Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN

PERSALINAN DENGAN KALA II LAMA

OLEH:

DEVI AMALIA YASITA

201920461011090

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN DENGAN KALA II LAMA

A. Definisi
Persalinan lama adalah dimana fase laten lebih dari 8 jam ,dan persalinan telah
berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir. Persalinan kala II lama atau di
sebut juga partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat
namun tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan servik, turunnya kepala
dan putaran paksi selama 2 jam terakhir. Pengertian dari partus lama adalah
persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primigravida dan lebih dari 18
jam pada multigravida. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan fase
aktif.
Menurut winkjosastro, 2002. Persalinan (partus) lama ditandai dengan fase
laten lebih dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa
kelahiran bayi, dan dilatasi serviks di kanan garis waspada pada partograf.
Definisi (Menurut Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa Winkjosastro, SPOG, 2002. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal) Partus lama adalah
fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih, bayi
belum lahir. Dilatasi serviks dikanan garis waspada persalinan fase aktif.
Jadi, persalinan kala II lama adalah persalinan yang telah berlangsung selama
12 jam atau lebih bayi belum lahir, dan his adekuat namun tidak menunjukkan
kemajuan pada pembukaan servik.

B. Etiologi
1. Faktor Ibu
• His tidak efisien (adekuat)
Timbulnya his adalah indikasi mulainya persalinan, apabila his yang
timbul sifatnya lemah, pendek, dan jarang maka akan mempengaruhi turunnya
kepala dan pembukaan serviks atau yang sering disebut dengan inkoordinasi
kontraksi otot rahim, dimana keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim ini dapat
menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan
atau pengusiran janin dari dalam rahim, pada akhirnya ibu akan mengalami partus
lama karena tidak adanya kemajuan dalam persalinan.
• Faktor jalan lahir (pinggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
Penyebab partus lama sebagian besar adalah karena panggul ibu yang
terlalu sempit, atau gangguan penyakit pada tulang sehingga kepala bayi sulit
untuk berdilatasi sewaktu persalinan. Faktor genetik, fisiologis, dan ingkungan
termasuk gizi mempengaruhi perawakan seorang ibu. Perbaikan gizi dan kondisi
kehidupan juga penting karena dapat membantu mencegah terhambatnya
pertumbuhan. Selain itu servik yang terlalu kaku juga dapat berdampak pada
lambannya kemajuan persalinan, karena akibat servik yang kaku akan
menghambat proses penipisan portio yang nantinya akan berdampak pada
lamanya pembukaan. Adanya tumor juga sangat berpengaruh terhadap proses
lamanya persalinan. Jika terjadi tumor di organ reproduksi khususnya pada jalan
lahir tentunya akan menghalangi proses lahirnya bayi yang kemungkinan besar
akan mengakibatkan partus lama.
• Usia
Jika dilihat dari sisi biologis manusia 20 - 35 merupakan tahun terbaik
wanita untuk hamil karena selain di usia ini kematangan organ reproduksi dan
hormon telah bekerja dengan baik juga belum ada penyakit-penyakit degenerative
seperti hipertensi, diabetes, serta daya tahan tubuh masih kuat. Tidak semua ibu
dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dipastikan mengalami
partus lama, akan tetapi pada sebagian wanita dengan usia yang masih muda
organ reproduksinya masih belum begitu sempurna dan fungsi hormon-hormon
yang berhubungan dengan persalinan juga belum sempurna pula.
Ditambah dengan keadaan psikologis, emosional dan pengalaman yang
belum pernah dialami sebelumnya dan mempengaruhi kontraksi uterus menjadi
tidak aktif, yang nantinya akan mempengaruhi lamanya persalinan. Sedangkan
pada ibu dengan usia lebih dari 35 tahun diketahui kerja organ-organ
reproduksinya sudah mulai lemah, dan tenaga ibu pun sudah mulai berkurang, hal
ini akan membuat ibu kesulitan untuk mengejan yang pada akhirnya apabila ibu
terus menerus kehilangan tenaga karena mengejan akan terjadi partus lama
(Amuriddin, 2009)
• Paritas
Menurut Wiknjosastro salah satu penyebab kelainan his yang dapat
menyebabkan partus lama terutama ditemukan pada primigravida khususnya
primigravida tua, sedangkan pada multipara ibu banyak ditemukan kelainan yang
bersifat inersia uteri. Salah satu penyebab terjadinya partus lama adalah kelainan
his, his yang tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya ridak menghambat
persalinan.
Kelainan his dipengaruhinya oleh herediter, emosi, dan ketakutan
menghadapi persalinan yang sering dijumpai pada primagravida. Dikatakan
bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik
dari yang berperitas tinggi.
• Respons stress
Stres psikologis memitiki efek fisik yang kuat pada persalinan. Hormon
stres, seperti adrenalin, berinteraksi dengan reseptor-beta di dalam otot uterus dan
menghambat kontraksi, memperlambat persalinan. Ini merupakan respons
involunter ketika ibu merasa terancam atau tidak aman, persalinannya berhenti
baginya untuk mencari tempat yang dirasakannya aman.

2. Faktor janin
• Faktor janin (mal presentasi, malposisi, janin besar)
a. Mal presentasi dan mal posisi
Mal presentasi adalah semua presentasi janin selain varteks,sedangkan mal
posisi adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan oksiput sebagai
titik referensi. Pada kejadian mal presentasi kerja uterus kontraksinya cenderung
lelah dan tidak teratur.
b. Bayi yang besar
Bayi yang besar merupakan faktor partus lama yang sangat berkaitan
dengan terjadinya malposisi dan malpresentasi, janin yang dalam keadaan
malpresentasi dan malposisi kemungkinan besar akan menyebabkan partus lama
atau partus macet.

C. Patofisiologi
Ada 4 faktor yang mempengaruhi proses persalinan kelahiran yaitu passenger
(penumpang yaitu janin dan placenta), passagway (jalan lahir), powers (kekuatan)
posisi ibu dan psikologi (Farrer, 1999).
1. Penumpang
Cara penumpang atau janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan
akibat interaksi beberapa faktor yakni ukuran kepala janin, presentasi,
letak, sikap dan posisi janin.
2. Jalan lahir
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar
panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan
lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang
keluarnya bayi, tetapi panggul ibu lebih berperan dalam proses persalinan
janin. Maka dari itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum
persalinan.
3. Kekuatan ibu (powers)
Kekuatan ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter. Posisi ibu
mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan, posisi tegak
memberi sejumlah keuntungan yaitu rasa letih hilang, merasa nyaman dan
memperbaiki sirkulasi.
Pada kala II memanjang upaya mengedan ibu menambahi resiko pada bayi
karena mengurangi jumlah oksigen ke placenta dianjurkan mengedan
secara spontan jika tidak ada kemajuan penurunan kepala maka dilakukan
ektraksi vakum untuk menyelamatkan janin dan ibunya (Simkin, 2005).
Dengan tindakan vakum ekstraksi dapat menimbulkan komplikasi pada
ibu seperti robekan pada servik uteri dan robekan pada dinding vagina.
Robekan servik (trauma jalan lahir) dapat menyebabkan nyeri dan resiko
terjadinya infeksi (Doenges, 2001) dan komplikasi pada janin dapat
menyebabkan subgaleal hematoma yang dapat menimbulkan ikterus
neonatorum jika fungsi hepar belum matur dan terjadi nekrosis kulit
kepala yang menimbulkan alopenia (Prawirohardjo, 2002).

D. Tanda dan Gejala


• Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam in partu
• Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 kontraksi per 10 menit dan
kurang dari 40 detik
• Kelainan presentasi
• Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tidak ada
kemajuan
penanganan
• Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
• Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum &/ vagina
• Perineum terlihat menonjol
• Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
• Peningkatan pengeluaran lendir darah

 Gejala klinik partus lama terjadi pada ibu dan juga pada janin
a. Pada ibu :
Ibu merasakan gelisah , letih, suhu badan meningkat, berkringat, nadi
cepat, pernafasan cepat. Di daerah lokal sering di jumpai : lingkaran bandl,
edema vulva, edema servik, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.
b. Pada janin :
- Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan negative.
- Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau- hijauan dan berbau.
- Caput succedaneum yang besar.
- Moulage kepala yang hebat .
- IUFD (intra uterin fetal death)
 Gejala utama yang perlu diperhatikan pada partus lama antara lain :
1. Dehidrasi
2. Tanda infeksi : temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen
meteorismus
3. Pemeriksaan abdomen : meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri
segmen
bawah rahim
4. Pemeriksaan lokal vulva vagina : edema vulva, cairan ketuban berbau,
cairan ketuban bercampur mekonium
5. Pemeriksaan dalam : edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke
atas, terdapat kaput pada bagian terendah
6. Keadaan janin dalam rahim : asfiksia sampai terjadi kematian
7. Akhir dari persalinan lama : ruptura uteri imminens sampai ruptura uteri,
kematian karena perdarahan atau infeksi.

E. Komplikasi
      Persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi salah satu atau
keduanya sekaligus.

 Efek pada ibu


 Infeksi Intrapartum

Infeksi bahaya yang serius yang mengancam pada ibu dan janinnya
pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam
cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh
korion sehingga terjadi bakterimiaa dan sepsis pada ibu dan janin.
Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi,
adalah konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan
akan memasukkan bakteri vagina kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus
dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi persalinan
lama.

 Ruptura uteri
            Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya
serius selama partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan
pada mereka dengan riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi antara
kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak cakap
(engaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterusmenjadi
sangat teregang kemudian dapat menyebabkan rupture. Pada kasus ini
mungkinterbentuk cincin retraksi patologis yang dapat diraba sebagai
sebuah kista trasversal atau oblik yang berjalan melintang di uterus antara
simfisis dan umbilicus. Apabila dijumpai keadaan ini, diindikasikan
persalinan perabdominam segera.

 Cincin retraksi patologis

 Walaupun sangat jarang, dapat timbul kontriksi atau cincin local


uterus pada persalinan yang berkepanjang. Tipe yang paling sering adalah
cincin retraksi patologis Bandl, yaitu pembebtukan cincin retraksi normal
yang berlebihan. Cincin ini sering timbul akubat persalinan yang
terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah
uterus. Pada situasi semacam ini cincin dapat terlihat sebagai suatu
identitas abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya segnen
bawah uterus. Kontriksi uterus local jarang dijumpai saat ini karena
terhanbatnya persalinan secara berkepanjangan tidak lagi dibiarkan.
Konstriksi local ini kadang-kadang masih terjadi sebagai konstriksi jam
pasir (haourglass constriction) uterus setelah lahirnya kembar pertama.
Pada keadaan ini, konstriksi tersebut kadang-kadang dapat dilemaskan
dengan anestesi umum yang sesuai dan janin janin dilahirkan secara
normal, tetapi kadang-kadang seksio sesarea yang dilakukan dengna
segera menghasilkan progonis yang lebih baik bagi kembar kedua.

 Pembentukan Fistula

Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas pinggul


tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir
yang terletak diantaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan
yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi narcosis yang
akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya
fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau rektovaginal. Umumnya
narcosis akibat penekanan ini pada persalinan kala II yang
berkepanjangan. Dulu saat tindakan operasi ditunda selama mungkin,
penyulit ini sering dijumpai, tetapi saat ini jarang terjadi kecuali Negara-
negara yang belum berkembang.

 Cedera otot-otot dasar panggul

Suatu anggapan yang telah dipegang adalah bahwa cedera otot-otot


dasar panggul atau persarfan ata fasia penghubungannya merupakan
konsekuensi yang tida terlelakan pada persalinan pervaginam, terutama
apabila persalinannya sulit. Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat
tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan kebawah akibat upaya
mengejan ibu. Gaya-gaya inimeregangkan dan melebarkan dasar panggul
selama melahirkan ini akan menyebabakan inkontinensa urin dan alvi serta
prolaps organ panggul.

 Efek pada janin :

Partus lama itu sendiri dapat dirugikan. Apabila panggul sempit dan juga
terjadi ketuban pecah lama serta infeksi intrauterus, risiko janin dan ibu akan
muncul. Infeksi intrapartum bukan saja merupkan penyulit yang serius pada ibu,
tetapi juga merupakan penyebab penting kematian janin dan neonates. Hal ini
disebakan bakteri didalam cairan amnion menembus selaput amnion dan
menginvasi desidua serta pembuluh korion, sehingga terjadi bakteremia pada ibu
dan janin. Pneumonia janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah
konsekuensi serius lainnya.

 Kaput Suksedeneum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput
suksedeneum yang besar terjad terbawah kepala janin. Kaput ini dapat
berukuran cukup besar dan menyebabakan kesalahan diagnostic yang
serius. Kaput hamper dapat mencapai dasar panggul sementara kepala
sendiri belum cakap.

 Molase kepala janin

Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak


saling bertumpang tindih satu sama lain disutura-sutura besar, suatu proses
yang disebut molase. Biasannya batas median tulang parietal yang
berkontak dengan promotorium bertumpang tindih dengan tulang
disebelahnya; hal ini sama terjadi pada tulang-tulang frontal. Namun
tulang oksipetal terdorong kebawah tulang parietal. Perubahan-perubahan
ini sering terjadi tanpa menimbulkan kerugian yang nyata. Di lain pihak,
apabila distorsi yang terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan
robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin, tanpa perdarahan intra
karinial pada janin. Fraktur tengkorak kadang-kadang dijumpai, biasanya
setelah dilakukan upaya paksa pada persalinan. Fraktur ini juga dapat
terjadi pada persalinan spontan atau bahkan sekseo sesarea.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan kala II
memanjang yaitu dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum,
ekstraksi forceps, sectio caesaria, dan lain-lain. Penatalaksanaannya yaitu
sebagai berikut :
a. Tetap melakukan Asuhan Sayang Ibu, yaitu :
 Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama
proses persalinan dan kelahiran bayinya.
Alasan : Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya
dengan dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama
proses persalinan (Enkin, et al, 2000).
 Anjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan
Alasan : Ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama
proses persalinan dan kelahiran bayi. Cukupnya asupan cairan
dapat mencegah ibu mengalami hal tersebut (Enkin, et al, 2000).
 Ada kalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala II
persalinan. Berikan rasa aman dan semangat serta tentramkan
hatinya selama proses persalinan berlangsung. Dukungan dan
perhatian akan mengurangi perasaan tegang, membantu kelancaran
proses persalinan dan kelahiran bayinya. Beri penjelasan tentang
cara dan tujuan dari setiap tindakan setiap kali penolong akan
melakukannya, jawab aetiap pertanyaan yang diajukan ibu,
jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil
pemeriksaan yang dilakukan (misalnya TD, DJJ, periksa dalam)
b. Melakukan kala II persalinan
- Cuci tangan (Gunakan sabun dan air bersih yang mengalir)
- Pakai sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam 
- Beritahu ibu saat, prosedur dan tujuan periksa dalam
- Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan
sudah lengkap (10cm) lalu lepaskan sarung tangan sesuai
prosedur PI
- Jika pembukaan belum lengkap, tentramkan ibu dan bantu ibu
mencari posisi nyaman (bila ingin berbaring) atau berjalan-jalan
disekitar ruang bersalin. Ajarkan cara bernafas selama kontraksi
berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayinya dan catatkan semua
temuan dalam partograf
- Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap,
beritahukan belum saatnya untuk meneran, beri semangat dan
ajarkan cara bernafas cepat selama kontraksi berlangsung. Bantu
ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman dan beritahukan
untuk menehan diri untuk meneran hingga penolong
memberitahukan saat yang tepat untuk itu.
- Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran,
bantu ibu mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk
meneran secara efektif dan benar dan mengikuti dorongan
alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu untuk membantu
dan mendukung usahanya. Catatkan hasil pemantauan dalam
partograf. Beri cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit.
Pastikan ibu dapat beristirahat disetiap kontraksi.
- Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk
meneran, bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila
masih mampu, anjurkan untuk berjalan-jalan). Posisi berdiri
dapat membantu penurunan bayi yang berlanjut dengan dorongan
untuk meneran. Ajarkan cara bernafas selama kontraksi
berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayi dan catatkan semua
temuan dalam partograf.
- Berikan cukup cairan dan anjurkan / perbolehkan ibu untuk
berkemih sesuai kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15 menit,
stimulasi puting susu mungkin dapat meningkatkan kekuatan dan
kualitas kontraksi. 
- Jika ibu tidak ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit
pembukaan lengkap, anjurkan ibu untuk mulai meneran disetiap
puncak kontraksi.
- Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau
jika kelahiran bayi tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera
karena tidak turunnya kepala bayi mungkin disebabkan oleh
disproporsi kepala-panggul (CPD).
- Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena
mengurangi jumlah oksigen ke plasenta. Dianjurkan mengedan
secara spontan (mengedan dan menahan nafas terlalu lama, tidak
dianjurkan)
c. Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan
infus oksitosin
d. Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala :
 Jika kepala tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian
tulang kepala di stasion (O), lakukan ekstraksi vakum atau cunam 
 Jika kepala diantara 1/5-3/5 di atas simfisis pubis, atau bagian
tulang kepala di antara stasion (O)-(-2), lakukan ekstraksi vakum 
 Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang
kepala di atas stasion (-2) lakukan seksio caesarea.
e. Berdasarkan penelitian Sulilowati D dengan judul “keteraturan senam
hamil terhadap lama persalinan kala 2 pada ibu bersalin”. Didapatkan
hasil terdapat hubungan antara senam hamil dengan lama persalinan
kala II. Hal ini sesuai dengan teori bahwa latihan senam hamil yang
dilakukan secara mempunyai manfaat untuk latihan pernafasan,
latihan penguatan, dan peregangan otot-otot panggul yang
mempercepat proses persalinan.

G. Pathways

Kehamilan cukup bulan (>37 minggu)


H. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses persalinan
2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai cara
meneran
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (vakum ekstraksi)
4. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
perdarahan

I. Rencana Keperawatan

1. Nyeri b/d perubahan fisik, pengaruh hormonal.


Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri
berkurang.
Intervensi:
a. Kaji secara terus menerus ketidaknyamanan klien.
Rasional: data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan.
b. Kaji status pernapasan klien.
Rasional: penurunan kapasitas pernapasan saat uterus menekan
diafragma, mengakibatkan dispnea khususnya pada multigravida,
yang tidak mengalami kelegaan dengan ikatan antara bayi dalam
kandungannya.
c. Perhatikan adanya keluhan ketegangan pada punggung dan perubahan
cara jalan.
Rasional: lordosis dan regangan otot disebabkan pengaruh hormone
(relaxing-progesteron) pada sambungan pelvis dan perpindahan pusat
gravitasi sesuai dengan pembesaran uterus.
2. Ansietas b/d adanya faktor-faktor resiko khusus, krisis situasi, ancaman
pada konsep diri, konflik disadari dan tidak disadari tentang nilai-nilai
esensial dan tujuan hidup, kurang informasi.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kecemasan
berkurang/hilang.
Intervensi:
a. Kaji, sifat, sumber dan manifestasi kecemasan.
Rasional: mengidentifikasi perhatian pada bagian khusus dan
menentukan arah dan kemungkinan pilihan/ intervensi.
b. Berikan informasi tentang penyimpangan genetic khusus, resiko yang
dalam reproduksi dan ketersediaan tindakan/pilihan diagnosa.
Rasional: dapat menghilangkan ansietas berkenaan dengan
ketidaktahuan dan membantu keluarga mengenai stress, membuat
keputusan, dan beradaptasi secara positif terhadap pilihan.
c. Kembangkan sikap berbagi rasa secara terus menerus.
Rasional: kesempatan bagi klien/pasangan untuk memuji pemecahan
situasi. Tingkat kecemasan biasanya lebih tinggi pada pasangan yang
telah melahirkan anak dengan penyimpangan kromosom.
d. Berikan bimbingan antisipasi dalam hal perubahan fisik/psikologis.
Rasional: dapat menghilangkan kecemasan/ depresi pada pasangan.
3. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan.
Intervensi:
a. Monitor TTV
Rasional: Perubahan dapat menjadi indikasi hipovolemia
b. Evaluasi turgor kulit, capiler refill, dan kondisi mukosa.
Rasional: Sebagai indikator status dehidrasi
c. Perhatikan mukosa dari ptechie, ecchymosis, perdarahan gusi.
Rasional: Penekanan bone narrow dan produksi platelet yang rendah
beresiko menimbulkan perdarahan yang tak terkontrol.
d. Lakukan pemasangan IV line
Rasional: Untuk mempertahankan kebutuhan cairan tubuh.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (vakum ekstraksi)
a. Tempatkan pada ruang khusus dan batasi pengunjung.
Rasional: Menjaga klien dari agent patogen yang dapat menyebabkan
infeksi
b. Lakukan protap pencucian tangan bagi setiap orang yang kontak
dengan klien
Rasional: Mencegah infeksi silang
c. Monitor vital sign
Rasional: Progresive hipertermia sebagai pertanda infeksi atau demam
sebagai efek dari pemakaian kemotherapi maupun tranfusi
Intervensi keperawatan
No Diagnose SLKI SIKI
1. Nyeri b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1.09238)
perubahan fisik, keperawatan selama 1x24 jam Observasi
pengaruh diharapkan “tingkat nyeri” 1. Kaji secara terus menerus ketidaknyamanan klien.
hormonal menurun dengan Rasional: data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan.
kriteria hasil : 2. Kaji status pernapasan klien.
1. Keluhan nyeri menurun Rasional: penurunan kapasitas pernapasan saat uterus menekan
2. Gelisah menurun diafragma, mengakibatkan dispnea khususnya pada multigravida,
3. Perineum terasa tertekan yang tidak mengalami kelegaan dengan ikatan antara bayi dalam
menurun kandungannya.
4. Uterus teraba membulat 3. Perhatikan adanya keluhan ketegangan pada punggung dan
menurun perubahan cara jalan.
Rasional: lordosis dan regangan otot disebabkan pengaruh hormone
(relaxing-progesteron) pada sambungan pelvis dan perpindahan
pusat gravitasi sesuai dengan pembesaran uterus.
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. Terapi music, terapi pijat, aromaterapi, kompres hangat)
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1 Jelaskan penyebab, pemicu nyeri
2 Jelaskan strategi meredakan nyeri
3 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
1 kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Ansietas b/d Setelah diberikan asuhan SIKI :
Reduksi andietas (1.09314)
adanya faktor- keperawatan selama 1x24
faktor resiko jam, diharapkan “tingkat Observasi
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah. (mis, kondisi, waktu,
khusus, krisis ansietas” menurun dengan
steresor)
situasi, ancaman kriteria hasil : 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal-non verbal)
pada konsep diri, Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
konflik disadari Terapeutik
“tingkat ansietas’’ menurun
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
dan tidak disadari dengan kriteria hasil :
2. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
1. verbalisasi kebingungan
tentang nilai-nilai 3. Temani px untuk mengeurangi kecemasan
(5) menurun
esensial dan 2. verbalisasi khawatir akibat
Edukasi
kondisi yang di hadapi (5)
tujuan hidup, 1. Latih Teknik relaxsasi
menurun
2. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
kurang informasi. 3.perilaku gelisah (5)
menurun 3. anjurkan keluarga untuk tetap Bersama px
4.perilaku tegang (5)
menurun Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antlansietas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Hanifa,winkjosastro.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Llewllyn-jones, Derek. 2001. Dasa-Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6.


Jakarta: EGC

Farrer, H. 1999. Perawatan Maternitas (terjemahan). Jakarta : EGC.

Prawirohardjo,sarwono. (2009). Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal.PT.bina pustaka sarwono
prawirahardjo.Jakarta

Saifuddin, A. (2010). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sulistiowati D, Hastutu RT, Setyoningsih T. Keteraturan Senam Hamil


Terhadap Lama Persalinan Kala 2 Pada Ibu Bersalin. Jurnal Ilmu Kebidanan
vol 1(3). 2013.

NANDA International. (2009). NANDA-I: Nursing Diagnoses Definitions &


Classification 2009-2010. USA: Willey Blackwell Publication.

Moorhead S, Meridean M, Marion J. (2004). Nursing Outcomes Classification


(NOC). Fourth edition. USA: Mosby Elsevier.

Bulechek, Gloria M, Joanne CM. (2008). Nursing Intervention Classification


(NIC). Fifth edition. USA: Mosbie Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai