns.Dian Indriyani, S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

MEDIKA SERAMOE BARAT MEULABOH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2019
A. Pengertian
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar
rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu
karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan
yang mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam Rahim
(Manuaba, 2007:683).
Abortus Imminens ialahterjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil
konsepsi dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi servik uteri (Manuaba, 2007:683).
Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan (Dr. M. Hakim, Phd, keadaan darurat
ginekologi umum).
Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurangdari 20
minggu, tanpatanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat (Dr. M. Hakim, Phd,
keadaan darurat ginekologi umum).
B. Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa
faktor yang berpengaruh adalah :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan
cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan
pertumbuhan hasil kosepsi dapat terjadi karena:
a. Faktor kromosom: Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom,
termasuk kromosorn seks.
b. Faktor lingkungan endometritum.Endometrium belurn siap untuk menerima
implasi hasil konsepsi.Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak
kehamilan.
2. Pengaruh luar
a. Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi.
b. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan
hasil konsepsi terganggu.
3. Kelainan pada plasenta
a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat
berfungsi.
b. Gangguan pembuluh darah palsenta, diantaranya pada diabetes melitus.
c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga
menimbulkan keguguran.
4. Penyakit ibu
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan melalui plasenta:
a. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria,
sifilis.
b. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi
retroplasenter.
c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati,
penyakit diabetes melitus.
5. Kelainan yang terdapat dalam rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal
dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks
inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan
serviks postpartum.
6. Faktor antibody autoimun, terutama :
Antibody antiphosfolipid :
a. Menimbulkan thrombosis, infrak plasenta, perdarahan
b. Gangguan sirkulasi dan nutrisi menuju janin dan diikuti abortus
c. Antibody anticardiolipin, dalam lupus anticoagulant (LAC)
d. Menghalangi terbentuknya jantung janin sehingga akan menyebabkan abortu
C. Manifestasi Klinis
1. Nyeri hebat
2. Perdarahan banyak, Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.
3. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.
4. Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi sebagian masih berada
di dalam uterus
5. Pemeriksaan dalam :
a. Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisa
b. Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan dalam
6. Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan
7. Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan tidak dapat
dipertahankan.
8. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi.
9. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma).
10. Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung
terus.
11. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang di
anggap corpusglium, maka uterus akan berusaha mengeluarkan dengan
mengadakan kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini di biarkan lama, serviks akan
menutup kembali.
D. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti
oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang
dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14
minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta
tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah
janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika
plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan
dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk
yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang mati tidak
dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah,
isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apaila pigmen
darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak
seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak
berbenjol – benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang maka ia
jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti
kertas perkamen (fetus papiraseus).
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah
terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah – merahan dan dapat
menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi sudah berlangsung
lama. (Prawirohardjo, 2005).
E. Pathway
Perdarahan
nekrosis

Hasil konsepsi
terlepas dari uterus

Uterus berkontraksi

Hasil konsepsi keluar Hasil konsepsi keluar


sempurna (abortus tidak sempurna (abortus
kompletus) inkompletus)

Merasa kehilangan
perdarahan

Ansietas
Duka cita Kekurangan
volume
Stress cairan

Risiko
Nyeri infeksi
Akut

Risiko syok
Intoleransi
aktifitas

Sumber: Nugroho, taufan. 2010.


F. Klasifikasi
Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu:

1. Abortus spontaneous yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-
faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus
spontaneus meliputi:
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila
terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama
kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa
hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di
anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah
yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman
atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi
perdarahan ringan selama beberapa minggu.
b. Abortus insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil
konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering
dan kual perdarahan bertambah.
c. Abortus inkompletus
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya
atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan
yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih
lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan
hipovolemia berat.
d. Abortus kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus
sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi
dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan
lengkap.
e. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh
ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul
dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar,
dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan
di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi
serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi
dari kanalis servikalis.
f. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi
janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone
progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens
mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
g. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi
kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) yaitu menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum
dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu,
atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi
dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Abortus ini terbagi menjadi dua yaitu :
a. Abortus medisinalis (abortus therepeutika)
Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan
bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan
indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga tim
dokter ahli
b. Abortus kriminalis
Abortus kriminlis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan – tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

