Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan profesional


keperawatan yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan
dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi
baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya, berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik dan psikososial untuk mencapai
kesejahteraan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

Berkaitan dengan persalinan, ada beberapa jenis persalinan di antaranya yaitu


persalinan yang dibantu. Dimana pasien bersalin dengan bantuan suatu prosedur, salah
satunya section caesarea. Sectio caesarea adalah pembedahan obstetrik untuk
melahirkan janin yang viable melalui abdomen (Farrer,Helen,2001).

Indikasi sectio caesarea diantaranya adalah kesempitan panggul yang sangat berat
dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Angka section caesarea terus meningkat dari
insidensi 3 hingga 4 persen 15 tahun yang lalu sampai insidensi 10 hingga 15 persen
sekarang ini (Oxorn dan Forte, 2010).

Hal ini membutuhkan penanganan khusus dalam persalinan, sehingga sectio


caesarea adalah jalan keluar untuk penanganan persalinan dengan komplkasi. Betapa
pun sudah canggih dan tingginya teknik operasi, persalinan dengan pembedahan masih
tetap pembawa resiko disbanding persalinan normal lewat vagina (per vaginam).
Berbeda dengan persalinan normal, pasca sectio caesaria kemungkinan bisa terjadi
infeksi nifas, perdarahan pasca persalinan akibat terkeratnya pembuluh-pembuluh darah
cabang di rahim. Bisa juga luka kerat tak disengaja pada kandung kemih yang letaknya
memang di bawah rahim (Nadesul, 2007).
Salah satu komplikasi yang ditimbulkan setelah post sectio caesaria adalah
tromboemboli. Menurut Nuwahid (1998) dalam Mitayani (2009) insiden Tromboemboli
pada kehamilan dan puerperium (Nifas) adalah lima kali lebih tinggi dibandingkan
wanita yang tidak hamil pada usia yang sama. Trombosis Vena terjadi pada satu dari
2000 wanita selama kehamilan dan satu dari 700 wanita setelah melahirkan.

1
Tromboemboli yang terjadi pada periode post section caesarea disebabkan karena tidak
dilakukannya mobilisasi dini, sehingga terjadi bendungan vena dan darah yang statis.
Dengan mobilisasi sirkulasi darah normal atau lancar sehingga resiko terjadinya
trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.
Perawat harus memahami hal tersebut, harus mampu melakukan asuhan
keperawatan pada pasien post sectio caesaria. Melakukan pengkajian, menentukan
diagnosa yang mungkin muncul, menyusun rencana tindakan dan mengimplementasikan
rencana tersebut serta mengevaluasi hasilnya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 apakah yang dimaksud dengan tromboemboli?


1.2.2 bagaimanakah etiologi troboemboli pada ibu post partum?
1.2.3 bagaimanakah patofisiofisiologi tromboemboli pada ibu post partum?
1.2.4 apa saja manifestasi klinis tromboemboli?
1.2.5 apa saja pemeriksaan penunjang pada paien dengan tromboemboli?
1.2.6 bagaimanakah penatalaksanaan pada ibu post partum dengan tromboemboli?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui konsep dasar penyakit dan konsep asuhan keperawatan pada pasien
post partum dengan komplikasi: tromboemboli pasca SC.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengkajian pada pasien post partum dengan komplikasi :


tromboemboli pasca SC
b. Mengetahuiperencanaan pada pasien post partum dengan komplikasi :
tromboemboli pasca SC
c. Melakukan implementasi pada pasien post partum dengan komplikasi :
tromboemboli pasca SC
d. Melakukan evaluasi pada pasien post partum dengan komplikasi : tromboemboli
pasca SC

2
1.4 Manfaat

Hasil diskusi kelompok ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alat dan sarana
pengetahuan dalam bidang perawatan maternitas tentangasuhan keperawatan pada pasien
post partum dengan komplikasi: tromboemboli pasca SC.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Pengertian

Trombosis adalah pembentukan massa bekuan darah dalam sistem


kardiovaskuler yang tidak terkendali (Robin dan Kumar, 1995). Emboli adalah
oklusi beberapa bagian sistem kardiovaskuler oleh suatu massa (embolus) yang
tersangkut dalam perjalanannya ke suatu tempat melalui arus darah (Robin dan
Kumar,1995). Tromboembolisme adalah gabungan Trombosis dan Embolisme.
(Robin dan Kumar, 1995). Tromboemboli adalah obstruksi pembuluh darah
dengan bahan trombolik yang dibawa oleh darah dari tempat asal untuk
menyumbat. Statis vena pada ekstremitas bawah yang disebabkan karena
melemahnya dinding pembuluh darah dan penekanan vena-vena utama akibat
pembesaran uterus.

2.1.2 Etiologi

Insiden Tromboemboli pada kehamilan dan puerperium (Nifas) adalah lima


kali lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak hamil pada usia yang sama.
Trombosis Vena terjadi pada satu dari 2000 wanita selama kehamilan dan satu dari
700 wanita setelah melahirkan (Nuwahid, dkk 1998). Umumnya Etiologi thrombus
disebabkan oleh 3 hal yang dikenal dengan Trias Vischcow.
a) Perubahan susunan darah (Hiperkoagulansi)
Kehamilan dikarakteristikkan oleh perubahan dalam pembekuan oleh
sistem fibrinosis yang berlangsung selama periode postpartum.
Meningkatnya sistem fibrinosis (Aktivasi plasminogen dan antirombin
yang menyebabkan penghancuran di tekan. Keuntungannya yaitu
mencegah perdarahan maternal melalui peningkatan pembentukan bekuan.
Di samping itu, menyebabkan resiko tinggi pembentukan thrombus selama
kehamilan dan periode post partum.

4
b) Perubahan laju peredaran darah (Stasis Vena)
Kehamilan menyebabkan peningkatan stasis vena pada ektremitas bawah
dan pelvis sebagai hasil dari tekanan pembuluh darah besar karena
pembesaran uterus. Stasis paling nyata ketika wanita hamil berdiri untuk
periode waktu yang lama. Stasis menyebabkan dilatasi pembuluh darah
potensial berlanjut hingga post partum. In aktifitas selama kehamilan juga
berperan penting dalam bendungan vena dan darah yang stasis di
ekstremitas bawah. Waktu yang lama dalam memijakkan kaki selama
kehamilan dan perbaikan episiotomy juga meningkatkan vena stasis dan
pembentukan thrombus.
c) Perlakuan internal pembuluh darah
Dapat terjadi pada tindakan operasi. Dapat didahului oleh proses operasi
atau inflamasi. Perlakuan pada internal menyebabkan pembuluh darah
kehilangan muatan listrik, sehingga thrombus mudah menempel pada
dinding pembuluh tersebut.

2.1.3 Patofisiologi

Proses persalinan khususnya pada saat terlepasnya plasenta, kadar fibrinogen


serta faktor lain yang memegang peranan dalam pembekuan meningkat sehingga
memudahkan timbulnya pembekuan.Pada persalinan, terutama yang diselesaikan
dengan pembedahan, ada kemungkinan terjadi gangguan pada pembuluh darah
terutama di daerah pelvis.Perlakuan interna pembuluh darah. Dapat terjadi pada
tindakan operasi. Dapat didahului oleh proses operasi atau inflamasi. Perlakuan
pada interna menyebabkan pembuluh darah kehilangan muatan listrik, sehingga
trombus mudah menempel pada dinding pembuluh tersebut (Mitayani, 2011).

5
6
2.1.4 Manifestasi Klinis

a) Trombosis Vena Superfisial (TVS)


Trombosis Vena Superfisial biasanya disertai oleh tanda dan gejala
inflamasi. Tromboflebitis biasanya dihubungkan dengan varises vena dan
terbatas pada daerah betis. Tanda dan gejalanya meliputi ekstremitas
kemerahan, lunak dan hangat. Palpasi luas dan penyempitan vena. Wanita
juga mengalaminya ketika berjalan.
b) Trombosis Vena Dalam
Trombosis vena dalam lebih sulit didiagnosis berdasarkan manifestasi klinis
karena tanda atau gejala sering kali tidak ada atau difus. Jika ada, gejalanya
disebabkan oleh inflamasi dan obstruksi vena balik, pembengkakan betis,
serta edema eritema hangat dan lunak. Tanda Homan (Nyeri belakang lutut
ketika dorsofleksi) dianggap sebagai indikator thrombus vena dalam pada
wanita postpartum. Tanda Homan mempunyai nilai kecil pada diagnosis,
karena nyeri kemungkinan juga disebabkan oleh ketegangan otot atau luka
memar. Dan ini tidak selalu ada pada wanita yang mengalami thrombosis
vena. Refleks spasme arteri menyebabkan kaki pucat dan dingin. Pada
perabaan dapat penurunan denyut nadi perifer. Gejala lain meliputi nyeri
ketika digerakkan, malaise, dan kekakuan pada kaki yang terserang.

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang

a) Venografi kontras untuk memastikan thrombosis vena dalam


b) Pemeriksaan koagulasi untuk mengidentifikasi hiperkoagulabilitas
c) Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
d) Urinalisis / kultur urine
e) Pemeriksaan elektrolit

7
2.1.6 Penatalaksanaan

a) Trombembolisme Ringan
Ditangani dengan istirahat, dapat juga dengan pemberian antibiotik dan ibu
dianjurkan untuk mobilisasi atau aktifitas ringan.
b) Tromboembolisme berat
Antikoagulan untuk mencegah bertambah luasnya thrombus dan mengurangi
bahaya emboli. Terapi dapat dimulai dengan heparin melalui infus IV
sebanyak 10.000 itu satuan setiap 6 jam dan diteruskan dengan kaumarin 10
gram per hari kemudian 3 mg perhari dan selama 6 minggu kemudian
dikurangi dan dihentikan dalam 2 minggu.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

a. Anamnesa
1) Keluhan sekarang : Nyeri

2) Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat trombosis vena sebelumnya,


masalah jantung, hemografi, hipertensi karena kehamilan, dan
hiperkoagulabilitas pada purperium dini.

3) Kontrasepsi : Jenis kontrasepsi yang digunakan, lama penggunaan, alasan


berhenti, keluhan, rencana kontrasepsi yang akan digunakan nanti
b. Pola Fungsional Kesehatan
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi kesehatan
:
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Secara umum pada pengkajian pola ini, perawat akan mengetahui
bagaimana pasien memandang dirinya sendiri saat sebelum maupun setelah
sakit, kemampuan dirinya, perasaan pasien, tanggapan terhadap sakit yang
diderita, sejauh mana pasien mengetahui tentang penyakitnya
Pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan kaji pasien mengenai:
1) Pandangan pasien mengenai sehat dan sakit
2) Apakah pasien memahami keadaan kesehatan dirinya?

8
3) Apakah jika sakit pasien segera berobat ke dokter, ataukah
menggunakan obat tradisional?
4) Apakah pasien sudah memeriksakan dirinya sebelum ke rumah sakit?

2. Pola nutrisi
Pada pola nutrisi kaji pasien mengenai:
1) Pola makan
a. Bagaimana nafsu makan pasien selama sakit?
b. Berapakah porsi makan pasien per sekali makan?
2) Pola Minum
a. Berapakah frekuensi minum pasien selama sakit?

3. Pola eliminasi
Pada pola eliminasi kaji pasien mengenai:
1. Buang air besar
A. Berapakah frekuensi setiap kali buang air besar?
B. Bagaimanakah konsistensi pasien dalam buang air besar?
2. Buang air kecil
a. Berapakah frekuensi serta jumlah urine pasien setiap buang air
kecil?
4. AktivitasdanLatihan

Pada pola aktivitas dan latihan pasien mengenai:


1) Kemampuan perawatan diri

S M R S M R S
A k t i v i t a s
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4

M a n d i

Berpakaian/berdandan

Eliminasi/toileting

Mobilitas di tempat tidur

9
B e r p i n d a h

B e r j a l a n

N a i k t a n g g a

B e r b e l a n j a

M e m a s a k

P em eli haraan rum a h

Tabel 1. Kemampuan perawatan diri

Skor
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain & alat \
4 = tergantung/tidakmampu

2) Kebersihan diri
a. Berapakah frekuensi pasien mandi dan menggosok gigi per 1 hari
saat sakit?
b. Berapakah frekuensi pasin memotong kuku dan keramas selama
seminggu saat sakit?
3) Altivitas sehari-hari
a. Apakah pasien bisa mengikuti aktivitas shari-hari selama sakit?
4) Rekreasi
a. Apakah pasien selama sakit melakukan rekreasi?
5) Olah raga
a. Apakah pasien bisa melakukan kegiatan olah raga?

10
5. TidurdanIstirahat
Pada pola tidur dan istirahat kaji pasien mengenai:
1) Polatidur
Bagaimanakah polatidur pasien selama sakit? Yang digambarkan
dengan pukul berapa pasien mulai tidur dan sampai pukul berapa
pasien tidur saat malam hari?
2) Frekuensitidur
Bagaimana frekuensi tidur pasien selama sakit? Yang digambarkan
dengan berapa lama pasien tidur malam?
3) Intensitas tidur
a. Apakah pasien mengalami pola tidur NREM (Non-Rapid Eye
Movement)? Ataukah pasien mengalami pola tidur REM (Rapid
Eye Movement)?

6. Sensori, PresepsidanKognitif
Pada pola sensori, persepsi, dan kognitif, kaji pasien mengenai:
1) Bagaimana cara pembawaan pasien saat bicara? Apakah normal, gagap,
atau berbicara tak jelas?
2) Bagaimanakah tingkat ansietas pada pasien?
3) Apakah pasien mengalami nyeri ?
Jika iya, lakukan pengkajian dengan menggunakan:

 P (provoking atau pemacu) : factor yang memperparah atau


meringankan nyeri
 Q (quality atau kualitas) : kualitas nyeri (misalnya,
tumpul, tajam, merobek)
 R (region atau daerah) : daerah penjalaran nyeri
 S (severity atau keganasan) : intensitasnya
 T (time atau waktu) : serangan, lamanya, frekuensi,
dan sebab

7. Konsep diri

Body image/gambaran diri


a. Adakah prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat tubuh?
b. Apakah pasien memiliki perubahan ukuran fisik?

11
c. Adakah perubahan fisiologis tumbuh kembang?
d. Adakah transplantasialat tubuh?
e. Apakah pernah operasi?
f. Bagaimana proses patologi penyakit?
g. Apakah pasien menolak berkaca?
h. Apakah fungsi alat tubuh pasien terganggu?
i. Adakah keluhan karena kondisi tubuh?
Role/peran
a. Apakah klien mengalami overload peran?
b. Adakah perubahan peran pada pasien?
Identity/identitas diri
a. Apakah pasien merasa kurang percaya diri?
b. Mampukah pasien menerima perubahan?
c. Apakah pasien merasa kurang memiliki potensi?
d. Apakah pasien kurang mampu menentukan pilihan?
Self esteem/harga diri
a. Apakah pasien menunda tugas selama sakit?
b. Apakah pasien menyalahgunakan zat?
Self ideals/ideal diri
a. Apakkah pasien tidak ingin berusaha selama sakit

8. SeksualdanRepruduksi
a. Kapan pasien mengalami menstruasi terakhir ?
b. Apakah pasien mengalami masalah menstruasi ?
c. Apakah pasien pernah melakukan pap smear dankapan pap smear
terakhir ?
d. Apakah pasien melakukan pemeriksaan payudara dan testis sendiri
tiap bulan ?
e. Apakah pasien mengalami masalah seksual ?

9. PolaPeranHubungan
Padapolaperanhubunganpasienmengenai:
1) Apakahpekerjaanpasien?
2) Bagaimanakahkualitaspekerjaanpasien?

12
3) Bagaimanakahpasienberhubungandengan orang lain?

10. ManajemenKopingSetress
Menggambarkan bagaimana pasien menangani stress yang dimilikinya serta
apakah kalien menggunakan sistem pendukung dalam menghadapi stres

11. SistemNilai Dan Keyakinan


Mengenai bagaimana pasien memandang secara spiritual serta
keyakinannya masing-masing

c. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : Compos mentis / somnolen /spoor / semi coma /coma
2) TTV : Peningkatan frekuensi nadi, suhu badan mungkin meningkat
3) Kepala dan wajah
a) Inspeksi kebersihan dan kerontokan rambut, cloasma gravidarum, keadaan
sclera, konjungtiva, serta kebersihan gigi dan mulut
b) Palpasi palpebral, adakah edema pada mata dan wajah
4) Dada
Inspeksi irama nafas, dengarkan bunyi nafas dan hitung frekuensinya
5) Payudara
a) Inspeksi keadaan putting : menonjol, tertarik ke dalam, produksi ASI
terkadang berkurang pada ibu menyusui.
b) Palpasi daerah payudara
c) Kaji pengeluaran ASI
6) Ekstremitas bagian atas
Inspeksi keadaan edema pada jari-jari
7) Abdomen
Adanya luka insisi post SC, dengarkan bising usus
8) Involution uteri
Meraba daerah vesika urinaria, telapak tangan di atas abdomen meraba dan
menemukan tinggi fundus uteri ( kaji intensitas, kekuatan dan kontraksi)
9) Vulva vagina
Melihat keadaan kebersihan vulva dan perineum

13
10) Ekstremitas bagian bawah
Tanda homan positif(paha dan betis) mungkin hangat dan warna kemerahan,
tungkai yang sakit, dingin, pucat, serta edema.
d. Pemeriksaan penunjang
a) Venografi kontras untuk memastikan thrombosis vena dalam
b) Pemeriksaan koagulasi untuk mengidentifikasi hiperkoagulabilitas
c) Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
d) Urinalisis / kultur urine
e) Pemeriksaan elektrolit

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

a) Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan imobilitas, kurangnya


aliran darah vena

b)Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi, penurunan aliran darah vena

c) Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan

2.2.3 Intervensi Keperawatan

No Dx Tujuan Perencanaan

Intervensi Rasional
1. Pertahankan tirah 1. Meminilamkan
1 1 Setelah dilakukan tindakan
baring kemungkinan
keperawatan selama 3 x 24
perubahan posisi
jam, diharapkan perfusi
thrombus dan
jaringan perifer kembali
menciptakan emboli
efektif

2. Observasi
ekstremitas
2. Gejala yang

14
terhadap warna. membantu
Dengan Kriteria hasil :
Inspeksi adanya membedakan antara

 Nadi perifer dapat edema dari lipat tromboflebitis

diraba paha sampai superfisial dengan

 Pengisian kapiler telapak kaki, ukur, thrombosis vena

adekuat dan catat lingkar dalam ialah

 Penurunan edema betis pada kedua kemerahan, panas,

dan eritema kaki nyeri tekan dan


edema local
merupakan
karakteristik
superfisial. Pucat dan
dingin pada
ekstremitas
merupakan
karakterstik TVD.

3. Anjurkan untuk 3. Mengosongkan vena


meninggikan superfisial dan tiba
tungkai di atas dengan cepat,
level jantung (10- mempertahankan
20°) vena tetap kolaps,
sehingga
meningkatkan aliran
balik vena

4. Instruksikan ibu
4. Untuk mencegah
untuk
perubahan posisi
menggerakkan
thrombus yang
ekstremitas
menimbulkan
embolisme

5. Kaji kemudian
5. Nyeri dada yang
pernapasan dan
tajam pada subternal,
bunyi paru serta
ketakutan tiba-tiba
catat keluhan-

15
keluhan nyeri pada dyspnea, takipnea,
dada dan dan hemoptysis
merasakan nyeri adalah tanda-tanda
ansietas. emboli paru,
khususnya pada
6. Berikan kompres TVD.
hangat lembap
pada ekstremitas
yang sakit 6. Meningkatkan
sirkulasi ke area
ekstremitas,
meningkatkan
vasodilatasi aliran
balik vena dan

7. Kolaborasi dalam resolusi edema.

pemberian
antikoagulan 7. Heparin dapat

menggunakan mencegah

heparin. pembentukan
thrombus dan
mencegah
pembekuan
selanjutnya.
8. Pantau
pemeriksaan 8. Memantau
laboratorium masa efektivitas

protombin, masa antikoagulan,

tromboplastin/Hb/ hemokonsentrasi dan

Ht, AST (SGOT) dehidrasi dapat


menimbulkan
pembekuan.
Peningkatan kadar
AST dapat
menandakan emboli.

16
1. Kaji derajat 1. Derajat nyeri
2 2 Setelah dilakukan perawatan
ketidaknyamanan berhubungan
dalam 3 x 24 Jam di
atau nyeri dengan langsung dengan luas
harapkan nyeri klien dapat
melakukan palpasi nyeri yang terlibat,
teratasi dengan kriteria hasil
pada kaki derajat hipoksia, dan
:
edema berkenan

 Nyeri hilang dengan terjadinya

 Ibu dapat rileks dan thrombus pada

istirahat dengan dinding vena

tepat terinflamasi. Ibu


dapat melindungi
atau mengimobilisasi
ekstremitas yang
sakit untuk
menurunkan nyeri
berkenan dengan
2. Pertahankan tirah
gerakan akut.
baring dengan
2. Menurunkan
tepat.
ketidaknyamanan
berkenaan dengan
kontraksi dan
gerakan otot,
menimbulkan
kemungkinan
3. Pantau tanda-tanda perubahan posisi
vital thrombus.
3. Memantau tanda-
tanda vital dapat
menandakan
peningkatan nyeri,
demam dapat
memperberat
4. Tinggikan
ketidaknyamanan
ekstremitas yang
umum
sakit
4. Meningkatkan aliran

17
balik vena
memudahkan

5. Anjurkan sirkulasi.

perubahan posisi
yaitu 5. Menurunkan

mempertahankan kelelahan,

ekstremitas tetap meminimalkan

tinggi. spasme otot, dan


meningkatkan aliran
balik vena.

6. Jelaskan prosedur
tindakan dan
intervensi

6. Melibatkan ibu
dalam asuhan
keperawatan,
7. Berikan obat-
peningkatan control,
obatan sesuai
dan penurunan rasa
dengan indikasi
cemas.
(analgetik,
7. Analgetik
antiinflamasi)
menurunkan demam
dan inflamasi
menghilangkan
8. Berikan kompres
nyeri.
panas yang lembap
pada ekstremitas.

8. Menyebabkan
vasodilatasi yang
meningkatkan
sirkulasi.
1. Jelaskan prosedur, 1. Menurunkan rasa
3 3 Setelah dilakukan tindakan
tindakan dan takut, meningkatkan
keperawatan selama 3 x 24
intervensi pengetahuan ibu dan

18
jam di harapkan kecemasan keperawatan libatkan dalam
klien berkurang dengan tindakan
kriteria hasil : 2. Mencegah kelelahan

2. Anjurkan untuk otot menurunkan


 Mengungkapkan
teknik relaksasi ansietas
tentang perasaan
dan pengungkapan
ansietas
masalah
 Menunjukkan
penurunan perilaku
3. Pantau tanda-tanda
seperti gelisah dan 3. Dapat menunjukkan
vital dan perilaku
iritabilitas perubahan pada
seperti kegelisahan
tingkat ansietas dan
peka rangsangan
dapat meningkatkan
dan menangis
kemampuan ibu
dalam mengatasi
masalah

2.2.4 Evaluasi

1. Memperoleh sirkulasi darah yang adekuat pada ekstremitas bawah (nadi distal
dapat dipalpasi, warna kulit normal, hangat).
2. Menunjukkan tanda-tanda berkurangnya rasa nyeri dan edema, mengatakan
merasa lebih baik dan edema berkurang.

19
3. Dapat menerangkan dengan tepat proses perkembangan thrombosis vena,
pencegahannya, factor-faktor resiko, efek samping thrombosis dan efek samping
obat.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tromboemboli adalah obstruksi pembuluh darah dengan bahan trombolik yang


dibawa oleh darah dari tempat asal untuk menyumbat. Statis vena pada ekstremitas
bawah yang disebabkan karena melemahnya dinding pembuluh darah dan penekanan
vena-vena utama akibat pembesaran uterus. Penatalaksanaan untuk komplikasi
tromboemboli dibedakan menjadi tromboembolisme berat dan ringan. Sehingga dapat
diambil dua diagnose keperawatan yang sesuai dengan penatalaksanaannya yaitu
perubahan perfusi jaringan dan nyeri.

3.2 Saran

Sebagai seorang mahasiswa keperawatan hendaknya kita bisa benar-benar


memahami bagaimana penatalaksanaan komplikasi tromboemboli dalam konteks asuhan
keperawatan. Sehingga dapat meminimalisir angka kematian ibu akibat dari kejadian
tersebut. dengan kita memahami konsep dasar penyakit dan asuhannya, kita bisa
memberikan intervensi yang sesuai untuk ibu, sehingga angka kematian akibat
tromboemboli bisa menurun walaupun kasus komplikasi tromboemboli ini jarang terjadi
dalam periode post partum.

21
DAFTAR PUSTAKA

Baradero Mary dkk. Klien Gangguan Kardiovaskular Seri Asuhan Keperawatan. Penerbit
buku kedokteran EGC . Jakarta 2008

Farrer, Helen.2001.Perawatan Maternitas.Jakarta:EGC

Mitayani.2009.Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta: Salemba Medika

Nadesul.2007.Buku Sehat Calon Pengantin dan Keluarga Muda.Jakarta: Penerbit Buku


Kompas

Oxorn,Harry&William R.Forte.2010.ILMU KEBIDANAN:Patologi&Fisiologi Persalinan


(Alih Bahasa: Mohammad Hakimi).Yogyakarta:Yayasan Essentia Medica

http://etd.eprints.ums.ac.id/9398/

22

Anda mungkin juga menyukai