HIPERBILIRUBINEMIA
Disusun Oleh :
NIM : 201920461011095
2020
KONSEP DASAR
- DEFINISI
- ETIOLOGI
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar, hiperbilirubinemia dapat
disebabkan oleh bermacam-macam keadaan penyebab yang sering ditemukan di
sini adalah hemolisis yang timbul akibat inkompatibilitas golongan darah ABO atau
defisiensi enzim G6PD, hemolisis ini dapat timbul karena adanya perdarahan
tertutup (sefa lhematoma, perdarahan subaponeoratik) atau inkompatibilitas
golongan darah Rh. Infeksi memegang peranan penting dalam terjadinya
hiperbilirubinemia : keadaan ini terutama terjadi pada penderita sepsis dan
gastroenteritis. Beberapa faktor lain yang juga merupakan penyebab
hiperbilirubinemia adalah hipoksia atau anoksia, dehidrasi dan asidosis,
hipoglikemia dan polisitemia.
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan
beban bilirubin pada sel hepar yang terlalu berlebihan hal ini dapat ditemukan bila
terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur
eritrosit janin atau bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain atau terdapatnya
peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah
apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukoronil
transferase) atau bayi yang menderita gangguan ekskresi misalnya penderita
hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu intra atau ekstra hepatik.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas ini terutama ditemukan pada urine indirek yang bersifat
sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan
terjadinya efek patologis pada sel otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati
biliaris.
Bilirubin indirek akan mudah melalui saluran sawar darah otak apabila
pada bayi terdapat keadaan imaturitas, berat badan lahir rendah, hipoksia,
hiperkarbia, hipoglikemia dan kelainan susunan saraf pusat yang terjadi karena
trauma atau infeksi.[ CITATION Sem19 \l 1033 ]
1. Jenis Kelamin
2. Masa gestasi
Berat badan bayi lahir dinilai saat bayi baru lahir atau sebelum satu jam usia
kelahiran. Menurut Sholeh (2012) dapat di klarsifikasi sebagai berikut:
a. berat badan lahir rendah yaitu bayi berat lahir rendah adalah bayi yang
dilahirkan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.
b. Bayi berat lahir cukup atau normal adalah bayi yang dilahirkan dengan
berat lahir lebih dari 2500-4000 gram
c. Sedangkan bayi dengan berat badan lahir lebih adalah bayi yang
dilahirkan dengan berat badan lebih dari 4000gram.
Hasil penelitian yang didapatkan bahwa sebagian besar bayi ikterik yang
memiliki berat badan kurang dari normal yaitu kurang dari 2500 gram
dengan presentasi sebanyak 35,9% (Bunyaniah, D. 2013)
4. MANIFESTASI KLINIS
Tampak ikterus pada sklera, kuku, dan sebagian besar kulit serta
membran mukosa. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama sejak bayi lahir
disebabkan oleh penyakit hemolitik, sepsis atau ibu dengan diabetik dan infeksi.
Jaundice yang tampak pada hari ke-2 atau ke-3 dan mencapai puncak pada hari
ke-3 sampaike-4 serta menurun pada hari ke-5 sapai hari ke-7 biasanya
merupakan jaundice fisiologis.
Gejala kernikterus berupa kulit kuning kehijauan, muntah, anorexia,
fatique, warna urine gelap, warna tinja seperti dempul, letargi (lemas), kejang,
tak mau menetek, tonus otot meninggi dan akhirnya opistotonus.
- PATOFISIOLOGI
Defisiensi G-6-PD
hiperbilirubinemia
Kernikterus
Fototerapi
Defisit pengetahuan
- Sediakan materi
dan media
pendidikan
kesehatan
- Berikan
kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan faktor
resiko yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan
perilaku hidup
sehat
Bunyaniah, D. (2013). Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di
Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Universitas
Putri, R.A dan Mexitalia, M. (2014). Faktor Resiko Hiperbilirubin pada Neonatus.
Medika Hospitalia Med Hosp 2014; Vol2(2):105-109.
Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. Biokimia harper (27 ed.).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009
Mathindas, S., wilar, r., & wahani, a. (2013). Hiperbilirubinemia pada Neonatus. 1-2.
Sembiring, J. B. (2019). Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Yogyakarta:
Deepublish Publisher.
Wijaya, F. A., & suryawan, W. B. (2019). Faktor risiko kejadian hiperbilirubinemia pada
neonatus di ruang perinatologi RSUD Wangaya Kota Denpasar.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil, Edisi 1 .
Jakarta: DPP PPNI.