G. Pemeriksaan Diagnostic
Pemeriksaan Ginekologi:
1. Inspeksi vulva
a. Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
b. Adakah disertai bekuan darah
c. Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
d. Adakah tercium bau busuk dari vulva
2. Pemeriksaan dalam speculum
a. Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
b. Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
c. Apakah tampak jaringan keluar ostium
d. Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
3. Pemeriksaan dalam
a. Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
b. Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
c. Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan
d. Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
e. Adakah rasa nyeri pada perabaan
f. Adakah terasa tumor atau tidak
g. Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak
4. Pemeriksaan kadar Hb, golongan darah dan uji padanan silang (crossmatch)
a. Bila terdapat tanda – tanda sepsis, berikan antibiotic yang sesuai
b. Temukan dan hentikan segera sumber perdarahan
c. Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan perkembangan
lanjut
H. Penatalaksanaan
Penanganan umum:
1. Kuretase dapat dilakukan untuk mengeluarkan sisa hasil konsepsi dalam uterus
Sebelum dilakukan kuretase, biasanya pasien akan diberikan obat anestesi
(dibius) secara total dengan jangka waktu singkat, sekitar 2-3 jam. Setelah pasien
terbius, barulah proses kuretase dilakukan.Ketika melakukan kuret, ada 2 pilihan
alat bantu bagi dokter. Pertama, sendok kuret dan kanula/selang. Sendok kuret
biasanya dipilih oleh dokter untuk mengeluarkan janin yang usianya lebih dari 8
minggu karena pembersihannya bisa lebih maksimal. Sedangkan sendok kanula
lebih dipilih untuk mengeluarkan janin yang berusia di bawah 8 minggu, sisa
plasenta, atau kasus endometrium.Alat kuretase baik sendok maupun selang
dimasukkan ke dalam rahim lewat vagina. Bila menggunakan sendok, dinding
rahim akan dikerok dengan cara melingkar searah jarum jam sampai bersih.
Langkah ini harus dilakukan dengan saksama supaya tak ada sisa jaringan yang
tertinggal. Bila sudah berbunyi “krok-krok” (beradunya sendok kuret dengan otot
rahim) menunjukkan kuret hampir selesai. Sedikit berbeda dengan selang, bukan
dikerok melainkan disedot secara melingkar searah jarum jam. Umumnya kuret
memakan waktu sekitar 10-15 menit (Fajar, 2007).
2. Lakukan penilaian awal untuk menentukan kondisi pasien (gawat darurat,
komplikasi berat atau masih cukup stabil)
3. Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi pasien sebelum
melakukan tindakan lanjutan (yindakan medic atau rujukan)
4. Penilaian medic untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas kesehatan
setempat atau dirujuk kerumah sakit. Bila pasien syok atau kondisinya memburuk
akibat perdarahan hebat segera atasi komplikasi tersebut
5. Gunakan jarum infuse besar (16G atau lebih besar) dan berikan tetesan cepat (500
ml dalam 2 jam pertama) larutan garam fisiologis atau Ringer

Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan
pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya
adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri
kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri
dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di
panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.
Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu. Dalam hal ini
perlu diputuskan apakah kehamilan dapat dilanjutkan.
Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG)
serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai
kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga
digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam
mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah konseptus meninggal, uterus harus
dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah
abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara
pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen atau probe vagina Dapat
membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus
terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi (Wiknjosastrodkk, 2002 : 305) :
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uerus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap
empat jam bila pasien panas
c. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, ungkin janin akan mati,
pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preparat
hematinik misalnya sulfas ferosus 600 / 1.000 mg
e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah
infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi
klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang pervaginam berulang
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di
luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
e. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya
f. Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan
penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
g. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta
kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
h. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan
anaknya.
i. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
j. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral,
obat digitalis dan jenis obat lainnya.
k. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik
sebelum dan saat sakit.
l. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan
penghidung.Hal yang diinspeksi antara lain :
 mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan
ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
2) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan
jari.
 Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
 Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor.
 Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri
yang abnormal
3) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya.
 Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
 Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah
ada kontraksi dinding perut atau tidak
 Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk
tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising
usus atau denyut jantung janin (Johnson & Taylor, 2005: 39)
m. Pemeriksaan laboratorium :Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang:
rontgen, USG, biopsi, pap smear. Keluarga berencana: Kaji mengenai
pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien
menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
n. Data lain-lain :
1) Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama
dirawat di RS.
2) Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola
komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan
mekanisme koping yang digunakan.
3) Status sosio-ekonomi: Kaji masalah finansial klien
4) Data spiritual: Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan
kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Pre kuretase
a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus, perubahan dinding
endometrium dan jalan lahir.
b. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan akan kehilangan janin
Post Kuretase
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya pendarahan
d. Dukacita b.d kehilangan calon anak
e. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
f. Risiko Infeksi f.r perdarahan, dan kondisi vulva lembab
g. Risiko syok f.r hipovolemik: perdarahan pervaginam
DAFTAR PUSTAKA

Affandi B, Adriaansz G, Gunardi ER, Koesno H. Buku panduan praktis kontrasepsi


pelayanan kontrasepsi. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Herdman, T.H. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.

Jhonson, Marion dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Misouri: Mosby, Inc.

JNPK_KR. 2008. Pelayanan obsetri dan neonatal emergensi dasar (PONED).

Kusmiyati, Dkk. 2009. Perawatan ibu hamil. Yogjakarta : Fitramaya.

Manuaba, 2007. Pengantar kuliah obstetric. Jakarta: EGC.

McCloskey, Joanne C, 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise,


Misouri: Mosby, Inc.

Nugroho, taufan. 2010. Buku ajar obstetric. Yogjakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai