Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN DENGAN HAP

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS


RUANG IGD MATERNAL
RS SMC (SINGAPARNA MEDIKA CITRAUTAMA)
KABUPATEN TASIKMALAYA

Oleh:
JUNI SETIAWAN
191FK09047

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA TASIKMALAYA
FAKULTAS KEPERAWATAN
TASIKMALAYA

2019
LAPORAN PENDAHULUAN HAP
A. Pengertian
Perdarahan pada kehamilan selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya.
Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada
kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda
dan kehamilan tuaialah kehamilan 28 minggu (dengan berat janin 1000 gram) ,
mengingat kehidupan janin diluar uterus. Perdarahan yang bersumber pada kelainan
palasenta, yang secara klinis yang biasanya tidak tterlalu sukar untuk menentukannya,
yaitu antara plasenta previa, dan solusio palsenta (abrupsio plasentae), sehingga
pembagian perdarahan antepartum dibagi menjadi 4, yaitu plasenta previa, solusio
palsenta, vasa previa dan perdarahan yang belum diketahui penyebabnya.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada jalan lahir setelah kehamilan 20
minggu.

B. Klasifikasi perdarahan antepartum yaitu


I. Plasenta previa
a. pengetian
Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
(ostium uteri internum).
b. Ciri-ciri plasenta previa :
1. Perdarahan tanpa nyeri
2. Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya perlahan-lahan
6. Waktu terjadinya saat hamil
7. His biasanya tidak ada
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
9. Denyut jantung janin ada
10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
12. Presentasi mungkin abnormal.
c. Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu :
1. Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh
plasenta.
2. Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir
tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada
pinggir pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan jalan lahir.

e. Etiologi plasenta previa belum jelas.


Diagnosis plasenta previa :
1. Anamnesis : adanya perdarahan per vaginam pada kehamilan lebih 20 minggu
dan berlangsung tanpa sebab.
2. Pemeriksaan luar : sering ditemukan kelainan letak. Bila letak kepala maka
kepala belum masuk pintu atas panggul.
3. Inspekulo : adanya darah dari ostium uteri eksternum.
4. USG untuk menentukan letak plasenta.
5. Penentuan letak plasenta secara langsung dengan perabaan langsung melalui
kanalis servikalis tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan perdarahan yang banyak. Oleh karena itu cara ini hanya
dilakukan diatas meja operasi.

f. Penatalaksanaan plasenta previa :


1. Konservatif bila :
a. Kehamilan kurang 37 minggu.
b. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
c. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh
perjalanan selama 15 menit).

Perawatan konservatif berupa :


 Istirahat.
 -Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
 Memberikan antibiotik bila ada indikasii.
 Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.

Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan


konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak
ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh
melakukan senggama

2. Penanganan aktif bila :


a) Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
b) Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
c) Anak mati
Penanganan aktif berupa :
- Persalinan per vaginam.
- Persalinan per abdominal.
Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up)
yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
1. Plasenta previa marginalis
2. Plasenta previa letak rendah
3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang,
kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya
sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips
oksitosin pada partus per vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap
terminasi kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.

Indikasi melakukan seksio sesar :


- Plasenta previa totalis
- Perdarahan banyak tanpa henti.
- Presentase abnormal.
- Panggul sempit.
- Keadaan serviks tidak menguntungkan (beelum matang).
- Gawat janin
- Pada keadaan dimana tidak memungkinkan dilakukan seksio sesar maka
lakukan pemasangan cunam Willet atau versi Braxton Hicks.

II. Solusio plasenta


a. pengertian
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta pada
implantasi normal sebelum janin lahir.
b. Ciri-ciri solusio plasenta :
1. Perdarahan dengan nyeri
2. Perdarahan tidak berulang
3. Warna perdarahan merah coklat
4. Adanya anemia dan renjatan yang tidak sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya tiba-tiba
6. Waktu terjadinya saat hamil inpartu
7. His ada
8. Rasa tegang saat palpasi
9. Denyut jantung janin biasanya tidak ada
10. Teraba ketuban yang tegang pada periksa dalam vagina
11. Penurunan kepala dapat masuk pintu atas panggul
12. Tidak berhubungan dengan presentasi

c. Klasifikasi solusio plasenta berdasarkan tanda klinis dan derajat pelepasan


plasenta yaitu :
1. Ringan : Perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada
tanda renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian
permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih 120 mg%.
2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre
renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3
bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan,
janin mati, pelepasan plasenta bisa terjadi lebih 2/3 bagian atau
keseluruhan.
d. Etiologi solusio plasenta belum jelas.
e. Penatalaksanaan solusio plasenta :
Tergantung dari berat ringannya kasus. Pada solusio plasenta ringan
dilakukan istirahat, pemberian sedatif lalu tentukan apakah gejala semakin
progresif atau akan berhenti. Bila proses berhenti secara berangsur,
penderita dimobilisasi. Selama perawatan dilakukan pemeriksaan Hb,
fibrinogen, hematokrit dan trombosit.
Pada solusio plasenta sedang dan berat maka penanganan bertujuan untuk
mengatasi renjatan, memperbaiki anemia, menghentikan perdarahan dan
mengosongkan uterus secepat mungkin. Penatalaksanaannya meliputi :
1. Pemberian transfusi darah
2. Pemecahan ketuban (amniotomi)
3. Pemberian infus oksitosin
4. Kalau perlu dilakukan seksio sesar.
Bila diagnosa solusio plasenta secara klinis sudah dapat ditegakkan,
berarti perdarahan yang terjadi minimal 1000 cc sehingga transfusi darah
harus diberikan minimal 1000 cc. Ketuban segera dipecahkan dengan
maksud untuk mengurangi regangan dinding uterus dan untuk mempercepat
persalinan diberikan infus oksitosin 5 UI dalam 500 cc dekstrose 5 %.
Seksio sesar dilakukan bila :
1. Persalinan tidak selesai atau diharapkan tidak selesai dalam 6 jam.
2. Perdarahan banyak.
3. Pembukaan tidak ada atau kurang 4 cm.
4. Panggul sempit.
5. Letak lintang.
6. Pre eklampsia berat.
7. Pelvik score kurang 5.

III. Vasa Previa


a. pengertian
Vasa previa merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin
berinsersi dengan vilamentosa yakni pada selaput ketuban.
b. Etiologi vasa previa belum jelas.
c. Diagnosis vasa previa :
Pada pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada selaput ketuban.
Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau amnioskopi. Bila
sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan denyut jantung janin yang
tidak beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi
ketika atau beberapa saat setelah selaput ketuban pecah. Darah ini berasal dari
janin dan untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan tes Apt dan tes
Kleihauer-Betke serta hapusan darah tepi.
d. Penatalaksanaan vasa previa :
Sangat bergantung pada status janin. Bila ada keraguan tentang viabilitas
janin, tentukan lebih dahulu umur kehamilan, ukuran janin, maturitas paru dan
pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan kardiotokografi. Bila janin
hidup dan cukup matur dapat dilakukan seksio sesar segera namun bila janin
sudah meninggal atau imatur, dilakukan persalinan pervaginam.

IV. Perdarahan antepartum yang belum diketahui penyebabnya.


IV. Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya (idiopatik)
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas umum
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
 Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus
seperti seksio sasaria curettage yang berulang-ulang.
 Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta
mengalami penyakit menular seperti hepatitis.
 Kemungkinan pernah mengalami abortus
2. Riwayat kesehatan sekarang
 Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
 Perdarahan tanpa rasa nyeri
 Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20
minggu.
3. Riwakat kesehatan keluarga
 Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya.
 Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini
 Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
 Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan
penyakit menular.
4. Riwayar Obstetri
Riwayat Haid/Menstruasi
 Minarche
 Siklus
 Lamanya
 Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri haid
5. Riwayat kehamilan dan persalinan
 Multigravida
 Kemungkinan abortus
 Kemungkinan pernah melakukan curettage
6. Riwayat nipas
 Lochea Rubra
Bagaimana baunya, amis
– Banyaknya 2 kali ganti duk besar
– Tentang laktasi
 Colostrum ada
c. Pemeriksaan tanda-tanda vital
 Suhu tubuh, suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
 Tekanan darah, akan menurun jika ditemui adanya tanda syok
 Pernapasan, nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi
 Nadi, nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok

d. Pemeriksaan fisik
 Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
 Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
 Mata biasanya konjugtiva anemis
 Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal
 Abdomen
 Inspeksi : terdapat strie gravidarum
 Palpasi :
Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih
rendah
Leopoid II : Sering dijumpai kesalahan letak
Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak
kepala biasanya kepala masih goyang atau terapung(floating) atau
mengolak diatas pintu atas panggul.
Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
 Perkusi : Reflek lutut +/+
 Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120.160
– Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda
– Ekstremitas. Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral
dingin.

e. Pemeriksaan penunjang
 Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%)
leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal
250
ribu – 500 ribu).
f. Data sosial ekonomi
Plaesnta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya
terjadi pada golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan yang dimilikinya.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan pendarahan pervagina

2. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan lekositosis

3. Ansietas berhubungan kurang pengetahuan akan kondisi saat in


INTERVENSI

Resiko kekurangan volume NOC NIC


cairan · Fluid balance Fluid management
· Hydration · Timbang popok/pembalut
Definisi : Berisiko · Nutritional Status: Food and jika diperlukan
mengalami dehidrasi Fluid Intake · Pertahankan catatan
vaskular, selular, atau intake dan output yang
intraselular. Kriteria Hasil : akurat
· Mempertahankan urine output · Monitor status hidrasi
Faktor Risiko : sesuai dengan usia dan BB, BJ (kelembaban membran
· Kehilangan volume urine normal, HT normal mukosa, nadi adekuat,
cairan aktif · Tekanan darah, nadi, suhu tekanan darah ortostatik ),
· Kurang pengetahuan tubuh dalam batas normal jika diperlukan
· Penyimpangan yang · Tidak ada tanda-tanda · Monitor vital sign
mempengaruhi absorbs dehidrasi, Elastisitas turgor kulit · Monitor masukan
cairan baik, membran mukosa lembab, makanan / cairan dan hitung
· Penyimpangan yang tidak ada rasa haus yang intake kalori harian
mempengaruhi akses berlebihan · Kolaborasikan pemberian
cairan cairan IV
· Penyimpangan yang · Monitor status nutrisi
mempengaruhi asupan · Berikan cairan IV pada
cairan suhu ruangan
· Kehilangan · Dorong masukan oral
bertebihan melalui rute · Berikan penggantian
normal (mis, diare) nesogatrik sesuai output
· Usia lanjut · Dorong keluarga untuk
· Berat badan ekstrem membantu pasien makan
· Faktor yang · Tawarkan snack (jus
mempengaruhi buah, buah segar)
kebutuhan cairan (mis, · Kolaborasi dengan dokter
status hipermetabolik) · Atur kemungkinan
· Kegagalan fungsi tranfusi
regulator · Persiapan untuk tranfusi
· Kehilangan cairan Hypovolemia Management
melalul rute abnormal · Monitor status cairan
(mis, slang menetap) termasuk intake dan ourput
· Agens farmasutikal cairan
(mis., diuretik) · Pelihara IV line
· Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
· Monitor tanda vital
· Monitor respon pasien
terhadap penambahan cairan
· Monitor berat badan
· Dorong pasien untuk
menambah intake oral
· Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan volume
cairan
· Monitor adanya tanda
gagal ginjal

1. Risiko infeksi 1. Immune Status 1. Pertahankan teknik aseptif


2. Knowledge : Infection control 2. Batasi pengunjung bila perlu
Faktor-faktor risiko :
3. Risk control 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah

- Prosedur Infasif Setelah dilakukan tindakan keperawatan tindakan keperawatan

- Kerusakan jaringan dan selama…… pasien tidak mengalami infeksi 4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat

peningkatan paparan dengan kriteria hasil: pelindung

lingkungan 5. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai


1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Malnutrisi dengan petunjuk umum
2. Menunjukkan kemampuan untuk
- Peningkatan paparan mencegah timbulnya infeksi 6. Gunakan kateter intermiten untuk
lingkungan patogen 3. Jumlah leukosit dalam batas normal menurunkan infeksi kandung kencing
- Imonusupresi 4. Menunjukkan perilaku hidup sehat 7. Tingkatkan intake nutrisi
- Tidak adekuat pertahanan 5. Status imun, gastrointestinal, 8. Berikan terapi antibiotik:...................
sekunder (penurunan Hb, genitourinaria dalam batas normal 9. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
Leukopenia, penekanan dan lokal
respon inflamasi) 10. Pertahankan teknik isolasi k/p
- Penyakit kronik 11. Inspeksi kulit dan membran mukosa
- Imunosupresi terhadap kemerahan, panas, drainase
- Malnutrisi 12. Monitor adanya luka
- Pertahan primer tidak adekuat 13. Dorong masukan cairan
(kerusakan kulit, trauma 14. Dorong istirahat
jaringan, gangguan 15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
peristaltik) gejala infeksi
16. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam
2. Kecemasan berhubungan 1. Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
dengan 2. Koping
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Setelah dilakukan asuhan selama …..
Faktor keturunan, Krisis 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
kecemasan klien dapat teratasi dengan kriteria
situasional, Stress, perubahan pelaku pasien
hasil:
status kesehatan, ancaman 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
kematian, perubahan konsep 1. Klien mampu mengidentifikasi dan dirasakan selama prosedur
diri, kurang pengetahuan dan mengungkapkan gejala cemas 4. Temani pasien untuk memberikan
hospitalisas 2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik untuk mengontol 5. Berikan informasi faktual mengenai
DO/DS:
cemas diagnosis, tindakan prognosis

- Insomnia 3. Vital sign dalam batas normal 6. Libatkan keluarga untuk mendampingi

- Kontak mata kurang 4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh klien

- Kurang istirahat dan tingkat aktivitas menunjukkan 7. Instruksikan pada pasien untuk

- Berfokus pada diri sendiri berkurangnya kecemasan menggunakan tehnik relaksasi

- Iritabilitas 8. Dengarkan dengan penuh perhatian

- Takut 9. Identifikasi tingkat kecemasan

- Nyeri perut 10. Bantu pasien mengenal situasi yang

- Penurunan TD dan denyut menimbulkan kecemasan

nadi 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan

- Diare, mual, kelelahan perasaan, ketakutan, persepsi

- Gangguan tidur 12. Kelola pemberian obat anti cemas:........

- Gemetar
- Anoreksia, mulut kering
- Peningkatan TD, denyut nadi,
RR
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Sulit berkonsentrasi

Anda mungkin juga menyukai